Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FIQIH IBADAH

PUASA FARDHU

Dosen Pengampu: Bapak Muchsinul Khuluq, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aesyie Jamilatul Mabruroh
Alivia Fakhrun Nisa'
Cici Novi Handini

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA


2023
KATA PENGANTAR

Seraya mengucapkan Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis sampaikan


kehadirat Allah SWT, karena atas segala kenikmatan dan kekuatanNya penulis dapat menyusun
Makalah Fiqih Ibadad dengan judul “Puasa Fardhu”. Sholawat serta salam kami haturkan
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. yang telah memberikan warna Ilahiah dalam
hidup dan kehidupan manusia di dunia.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah. Dalam pembuatan
makalah ini, kami mengalami banyak kendala. Akan tetapi atas bantuan dari segala pihak
makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Muchsinul Khuluq, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih Ibadah.
2. Semua kelompok yang telah membantu menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan juga dapat
memperluas wawasan. Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis
meminta untuk kritik dan saranya bagi semua pembaca, kami menyadari bahwa makalah yang
kami susun masih jauh dari kata sempurna, terimakasih. Semoga makalah kami memberi
manfaat bagi semua pembaca, Aamiin

Pamekasan, 16 September 2023

Kelompok

i
DAFTAR ISI

MAKALAH.........................................................................................................................1

FIQIH IBADAH..................................................................................................................1

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA...................................................1

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................5

PENDAHULUAN................................................................................................................5

A. Latar belakang.........................................................................................................5

B. Rumusan Masalah...................................................................................................6

C. Tujuan Masalah.......................................................................................................6

BAB II..................................................................................................................................7

PEMBAHASAN..................................................................................................................7

A. Pengertian Puasa Fardhu...........................................................................................7

B. Dalil-dalil tentanng puasa fardhu..............................................................................8

C. Rukun-rukun puasa fardhu........................................................................................9

D. Macam-macam Puasa Fardhu.................................................................................11


ii

E. Hal-hal yang membatalkan Puasa...........................................................................15

F. Hikmah Menjalankan Puasa Fardhu........................................................................17


BAB III...............................................................................................................................19

PENUTUP..........................................................................................................................19

A. Kesimpulan............................................................................................................19

B. Saran.......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang
tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang beriman ibadah
puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab
untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan
derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal
ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga
manusia dari bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang bersemayam dalam diri manusia
akan terkekang sehingga manusia tidak lagi menjadi budak nafsu tetapi manusia akan menjadi
majikannya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang diciptakan
tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi kebaikan
hambanya. Banyak sekali hikmah yang akan di dapat dalam melaksanakan puasa. Kalau kita
mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa
tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri. Barang siapa yang
melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang besar
oleh allah. Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat
dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya mengenai
kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan puasa secara tidak langsung telah
diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan
mempunyai tingkah laku yang baik. Kebahagiaan dalam puasa yakni ketika waktu berbuka dan
waktu sahur.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Puasa fardhu?
2. Apa saja dalil-dalil tentang puasa fardhu?
3. Apa Rukun-rukun puasa fardhu?
4. Apa saja macam-macam puasa fardhu?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan puasa fardhu?
6. Apa saja hikmah yang akan didapat dalam melaksanakan puasa?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Puasa fardhu.
2. Untuk mengetahui dalil-dalil tentang puasa fardhu.
3. Untuk mengetahui rukun-rukun puasa fardhu.
4. Untuk mengetahui macam-macam puasa fardhu.
5. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan puasa fardhu.
6. Untuk mengetahui hikmah yang akan didapat dalam melaksanakan puasa

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa Fardhu
Secara bahasa, puasa adalah terjemahan dari bahasa Arab, Shaum, ia memiliki arti dasar
imsak 'an al-kalam wa al kaff ala syaiin "menahan sesuatu" atau "meninggalkannya", "tidak
melakukannya". 1 Al-Qur'an menggambarkan pengertian ini melalui lisan Nabi Zakariya 'alaihi
as-salam:
‫ِاِّنْي َنَذ ْر ُت ِللَّرْح ٰم ِن َص ْو ًم ا َفَلْن ُاَك ِّلَم اْلَيْو َم ِاْنِس ًّيا‬
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak
akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam: 26)2
Ar-Raghib dalam mufradat al-Qur'an berkata: "Shaum adalah menahan melakukan
sesuatu, baik makan, berbicara, atau berjalan". Oleh karena itu, kuda yang tidak mau bergerak
atau berjalan dikatakan shiyam.3
Puasa fardhu merupakan puasa yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat
Islam.Apabila seorang umat muslim berhasil melaksanakan puasa fardhu ini maka ia akan
mendapatkan pahala. Sebaliknya apabila seorang umat muslim tidak melaksanakan puasa jenis
ini maka ia akan mendapatkan dosa atau ganjaran.Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan
syariat islam adalah dengan menahan diri dari makan minum serta semua perbuatan yang dapat
membatalkan puasa dari terbitnya matahari hingga matahari tenggelam dengan diawali niat
yang sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an. Puasa ditujukan untuk dapat membentuk
serta menanamkan sikap-sikap teladan dan meningkatkan ketakwaan seorang Muslim kepada
Allah SWT.4
Puasa menurut Imam Al Ghazali adalah pada hakekatnya sebagai media untuk bisa
dekat dengan Allah SWT. Puasa jika dilakukan secara sungguh sungguh seorang individu
senantiasa menjaga agar emosi tetap stabil sehingga tidakmelakukan hal halyang buruk. Karena
pada dasarnya seseorang bisa dekat dengan Allah SWT jika seseorang individu menjaga diri
agar terhindar dari hawa nafsu.5Puasa itu bisa menahan hawa nafsu, nafsu secara lahir dan
batin.
Menurut ulama Hanafiah dan Hanabulah puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang
membatalkan dari terbit fajar sadiq3 sampai terbenam matahari dengan memenuhi syarat-syarat
tertentu. Sementara menurut ulama Syafi’yah dan Malikiyah puasa adalah menahan diri dari
hal-hal yang membatalkan dari terbit fajar sadiqs sampai terbenam matahari dengan syarat-
syarat tertentu, serta melengkapi dengan niat.6

1
Contoh: shamat al-Khail (kuda tidak mau berjalan); shamat al-Rih
7 (angin tidak bertiup). Ibnu Madzur, Lisan al-Arab
(materi tentang shaum).
2
QS. Maryam: 26
3
Tentang hal ini, ada sebuah syair Arab menyatakan:
Lisan al-Arab, Ibnu Mandzur, Al-Qurthubi II, 254
4
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puasa/
5
Imam al Ghazali, Pemata al-Qur’an, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm. 88.
6
Zurifah Nurdin, Udzur Meninggalkan Puasa.repository.iainbengkulu.ac.id
B. Dalil-dalil tentanng puasa fardhu

a. Dalil dalam QS. Al-Baqarah: 183


‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".7

b. QS Al Baqarah ayat 185.


‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ْٓي ُاْنِز َل ِفْيِه اْلُقْر ٰا ُن ُه ًدى ِّللَّن اِس َو َبِّيٰن ٍت ِّم َن اْلُه ٰد ى َو اْلُفْر قَق اِۚن َفَم ْن َش ِهَد ِم ْنُك ُم الَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۗ َو َم ْن َك اَن‬
‫َم ِرْيًضا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاخَخ َر ۗ ُيِر ْيُد ُهّٰللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِر ْيُد ِبُك ُم اْلُعْس َر ۖ َو ِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َوِلُتَك ِّبُروا َهّٰللا َع ٰل ى َم ا َهٰد ىُك ْم‬
‫َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو ن‬
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk
bagi dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau
bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.”8

c. Dalil dari hadits


‫َع ْن اْبِن ُع َم َر َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ُبِنَي اِإْل ْس اَل ُم َع َلى َخ ْم ٍس َع َلى َأْن ُيْع َبَد ُهَّللا َو ُيْك َفَر ِبَم ا ُدوَن ُه َو ِإَق اِم الَّص اَل ِة‬
‫َو ِإيَتاِء الَّز َك اِة َو َح ِّج اْلَبْيِت َو َص ْو ِم َر َم َض ان‬
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak): beribadah kepada Allah dan
mengingkari (peribadahan) kepada selainNya, menegakkan shalat, membayar zakat, haji
dan puasa Ramadhan”. [HR Muslim, no. (16)-20].9
‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه ِر َو اَيًة َقاَل ِإَذ ا َأْص َبَح َأَح ُد ُك ْم َيْو ًم ا َص اِئًم ا َفاَل َي ْر ُفْث َو اَل َيْج َه ْل َف ِإْن اْم ُر ٌؤ َش اَتَم ُه َأْو َقاَتَل ُه‬
‫َفْلَيُقْل ِإِّني َص اِئٌم ِإِّني َص اِئٌم‬
beliau bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian di suatu hari sedang berpuasa berpuasa,
maka janganlah dia berkata-kata kotor dan berbuat kebodohan dan sia-sia. Bila dia dicaci
oleh orang lain atau diperangi, maka hendaklah dia mengatakan, “Sesungguhnya saya
sedang berpusa.” (HR Muslim, No 1151).
Masih dalam redaksi hadits yang sama, riwayat lain dari Abu Dawud disebutkan:
HR. Ibnu Hazm
8
‫َأالِّص َيا ُم ُج ُّنٌة َم ا َلْم َيْح ِرْقُه ِبَك ِذ ٍب َأْو ِبَنِم ْيَم ة‬
Artinya: “Puasa adalah perisai selama ia belum dirobek dengan dusta dan mengumpat”

7
QS. Al-Baqarah: 183
8
QS. Al-Baqarah 185
9
Diriwayatkan oleh Muslim
(HR. Ibnu Hazm).

C. Rukun-rukun puasa fardhu

1. Memahami hal-hal yang membatalkan puasa.


Rukun puasa yang pertama adalah menahan hal-hal yang membatalkan puasa dari munculnya
fajar sampai terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan Firman Allah:
‫َو ُك ُلْو ا َو اْش َر ُبْو ا َح ّٰت ى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْيُط اَاْلْبَيُض ِم َن اْلَخْيِط اَاْلْس َوِد ِم َن اْلَفْج ِۖر ُثَّم َاِتُّم وا الِّص َياَم ِاَلى اَّلْيِۚل‬
"... Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam..." (QS. Al-Baqarah: 187)
2. Niat
Rukun puasa yang kedua yakni niat, niat wajib dilakukan sebelum terbit fajar. Berarti, waktu
niat adalah sejak terbenamnya matahari sampai sebelum terbit fajar. Iya wajib dilakukan di
setiap malam bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan pada hadits Nabi SAW yang bersumber
dari Hafshah: "Man lam yujmi' as-shiyam qabla al-fajr fala shiyama lahu" (Barang siapa yang
tidak menghimpun niat dan tekad berpuasa sebelum fajar, maka dia tidak dikatakan berpuasa). 10
Adapun Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa
Syarat Wajib Puasa sebagai berikut:
1. Islam, maka disyariatkan seseorang berpuasa itu Islam sepanjang hari. Kalau iya
murtad sekejap pun, maka puasanya menjadi batal.
2. Baligh
Syarat kedua yang menjadikan seseorang wajib untuk mengerjakan ibadah puasa wajib
adalah masalah usia baligh. Mereka yang belum sampai usia baligh seperti anak kecil, tidak
ada kewajiban untuk berpuasa Ramadhan.Namun orang tuanya wajib melatihnya berpuasa
ketika berusia 7 tahun. Bahkan bila sampai 10 sudah boleh dikenakan sanksi. Hal itu
sebagaimana ketika melatih anak-anak untuk shalat.Syarat kedua yang menjadikan
seseorang wajib untuk mengerjakan ibadah puasa wajib adalah masalah usia baligh. Mereka
yang belum sampai usia baligh seperti anak kecil, tidak ada kewajiban untuk berpuasa
Ramadhan.Namun orang tuanya wajib melatihnya berpuasa ketika berusia 7 tahun. Bahkan
bila sampai 10 sudah boleh dikenakan sanksi. Hal itu sebagaimana ketika melatih anak-
anak untuk shalat.
3. Berakal
Syarat ketiga dari syarat wajib puasa adalah berakal. Sudah menjadi ijma’ ulama bahwa
orang gila adalah orang yang tidak berakal, sehingga orang gila tidak diwajibkan untuk
mengerjakan puasa. Dasarnya adalah potongan hadits :
9
“Dari orang gila hingga waras.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmizy)
Seorang yang dalam keadaan gila bila tidak puasa maka tidak ada tuntutan untuk
mengganti puasa yang ditinggalkannya ketika dia telah sembuh selama masih hidup di

10
Diriwayatkan oleh Ahmad dan pengarang kitab Sunan yang lain, dishahihkan oleh Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban
dunia. Dan di akhirat kelak, tidak ada dosa yang harus ditanggungnya karena
meninggalkan kewajiban berpuasa.Namun dalam kasus dimana seseorang secara sengaja
melakukan sesuatu yang mengantarkannya kepada kegilaan, maka wajib puasa atau wajib
menggantinya. Hal yang sama berlaku pada orang yang mabuk,bila mabuknya disengaja.
Tapi bila mabuknya tidak disengaja, maka tidak wajib atasnya puasa.
4. Sehat
Puasa bagi orang yang sakit hukumnya tidak wajib. Apabila sakitnya sebelum subuh, maka
tidak wajib baginya berniat puasa di hari itu. Jika sakitnya tidak ada sepanjang malam maka
wajib baginya berniat puasa untuk hari itu dan jika siang harinya datang penyakitnya lagi,
maka ia boleh berbuka puasa
‫َش ْهُر َر َم َض اَن ٱَّلِذٓى ُأنِز َل ِفيِه ٱْلُقْر َء اُن ُهًدى ِّللَّناِس َو َبِّيَٰن ٍت ِّم َن ٱْلُهَد ٰى َو ٱْلُفْر َقاِن َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم ٱلَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۖ َو َم ن َك اَن‬
‫َم ِريًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۗ ُيِريُد ٱُهَّلل ِبُك ُم ٱْلُيْس َر َو اَل ُيِر يُد ِبُك ُم ٱْلُعْس َر َو ِلُتْك ِم ُلو۟ا ٱْلِع َّدَة َوِلُتَك ِّبُرو۟ا ٱَهَّلل َع َلٰى َم ا َهَد ٰى ُك ْم‬
‫َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن‬
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah:185)
Catatan : batas berbuka puasa bagi orang yang sakit adalah dikhawatirkan
kalau puasa, membuat ia meninggal, lama sembuhnya, atau makin parah penyakitnya.
5. Mampu
‫َاَّياًم ا َّم ْعُد ْو ٰد ٍۗت َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َّم ِرْيًضا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر ۗ َو َع َلى اَّلِذ ْيَن ُيِط ْيُقْو َنٗه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكْيٍۗن َفَم ْن َتَط َّوَع‬
‫َخْيًرا َفُهَو َخْيٌر َّلٗه ۗ َو َاْن َتُصْو ُم ْو ا َخْيٌر َّلُك ْم ِاْن ُكْنُتْم َتْع َلُم ْو َن‬
Terjemahan
)Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam
perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak
berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah 184)
mampu dalam hal puasa terbagi menjadi10
dua:
a. Hissi (secara fisik), maka tak wajib puasa bagi orang tua yang lemah dan orang
sakit yang tidak diharapkan lagi kesembuhannya.
b. Syara' (hukum agama) maka tidak wajib puasa atas wanita yang haid atau nifas.
6. Tidak sedang musafir. Maka tak wajib puasa bagi orang yang musafir perjalanan
jauh dengan catatan ia meninggalkan kampungnya sebelum subuh. Akan tetapi jika
perjalanan itu tidak menyusahkannya maka lebih utama baginya tetap berpuasa.
7. Suci dari haid dan nifas
Para ulama telah berijma’ bahwa para wanita yang sedang mendapat darah haidh
dan nifas tidak diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan bila tetap dikerjakan juga dengan niat
berpuasa, hukumnya malah menjadi haram.Dasar ketentuannya adalah hadits Aisyah
radhiyallahuanha berikut ini
"Kami (wanita yang haidh atau nifas) diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak di
diperintah untuk mengqadha; shalat.” (HR. Muslim)
Syarat Sah Puasa sebagai berikut:
1. Niat
2. Islam, maka disyariatkan bagi orang Islam, puasa satu harian penuh. Jikalau
seseorang murtad sekejap saja di siang hari maka batallah puasanya.
3. Berakal, maka disyariatkan orang yang puasa itu mesti berakal. Jikalau
seseorang gila sekejap saja di siang hari maka batallah puasanya.
4. Bersih dari haid dan nifas. Seorang wanita itu, mesti disyariatkan suci satu
harian penuh. Jikalau haid di siang hari maka batallah puasanya.
5. Mengetahui akan hari itu sah untuk melaksanakan puasa.11

D. Macam-macam Puasa Fardhu


1. Puasa Ramadhan
a. Pengertian Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan merupakan puasa wajib yang dilakukan selama satu bulan
penuh dalam satu kali setahun. Puasa Ramadhan menjadi rukun iman yang ketiga. Bulan
Ramadhan menjadi bulan yang dipenuhi oleh keberkahan dan ampunan Allah SWT.
Selain itu, dalam bulan Ramadhan juga terdapat malam yang mempunyai
kemuliaan lebih dari seribu bulan sekalipun yakni Lailatul Qadar. Pada malam Lailatul
Qadar kita sebagai umat muslim dianjurkan untuk beribadah dan memohon ampunan
kepada-Nya supaya mendapatkan rahmat-Nya.
Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan untuk pertama kalinya saat tahun
kedua Hijriyah. Pada saat itu, Rasulullah SAW baru menerima perintah dari-Nya untuk
memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Palestina) ke arah Masjidil Haram di
Makkah. Kemudian Allah SWT berfirman:
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلۡي ُك ُم ٱلِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقوَن‬
Artinya:
11
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 183)
Lalu, Rasulullah SAW bersabda mengenai kewajiban puasa Ramadhan tersebut.
11
Ahmad Sawat, "Syarat Rukun dan Yang Membatalkan", 2019, hal 7-25
“Dari Abu Abdurrahman bin Umar bin Khattab Radiyallahu’anhuna berkata: aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Islam itu ditegakkan atas lima dasar, yaitu: (1)
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang (patut disembah) kecuali Allah, dan bahwasanya
Nabi Muhammad SAW itu utusan Allah, (2) mendirikan salat lima waktu, (3) membayar
zakat, (4) mengerjakan haji ke Baitullah, dan (5) berpuasa pada bulan Ramadhan. (HR At-
Tirmidzi dan Muslim)
b. Bacaan Niat Puasa Ramadhan
Sama halnya saat mengerjakan sesuatu, kita pasti membutuhkan niat yang berasal dari hati.
Maka dari itu, dalam puasa Ramadhan juga dibutuhkan niat yang dibacakan ikhlas dari hati.
Niat puasa Ramadhan ini menjadi suatu bukti penegasan kita terhadap kesungguhan hati
untuk menjalankan ibadah tersebut.
Terdapat dalil yang mengemukakan mengenai niat puasa. Yakni : “Siapa yang tidak
membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu Hajar, maka ita tidak berpuasa,”
(Hadist Shahih riwayat Abu Dadu: 2008, Al-Tirmidzi: 662, dan al-Nasa’i: 2293)
Lalu, bagaimana niat puasa Ramadhan yang harus dilafalkan setelah kegiatan sahur.
Yakni berbunyi:
‫َنَو ْيُت َص ْو َم َغ ٍد َع ْن َأَداِء َفْر ِض َشْهِر َر َم َض اِن هِذِه الَّسَنِة ِهلِل َتَع اَلى‬
Artinya:
“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini,
karena Allah Ta’ala.”
c. Waktu Pelaksanaan Puasa Ramadhan
Dalam puasa Ramadhan, waktu pelaksanaannya yakni dimulai ketika matahari terbit
hingga terbenam, selama bulan Ramadhan. Menurut Al Mawardi dalam kitab Iqna’,
terdapat dua pembagian fajar dalam waktu pelaksanaan puasa Ramadhan. Yakni Fajar
Kadzib dan Fajar Shadiq. Hal tersebut didukung oleh sabda Rasulullah SAW (dari Ibnu
Abbas RA), yang berbunyi:
“Fajar itu ada dua, yang pertama tidak mengharamkan makan (bagi yang puasa), tidak
halal salat ketika itu. Yang kedua mengharamkan makan dan telah dibolehkan salat ketika
terbit fajar tersebut”.
Berdasarkan sabda tersebut dapat disimpulkan bahwa saat Fajar Kadzib muncul, kita
yang hendak menjalankan puasa Ramadhan tidak diperbolehkan salat subuh dan masih
boleh makan & minum. Sedangkan saat Fajar Shadiq muncul, kita sudah diperbolehkan
salat subuh dan diharamkan untuk makan minum.
Menurut sabda dari Rasulullah yakni “Jika salah seorang dari kalian mendengar adzan
padahal gelas ada di tangannya, janganlah ia letakkan hingga memenuhi hajatnya.”
Jadi, dari sabda Rasulullah SAW tersebut
12 menyimpulkan bahwa ketika kita tengah makan
dan minum (saat sahur), kemudian mendengar adzan adanya Fajar Shadiq, kita dianjurkan
untuk meneruskan makan dan minum tersebut hingga habis.
 Amalan selama Bulan Ramadhan
- Salat tarawih, merupakan salah satu salat sunah yang hanya dapat dilaksanakan saat
bulan Ramadhan saja.
- Salat witir dan salat sunnah lain
- Bersedekah kepada yang membutuhkan, misalnya mengajak buka bersama
- Tadarrus, yakni membaca kitab suci Al-Quran selepas shalat tarawih
- I’ktikaf di masjid
2. Puasa Kafarat
Apa itu puasa kafarat? Mengapa disebut sebagai puasa wajib juga?
a. Pengertian Puasa Kafarat
Puasa kafarat merupakan puasa yang wajib dilakukan untuk “mengganti” puasa Ramadhan
yang “rusak”. Puasa ini wajib dijalankan apalagi bagi mereka yang “merusak” puasa Ramadhan
karena melakukan hubungan seksual.
b. Jenis Puasa Kafarat & Waktu Pelaksanaannya
Ada beberapa jenis puasa kafarat dan penyebabnya, yakni
1) Puasa kafarat yang disebabkan karena melanggar larangan haji.
Puasa ini dilaksanakan dengan cara tamattu’ atau qiran yang mewajibkan membayar
denda puasa dengan menyembelih seekor kambing atau domba. Namun, apabila tidak mampu,
bisa diganti dengan berpuasa selama tiga hari ketika masih berada di tanah suci Mekah; dan
tujuh hari setelah sampai di tanah kelahirannya.
2) Puasa kafarat yang disebabkan karena melanggar sumpah atau janji.
Puasa ini dilaksanakan apabila seseorang telah berjanji untuk melakukan sesuatu tetapi
dia tidak bisa memenuhinya, maka wajib baginya untuk membayar denda dengan berpuasa
selama tiga hari. Namun, apabila tidak mampu melaksanakannya, diwajibkannya untuk
memberi makan sepuluh orang miskin.
‫اَل ُيَؤ اِخ ُذ ُك ُم ٱُهَّلل ِبٱلَّلۡغ ِو ِفٓي َأۡي َٰم ِنُك ۡم َو َٰل ِكن ُيَؤ اِخ ُذ ُك م ِبَم ا َع َّقدُّتُم ٱَأۡلۡي َٰم َۖن َفَك َّٰف َر ُت ٓۥُه ِإۡط َع اُم َع َش َرِة َم َٰس ِكيَن ِم ۡن َأۡو َسِط َم ا ُتۡط ِعُم وَن َأۡه ِليُك ۡم َأۡو‬
‫ِك ۡس َو ُتُهۡم َأۡو َتۡح ِريُر َر َقَبٖۖة َفَم ن َّلۡم َيِج ۡد َفِصَياُم َثَٰل َثِة َأَّياٖۚم َٰذ ِل َك َك َّٰف َر ُة َأۡي َٰم ِنُك ۡم ِإَذ ا َح َلۡف ُتۚۡم َو ٱۡح َفُظ ٓو ْا َأۡي َٰم َنُك ۚۡم َك َٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ٱُهَّلل َلُك ۡم َء اَٰي ِتِهۦ َلَع َّلُك ۡم‬
‫َتۡش ُك ُروَن‬
Artinya:
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud
(untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja, maka kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin,
yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian
kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan
yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
13 hukum-hukum- Nya agar kamu bersyukur
(kepada-Nya). (QS. Al Maidah: 89)
3) Puasa kafarat karena sumpah zihar
Puasa kafarat ini dilakukan untuk seorang suami yang menyamakan punggung istrinya
dengan punggung ibunya. Dalam QS Al-Mujadilah ayat 2 mengemukakan bahwa perkataan
suami yang menyerupakan istri sebagai ibunya, adalah hal yang mungkar.Dalam hal ini, apabila
sang suami ingin menebus dosanya, dirinya diwajibkan untuk berpuasa selama dua bulan
berturut-turut. Sesuai dengan firman Allah dalam salah satu surah kitab suci Al-Quran:
‫ر َفَم ن‬ٞ‫َو ٱَّلِذ يَن ُيَٰظ ِه ُروَن ِم ن ِّنَس ٓاِئِه ۡم ُثَّم َيُع وُد وَن ِلَم ا َقاُلوْا َفَتۡح ِريُر َر َقَبٖة ِّم ن َقۡب ِل َأن َيَتَم ٓاَّس ۚا َٰذ ِلُك ۡم ُتوَع ُظوَن ِبۚۦِه َو ٱُهَّلل ِبَم ا َتۡع َم ُل وَن َخ ِب ي‬
‫َّلۡم َيِج ۡد َفِصَياُم َش ۡه َر ۡي ِن ُم َتَتاِبَع ۡي ِن ِم ن َقۡب ِل َأن َيَتَم ٓاَّس ۖا َفَم ن َّلۡم َيۡس َتِط ۡع َفِإۡط َع اُم ِس ِّتيَن ِم ۡس ِكيٗن ۚا َٰذ ِلَك ِلُتۡؤ ِم ُنوْا ِبٱِهَّلل َو َر ُسو ۚۦِلِه َوِتۡل َك ُح ُدوُد ٱِۗهَّلل‬
‫َو ِلۡل َٰك ِفِريَن َع َذ اٌب َأِليٌم‬
“Orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa
yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka
(wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur.” (QS. Al-
Mujaadilah: 3-4)
4) Puasa kafarat karena melakukan pembunuhan tanpa sengaja
Seseorang yang melakukan pembunuhan tanpa sengaja wajib membayar denda dengan
melakukan puasa selama dua bulan berturut-turut.
5) Puasa kafarat karena melakukan hubungan suami-istri pada saat bulan
Ramadhan
Pasangan suami istri yang apabila melakukan hubungan seksual dengan sengaja pada
saat puasa bulan Ramadhan, dianjurkan untuk mengganti puasa tersebut dengan melakukan
puasa kafarat selama dua bulan berturut-turut.
Sebelumnya, Allah SWT telah melarang umat-Nya untuk melakukan hubungan badan
di siang hari pada bulan Ramadhan.
Dalam puasa kafarat jenis ini, terdapat tiga tingkatannya yakni:
Membebaskan budak belian dari orang lain.
Berpuasa selama dua bulan berturut-turut apabila tidak mampu membebaskan seorang budak.
Memberikan sedekah bagi fakir miskin berjumlah 60 orang yang masing-masingnya diberi ¾
liter per hari, apabila tidak mampu berpuasa selama dua bulan berturut-turut
c. Bacaan Niat Puasa Kafarat
Pelaksanaan puasa kafarat sama saja dengan pelaksanaan puasa pada umumnya. Mulai
dari melakukan sahur, menahan makan dan minum sampai hari petang.
Perbedaan yang paling mencolok adalah bacaan niatnya, yakni
‫نَو ْيُت َص ْو َم َغ ٍد ِلَكَفاَر ِة َفْر ًضاِ ِهلل َتَع اَلى‬
Artinya:
“Saya berniat puasa esok untuk melaksanakan
14kifarat karna Allah Ta’ala”
3. Puasa Nazar
a. Pengertian Puasa Nazar
Puasa nadzar adalah puasa yang telah dijanjikan seseorang karena dirinya berhasilkan
mendapatkan suatu kebaikan. Dalam puasa nadzar ini menjadi wajib untuk dilaksanakan karena
janji yang sebelumnya telah ia panjatkan kepada Allah SWT.Contohnya ketika kita berkata
“Jika saya berhasil dalam ujian skripsi besok, saya akan berpuasa”. Maka perkataan tersebut
wajib untuk dilaksanakan.Mengenai puasa nadzar, Allah SWT telah berfirman mengenai hal
tersebut:
‫ۡل‬ ‫ۡل‬ ‫ۡل‬ ‫ۡل‬ ‫ۡل‬
‫ُثَّم َيۡق ُضوْا َتَفَثُهۡم َو ُيوُفوْا ُنُذ وَر ُهۡم َو َيَّطَّو ُفوْا ِبٱ َبۡي ِت ٱ َعِتيِق‬
Artinya:
“…dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka
melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)” (Al-Hajj: 29)
b. Bacaan Niat Puasa Nazar
Sebelum melaksanakan puasa nazar, kita diwajibkan untuk membaca niat terlebih dahulu. Niat
tersebut tidak hanya disebut dalam hati saja, tetapi juga dilafalkan secara lisan. Bacaan niat
tersebut dibaca saat malam hari sebelum melakukan puasa nazar.Berikut bacaan niat untuk puasa
nazar:
‫َنَو ْيُت َص ْو َم الَّنَذ ِر ِهّٰلِل َتَع الَى‬
(Nawaitu shauman nadzri lillahi ta’aala)
“Aku berniat puasa nazar karena Allah ta’ala”
c. Jenis Puasa Nazar
1) Nazar Lajjaj
Nazar Lajjaj adalah jenis nazar yang dilakukan dengan tujuan memotivasi seseorang untuk mau
mengerjakan suatu hal, mencegah seseorang untuk melakukan sesuatu, atau bahkan untuk
meyakinkan kebenaran akan kabar yang telah disampaikan oleh seseorang.
2) Nazar Tabarrur
Nazar jenis ini dilakukan saat terdapat seseorang yang merasa sanggup untuk mengerjakan suatu
ibadah tanpa menggantungkan pada hal tertentu.
d. Hukum Puasa Nazar
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa puasa nazar dilakukan karena adanya janji yang diucapkan
oleh seseorang yang bersangkutan sehingga wajib untuk dilaksanakan. Demikian, jika seseorang
tersebut tidak melaksanakan puasa sesuai nazarnya, maka jelas dirinya berdosa.
Rasulullah SAW telah bersabda mengenai hal tersebut:
‫ من نذر ان يطيع هللا فليطعه ومن نذران يعصيه فال‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن عائشة رضي هللا عنها قالت‬
)‫ (رواه البخاري ومسلم‬.‫يهصه‬
“Dari Aisyah ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa bernadzar akan mentaati
Allah maka hendaklah ia mentaati-Nya dan barang siapa bernadzar akan bermaksiat kepada
15Al-Bukhari dan Muslim).12
Allah, maka janganlah ia melakukannya”. (HR.

E. Hal-hal yang membatalkan Puasa


1. Makan dan Minum dengan sengaja
12
https://www.gramedia.com/literasi/author/yufi-cantika/
Di antara hal yang membatalkan puasa dan termasuk paling populer adalah makan dan
minum.Para ulama sepakat bahwa makan dan minum termasuk hal-hal yang membatalkan puasa,
dengan dasar dalilnya berupa firman Allah SWT
‫َو ُك ُلْو ا َو اْش َر ُبْو ا َح ّٰت ى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْيُط اَاْلْبَيُض ِم َن اْلَخْيِط اَاْلْس َوِد ِم َن اْلَفْج ِۖر‬...
Artinya:
"...Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam,
yaitu fajar ..."
Ayat ini menggambarkan tentang apa saja yang boleh dilakukan pada malam hari sebelum
terbitnya fajar, yaitu makan dan minum. Sehingga pengertian terbaliknya adalah makan dan
minum merupakan hal yang terlarang dilakukan ketika sudah masuk waktu fajar.Ayat ini juga
sekaligus menjadi penegasan tentang batas kapan dimulainya puasa, yaitu terbitnya fajar. Bukan
selesainya adzan yang dikumandangkan oleh muadzdzin, sebagaimana yang seringkali dipahami
secara keliru oleh sebagian kalangan.
2. Jima'
Dasar ketentuan jima' membatalkan puasa yaitu:
‫ُاِح َّل َلُك ْم َلْيَلَة الِّص َياِم الَّر َفُث ِاٰل ى ِنَس ۤا ِٕىُك ْم ۗ ُهَّن ِلَباٌس َّلُك ْم َو َاْنُتْم ِلَباٌس َّلُهَّن‬
Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.." (QS. Al-Baqarah:187)
Selain dari makan dan minum di atas, yang juga membatalkan puasa adalah jima’ atau hubungan
seksual. Itulah batas jima’ dimana ketika kemaluan laki-laki masuk ke dalam kemaluan wanita,
maka puasa keduanya batal, meski tidak keluar mani. Oleh karena itu para ulama menyebutkan
bahwa percumbuan yang belum sampai ke level persetubuhan belum dikatakan membatalkan
puasa, selama tidak keluar mani.
Sebenarnya makna kata rafats itu tidak harus jima’. Bahkan percumbuan, bermesraan, serta
berciuman itu pun termasuk ke dalam wilayah rafats Namun karena Allah SWT meneruskan di
ayat ini dengan penegasan bahwa : kamu menjadi pakaian untuk mereka (istri) dan mereka
menjadi pakaian untuk kamu, maka menjadi jelas sekali bahwa yang dimaksud itu bukanlah
percumbuan, melainkan jima’ itu sendiri.
- Berjima’ Terkena Kaffarat
Para ulama sepakat bahwa berjima’ di siang haribulan Ramadhan ketika sedang dalam keadaan
puasa dan dilakukan secara sengaja, bukan saja membatalkan puasa, tetapi juga mewajibkan bayar
denda atau kaffarah.
3. Muntah
Umumnya para ulama sepakat bahwa muntah yang di luar kesengajaan itu tidak
membatalkan puasa. Yang membatalkan puasa adalah muntah yang disengaja.Misalnya seseorang
memasukkan jarinya saat berpuasa, sehingga mengakibatkan
16 dirinya muntah, maka hal itu akan
membatalkan puasanya.Sedangkan bila karena suatu hal yang tidak bisa dihindari, kemudian
muntah, tidak batal puasanya. Misalnya karena sakit, mual, pusing atau karena naik kendaraan lalu
mabuk dan muntah, maka muntah yang seperti itu tidak termasuk kategori yang membatalkan
puasa. Dalil atas hal ini adalah beberapa riwayat dari Rasulullah SAW:
”Orang yang muntah tidak perlu mengqadha’, tetapi orang yang sengaja muntah wajib
mengqadha”. (HR. Abu Daud, Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Hadist tersebut sudah jelas mengenai hal muntah, baik sengaja maupun tidak disengaja.
4. Kehilangan Rukun atau Syarat Sah Puasa
Puasa yang sedang dikerjakan akan batal apabila seseorang kehilangan salah satu rukun puasa,
atausalah satu dari syarat sah puasa. Diantaranya yakni :
1. Berubahnya Niat
2. Murtad
3. Mendapatkan haid dan nifas

F. Hikmah Menjalankan Puasa Fardhu.


Puasa di Bulan Ramadhan memiliki hikmah atau manfaat yang sangat mendalam. Disamping
dampak positif pada kesehatan fisik, psikologis, mental dan spiritual, hikmah terbesar dari puasa
Ramadhan adalah agar kita menjadi manusia yang selalu bertakwa, memberi kebaikan pada diri,
keluarga dan sesama.13
a. Puasa merupakan ibadah yang sangat efektif untuk pembinaan akhlak dan pribadi manusia,
agar terhindar dari perbuatan tercela bila benar-benar diamalkan secara ikhlas.Ibadah puasa
merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab
mendapatkan ampunan dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat.
b. Puasa sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT
c. Puasa adalah sarana mensyukuri nikmat dan mengajarkan Solidaritas . Dengan puasa
mengajarkan manusia agar lebih peduli kepada sesama dan banyak melakukan sedekah. Rasa
lapar dan haus juga bisa meningkatkan solidaritas sosial kepada orang miskin sehingga kita
turut bisa merasakannya.
d. Puasa melatih diri untuk mengekang jiwa, melembutkan hati dan mengendalikan syahwat.
e. Melatih Disiplin . Melatih disiplin merupakan hikmah puasa Ramadhan berikutnya. Orang
yang menjalankan puasa harus disiplin sejak mulai fajar hingga berbuka. Kita harus bangun
lebih awal untuk sahur dan menahan diri dari makanan dan minuman selama sepanjang hari.
f. Didoakan oleh Malaikat. Hikmah puasa Ramadhan yaitu setiap orang yang menjalankan
puasa akan didokan oleh malaikat. Hal ini karena puasa Ramadhan merupakan salah satu
bentuk ibadah yang paling utama di dalam agama Islam.
g. Menjadi Penghuni Surga. Menjadi penghuni surga merupakan cita-cita setiap muslim yang
taat dan beriman. Sebagai tempat yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan, surga
dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Hikmah puasa tak hanya pada peningkatan spritual namun juga untuk kesehatan.
17
1. Menjaga kesehatan tubuh.. Selama puasa, tubuh akan membakar lemak sebagai
sumber energi sehingga kadar gula dalam darah dan kolesterol dalam tubuh dapat
menurun. Selain itu, puasa juga bisa mengurangi risiko penyakit diabetes,
13
Lathiful khuluq.2021. "Hikmah Puasa di Bulan Ramadhan". Yogyakarta:
hipertensi, dan obesitas.
2. Membersihkan Tubuh dari Racun. Puasa Ramadhan juga membantu
membersihkan tubuh dari racun dan memperbaiki fungsi organ tubuh seperti hati,
ginjal, dan paru-paru. Selama berpuasa, tubuh akan beristirahat dari pencernaan
makanan yang berat danfokus pada proses detoksifikasi dan regenerasi sel.14

18

14
https://katadata-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/katadata.co.id/amp/agung/lifestyle/641056c53d721/15-hikmah-puasa-
ramadhan-dan-manfaat-bagi-yang-melakukannya.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa fardhu merupakan puasa yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat
Islam.Apabila seorang umat muslim berhasil melaksanakan puasa fardhu ini maka ia akan
mendapatkan pahala. Sebaliknya apabila seorang umat muslim tidak melaksanakan puasa
jenis ini maka ia akan mendapatkan dosa atau ganjaran. Puasa sudah diperintah Allah
sejak umat Islam terdahulu. Perintah Puasa fardhu telah jelas dalam Al-Qur'an surah Al-
Baqarah ayat 183.
Rukun puasa yaitu
1. Mengetahui segala sesuatu yang membatalkan puasa
2. Niat
Syarat wajib puasa
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Sehat
5. Mampu
6. Tidak sedang dalam perjalanan
7. Suci dari haid dan nifas

Syarat Sah Puasa sebagai berikut:


1. Niat
2. Islam
3. Berakal.
4. Bersih dari haid dan nifas.
5. Mengetahui akan hari itu sah untuk melaksanakan puasa.
Macam-macam puasa fardhu:
1. Puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan puasa wajib yang dilakukan selama satu
bulan penuh dalam satu kali setahun
2. Puasa kafarat . Puasa Kafarat merupakan puasa yang wajib dilakukan untuk
“mengganti” puasa Ramadhan yang “rusak”. Puasa ini wajib dijalankan apalagi bagi
mereka yang “merusak” puasa Ramadhan karena melakukan hubungan seksual.
3. Puasa Nazar. Puasa nadzar adalah puasa yang telah dijanjikan seseorang karena dirinya
19
berhasilkan mendapatkan suatu kebaikan. Dalam puasa nadzar ini menjadi wajib untuk
dilaksanakan karena janji yang sebelumnya telah ia panjatkan kepada Allah SW.
Hal-hal yang membatalkan puasa
1. Makan minum dengan sengaja
2. Jima'
3. Muntah dengan sengaja
4. Kehilangan rukun, syarat wajib, dan syarat sah puasa.
Hikmah puasa
1. Membentuk pribadi yang bertakwa. Puasa sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT
2. Puasa dapat melatih kesabaran, melatih kedisiplinan setiap orang.
3. Didoakan malaikat
4. Mensyukuri nikmat Allah dan juga meningkatkan solidaritas antar sesama.
5. Menjadi penghuni surga. Seperti puasa ramadhan yang merupakan rukun Islam. Allah
menyukai orang-orang yang taat dan beriman.
6. Selain pada peningkatan spritual, puasa juga dapat bermanfaat bagi kesehatan
seseorang.

B. Saran

Apabila dalam makalah kami ditemukan berbagai kekurangan, kami


mohon kritik dan saran yang mendukung suapaya dapat memberi motivasi bagi
makalah kami selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an
Hadist
Aswat, Ahmad. 2018. "Syarat, Rukun, dan Yang Membatalkan". Jakarta: Rumah fiqih
publishing.
Musthafa, Ali. 2021." Fikih Puasa". Medan: CV. Media kreasi group.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puasa/
Nurdin, Zurifah. Udzur Meninggalkan Puasa.repository.iainbengkulu.ac.id
Imam al Ghazali. 1985." Pemata al-Qur’an", Jakarta: CV. Rajawali.
Khuluq, lathiful. 2021 "Hikmah Puasa di Bulan Ramadhan". In: DIORAMA: Kumpulan
Naskah Ceramah dan Khutbah. Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI), Yogyakarta, pp.
Arifin, Agus. 2013. "Fiqih Puasa" Jakarta: PT Elex Media Komputindo .
https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/sulsel/berita/d-6667059/
pengertian-puasa-ramadhan-dalil-rukun-dan-keutamaannya.

21

Anda mungkin juga menyukai