FIQIH IBADAH
PUASA FARDHU
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Aesyie Jamilatul Mabruroh
Alivia Fakhrun Nisa'
Cici Novi Handini
FAKULTAS TARBIYAH
1. Bapak Muchsinul Khuluq, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih Ibadah.
2. Semua kelompok yang telah membantu menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan juga dapat
memperluas wawasan. Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis
meminta untuk kritik dan saranya bagi semua pembaca, kami menyadari bahwa makalah yang
kami susun masih jauh dari kata sempurna, terimakasih. Semoga makalah kami memberi
manfaat bagi semua pembaca, Aamiin
Kelompok
i
DAFTAR ISI
MAKALAH.........................................................................................................................1
FIQIH IBADAH..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................5
A. Latar belakang.........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...................................................................................................6
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..................................................................................................................7
PENUTUP..........................................................................................................................19
A. Kesimpulan............................................................................................................19
B. Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang
tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang beriman ibadah
puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab
untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan
derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal
ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga
manusia dari bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang bersemayam dalam diri manusia
akan terkekang sehingga manusia tidak lagi menjadi budak nafsu tetapi manusia akan menjadi
majikannya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang diciptakan
tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi kebaikan
hambanya. Banyak sekali hikmah yang akan di dapat dalam melaksanakan puasa. Kalau kita
mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa
tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri. Barang siapa yang
melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang besar
oleh allah. Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat
dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya mengenai
kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan puasa secara tidak langsung telah
diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan
mempunyai tingkah laku yang baik. Kebahagiaan dalam puasa yakni ketika waktu berbuka dan
waktu sahur.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Puasa fardhu?
2. Apa saja dalil-dalil tentang puasa fardhu?
3. Apa Rukun-rukun puasa fardhu?
4. Apa saja macam-macam puasa fardhu?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan puasa fardhu?
6. Apa saja hikmah yang akan didapat dalam melaksanakan puasa?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Puasa fardhu.
2. Untuk mengetahui dalil-dalil tentang puasa fardhu.
3. Untuk mengetahui rukun-rukun puasa fardhu.
4. Untuk mengetahui macam-macam puasa fardhu.
5. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan puasa fardhu.
6. Untuk mengetahui hikmah yang akan didapat dalam melaksanakan puasa
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa Fardhu
Secara bahasa, puasa adalah terjemahan dari bahasa Arab, Shaum, ia memiliki arti dasar
imsak 'an al-kalam wa al kaff ala syaiin "menahan sesuatu" atau "meninggalkannya", "tidak
melakukannya". 1 Al-Qur'an menggambarkan pengertian ini melalui lisan Nabi Zakariya 'alaihi
as-salam:
ِاِّنْي َنَذ ْر ُت ِللَّرْح ٰم ِن َص ْو ًم ا َفَلْن ُاَك ِّلَم اْلَيْو َم ِاْنِس ًّيا
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak
akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam: 26)2
Ar-Raghib dalam mufradat al-Qur'an berkata: "Shaum adalah menahan melakukan
sesuatu, baik makan, berbicara, atau berjalan". Oleh karena itu, kuda yang tidak mau bergerak
atau berjalan dikatakan shiyam.3
Puasa fardhu merupakan puasa yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat
Islam.Apabila seorang umat muslim berhasil melaksanakan puasa fardhu ini maka ia akan
mendapatkan pahala. Sebaliknya apabila seorang umat muslim tidak melaksanakan puasa jenis
ini maka ia akan mendapatkan dosa atau ganjaran.Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan
syariat islam adalah dengan menahan diri dari makan minum serta semua perbuatan yang dapat
membatalkan puasa dari terbitnya matahari hingga matahari tenggelam dengan diawali niat
yang sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an. Puasa ditujukan untuk dapat membentuk
serta menanamkan sikap-sikap teladan dan meningkatkan ketakwaan seorang Muslim kepada
Allah SWT.4
Puasa menurut Imam Al Ghazali adalah pada hakekatnya sebagai media untuk bisa
dekat dengan Allah SWT. Puasa jika dilakukan secara sungguh sungguh seorang individu
senantiasa menjaga agar emosi tetap stabil sehingga tidakmelakukan hal halyang buruk. Karena
pada dasarnya seseorang bisa dekat dengan Allah SWT jika seseorang individu menjaga diri
agar terhindar dari hawa nafsu.5Puasa itu bisa menahan hawa nafsu, nafsu secara lahir dan
batin.
Menurut ulama Hanafiah dan Hanabulah puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang
membatalkan dari terbit fajar sadiq3 sampai terbenam matahari dengan memenuhi syarat-syarat
tertentu. Sementara menurut ulama Syafi’yah dan Malikiyah puasa adalah menahan diri dari
hal-hal yang membatalkan dari terbit fajar sadiqs sampai terbenam matahari dengan syarat-
syarat tertentu, serta melengkapi dengan niat.6
1
Contoh: shamat al-Khail (kuda tidak mau berjalan); shamat al-Rih
7 (angin tidak bertiup). Ibnu Madzur, Lisan al-Arab
(materi tentang shaum).
2
QS. Maryam: 26
3
Tentang hal ini, ada sebuah syair Arab menyatakan:
Lisan al-Arab, Ibnu Mandzur, Al-Qurthubi II, 254
4
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puasa/
5
Imam al Ghazali, Pemata al-Qur’an, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm. 88.
6
Zurifah Nurdin, Udzur Meninggalkan Puasa.repository.iainbengkulu.ac.id
B. Dalil-dalil tentanng puasa fardhu
7
QS. Al-Baqarah: 183
8
QS. Al-Baqarah 185
9
Diriwayatkan oleh Muslim
(HR. Ibnu Hazm).
10
Diriwayatkan oleh Ahmad dan pengarang kitab Sunan yang lain, dishahihkan oleh Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban
dunia. Dan di akhirat kelak, tidak ada dosa yang harus ditanggungnya karena
meninggalkan kewajiban berpuasa.Namun dalam kasus dimana seseorang secara sengaja
melakukan sesuatu yang mengantarkannya kepada kegilaan, maka wajib puasa atau wajib
menggantinya. Hal yang sama berlaku pada orang yang mabuk,bila mabuknya disengaja.
Tapi bila mabuknya tidak disengaja, maka tidak wajib atasnya puasa.
4. Sehat
Puasa bagi orang yang sakit hukumnya tidak wajib. Apabila sakitnya sebelum subuh, maka
tidak wajib baginya berniat puasa di hari itu. Jika sakitnya tidak ada sepanjang malam maka
wajib baginya berniat puasa untuk hari itu dan jika siang harinya datang penyakitnya lagi,
maka ia boleh berbuka puasa
َش ْهُر َر َم َض اَن ٱَّلِذٓى ُأنِز َل ِفيِه ٱْلُقْر َء اُن ُهًدى ِّللَّناِس َو َبِّيَٰن ٍت ِّم َن ٱْلُهَد ٰى َو ٱْلُفْر َقاِن َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم ٱلَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۖ َو َم ن َك اَن
َم ِريًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۗ ُيِريُد ٱُهَّلل ِبُك ُم ٱْلُيْس َر َو اَل ُيِر يُد ِبُك ُم ٱْلُعْس َر َو ِلُتْك ِم ُلو۟ا ٱْلِع َّدَة َوِلُتَك ِّبُرو۟ا ٱَهَّلل َع َلٰى َم ا َهَد ٰى ُك ْم
َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah:185)
Catatan : batas berbuka puasa bagi orang yang sakit adalah dikhawatirkan
kalau puasa, membuat ia meninggal, lama sembuhnya, atau makin parah penyakitnya.
5. Mampu
َاَّياًم ا َّم ْعُد ْو ٰد ٍۗت َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َّم ِرْيًضا َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر ۗ َو َع َلى اَّلِذ ْيَن ُيِط ْيُقْو َنٗه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكْيٍۗن َفَم ْن َتَط َّوَع
َخْيًرا َفُهَو َخْيٌر َّلٗه ۗ َو َاْن َتُصْو ُم ْو ا َخْيٌر َّلُك ْم ِاْن ُكْنُتْم َتْع َلُم ْو َن
Terjemahan
)Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam
perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak
berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah 184)
mampu dalam hal puasa terbagi menjadi10
dua:
a. Hissi (secara fisik), maka tak wajib puasa bagi orang tua yang lemah dan orang
sakit yang tidak diharapkan lagi kesembuhannya.
b. Syara' (hukum agama) maka tidak wajib puasa atas wanita yang haid atau nifas.
6. Tidak sedang musafir. Maka tak wajib puasa bagi orang yang musafir perjalanan
jauh dengan catatan ia meninggalkan kampungnya sebelum subuh. Akan tetapi jika
perjalanan itu tidak menyusahkannya maka lebih utama baginya tetap berpuasa.
7. Suci dari haid dan nifas
Para ulama telah berijma’ bahwa para wanita yang sedang mendapat darah haidh
dan nifas tidak diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan bila tetap dikerjakan juga dengan niat
berpuasa, hukumnya malah menjadi haram.Dasar ketentuannya adalah hadits Aisyah
radhiyallahuanha berikut ini
"Kami (wanita yang haidh atau nifas) diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak di
diperintah untuk mengqadha; shalat.” (HR. Muslim)
Syarat Sah Puasa sebagai berikut:
1. Niat
2. Islam, maka disyariatkan bagi orang Islam, puasa satu harian penuh. Jikalau
seseorang murtad sekejap saja di siang hari maka batallah puasanya.
3. Berakal, maka disyariatkan orang yang puasa itu mesti berakal. Jikalau
seseorang gila sekejap saja di siang hari maka batallah puasanya.
4. Bersih dari haid dan nifas. Seorang wanita itu, mesti disyariatkan suci satu
harian penuh. Jikalau haid di siang hari maka batallah puasanya.
5. Mengetahui akan hari itu sah untuk melaksanakan puasa.11
18
14
https://katadata-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/katadata.co.id/amp/agung/lifestyle/641056c53d721/15-hikmah-puasa-
ramadhan-dan-manfaat-bagi-yang-melakukannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa fardhu merupakan puasa yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat
Islam.Apabila seorang umat muslim berhasil melaksanakan puasa fardhu ini maka ia akan
mendapatkan pahala. Sebaliknya apabila seorang umat muslim tidak melaksanakan puasa
jenis ini maka ia akan mendapatkan dosa atau ganjaran. Puasa sudah diperintah Allah
sejak umat Islam terdahulu. Perintah Puasa fardhu telah jelas dalam Al-Qur'an surah Al-
Baqarah ayat 183.
Rukun puasa yaitu
1. Mengetahui segala sesuatu yang membatalkan puasa
2. Niat
Syarat wajib puasa
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Sehat
5. Mampu
6. Tidak sedang dalam perjalanan
7. Suci dari haid dan nifas
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an
Hadist
Aswat, Ahmad. 2018. "Syarat, Rukun, dan Yang Membatalkan". Jakarta: Rumah fiqih
publishing.
Musthafa, Ali. 2021." Fikih Puasa". Medan: CV. Media kreasi group.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puasa/
Nurdin, Zurifah. Udzur Meninggalkan Puasa.repository.iainbengkulu.ac.id
Imam al Ghazali. 1985." Pemata al-Qur’an", Jakarta: CV. Rajawali.
Khuluq, lathiful. 2021 "Hikmah Puasa di Bulan Ramadhan". In: DIORAMA: Kumpulan
Naskah Ceramah dan Khutbah. Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI), Yogyakarta, pp.
Arifin, Agus. 2013. "Fiqih Puasa" Jakarta: PT Elex Media Komputindo .
https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/sulsel/berita/d-6667059/
pengertian-puasa-ramadhan-dalil-rukun-dan-keutamaannya.
21