Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FIQIH IBADAH

“SHALAT NAWAFIL”

Disusun Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah

Dosen Bpk. Muchsinul Khuluq, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 3

Zainal Arifin (23381071079)

Athiqotin Muzayyanah (23381072014)

Wildan Ramadhani Al Farizi (23381071074)

FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-nya
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah ini kami
beri judul “Shalat Nawafil”. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang
benderang.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan
bagi para pembaca.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Muchsinul Khuluq, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Fiqih Ibadah dan Tidak lupa bagi rekan-rekan kelompok yang telah
membantu penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu
kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada tugas
berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi
kami dan juga terhadap pembaca.

Pamekasan, 04 September 2023

Anggota Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1

C. Tujuan.......................................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................................................2

A. Shalat Nawafil...........................................................................................................................2

B. Dalil-dalil..................................................................................................................................2

C. Rukun-rukun.............................................................................................................................4

D. Macam-macam..........................................................................................................................6

E. Hal-hal yang membatalkan.......................................................................................................9

F. Hikmahnya..............................................................................................................................10

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................................11

A. Kesimpulan.............................................................................................................................11

B. Saran.......................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat merupakan salah satu pilar utama dalam praktik keagamaan islam. Shalat
adalah ibadah yang dilakukan oleh orang muslim dengan beberapa rukun dan syarat sah
yang telah ditentukan.

Selain shalat wajib (fardhu), shalat sunnah juga memiliki peran yang penting dalam praktik
keagamaan seorang muslim. Shalat sunnah juga merupakan wujud dari kecintaan dan
kesungguhan seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat juga
terbagi dalam beberapa bagian, yang pertama shalat wajib dan yang kedua shalat nawafil.

Shalat nawafil merupakan shalat sunnah yang pengerjaannya dianjurkan dan dilakukan
setelah shalat fardhu atau bisa dikatakan shalat tambahan. Tapi shalat ini tidak bersifat wajib
dan tidak berdosa jika ditinggalkan.

Shalat sunnah dapat dikerjakan secara berjamaah maupun munfarid (sendirian) dan terbagi
dalam dua macam yakni shalat sunnah muakkad dan ghairu muakkad.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Shalat Nawafil?


2. Apa saja dalil-dalil yang mendasari Shalat Nawafil?
3. Apa saja rukun-rukun dalam Shalat Nawafil?
4. Apa saja macam-macam dalam Shalat Nawafil?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan Shalat Nawafil?
6. Apa hikmahnya menjalankan Shalat Nawafil?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang pengertian
shalat nawafil, dalil-dalil yang menjelaskan tentang shalat nawafil, rukun-rukun shalat
nawafil, macam-macam shalat nawafil, hal-hal yang membatalkan shalat nawafil, serta
menyampaikan manfaat dan hikmahnya menjalankan shalat nawafil dalam kehidupan
sehari-hari.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SHALAT NAWAFIL

Shalat nawafil atau shalat sunnah dalam bahasa arab biasa dikenal dengan shalat al-Nafl.
Secara etimologi, Nafl berarti tambahan. Sedangkan menurut terminologi adalah shalat yang
dianjurkan untuk dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Shalat sunnah berfungsi sebagai
penyempurna kekurangan yang terdapat dalam shalat fardhu. Bahkan kelak di akhirat, shalat
sunnah dapat difungsikan sebagai pengganti shalat fardhu yang pernah ditinggalkan kala di
dunia. Setiap tujuh puluh raka’at shalat sunnah bernilai satu raka’at shalat fardhu.

Tathawwu' artinya melakukan sesuatu dengan kerelaan hati, yakni melakukan sesuatu
kebaikan yang bukan merupakan kewajiban. Pengertian tathawwu' secara lughawi tersebut
dalam firman Allah:

“Faman tathawwa'a khairan fahuwa khairul lah”

“Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik
baginya.” (QS. al-Baqarah: 184)

B. DALIL-DALIL TENTANG SHALAT NAWAFIL

Dalam Al-Qur'an, istilah "shalat nawafil" atau "shalat sunnah" mungkin ada sebagian
yang tidak secara eksplisit digunakan, tetapi terdapat ayat-ayat yang memberikan dasar untuk
pelaksanaan shalat sunnah dan amal-amal kebaikan tambahan.

a) Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Shalat Nawafil:

Surah Al-Isra (17:79):

‫َوِم َن اَّلْيِل َفَتَهَّج ْد ِبٖه َناِفَلًة َّلَۖك َع ٰٓس ى َاْن َّيْبَع َثَك َر ُّبَك َم َقاًم ا َّم ْح ُم ْو د‬

79. Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan
bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.

2
Surah Al-A'raf (7:205):

‫َو اْذ ُك ْر َّرَّبَك ِفْي َنْفِس َك َتَض ُّر ًعا َّو ِخ ْيَفًة َّو ُد ْو َن اْلَج ْهِر ِم َن اْلَقْو ِل ِباْلُغ ُد ِّو َو اٰاْل َص اِل َو اَل َتُك ْن ِّم َن اْلٰغ ِفِلْين‬

205. Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan
tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lengah.

Surah Al-Mu'minun (23:1-2):

‫َقْد َاْفَلَح اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن‬

1. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,

‫اَّلِذ ْيَن ُهْم ِفْي َص اَل ِتِهْم ٰخ ِش ُعْو ن‬

2. (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya,

Surah Al-Ankabut (29:45):

‫ُاْتُل َم ٓا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم الَّص ٰل وَۗة ِاَّن الَّص ٰل وَة َتْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َبُرۗ َو ُهّٰللا َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعْو ن‬

45. Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari
ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

b) Hadits-hadits nabi yang menjelaskan tentang Shalat Nawafil:

1. Manfaat Shalat Sunnah

Rasulullah SAW bersabda, "Pada hari kiamat kelak, amal ibadah manusia yang
pertama kali dihisab adalah shalatnya. Allab Yang Maha Mengetahui bertanya kepada
malaikat, Periksalah shalat hamba-Ku, sempurna ataukah ada kekurangan? Apabila
shalatnya sempurna, maka dicatatlah sempurna. Sebaliknya, jika ada kekurangannya, Allah
SWT berfirman, Periksalah apakah hamba-Ku itu memiliki amalan shalat sunnah? Kalau
terdapat shalat- shalat sunnahnya, Allah memerintahkan, Cukupkanlah kekurangan shalat
fardhu hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya." (HR. Abu Dawud, dari Abu Hurairah ra).

3
2. Shalat Sunnah Meningkatkan Derajat

Rasulullah SAW bersabda, "Engkau barus banyak bersujud kepada Allah karena
sungguh tiada sekali-kali engkau bersujud kepada Allah dengan sekali sujud, kecuali Allah
mengangkatmu satu derajat karenanya dan menghapus satu dosa (kesalahan) darimu
karenanya." (HR. Muslim dan Tirmidzi, dari Tsauban ra).

3. Shalat Sunnah sebagai Cahaya Rumah

Rasulullah SAW bersabda, "Shalat seseorang di rumahnya, yakni shalat

sunnah, sebagai cahaya. Maka barang siapa suka, ia dapat menerangi rumah

nya hingga bercahaya." (HR. Ahmad, dari Umar ra).

4. Shalat Sunnah Lebih Utama di Rumah

Rasulullah SAW bersabda, "Shalat seseorang di rumahnya itu lebih utama daripada
shalat di masjidku ini, kecuali jika mengerjakan shalat fardhu." (HR. Abu Dawud, dari. aid
bin Tsabit ra).

5. Keutamaan Shalat Sunnah di Rumah

Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian biasa shalat di
masjid, hendaklah shalat juga di rumahnya agar Allah meletakkan kebaikan di dalam
rumahnya karena shalatnya itu." (HR. Ahmad dan Muslim, dari Jabir ra).

C. RUKUN-RUKUN SHALAT NAWAFIL

Shalat nawafil atau shalat sunnah tidak memiliki rukun seperti shalat wajib. Shalat wajib
memiliki rukun yang harus dipenuhi agar shalat sah, seperti rukun-rukun shalat dalam Islam
yang meliputi niat, takbiratul ihram, ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan tasyahhud.

Shalat nawafil, di sisi lain, adalah shalat yang dianjurkan atau disunahkan oleh Nabi
Muhammad SAW, tetapi tidak memiliki rukun-rukun yang harus dipenuhi secara ketat seperti
shalat wajib.

Namun, ada aturan-aturan umum yang perlu diikuti saat melaksanakan shalat nawafil:

1. Niat

Meskipun shalat nawafil tidak memiliki niat yang khusus dalam arti formal seperti shalat
wajib, penting untuk memiliki niat yang tulus saat melaksanakan shalat sunnah. Niat ini

4
dapat dilakukan dalam hati untuk mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan shalat
sunnah tertentu.

2. Takbiratul Ihram

Seperti dalam shalat wajib, shalat nawafil juga dimulai dengan takbiratul ihram (ucapan
Allahu Akbar) untuk memulai shalat.

3. Gerakan dan Doa

Shalat nawafil umumnya mengikuti pola gerakan dan doa yang mirip dengan shalat wajib.
Ini mencakup ruku (membungkuk), sujud (bersujud), duduk di antara dua sujud, dan
tasyahhud. Namun, jenis dan jumlah gerakan serta doa dalam shalat nawafil dapat bervariasi
tergantung pada jenis shalat sunnah yang dilakukan.

4. Penyelesaian Shalat

Shalat nawafil diakhiri dengan salam seperti dalam shalat wajib, yaitu dengan mengucapkan
salam ke kanan dan kiri.

5. Waktu yang Dianjurkan

Shalat nawafil dianjurkan dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang telah diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Waktu-waktu ini dapat berbeda tergantung pada jenis shalat
nawafil yang dilakukan, seperti shalat sunnah sebelum atau sesudah shalat wajib, shalat
tahajjud, dan lain sebagainya.

6. Bacaan dan Doa

Dalam shalat nawafil, Anda dapat membaca ayat-ayat Al-Quran atau berdoa dengan doa-doa
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bacaan dan doa ini dapat berbeda tergantung
pada jenis shalat nawafil yang dilakukan.

5
D. MACAM-MACAM SHALAT NAWAFIL

Ada beberapa jenis Shalat Nawafil atau Shalat Sunnah yang bisa dilakukan sehari-hari atau
pada waktu-waktu tertentu.

a. Berikut adalah beberapa jenis Shalat Sunnah yang paling umum:

1. Shalat Sunnah Mu’akkadah

Shalat Sunnah ini adalah jenis shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dan dilakukan secara rutin.

Contohnya adalah shalat sunnah sebelum dan setelah shalat wajib (fardhu), seperti shalat
sunnah rawatib, shalat sunnah qabliyah dan shalat sunnah ba’diyah.

2. Shalat Sunnah Ghairu Mu’akkadah

Shalat ini juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tetapi tidak sekeras Shalat
Sunnah Mu’akkadah.

Contohnya adalah shalat sunnah sebelum tidur atau shalat sunnah pada waktu-waktu
tertentu seperti Dhuha atau Tahajjud.

3. Shalat Sunnah Raghib dan Makruh

Shalat ini lebih bersifat opsional dan dapat ditinggalkan tanpa dosa.

Contohnya adalah shalat sunnah setelah berwudhu (Tahiyyat al-Wudhu) atau shalat sunnah
setelah makan (Tahiyyat al-Ma’idah).

b. Jika ditinjau dari segi pelaksanaannya, shalat sunnah terbagi menjadi dua macam:

1) Shalat sunnah yang tidak dianjurkan dikerjakan dengan berjemaah;

1. Shalat rawatib

Shalat rowatib adalah shalat sunnat yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu, baik
sebelumnya (qobliyyah) atau sesudahnya (ba'diyyah). Jumlahnya ada 22 raka'at, yang 10
raka'at muakkad (sangat dianjurkan) dan yang 12 ghoiru muakkad (dianjurkan).

2. Shalat witir

Shalat Witir merupakan shalat sunnat muakkad yang paling utama dibanding dengan
shalat sunnat yang lain. Waktu pelakasanaan- nya setelah mengerjakan shalat Isya'

6
sampai sebelum terbitnya fajar shâdiq walaupun shalat Isya'nya dikerjakan dengan jama'
taqdim.

3. Shalat dhuha

Shalat Dluha adalah shalat yang dikerjakan pada saat naik- nya matahari setinggi tombak
sampai waktu zawal (menjelang shalat Dzuhur). Jumlah raka'atnya minimal dua raka'at,
boleh empat raka'at dan paling utama delapan raka'at.

4. Shalat tahiyyatul masjid

Shalat tahiyyatul masjid adalah shalat sunnat yang dianjur- kan bagi seseorang yang
masuk masjid sebagai penghormatan atas masjid. Meskipun berulang-ulang dalam
tenggang waktu yang pendek. Shalat tahiyyatul masjid minimal dilaksanakan dengan
dua raka'at, namun boleh ditambah lebih dari dua raka'at dengan satu salam tiap dua
raka'at

5. Shalat istikharah

Shalat istikharah dianjurkan bagi seseorang yang akan melakukan sesuatu, baik yang
berhubungan dengan hal dunia atau akhirat. sedangkan ia pada waktu itu tidak
mengetahui manakah yang lebih baik, apakah dikerjakan atau ditinggalkan

6. Shalat tahajjud

Shalat tahajjud adalah shalat sunnat pada malam hari yang dikerjakan setelah tidur.
Jumlah raka'atnya minimal dua raka'at dan maksimal tidak terbatas

7. Shalat hajat

Shalat hajat adalah shalat kebutuhan. Artinya, setiap manusia memiliki banyak
kebutuhan, dan agar kebutuhan mendapat ridha dan kemudahan untuk mencapainya,
diperlukan permohonan kepada Allah SWT, karena hanya Allah SWT yang mampu
memenuhi segala kebutuhan seorang hamba-nya.

8. Shalat taubat

Shalat taubat adalah shalat yang dilakukan oleh seorang Muslim sebagai bentuk tobat
dan pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu. Shalat ini adalah
salah satu cara yang dianjurkan dalam Islam untuk meminta pengampunan dari Allah
SWT dan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa. Shalat taubat juga bisa disebut
sebagai "Shalat Istighfar" atau "Shalat Tawbah.

7
2) Shalat sunnah yang dianjurkan dikerjakan dengan berjemaah;

1. Shalat ‘ied (hari raya)

Shalat 'ied atau hari raya ada dua macam, shalat hari raya Fitri pada tanggal 1 Syawwal
dan shalat hari raya Adha pada tanggal 10 Dzilhijjah.

Shalat hari raya hukumnya sunnat muakkadah (sangat dian- jurkan) dan yang afdhol
dikerjakan dengan berjamaah. Sedang- kan waktunya mulai terbitnya matahari sampai
zawal (condong- nya matahari ke arah barat). Jumlah raka'atnya ada dua dan lebih
afdhol dikerjakan setelah matahari kira-kira setinggi tombak.

2. Shalat gerhana

Gerhana tersebut terdapat dua peristiwa, yaitu gerhana matahari dan gerhana bulan. Para
ulama sepakat bahwa shalat kusuf khusuf adalah sunah muakad, baik untuk laki-laki
maupun perempuan. Shalat tersebut lebih utama dikerjakan secara berjamaah, walaupun
berjamaah bukan menjadi syarat utama sahnya shalat tersebut. Shalat gerhana tidak
disyariatkan untuk adzan, tetapi ketika menjelang pelaksanaannya, muadzin cukup
mengumandangkan lafadz 'Asshalatu Jami'ah

3. Shalat istisqa’

Pengertian shalat istisqa' menurut istilah adalah mengharap turunnya air karena sudah
lama tidak turun hujan, mengering- nya sumber air dll. Hukum melaksanakan shalat
istisqa' adalah sunnat mu'akkad bagi orang yang mukim dan orang yang beper- gian baik
dekat ataupun jauh.

4. Shalat tarawih

Shalat Tarawih adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada malam hari bulan Ramadlan.
Sesuai dengan namanya yang ber- makna istirahat, dalam tarawih dianjurkan istirahat
setiap selesai shalat dua kali. Hukumnya sunnat muakkadah dan dianjurkan dengan
berjamaah.

8
E. HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT NAWAFIL

Shalat nawafil sama seperti shalat wajib, dapat dibatalkan oleh beberapa hal. Hal-hal yang dapat
membatalkan shalat nawafil termasuk:

1. Hadas Besar

Hadath besar adalah kondisi di mana seseorang kehilangan wudhu atau janabah (setelah
hubungan intim atau mimpi basah). Jika Anda melakukan shalat nawafil dalam keadaan
hadath besar, shalat tersebut tidak sah.

2. Hadas Kecil

Hadath kecil adalah kondisi di mana seseorang kehilangan wudhu karena hal-hal seperti
buang angin, buang air kecil, atau buang air besar. Jika Anda mengalami hadath kecil
selama shalat nawafil, Anda harus mengulangi wudhu dan shalat.

3. Menghentikan Gerakan Shalat

Menghentikan gerakan shalat secara sengaja seperti berbicara atau melakukan gerakan
yang tidak seharusnya selama shalat (kecuali jika ada kebutuhan mendesak) dapat
membatalkan shalat nawafil.

4. Meninggalkan Salah Satu Rukun atau Syarat Shalat

Meskipun shalat nawafil tidak memiliki rukun seperti shalat wajib, tetapi ada syarat-
syarat yang harus dipenuhi. Meninggalkan salah satu syarat ini, seperti niat yang tulus
atau takbiratul ihram, dapat membatalkan shalat.

5. Meninggalkan Bagian Penting dari Shalat

Meninggalkan bagian yang penting dari shalat, seperti ruku atau sujud, juga dapat
membatalkan shalat nawafil.

6. Gangguan Eksternal yang Signifikan

Jika Anda terganggu oleh gangguan eksternal yang signifikan selama shalat nawafil,
seperti gangguan yang membuat Anda kehilangan khusyu (khawatir, bunyi keras, dsb.),
Anda mungkin perlu mengulangi shalat.

9
F. HIKMAH MENJALANKAN SHALAT NAWAFIL

Menjalankan shalat nawafil atau shalat sunnah memiliki banyak hikmah dan manfaat.

Berikut beberapa hikmahnya:

1. Mendekatkan Diri kepada Allah

Shalat nawafil adalah bentuk ibadah yang dilakukan atas dasar kecintaan kepada Allah dan
tanpa kewajiban. Dengan melakukan shalat ini, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah
dengan ikhlas dan penuh rasa cinta.

2. Menambah Pahala

Setiap kali seseorang melakukan shalat nawafil, dia mendapatkan pahala tambahan. Ini adalah
kesempatan untuk meningkatkan amal ibadah dan mendapatkan lebih banyak pahala di sisi
Allah.

3. Menjaga Kehidupan Rohani

Shalat nawafil membantu menjaga kehidupan rohani seseorang. Ini adalah kesempatan untuk
merenung, berdoa, dan memperkuat hubungan dengan Allah.

4. Menyempurnakan Shalat Wajib

Shalat nawafil dapat membantu seseorang dalam menyempurnakan shalat wajibnya. Dengan
lebih banyak berlatih shalat, seseorang dapat meningkatkan kualitas dan khusyu dalam shalat
wajibnya

5. Menghapus Dosa-dosa Kecil

Shalat nawafil dapat membantu menghapus dosa-dosa kecil yang mungkin telah dilakukan
seseorang. Ini karena amal-amal kebaikan dapat menghapus dosa-dosa kecil.

10
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat Nawafil atau Shalat Sunnah adalah bentuk ibadah tambahan yang sangat dianjurkan
dalam islam. Melalui shalat ini, umat muslim dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.,
Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW., dan meningkatkan ketaqwaan. Oleh karena itu,
sangat penting bagi umat muslim untuk memahami konsep shalat nawafil dan melaksanakannya
sesuai dengan kemampuan dan waktu yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Pada materi yang sudah dijelaskan diatas tentang “Shalat Nawafil”, Maka alangkah baiknya
jika kita menerapkan Shalat Nawafil dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti:

1. Rutin Melaksanakan Shalat Sunnah:

Usahakan untuk melaksanakan shalat nawafil secara rutin. Mulailah dengan shalat sunnah
yang paling dianjurkan, seperti sunnah rawatib, dan secara bertahap tambahkan jenis shalat
sunnah lainnya.

2. Konsistensi dan Kualitas:

Penting untuk menjaga konsistensi dan kualitas dalam melaksanakan shalat nawafil.
Usahakan untuk melakukannya dengan penuh khusyuk dan kehadiran hati.

3. Pengetahuan dan Pembelajaran:

Selalu belajar lebih lanjut tentang jenis-jenis shalat nawafil dan manfaatnya dalam Islam.
Pengetahuan yang lebih dalam akan membantu meningkatkan kebermaknaan dalam ibadah.

4. Bersabar dan Bertekad:

Shalat nawafil mungkin memerlukan usaha ekstra, terutama jika tidak biasa dilakukan. Oleh
karena itu, bersabarlah dan tetap tekad untuk melaksanakannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim.

Hasbiyallah. 2013. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ibnu Thahir. 2012. The Ultimate Power of Shalat Tahajud. Jakarta Selatan: Qultum Media.

M. Kamaluddin. 2016. Rahasia Kedahsyatan Shalat Sunnah Setahun Penuh. Jakarta: Pustaka Ilmu
Semesta.

M. Khalilurrahman A.M. 2008. Buku Pintar Shalat. Jakarta Selatan: PT. Wahyu Media.

Nasrul Umam S. Dkk. 2004. Shalat Sunnah. Jakarta Selatan: Qultum Media.

Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi. 2009. Ringkasan Fiqih Sunnah. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar.

Syamsul Rijal Hamid. 2020. Risalah Shalat Sunnah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Zainuddin Djazuli. 2008. Fiqih Ibadah. Malang: PP. Al Falah.

Zezen Zainal Alim. 2012. Panduan Lengkap Shalat Sunah Rekomendasi Rasulullah. Jakarta
Selatan: Qultum Media.

12

Anda mungkin juga menyukai