Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH STUDI ISLAM 1

PUASA

KELOMPOK 6 :

1. DEA PUTRI
2. MELISA PRATAMA
3. PRATIWI PURWATI
4. PUTRI AULIA
5. REZI MAI ZIKRI
6. WARDATILLAH KURNIA SANDI

DOSEN PENGAMPU : HENGKI JANUARDI , SH, MH.

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMAD NATSIR YARSI BUKITTINGGI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah studi islam pada waktunya.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.

Bukittinggi,2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................................

C. Tujuan.................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian puasa .........................................................................................

B. Hukum puasa ……………………..........................................................

C. Keutamaan puasa dan amal ibadah dibulan Ramadhan ……………….......

D. Rukun puasa .................................................................................

E. Syarat-syarat wajib puasa …………….............................................................

F. Hal-hal yang membatalkan puasa ………………………...................................

G. Hikmah puasa ……………………………………………….

H. Orang yang tidak boleh berpuasa ………………………………………..

I. Orang yang boleh berbuka tetapi wajib qadha ………………………………..

BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................

B. Saran .................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala hal lain
yang dapat memuaskan hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan pada masa tertentu.
Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan diri dari segala hawa nafsu,
merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT. Salah satu hikmah
puasa ialah melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani yang
terdapat dalam diri tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang yang menjalankan puasa
pada hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari berbagai nafsu jasmani. Puasa juga
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf kehidupan, baik yang duniawi maupun
akhirat. Karena puasa telah dilakukan di setiap syariat agama.

Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu untuk dirinya
sendiri, kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-Ku, maka Aku-lah yang akan
member balasannya”. Puasa merupakan salah satu bentuk ritual agama yang dapat
meningkatkan kualitas spiritual manusia dan sebagai wahana pensucian diri guna
mendekatkan diri kepada Allah SWT.Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama ketika
bulan Ramadhan dapat dirasakan oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
segi. Dalam segi kesehatan, justru sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang menemui
permasalahan kesehatan pada saat berpuasa, maka permasalahan itu muncul akibat yang
bersangkutan tidak menjaga aturan kesehatan dalam mengkonsumsi makanan.

Pembahasan mengenai ibadah puasa menarik untuk dikaji, mengingat ajaran ibadah
puasa terdapat dalam agama islam dan berlaku pada umat-umat terdahulu hingga sekarang.
Berdasarkan uraian di atas dan sebagai salah satu tugas fiqh, maka kami akan mengkaji
permasalahan seputar ibadah puasa.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut :

1. Pengertian puasa?

2. Hukum puasa?

3. Keutamaan puasa dan amal ibadah dibulan Ramadhan?

4. Rukun puasa?

5. Syarat-syarat wajib puasa?

6. Hal-hal yang membatalkan puasa?

7. Hikmah puasa?

8. Orang yang tidak boleh berpuasa ?

9. Orang yang boleh berbuka tetapi wajib qadha?

C. Tujuan

Tujuannya yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui Pengertian puasa

2. Mengetahui Hukum puasa

3. Mengetahui Keutamaan puasa dan amal ibadah dibulan Ramadhan

4. Mengetahui Rukun puasa

5. Mengetahui Syarat-syarat wajib puasa

6. Mengetahui Hal-hal yang membatalkan puasa

7. Mengetahui Hikmah puasa

8. Mengetahui Orang yang tidak boleh berpuasa

9. Mengetahui Orang yang boleh berbuka tetapi wajib qadha?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa

Pengertian puasa secara bahasa dalam Alquran dan hadis berasal dari kata ash-
shiyam atau ash-shaum. Menurut agama Islam, puasa merupakan ibadah wajib untuk
dilaksanakan pada bulan Ramadan. Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan syariat islam
adalah dengan menahan diri dari makan minum serta semua perbuatan yang dapat
membatalkan puasa dari terbitnya matahari hingga matahari tenggelam dengan diawali niat.
1. Pengertian Ibadah Puasa secara Umum
Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan
sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan, perilaku buruk, dan
semua hal yang memiliki potensi untuk membatalkan puasa tersebut selama masih dalam
periode pelaksanaan puasa tersebut. Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan menahan
diri untuk makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, umumnya puasa dilaksanakan
dalam kurun waktu satu hari atau selama 24 jam, atau juga bisa beberapa hari. Lamanya
periode puasa ini bergantung pada ketentuan puasa.
Perlu diketahui bahwa puasa ada puasa lain yang hanya membatasi seseorang untuk
mengkonsumsi zat atau makanan tertentu. Puasa juga dapat membatasi seseorang dari
berbagai aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Karena umumnya puasa
dilaksanakan untuk menunaikan ibadah dalam suatu agama, selain itu puasa juga kerap
dilaksanakan untuk menaikkan tingkat kespiritualan seseorang.Puasa dengan tujuan seperti
itu biasanya dilakukan oleh seseorang yang sudah sering bertapa atau rahib. Kesimpulannya,
puasa dilakukan untuk menahan diri dengan cara mengekang diri dari berbagai macam tujuan
serta keinginan. Puasa kerap diartikan sebagai kegiatan yang sangat berguna untuk menekan
nafsu duniawi pada diri manusia.
2. Pengertian Ibadah Puasa secara Syariat Islam

Menurut agama islam, puasa disebut dengan Shaum yang berasal dari Bahasa Arab :
‫ صوم‬merupakan ibadah yang bersifat wajib untuk dilaksanakan ketika bulan Ramadhan telah
tiba. Ibadah ini juga dilaksanakan selama satu bulan penuh lalu akan ditutup dengan perayaan
Hari Raya Idul Fitri.
Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan syariat islam adalah dengan menahan diri dari makan
minum serta semua perbuatan yang dapat membatalkan puasa dari terbitnya matahari hingga
matahari tenggelam dengan diawali niat yang sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an.
Puasa ditujukan untuk dapat membentuk serta menanamkan sikap-sikap teladan dan
meningkatkan ketakwaan seorang Muslim kepada Allah SWT.

3. Pengertian Ibadah Puasa secara Bahasa

Puasa sendiri merupakan terjemahan dari istilah aslinya yang berasal dari Bahasa
Arab, yaitu kata Shaum. Kata tersebut secara Bahasa memiliki arti mencegah atau menahan.

B. Hukum Puasa

1. Puasa wajib

Puasa wajib adalah puasa yang wajib dilakukan, karena jika dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan mendapatkan dosa. Dalam hukumnya, yang
termasuk dalam puasa wajib yaitu, puasa ramadan, puasa nazar, puasa qadha (puasa ganti),
puasa kafarat (puasa denda), dan puasa orang yang sedang menunaikan haji.
a. Puasa Ramadhan

Puasa Ramadan merupakan puasa yang wajib dilakukan oleh umat Muslim yang
sudah dewasa atau baligh pada bulan Ramadhan. Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan
bagi umat Muslim tercantum dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 yang
mengungkapkan "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." 

b. Puasa nazar

Puasa Nazar adalah puasa yang dikerjakan untuk memenuhi janji. Nazar artinya janji.
Hukum dari puasa Nazar adalah wajib, apabila janji tersebut sudah terpenuhi. Misalnya, ada
seseorang yang mengalami sakit cukup parah. Kemudian dia berdoa kepada Allah SWT
memohon kesembuhan dan janji akan berpuasa selama tiga hari jika sembuh. Ketika dia
sudah sembuh dan sehat, maka wajib memenuhi nazarnya dengan berpuasa.

c. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa denda. Puasa kifarat dilakukan untuk menggantikan atau
denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak melaksanakan puasa. Puasa ini
bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan.

d. Puasa Qadha Ramadhan


Qadha berarti mengganti kekurangan hari dalam puasa wajib di bulan Ramadan ketika
seseorang tidak bisa melakukannya dengan sempurna karena ada halangan atau uzur yang
diperbolehkan oleh syara seperti sakit dan bepergian.

2. Puasa sunnah

Puasa sunah merupakan puasa yang jika dilakukan akan mendapatkan pahala dan jika
seseorang tidak menjalankannya tidak mendapatkan dosa. Puasa Senin-Kamis yang biasa kita
lakukan termasuk dalam puasa sunah. Ada pula puasa sunah lainnya, seperti puasa Asyura
(10 Muharam), puasa Arafah, puasa Sya’ban, Puasa di awal Syawal, dan puasa Daud (satu
hari puasa, satu hari berbuka).

a. Puasa Senin dan Kamis


Puasa Senin Kamis berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya
untuk senantiasa berpuasa di hari Senin dan Kamis. Hari Senin merupakan hari kelahiran
beliau sedangkan hari Kamis adalah hari pertama kali Alquran diturunkan. Puasa Senin dan
Kamis juga melatih tubuh untuk lebih disiplin.
b. Puasa Syawal
Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan Syawal. Puasa ini bisa
dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara
tidak berurutan.

c. Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni tanggal 8
Dzulhijjah atau pada hari pertama pelaksanaan ibadah haji. Istilah tarwiyah sendiri berasal
dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada hari itu, para
jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.

d. Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah jenis puasa sunah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang
tidak sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan
untuk puasa pada hari Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa sunah ini memiliki keutamaan
dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

e. Puasa Daud
Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari
tidak). Puasa Daud bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi Daud As.

f. Puasa Asyura
Puasa Asyura adalah puasa sunah yang sangat dianjurkan dalam agam Islam. Puasa
Asyura dilakukan pada setiap tanggal 10 Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu
Asyura yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram. Bulan Muharram adalah
bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa, boleh di awal bulan, pertengahan,
ataupun di akhir.

g. Puasa Ayyamul Bidh


Ayyamul bidh artinya hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan purnama
bersinar dengan sinar rembulannya yang putih. Puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan pada hari
ke-13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam.
h. Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)
Bulan Sya’ban juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan Sya’ban dianjurkan
agar umat Islam mencari pahala sebanyak-banyaknya.

i. Puasa Muharram
Puasa Muharram dilakukan di bulan Muharram atau saat tahun baru Hijriah dan
hukumnya sunnah. Puasa Muharram biasa dilakukan pada tanggal 10 atau yang dikenal juga
dengan nama Puasa Asyura.

j. Puasa Awal Dzulhijjah


Puasa di awal bulan Dzulhijjah adalah puasa sunah. Biasanya puasa sunah ini
dilakukan pada tanggal 1-7 Dzulhijjah setiap tahunnya. Ada pula yang mengerjakannya
hingga sepuluh hari berturut-turut. Keutamaan berpuasa di awal bulan Dzulhijjah adalah
mendapatkan pahala berlimpah dari Allah SWT, dicintai Allah SWT dan dijauhkan dari siksa
api neraka selama tujuh puluh tahun.

3. Puasa makruh

Puasa ini termasuk puasa yang disengaja atau dikhususkan, maka termasuk ke dalam
puasa makruh. Dari dalil yang ada, terdapat berapa puasa yang termasuk ke dalamnya. Di
antaranya mengkhususkan puasa pada Jum’at atau Sabtu. Semua tidak dapat dilakukan,
kecuali tujuan puasa kita adalah puasa ganti Ramadan, puasa kifarat, dan puasa nazar. Puasa
yang dilakukan khusus pada hari Jumat hukumnya makruh. Kecuali puasa tersebut
merupakan kelanjutan dari puasa pada hari sebelumnya atau puasa sunah yang bertepatan
pada hari Jumat. Contohnya puasa Arafah yang jatuh pada hari Jumat atau puasa ayyamul
bidh dan lain sebagainya. Sementara puasa khusus hari Sabtu dan Ahad juga dimakruhkan,
kecuali puasa tersebut merupakan kelanjutan dari hari sebelumnya atau puasa sunah yang
bertepatan dengan hari Sabtu dan Minggu. Sebagaimana ketentuan pada puasa khusus hari
Jumat. Menurut hadits Ahmad, An-Nasa'i dalam Al Kubra, Al Hakim dalam Al-Mustadrak,
dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, dikatakan bahwa hari Sabtu dan Ahad adalah dua hari
raya kaum musyrikin.

4. Puasa haram

Puasa yang tidak boleh dikerjakan karena jika dikerjakan akan mendapatkan dosa dan
jika tida dikerjakan akan mendapatkan pahala. Di antaranya, puasa saat Idul Fitri, karena hari
tersebut adalah hari kemenangan. Puasa Idul Adha karena merupakan haru raya kedua yang
dirayakan umat Islam, hari tasyrik yaitu setiap 11, 12, dan 13 Zulhijah, dan puasa setiap hari
atau sepanjang tahun atau selamanya.

a. Puasa pada hari Tasyrik

Hari Tasyrik merupakan tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yakni tanggal 11, 12,
dan 13 Dzulhijjah. Puasa pada ketiga hari tersebut termasuk yang diharamkan.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum," (HR.
Muslim).

b. Puasa pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha


Allah SWT melarang umatnya untuk berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha. Hal tersebut tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,
Dari Abu Sa'id Al Khudri ra, berkata: "Bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha." (HR. Muslim)

c. Puasa selamanya
Puasa selamanya atau puasa Dahr diharamkan karena berpotensi membahayakan
kesehatan orang yang melakukannya. Rasulullah SAW juga menyatakan keharaman puasa ini
dalam sebuah hadis. “Tidak ada puasa bagi yang berpuasa setiap hari tanpa henti. Tidak ada
puasa bagi yang berpuasa setiap hari tanpa henti. Tidak ada puasa bagi yang berpuasa setiap
hari tanpa henti.” (HR. Muslim no. 1159, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).

d. Puasa pada hari Syak


Hari syak berarti hari yang diragukan, yakni pada tanggal 30 Syaban. Saat itu sudah
dimulai penentuan puasa Ramadhan. Puasa pada hari tersebut termasuk haram karena
dikhawatirkan mendahului puasa Ramadhan. Namun puasa pada hari syak diperbolehkan
bagi orang yang mengqadha puasa ramadhan tahun sebelumnya atau memang sudah terbiasa
berpuasa.

e. Puasa saat haid dan nifas


Wanita yang sedang Haid dan Nifas tidak diperbolehkan untuk berpuasa. Apabila
tetap melakukan puasa maka puasanya tidak sah

C. Keutamaan Puasa dan amal ibadah dibulan puasa


Diantara keutamaan ibadah puasa adalah:
1) Puasa adalah jalan meraih ketakwaan.
2) Puasa adalah sebab dosa-dosa diampuni, apabila dikerjakan berdasar iman,
ikhlas serta meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
3) Pahala puasa melimpah ruah, apabila dilakukan sesuai dengan adab-adabnya.
4) Puasa adalah perisai dari perbuatan yang haram.\
5) Puasa adalah perisai dari api neraka.
6) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari aroma kasturi.
7) Meraih dua kebahagiaan dengan puasa, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan
ketika berjumpa dengan Allah tabaraka wa ta’ala.
8) Masuk surga dari pintu khusus yang bernama Ar-Royyan.
9) Berpuasa dan membaca Al-Qur’an adalah dua amalan yang akan memberi
syafa’at bagi pemiliknya di hari kiamat.
10) Doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak.
Amalan ibadah dibulan puasa yaitu :
1. Menyegerakan waktu berbuka.
Amalan yang pertama yaitu, menyegerakan waktu berbuka dan tidak
menunda-nunda. Saat azan Maghrib berkumandang, hendaklah kita segera
membatalkan puasa.Kemudian, Rasulullah SAW juga menyarankan untuk
berbuka dengan kurma dan air putih. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
"Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada
kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan," (HR Abu Dawud).

2. Perbanyak sedekah.
Melakukan ibadah puasa merupakan amalan wajib di bulan Ramadan. Orang
yang berpuasa ada baiknya memperbanyak sedekah. Bersedekah bisa dengan
menyumbangkan uang atau dengan memberi makanan dan minuman untuk
berbuka. Allah SWT menjanjikan ganjaran pahala bagi orang yang melakukan
amalan tersebut, sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW:
"Barangsiapa yang memberi buka orang yang puasa akan mendapatkan pahala
seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun."
(HR. Tirmidzi no. 807.)

3. Perbanyak membaca Al-Qur'an


Amalan di bulan Ramadan selanjutnya yaitu perbanyak baca Al-Qur'an.
Dengan tadarus, kita bisa mengkhatamkan Al-Qur'an. Semakin sering kita khatam
di bulan suci Ramadan, maka semakin banyak ganjaran kebaikan dan pahala yang
akan kita peroleh.Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits riwayat Imam
Tarmidzi, "Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an maka baginya satu
kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan"

4. Menjaga lisan.
Menjaga lisan sangat diperlukan saat bulan Ramadan. Terlebih, lisan dapat
menjadi senjata mematikan, maka dari itu berkatalah yang baik baik dan
bermanfaat. Saat berpuasa, menjaga lisan akan mencegah timbulnya dosa. Sebab,
perkataan perkataan yang kurang baik dapat mengurangi pahala puasa.

5. Melaksanakan sahur
Sebelum berpuasa, hendaklah kita melaksanakan sahur. Sahur memiliki
manfaat sebagai cadangan tenaga dalam melakukan aktivitas sehari hari saat
puasa.
Sahur merupakan sunah pada bulan suci Ramadan. Rasulullah SAW juga
mengatakan bahwa terdapat banyak keberkahan dalam sahur.
"Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).

D. Rukun Puasa

1. Niat
Niat puasa biasanya diucapkan pada malam hari. Adapun bacaan niat sebagai berikut:
Nawaitu shauma ghadin an'adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita'ala
Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan
tahun ini, karena Allah Ta'ala..

2. Menahan Diri dari hal yang membatalkan puasa.


Batasan puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Selain rukun puasa, penting untuk mengetahui syarat wajib dari puasa itu sendiri.:
Syarat Rukun & Yang Membatalkan karangan Saiyid Mahadir, syarat wajib
merupakan hal-hal yang membuat seseorang wajib hukumnya untuk berpuasa.

E. Syarat–syarat Wajib Puasa.

1. Beragama Islam
Jumhur ulama sepakat bahwa syarat wajib berpuasa yang pertama kali adalah
bahwa orang yang diwajibkan untuk berpuasa itu hanya orang yang memeluk agama
Islam saja. Sedangkan mereka yang tidak beragama Islam, tidak diwajibkan untuk
berpuasa. Hal itu karena khitab perintah puasa itu didahului dengan sebutan : wahai
orang-orang yang beriman. Artinya, yang tidak beriman tidak diajak dalam
pembicaraan itu, sehingga mereka memang tidak wajib mengerjakan puasa.

2. Baligh
Syarat wajib puasa kedua yang menjadikan seseorang wajib untuk
mengerjakan ibadah puasa wajib adalah masalah usia baligh. Mereka yang belum
sampai usia baligh seperti anak kecil, tidak ada kewajiban untuk berpuasa Ramadhan.
Madzhab Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah membolehkan bila anak sudah berusia 10
tahun dan masih saja tidak mau berpuasa Ramadhan, untuk dikenakan hukuman
dengan pukulan

3. Berakal
Syarat ketiga dari syarat wajib puasa adalah berakal. Sudah menjadi ijma’
ulama bahwa orang gila adalah orang yang tidak berakal, sehingga orang gila tidak
diwajibkan untuk mengerjakan puasa. Seorang yang dalam keadaan gila bila tidak
puasa maka tidak ada tuntutan untuk mengganti puasa yang ditinggalkannya ketika
dia telah sembuh selama masih hidup di dunia. Di akhirat kelak, tidak ada dosa yang
harus ditanggungnya karena meninggalkan kewajiban berpuasa.

4. Sehat
Orang yang sedang sakit tidak wajib melaksanakan puasa Ramadhan. Namun
dia wajib menggantinya di hari lain ketika nanti kesehatannya telah pulih. Allah SWT
berfirman: Wa man kaana mariidhan auw 'alaa safarin fa'iddatun min ayyaamin ukhar.
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajib menggantinya) sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah : 185).

5. Mampu
Allah hanya mewajibkan puasa Ramadhan kepada orang yang memang masih
mampu untuk melakukannya. Sedangkan orang yang sangat lemah atau sudah jompo
dimana secara fisik memang tidak mungkin lagi melakukan puasa, maka mereka tidak
diwajibkan puasa. Allah SWT berfirman yang artinya “Dan wajib bagi orang-orang
yang berat menjalankannya membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.
Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik
baginya,...” (QS. Al-Baqarah : 184)

6. Tidak Dalam Perjalanan


Orang yang dalam perjalanan tidak wajib puasa. Tapi wajib atasnya
mengqadha‘ puasanya di hari lain. Allah SWT berfirman : “…Dan barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan, maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain….” (QS. Al-Baqarah : 185). Dalam
hadits Rasulullah SAW disebutkan :  "Bahwa Hamzah Al-Aslami berkata, ”Ya
Rasulullah, Aku kuat tetap berpuasa dalam perjalanan, apakah aku berdosa?”.
Rasulullah SAW menjawab, ”Itu adalah keringanan dari Allah, siapa yang berbuka
maka baik. Dan siapa yang lebih suka berpuasa maka tidak ada dosa”. (HR. Muslim
dan An-Nasai).

7. Suci dari Haidh dan Nifas


Para ulama telah berijma’ bahwa para wanita yang sedang mendapat darah
haidh dan nifas tidak diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan bila tetap dikerjakan juga
dengan niat berpuasa, hukumnya malah menjadi haram. Dasar ketentuannya adalah
hadits Aisyah radhiyallahuanha berikut ini : “Kami (wanita yang haidh atau nifas)
diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintah untuk mengqadha;
shalat.” (HR. Muslim).

Syarat sah puasa Ramadhan:

 Beragama Islam
 Mumayyiz Yaitu seorang anak baik laki-laki ataupun perempuan yang telah
memiliki kemampuan membedakan kebaikan dan keburukan.
 Suci dari haid dan nifas Bagi perempuan yang sedang haid atau nifas (keluar
darah sehabis melahirkan) tidak boleh berpuasa. Namun mereka wajib
mengqadha (mengganti) puasa yang ditinggalkannya pada hari lain setelah
mereka suci dari haid dan nifasnya.
 Dikerjakan pada waktunya Jika melaksanakan puasa pada waktu yang tidak
diperbolehkan puasa padanya, maka puasanya tidak sah, bahkan tidak boleh
dilaku¬kan. Dilarang berpuasa pada Hari raya ‘Idul Fitri, Hari raya ‘Idul
Adha, Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 bulan Dzulhijjah

F. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa

1. Haid
Haid dan nifas yang kerap dialami wanita merupakan suatu udzur atau
penghalang, sehingga membatalkan puasa. Orang dengan kondisi haid serta nifas
ini wajib hukumnya melaksanakan qadha di luar waktu puasa Ramadan atau
membayar fidyah sebagai ganti.

2. Berjimak
Melakukan hubungan seksual dengan pasangan secara sengaja atau berjima
juga hukumnya batal dan puasa orang tersebut dianggap tidak sah.Bentuk ganti
ruginya harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, wajib
memberi makan 60 fakir miskin dengan masing-masing senilai tiga perempat liter
beras.

3. Gila
Kondisi gila atau junun yang dialami seseorang ketika di pertengahan
menjalani ibadah puasa maka dinilai tidak sah. Keadaan orang tersebut
diasumsikan hilang akal sehat sehingga hukum puasa yang dijalankannya batal.

4. Murtad saat puasa


Begitu juga dengan orang murtad saat melaksanakan puasa. Yaitu keluarnya
seseorang dari ajaran agama Islam. Selain terang-terangan membatalkan puasa,
orang tersebut hendaknya segera mengucap syahadat lalu melakukan qadha
puasanya.

5. Muntah disengaja
Muntah dengan cara disengaja termasuk salah satu hal yang membatalkan
puasa. Misalnya sengaja memasukkan benda ke mulut pemicu mual lalu keluar
muntah. 

6. Keluar air mani


Keluarnya air mani atau sperma bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti
onani, hingga bermesraan dengan pasangan meski tidak berhubungan badan.Jika
dilakukan sengaja hukumnya sudah jelas membatalkan puasa. Terkecuali ketika
mengalami mimpi basah karena kondisinya tidak sadar, puasa tersebut masih sah.

7. Memasukkan obat ke dubur dan qubul


Menjalani pengobatan dengan cara memasukkan benda asing atau obat-obatan
ke salah satu dari dua jalan yaitu qubul dan dubur, dinilai membatalkan
puasa.Sebagai contoh, orang penderita ambeien dan penyakit lain yang
memungkinkan memakai kateter urine, dua hal itu membuat puasa tidak sah.

8. Melakukan kegiatan yang membatalkan puasa


Mengadu domba, berbohong, berbicara kotor, riya, membuat sumpah palsu,
merupakan bagian dari kegiatan yang membatalkan puasa. Selain tidak sah puasa
orang tersebut, perilakunya ikut menghilangkan pahala puasa sehingga sia-sia.

9. Berbuka puasa dengan sesuatu yang haram


Perkara yang membatalkan puasa berikutnya yaitu berbuka puasa dengan
suatu makanan atau minuman haram. Puasa orang tersebut kemungkinan tidak
sah. Di samping itu pahala puasanya hilang dan berdampak pada ibadah
selanjutnya jadi terasa berat.

G. Hikmah Puasa.

1. Menjadi Orang Bertakwa


Salah satu hikmah puasa Ramadhan yang diberikan oleh Allah SWT kepada
hambanya yang berpuasa Ramadhan adalah derajat takwa. Memang benar banyak
sekali jalan untuk mendapatkan derajat takwa di sisi Allah SWT. Salah satu jalan
tersebut yaitu dengan cara menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan

2. Bukti Ketaatan kepada Allah


Hikmah puasa Ramadhan berikutnya yakni membuktikan ketaatan kepada
Allah SWT dengan sungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa penuh keimanan.

3. Melatih Disiplin
Puasa mengajarkan dan melatih diri agar disiplin waktu. Orang yang berpuasa
harus disiplin sejak fajar hingga berbuka.

4. Puasa Mengajarkan Solidaritas


Puasa Ramadhan mengajarkan kepada manusia untuk lebih peduli kepada
sesama dengan banyak bersedekah. Rasa haus dan lapar dikala berpuasa, dapat
meningkatkan solidaritas sosial terhadap orang-orang miskin yang ditimpa
kesulitan, dan anak-anak yatim yang terlunta-lunta.

5. Mengasah Kesabaran
Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga,
dan bulan itu adalah bulan yang penuh simpati (tolong menolong), dan bulan
ditambahnya rezeki orang mukmin.

6. Mensyukuri Nikmat Allah


Hikmah puasa Ramadhan berikutnya menumbuhkan kesadaran betapa besar
nikmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya.

7. Terjaga dari Perbuatan Tercela


Hikmah puasa Ramadhan selanjutnya menjaga seseorang dari perbuatan
tercela baik dalam perbuatan maupun perkataan.
8. Ladang Amal
Puasa Ramadhan juga memberikan hikmah bagi Muslim untuk terus
meningkatkan amal ibadah di bulan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan
kesungguhan agar diampuni semua dosa-dosanya dan dijadikan manusia yang
bertakwa.

9. Menjadi Manusia Qurani


Sebagaimana Allah mengkhususkan bulan Ramadhan juga disebut sebagai
syahrul quran atau bulan Alquran. Sebab, di bulan suci ini Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan bahwa

10. Pelebur Dosa


Hikmah puasa Ramadhan yakni sebagai pelebur dosa dengan syarat
menjalankannya penuh keimanan dan sungguh-sungguh.

H. Orang Yang Tidak Boleh Berpuasa

1. Anak kecil

Yang dimaksud sebagai anak kecil adalah mereka yang belum baligh. Adapun baligh
memiliki tiga tanda, yaitu keluar mani, keluar darah haid bagi anak perempuan, serta jika
tidak keluar mani dan tidak haid ditunggu hingga umur 15 tahun;

2. Hilang akal sehat

Orang yang hilang akal sehatnya, atau gila, tidak wajib berpuasa. Bahkan seandainya
pun ia berpuasa, maka ibadahnya itu disebut tidak sah.Dalam kategori ini dibagi menjadi dua
jenis, yaitu yang disengaja dan tidak disengaja. Orang gila yang disengaja jika berpuasa maka
hal ini tidak dihitung sah dan wajib mengqadha atau mengganti. Sementara untuk yang tidak
disengaja, mereka tidak wajib berpuasa dan tidak wajib mengqadha;

3. Orang sakit

Umat Muslim yang dalam kondisi sakit diperbolehkan meninggalkan puasa. Namun,
ada beberapa ketentuan dalam golongan ini terkait puasa. Jika sakit berat dan puasa
menambah penyakit yang diderita, maka boleh meninggalkan puasa. Hal ini berdasarkan
ketentuan dokter yang bisa dipercaya dan pengalaman pribadi.Selanjutnya orang yang
berpuasa, lalu menemukan dirinya lemah dan tidak mempu meneruskan ibadahnya. Dalam
kondisi ini, ia dibolehkan membatalkan puasa, makan dan minum seperlunya, lalu menahan
diri selayaknya orang puasa;

4. Orang tua atau lansia yang lemah

Orang tua atau lanjut usia (lansia) yang dalam kondisi lemah diperkenankan untuk
tidak berpuasa. Tidak ada batasan umur untuk kategori ini. Selama dirasa puasa akan
memberatkan bahkan sampai membahayakan, maka diperbolehkan tidak puasa dan
mengganti dengan fidyah

5. Orang yang bepergian (musafir)

Orang yang sedang bepergian masuk dalam golongan yang dibolehkan tidak puasa
Ramadhan. Adapun ketentuan musafir ini ada dua, yaitu tempat yang dituju dari tempat
tinggal lebih dari 84 kilometer dan saat Subuh sudah harus keluar dari wilayah tempat
tinggalnya, minimal batas kecamatan. Seseorang yang bermukim di suatu tempat selama
lebih dari empat hari tidak diperbolehkan qasar shalat dan harus berpuasa sesuai zona
wilayah yang ditempati;

6. Ibu hamil

Seorang ibu yang sedang hamil dan mengkhawatirkan kondisi kesehatannya serta
janin atau bayinya, diizinkan tidak berpuasa dan menggantinya dengan fidyah atau
mengqadha

7. Ibu menyusui

Selain ibu yang sedang hamil, seorang wanita yang sedang menyusui juga masuk
golongan tidak puasa. Ketentuan ini berlaku jika ia khawatir dengan keselamatan dirinya dan
kondisi bayi yang masih di bawah umur dua tahun. Ibu yang khawatir anaknya kekurangan
Air Susu Ibu (ASI) boleh tidak berpuasa dan menggantinya dengan qadha atau fidyah;

8. Haid

Wanita Muslim yang sedang haid tidak diwajibkan puasa Ramadhan. Dalam waktu
ini, perempuan bisa menambah pahala selain puasa dengan zikir, berdoa dan kegiatan positif
lainnya. Nantinya, ia harus mengganti puasa yang ditinggalkan setelah Ramadhan berakhir;

9. Nifas

Perempuan yang baru saja melahirkan dan sedang dalam masa nifas diperbolehkan
tidak puasa. Jikapun ia berpuasa, maka puasanya itu tidak sah bahkan dianggap haram. Ia
dapat mengganti puasa yang ditinggalkan dengan mengqadha.

I. Orang Yang Boleh Berbuka Tetapi Wajib Qadha

Golongan orang yang boleh tidak berpuasa dan wajib mengqadhanya adalah orang
yang sakit dan safar atau dalam perjalanan. Orang sakit yang jika berpuasa akan
memperparah sakitnya atau atas rekomendasi dokter ia perlu berbuka maka boleh tidak
berpuasa, namun wajib menggantinya atau qadha sejumlah puasa yang ditinggalkannya
Selain orang sakit, musafir atau orang yang melakukan perjalanan juga boleh tidak berpuasa
namun wajib mengqadhanya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian dari puasa ialah :
 Secara umum, puasa berarti ‘menahan’
 Menurut istilah adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa,
sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat.
2. Pembagian puasa menurut agama Islam ada empat macam, yaitu :
 Puasa wajib
 Puasa sunat
 Puasa makruh.
 Puasa haram
3. Syarat puasa terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Syarat wajib puasa :
 Berakal, orang yang gila tidak diwajibkan puasa.
 Baligh (Umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak
tidak wajib berpuasa.
 Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau
sakit, tidak wajib puasa.
b. Syarat sah puasa :
 Islam. Orang yang bukan islam tidak sah puasa.
 Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik).
 Sudi dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah habis melahirkan).
Orang yang haid atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib
mengkhodo’ (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.
 Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. dilarang puasapada
dua hari raya dan hari tasyrik (tanggal 11,12, 13 bulan haji).
4. Cara pelaksanaan puasa yaitu dengan niat pada malam sebelum sahur, berdoa
ketika berbuka dan berpuasa, menyegerakan berbuka, selama berpuasa hendaknya
menghindari segala hal yang dapat membatalkan puasa, memperbanyak amalan
dan giat beribadah selama berpuasa.

B. Saran

1. Sebagai seorang muslim yang taat kepada ajaran Allah, sebaiknya kita mengetahui
dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa agar tidak keliru ketika
menjalankan puasa nantinya.
2. Kepada para pendidik, hendaknya selalu mengajarkan dan menanamkan pemahaman
tentang puasa kepada anak didiknya.
3. Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada Allah dan
selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika berpuasa tidaklah
mudah bila dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal yang dapat membatalkan
puasa kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://baristandpadang.kemenperin.go.id/detailpost/makna-hukum-hikmah-dan-keutamaan-
puasa-ramadhan
https://www.liputan6.com/ramadan/read/4934084/4-golongan-orang-yang-batal-puasa-harus-
qadha-atau-bayar-fidyah

https://www.liputan6.com/ramadan/read/4936145/22-hikmah-puasa-ramadhan-dan-dalilnya-
sebagai-ladang-amal

nbcindonesia.com/lifestyle/20220404161525-33-328661/9-perkara-yang-membatalkan-
puasa-anda

Anda mungkin juga menyukai