Anda di halaman 1dari 6

Assalamu Alaikum. Wr. Wb.

TERJEMAH FATHU AL-MU'IN BAB SHOLAT BAGIAN I.

:
.
( ).
.

-----

Shalat menurut syara' adalah ucapan dan perbuatan yang ditempatkan secara
spesifik, yang dibuka dengan takbiratu-ihram, dan ditutup dengan salam. Shalat
dinamakan demikian karena content yang terdapat dalam-nya adalah doa. Adapun
menurut etimologi, shalat berarti doa.

Adapun Hukum pelaksanaan shalat lima waktu adalah fardu 'ain setiap hari dan
malam. Karena telah diketahui secara agama sebagai sebuah kebutuhan. Dan
kufurlah bagi orang yang menentangnya. Shalat lima waktu ini Tidak tertuang
dalam syareat manapun, selain Nabi kita Muhammad SAW. Shalat lima waktu
difardukan pada malam isra setelah kenabian beliau 10 tahun 3 bulan. Tepatnya,
terjadi pada malam 27 bulan rajab. Pada malam itu tidak diwajibkan ritual shalat
shubuh karena belum mengetahui prosedur nya.

========================

)( ( )( ) (

.

----------
Sesungguhnya, ritual shalat lima waktu wajib bagi setiap muslim yang sudah
mukallaf( ) . "yaitu seorang muslim yang telah mencapai aqil baligh, baik
ia laki-laki maupun yang lainya, dan orang yang telah bersuci dari hadats().
Maka ritual ibadah shalat itu tidak diwajibkan bagi orang kafir- asli, anak kecil,
orang gila, orang yang tidak sadar, dan orang mabuk yang tidak disengaja karena
tidak ada tanggungan bagi mereka, dan seorang wanita yang haid dan nifas karena
tidak sehatnya mereka. Dan tidak ada kewajiban "Qadha" atas mereka. Akan tetapi
wajib bagi orang yang murtad (oang yang keluar dari agama islam) dan orang yang
mabuk disengaja untuk meng-Qadha shalat mereka yang hilang (rusak)

========================

) ( ( )( ) (
) (
. .

----------

Dibunuh bagi seorang muslim mukallaf yang bersih dari hadast secara hukum
agama dengan memenggal kepalanya, jika ia dengan sengaja mengeluarkan waktu
shalat yang telah diwajibkan dari waktu yang terhimpun bagi- nya, jika ia merasa
malas yang disertai dengan keyakinan untuk melakukan ritual kewajibannya. Dan
jika ia tidak bertobat setelah istitabah (diminta untuk ber tobat).

Nenurut Kesunahan-istitabah: "Tidak menjadi tanggungan orang yang


membunuhnya sebelum ia bertaubat. Akan tetapi ia hanya terhukum ber-dosa
kepada Allah. Dan ia juga dihukum "Had" secara kufur jika ia meninggalkan shalat
dengan sengaja. Dan apabila ia mati, maka jangan di-mandikan dan di shalati
mayat-nya.

========================
. ( )(
:
) ( . - -
.

---------

Dan hendaknya ia (orang yang meninggalkan shalat) mempercepat untuk


mengganti shalat yang ditinggalkan sebagai (kewajiban), apabila meninggalkan
shalat tersebut tanpa adanya udzur (alasan). Bahkan, wajib baginya untuk
mengganti Shalat dengan segera. Guru kami, Syekh Ahmad bin Hajar telah
berkata: "Tampaknya ia (orang yang meninggalkan shalat) harus menghabiskan
seluruh waktunya untuk mengqadha shalatnya kecuali apa yang ia butuhkan untuk
menggunakan waktu pada perkara yang wajib".

Sesungguhnya, implementasi ritual shalat sunnah atau shalat tambahan diharamkan


secara primary hukum. (jika masih ada shalat fardhu yang belum di-qadha' yang
ditinggalkan tanpa udzur), dan hendaknya ia mempercepat untuk menganti shalat
fardhu sebagai perihal sunah, apabila meninggalkannya disebabkan udzur (dengan
alasan). Seperti, "tidur yang tidak melampaui batas, lupa dan seumpamanya"
Disunahkan "tertib" didalam meng- qadha shalat-shalat yang rusak, seperti meng-
qadha shalat Subuh sebelum shalat Dluhur begitu seturusnya.

____CATATAN___

Shalat Qadha dibagi menjadi 2 Bagian:

>>Bi-udzrin (Dengan alasan)

>>Bighairi-udzrin (Tanpa alasan)

Yang di-maksud dengan Shalat Qadha-biudzin ialah "Shalat yang ditinggalkan


dengan adanya udzur (alasan)". Seperti ketiduran, lupa dan seumpamanya.
Adapun shalat Qadha bighairi-udzrin adalah "shalat yang ditinggalkan tanpa ada
alasan. (Bukan karena ketiduran, Lupa dan seumpamanya)

Jika seseorang telah meninggalkan shalatnya tanpa alasan, maka "wajib"


hukumnya untuk mengganti shalat tersebut dengan segera. Dan jika sebaliknya,
maka "sunah mempercepat "penggantian" shalat tersebut. (Allahu'alam
bishawab)_Pen.

=======================

-. - (
- - .
. . .
.

-----------

disunnahkan untuk mendahulukan shalat Qadha' yang ditinggalkan karena ada


udzur dari shalat yang akan dilaksanakan (shalat Hadir), apabila tidak khawatir
shalat yang akan ia laksanankan (sholat hadir) akan dilaksanakan di luar waktunya,
dan meskipun ia merasa takut kehilangan shalat berjamaah. Ini menurut "Qaul
Mu'tamad" (yang terpecaya).

"Dan ketika meninggalkan shalat "bila-uzrin, maka wajib baginya mendahulukan


shalat "qadha" daripada "shalat Hadir". yakni, shalat yang akan ia laksanakan.
apabila ia merasa khawati sebagian shalat tersebut akan keluar dari waktunya
sebab sedikit waktu yang tersisa, maka wajib baginya untuk mengutamakan shalat
yang "hadir" ketimbang shalat qadha.
Dan wajib baginya untuk mendahulukan shalat yang ditinggalkan tanpa udzur
ketimbang harus mendahulukan shalat yang ditinggalkan karena ada udzur (adanya
alasan) sekalipun tidak ada tertib. karena hal ini adalah sunah, sedangkan
mempercepat shalat "qadha" adalah sebuah kewajiban.

Disunahkan untuk mengakhirkan "shalat sunah rawatib" ketimbang shalat "qadha"


yang beralasan (adanya udzur). Dan wajib mengakhirkan "shalat sunah rawatib"
ketimbang "shalat-qadha" yang tanpa alasan (tidak ada udzur)

=======================

- ()

---------

PERINGATAN: "Barang siapa yang mati dan ia mempunyai tanggungan salat


yang belum di dilaksanakan , maka tidak ada qadha dan tidak ada fidyah baginya.
sebagian qaul mengatakan : ada yang melakukan qadha dan fidyah untuk si-
mayyit, baik diwasiatkan atau tidak. Adalah Al-Ubadi dari Imam As-syafeii
meriwayatkan satu kisah karena ada hadits dalam perkara tersebut. Al- Kisah,
Imam As-Subki pernah berbuat demikian terhadap sebagian kerabat-kerabatnya.

========================

.() ()
() ()
() .
() - - () - -
:
.( )

----------
wajib bagi orang tua atau wali untuk memerintahkan anaknya, baik laki- laki
ataupun perempuan yang sudah tamayiz, yaitu "seorang anak sudah bisa makan,
minum, dan istija' sendiri. Dan juga kewajiban atas seorang sayyid (tuan) kepada
budak-nya agar mereka melaksanakan ibadah shalat. sekalipun itu shalat qadha,
disertai dengan syarat-syarat shalat yang sah, sejak mereka sempurna berumur
tujuh tahun, sekalipun mereka sudah mumayyiz sebelumnya. dan sepantasnya
orang tua memperingatinya dengan shigat perintah untuk menakut-nakuti ().
Dan memukul-nya dengan pukulan yang tidak menyakitkan sebagai kewajiban
kepada orang yang berani meninggalkan shalat. sekalipun itu hanya shalat qadha
atau masih meninggalkan satu syarat

dari syarat-syarat sah shalat. Dan juga sejak mereka sempurna berumur sepuluh
tahun, kerana ada hadits shahih :

( .)

"perintahkanlah anak-anak kalian agar mereka shalat apabila mereka berumur tujuh
tahun, dan apabila mereka berumur sepuluh tahun pukulah ia karena
meninggalkan-nya". Seperti halnya puasa jika ia mampu, maka orang tua wajib
memerintahkan anak-anak saat berusia tujuh tahun, dan memukulnya saat berusia
sepuluh tahun, sebagaimana kewajiban perintah shalat. Hikmah yang demikian itu
sebagai ( )atau latihan kepada anak-anak untuk membiasakan melaksanakan
kewajiban ibadah agar mereka tidak meninggalkanya.

Mohon dikoreksi....!

Anda mungkin juga menyukai