Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ HUKUM MENINGGALKAN PUASA WAJIB “

DISUSUN OLEH
FARADILLA HAPSARI
P17320320056
TINGKAT 1B

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


D3 KEPERAWATAN BOGOR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan
Agama Islam ini untuk memenuhi tugas Bapak DRS. Suyud M.Ag selaku dosen agama yang
berjudul “HUKUM MENINGGALKAN PUASA WAJIB”. Shalawat serta salam saya sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak DRS. Suyud M.Ag selaku Dosen Pendidikan
Agama Islam. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Saya yakin masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman saya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat saya
butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
2.1 Pengertian Puasa ......................................................................................... 2
2.2 Hukum Puasa Wajib .................................................................................... 3
2.3 Hukum Meninggalkan Puasa Wajib ............................................................ 4
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 6
3.2 Saran ........................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puasa dalam agama islam termasuk rukun iman yang keempat. Setiap umat muslim wajib
hukumnya menunaikan ibadah puasa. Melaksanakan ibadah puasa selain menahan lapar dan
dahaga harus kita ketahui juga bahwa dengan berpuasa merupakan sebagai bentuk dan
meningkatkan ketakwaan kita sebagai umat muslim kepada Allah SWT.
Dengan berpuasa, secara tidak langsung kita juga melatih diri kita untuk menahan diri
dari perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur negatif dan merusak, baik bagi diri sendiri
ataupun orang lain. Seperti, mencuri, korupsi, sombong, dendam, dan lain sebagainya. Dosa
hukumnya jika umat muslim tidak menjalankan ibadah puasa apalagi dengan sengaja
meninggalkannya.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa pengertian puasa?
3. Apa hukum puasa wajib?
4. Apa hukum bagi orang yang meninggalkan puasa wajib?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui penjelasan dari puasa
2. Memahami hukum dari puasa wajib
3. Mengetahui dan memahami hukum jika meninggalkan puasa wajib
4. Mengetahui dalil mengenai orang yang tidak puasa

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puasa

Puasa atau yang dalam bahasa Arabnya disebut dengan ‫( ص َْوم‬shaum) secara
bahasa mempunyai arti mencegah atau menahan diri. Seperti menahan makan, menahan
minum, atau menahan dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Adapun secara istilah,
puasa atau shaum artinya adalah menahan diri dari segala sesuatu baik makan, minum atau
sesuatu yang membatalkannya, dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, diawali
niat dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut

ۡ ‫… ۡٱلفَ ۡج ِر ِم َن ۡٱۡل َ ۡس َو ِد ۡٱل َخ ۡي ِط ِم َن ۡٱۡل َ ۡبيَضُ ۡٱل َخ ۡيطُ لَكُمُ يَتَبَيَّنَ َحت َّى َو‬
…. ْ ‫ٱش َربُوا ْ َوكُلُوا‬

“ … dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar” (QS. al-Baqarah (2): 187)

Ibadah puasa juga merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi orang-orang yang beriman,
tidak lain agar membuat takwa pada diri mereka (orang-orang yang beriman) selalu
meningkat. Hal ini seperti yang tercantum dalam ayat berikut ini:

‫علَ ۡيكُ ُم كُت َِب َءا َمنُواْ ٱلَّذِي َن َيَٰٓأَيُّ َها‬ َ َ‫ تَتَّقُونَ لَ َعلَّكُمۡ قَ ۡب ِلكُمۡ مِن ٱلَّذِين‬١٨٣
ِّ ِ ‫علَى كُت َِب َك َما‬
َ ‫ٱلص َيا ُم‬

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum agar kamu senantiasa bertakwa” (QS. al-Baqarah
(2): 183).

2
2.2 Hukum Puasa Wajib
Puasa Ramadhan itu wajib bagi setiap muslim yang baligh (dewasa), berakal, dalam
keadaan sehat, dan dalam keadaan mukim (tidak melakukan safar/perjalanan jauh). Hal ini
dapat dilihat pula pada pertanyaan seorang Arab Badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Orang badui ini datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan
berambut kusut, kemudian dia berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Beritahukan
aku mengenai puasa yang Allah wajibkan padaku.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ ‫ َر َمضَا َن‬، َّ‫ع أَنْ ِإل‬


‫شه َْر‬ َّ َ ‫شيْئ ًا ت‬
َ ‫ط َّو‬ َ

”(Puasa yang wajib bagimu adalah) puasa Ramadhan. Jika engkau menghendaki untuk
melakukan puasa sunnah (maka lakukanlah).” (HR. Bukhari)

Dan kaum muslimin juga telah sepakat tentang wajibnya puasa ini dan sudah ma’lum
minnad dini bidhoruroh yaitu seseorang akan kafir jika mengingkari wajibnya hal ini.
Puasa ramadhan ini tidak gugur bagi orang yang telah dibebani syari’at kecuali apabila
terdapat ‘udzur (halangan). Di antara ‘udzur sehingga mendapatkan keringanan dari
agama ini untuk tidak berpuasa adalah orang yang sedang bepergian jauh (safar), sedang
sakit, orang yang sudah berumur lanjut (tua renta) dan khusus bagi wanita apabila sedang
dalam keadaan haidh, nifas, hamil atau menyusui (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, II/89, 118-
127)

dimulai ketika melihat atau menyaksikan bulan pada awal bulan Ramadan. Apabila langit
dalam keadaan berawan yang mengakibatkan bulan tidak dapat dilihat atau disaksikan,
maka bulan ramadhan disempurnakan tiga puluh hari.

Dasarnya (dalil) firman Allah SWT pada surat Al Baqarah ayat 185: "Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain."

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur"(Al Baqarah: 185)

Sementara itu kewajiban puasa yang didasarkan hadits, yaitu yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, yang artinya: "Berpuasalah kamu karena melihat
bulan, dan berbukalah karena melihatnya. Akan tetapi, apabila kamu tidak melihatnya
maka sempurnakan jumlah bulan Ramadhan itu menjadi tiga puluh hari".

3
Hukum puasa Ramadhan menjadi wajib apabila orang-orang yang melakukannya
memenuhi syarat wajib. Syaratnya yaitu berakal artinya orang yang gila tidak wajib
berpuasa. Kedua, balig (umur 15 tahun keatas) atau ada tanda yang lain.

Anak-anak tidak wajib puasa, Bunda. Ada pun sabda Rasulullah SAW : "Tiga orang
terlepas dari hukum: a. orang yang sedang tidur hingga ia bangun, b. orang gila sampai ia
sembuh, c. kanak sampai ia balig" (Riwayat Abu Dawud dan Nasai)

Ketiga, puasa diwajibkan bagi mereka yang kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat,
misalnya karena sudah tua atau sakit itu tidak wajib puasa.

2.3 Hukum Meninggalkan Puasa Wajib


Berikut adalah beberapa Ulama yang membahas mengenai hukum meninggalkan puasa
dengan sengaja, diantaranya :

1. Syaikh Abdul ‘Aziz ar-Rajihi-hafizhahullah berkata, “Barangsiapa yang mengingkari


pausa Ramdhan, maka dia kafir dan murtad dari agama Islam. Sebab dia telah
melalaikan satuk kewajiban besar dan satu rukun dari rukun Islam serta satu hal besar
dair ajaran Islam. Barangsiapa yang mengerti kewajiban puasa Ramadhan, namun ia
berbuka dengan sengaja tanp alasan, maka ia melakuakn dosa besar dihukumi fasik,
namun tidak dikafirkan. Dia wajib berpuasa atau dihukum dengan penjara oleh
pemimpin Muslim atau kedua duanya.”

2. Syeikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Apabila ada yang sengaja
meninggalkan puasa, maka diberi sanksi sesuai keputusan pemimpin, namun bila ia
belum atau, perlu diajari dulu.” (Al-Fatawa Al-Kubro: 473)

3. Ibnu Hajar Al Haitsami rahimahullah berkata : “Tidak mengerjakan puasa satu hari saja
atau merusak puasa dengan jima’ dan bukann karena sakit atau berpergian, maka
termasuk dosa besar ke 140 dan 141.” (Az-Zawajir: 323)

4. Ulama Lajnah Daimah lil Ifta’ berkata: “Seorang mukallaf yang merusak puasa
Ramadhannya adalah dosa besar, jika tanpa udzur yang syar’i.” (Fatawa Lajnah
Daimah: 357)

5. Syeikh Ibnu Baaz berkata: “Barangsiapa yang meninggalkan puasa satu hari di bulan
Ramdahan tanpa udzur yang syar’i, maka di telah melakukan kemungkaran besar,
namun apabila dia bertaubat, maka Allah menerima taubatnya. Dia wajib bertaubat
dengan kejujuran dan penyesalan masa lalu, bertekad tidak mengulanginya,
mengucapkan istigfar sesering mungkin dan mengqadha’ hari yang ditinggalkan.”

4
6. Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Membatalkan puasa Ramdhan pada siang
hari tanpa alasan yang jelas adalah dosa besar, maka orang tersebut dianggap fasik dan
diwajibkan untuk bertaubat kepada Allah serta mengganti puasa di hari yang
ditinggalkannya.” (Majmu’ Fatwa dan Rasa’il Ibnu Utsaimin: 89)

7. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada laki-laki yang berbuka
pada bulan Ramdhan kemudia beliau berkata : “Berpuasa setahun pun tidak akan bisa
menggantinya.” (Riwayat Ibnu Hazm dalam al-Muhallah: 184)

8. Sahabat Ali bin Abi Thalib bahkan memberi hukuman puklan kepada orang yang berbuka
di bulan Ramadhan yakni Atha’ bin Abi Maryam dari bapakya bahwa An-Najasyi diantar
ke Ali bin Abi Thalib sebab ia meminum khamr di bulan Ramdhan. Ali memukulnya 80
kali, kemudian esoknya 20 kali lagi. Ali berkata, : Kami memukul 20 kali sebab
kelancanganmu kapada Allah.” (Riwayat Ibnu Hazm di dalam al-Muhalan: 184)

Lalu, bagaimana bagi yang meninggalkan puasa karena sengaja dan kemalasan, bukan
karena uzur (sakit, safar, hamil dan menyusui, nifas, tua bangka, pikun, pekerja keras)
namun masih meyakininya sebagai kewajiban dan bagian dari rukun Islam. Maka,
menurut zahir hadis berikut ini dia juga bisa dihukumi kafir.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tali Islam
dan kaidah-kaidah agama ada tiga, di atasnyalah agama Islam difondasikan, dan
barangsiapa yang meninggalkannya satu saja, maka dia kafir dan darahnya halal (untuk
dibunuh), (yakni): syahadat laa ilaaha illallah, shalat wajib, dan puasa Ramadhan. (HR
Abu Yaala dan Ad-Dailami disahihkan oleh Adz Dzahabi. Namun, Syeikh Al-Albani
mendhaifkan hadis ini lantaran kelemahan beberapa perawinya, yakni Amru bin Malik
An Nukri, di mana tidak ada yang menilainya tsiqah kecuali Ibnu Hibban). Secara zahir
hadis ini bertentangan dengan hadis Muttafaq 'Alaih yaitu Islam dibangun atas lima
perkara. Maka Syeikh Al-Albani tidak meyakini adanya seorang ulama mu'tabar yang
mengkafirkan orang yang meninggalkan puasa, kecuali jika dia menganggap halal
perbuatan itu. (Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 94)

Dengan kata lain, jika dia masih meyakini kewajibannya, tetapi dia meninggalkannya
maka dia fasiq, jika Allah Ta'ala berkehendak akan mengampuninya sesuai kasih
sayangNya. Dan jika Dia berkehendak akan mengazabnya sesuai dengan keadilanNya,
sejauh kadar dosanya. Inilah pendapat yang lebih mendekati kepada kebenaran.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Puasa yang dilakukan umat Islam selama bulan Ramadhan dengan tidak makan dan
minum selama siang hari. Puasa adalah salah satu rukun Islam (lima prinsip dasar agama
Islam). Padahal bila ditafsirkan secara luas, shaum adalah kewajiban menahan diri antara
fajar hingga senja dari makanan, minuman, dan semua bentuk perilaku dan pemikiran
yang tidak murni atau hawa nafsu. Dengan demikian, niat jahat, kata-kata kasar dan
perbuatan buruk sama-sama bisa membatalkan pahala puasa sebagaimana makan dan
minum. Puasa adalah salah satu ibadah sebagai bentuk ketakwaan kita kepada Allah
SWT. Puasa hukumnya wajib dilaksanakan, kecuali bagi orang yang sakit selama
Ramadhan dan orang yang dalam perjalanan jauh (musafir) diperbolehkan tidak
berpuasa. Tetapi harus mengganti dengan cara memberi makan orang miskin atau
berpuasa setelah Ramadhan berakhir. Wanita hamil atau menyusui, anak-anak, orang tua,
orang yang lemah, musafir dan orang sakit mental dibebaskan dari kewajiban puasa.
Orang dewasa yang memiliki tubuh sehat dan anak-anak yang sudah besar wajib
melakukan puasa sehari penuh, sejak fajar hingga senja.

3.2 SARAN

Demikian makalah ini selesai penulis buat, Penulis berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan penulis
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Penulis sangat yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca sangat diperlukan.

6
DAFTAR PUSTAKA

 https://rumaysho.com/444-hukum-syarat-dan-rukun-puasa.html
 https://www.haibunda.com/moms-life/20200427115659-76-137275/hukum-
puasa-ramadhan-ketentuan-dan-syarat-wajib
 https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-meninggalkan-puasa-dengan-
sengaja
 https://kalam.sindonews.com/read/9041/68/bagaimana-hukum-orang-yang-tidak-
puasa-ramadhan-tanpa-uzur-1587978273
 https://portal-ilmu.com/mengenal-ibadah-puasa-ramadhan/

7
8

Anda mungkin juga menyukai