Anda di halaman 1dari 16

PUASA

Di susun
Oleh:

KELOMPOK 3

Nama Anggota : Anis Ilyana (2114401011)


Asmaul Husna Lubis (2114401013)
Aula Zatunnisa (2114401014)
Said Aulia Ramazana (2114401034)
Muliasari (2114401025)
MK : Al Islam dan Kemuhamadiyahan
Prodi : D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMIK KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH BIREUEN
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah ini. Sholawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada Nabi
besar kita, Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya dan para sahabatnya serta
sampai kegenerasi berikutnya sampai akhir zaman.
Tugas ini dapat di selesaikan atas izin Allah SWT serta bantuan dan
dukungan dari dosen saya dan teman yang memberikan semangat dan motivasi
kami ucapkan kepada Dosen Pengasuh yang telah memberikan dorongan kepada
saya sehingga selesainya tugas yang saya buat dan saya menyadari bahwa dalam
penyusunan ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan saya
dalam ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Oleh karena itu saya harapkan
kritik dan saran dari dosen kami dan teman-teman semua.
Saya ucapkan terima kasih atas semua dukungan dan bantuan yang telah
memberikan pengetahuan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi para pembaca. Amin.

Bireuen, Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Hakikat Puasa........................................................ 3
2.2 Wajib puasa.................................................................................... 4
2.3 Tujuan dan Fungsi Puasa............................................................... 7
2.4 Hikmah Puasa................................................................................ 9
2.5 Makna Spiritual Puasa................................................................... 10
2.6 Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibadah puasa terdapat hamper seluruh agama baik dalam agama samawi
ataupun agama ardhi. Oleh karena itu ibadah puasa ini telah dikenal di kalangan
orang-orang agama budaya dulu kala. Hal tesebut tercermin dalam firman Allah
SWT.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Islam mengajarkan diri kita untuk saling menghargai dan saling menyayangi,
islam juga mengajarkan diri untuk berbuat kebaikan dan menjahui segala
keburukan yang dapat merusak. Puasa merupakan media pembelajaran bagi umat
islam untuk menambah keimanan dan ketaqwaannya.
Allah SWT menciptakan manusia agar mengenal dan menyembah-Nya,
menunaikan hak-hak rububiyah dan uluhiyahNya. Karena itu, Islam menjadikan
penghambaan (ta’abud atau ‘ibadah) kepada Allah sebagai kewajiban pertama
yang dituntut dari seorang Muslim. Rukun-rukun Islam, yang terdiri dari dua
kalimat syahadat, medirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan
pergi haji ke Baitullah, merupakan perwujudan dari ta’abud kepada Allah SWT.
Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri (pada
siang hari), dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari. Berpuasa pada bulan Ramdhan ini merupakan salah satu
rukun Islam yang lima.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Puasa?
2. Mengapa Allah Mewajibkan Puasa?
3. Sebutkan Tujuan dan Fungsi Puasa?
4. Apa Hikmah Puasa?
5. Bagaimana Makna Spiritual Puasa?
6. Jelaskan bagaimana Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Puasa
2. Untuk Mengetahui kenapa wajib Puasa
3. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Puasa
4. Untuk Mengetahui Hikmah Puasa
5. Untuk Mengetahui Makna Spiritual Puasa
6. Untuk Mengetahui Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hakikat Puasa


Puasa dalam Bahasa Arab berasal dari kata soum atau siyam yang artinya
sama dengan imsak yaitu menahan Sedangkan menuru istilah syariat islam puasa
adalah suatu amal ibadah yang dilakukan denggan menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya
matahari disertai sengan niat karena Allah dengan syarat dan rukun tertentu,
Ramadhan berarti panas terik dari sengatan matahari/ membakar/ bulan yang
membakar dosa. Jadi puasa ramadhan adalah suatu amal ibadah puasa yang
dilakukan dalam bulan ramadhan.1
Hakikat puasa sering dikaitkan dengan menahan lapar dan haus dari terbit
fajar hingga tenggelamnya. Namun jauh dari itu, hakikat puasa memiliki makna
luas bagi umat Muslim yang menjalaninya.
Puasa tak hanya dapat dilakukan saat bulan Ramadan, melainkan di bulan
lain yang disunahkan. Hakikat puasa sudah sepatutnya dipahami bagi umat
muslim yang sudah memenuhi syarat berpuasa.
Dengan memahami hakikat puasa, seseorang akan dengan ikhlas dan
mengetahui tujuannya dalam berpuasa. Selain itu dengan mengetahui hakikat
berpuasa, seseorang akan senantiasa menaati rukun dan sunah puasa sehingga
puasanya dapat diterima di mata Allah SWT.2
Hakikat puasa tertuang dalam perintah berpuasa di surat Al Baqarah ayat
183 yang berbunyi:
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.3
Surat Al Baqarah ayat 183 ini mengandung banyak makna dan pelajaran
mengenai pelaksanaan puasa Ramadan. Hakikat puasa pada ayat ini menjelaskan
1
Latif, M. Djamil., 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan. Jakarta: Ghalia Indonesia .
2
Ibid
3
QS. Al Baqarah: 183

3
bahwa tiap orang-orang yang beriman diwajibkan untuk berpuasa semata-mata
hanya untuk bertakwa pada Allah.4
Hakikat Puasa Tak Hanya Sebatas Menahan Nafsu. Dilansir dari NU
Online, Imam Ghazali mengemukakan pendapatnya mengenai hakikat puasa.
Menurutnya menjaga nafsu dan syahwat memang sudah cukup bagi ulama fiqh
untuk memenuhi syarat sah puasa. Namun ulama ahli hikmah memaknai sahnya
puasa lebih dari itu. Puasa yang sah adalah puasa yang diterima. Puasa yang
diterima adalah puasa yang maksudnya tercapai.5
Maksud dari pencapaian puasa adalah dengan berakhlak terbaik, akhlak
malaikat, akhlak para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW. Sejalan dengan
makna ini ada sebuah hadits dimana Rasulullah SAW bersabda: “Lima hal ini bisa
membuat puasa seseorang tidak sah: berbohong, menggunjing, mengadu domba,
sumpah palsu, dan melihat dengan syahwat.”
Dalam hadis ini berkaitan dengan hakikat puasa untuk membentuk akhlak
mulia. Jika seseorang telah melakukan puasa dengan sah, maka ketika ia
menghadapi orang lain yang mengajaknya bercekcok atau sekedar menghinanya,
ia hanya akan mengatakan pada dirinya “aku sedang berpuasa”. Selanjutnya, ia
akan menunjukkan akhlak mulia pada orang tersebut.

2.2 Mengapa Di Wajibkan Berpuasa


Kenapa setiap muslim wajib berpuasa? Berikut ini yang menjadi dasar
hukum atas kewajiban tersebut.
1. Rukun Islam. Ibadah puasa adalah salah satu rukun Islam. Tidak
sempurna Islam seseorang jika tidak menjalankan puasa Ramadan.
2. Perintah Allah. Allah telah memerintahkan umat muslim berpuasa
Ramadan, sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: "Hai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu" (Q. S.
Muhammad: 33).

4
Ibid.
5
Bahreisj, Hussein., 1980. Pedoman Fiqih Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

4
3. Tolak Ukur Keimanan. Keimanan seorang muslim diukur dari
keiklasan berpuasa, sebagaimana firman Allah yang artinya: "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa" (Q. S. Al Baqarah:183)
4. Bulan penuh ampunan. Ramadan adalah bulan penuh ampunan bagi
mereka yang menjalankan ibadah puasa, sebagaimana Rasulullah
bersabda yang artinya: "barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu" (diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim)
5. Dibukakan Pintu Surga. Bagi yang berpuasa akan dijanjikan surga.
Rasulullah bersabda yang artinya: "sesungguhnya di dalam surga
terdapat sebuah pintu yang disebut sebagai Ar Rayyan, yang hanya
dimasuki oleh orang-orang berpuasa dan tidak ada satupun yang
masuk kecuali mereka. Tatkala ada yang menyeru “manakah orang-
orang yang berpuasa ?" maka merekapun memasuki pintu tersebut
dan tak ada yang masuk dari pintu tersebut selain mereka. Hingga
apabila mereka telah memasukinya pintu tersebut akan ditutup dan
tak ada lagi yang akan memasukinya" (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Dijauhkan dari Neraka. Orang yang berpuasa akan semakin
dijauhkan dengan api neraka. Rasulullah bersabda yang artinya:
"barangsiapa yang berpuasa satu hari fi sabilillah, maka Allah akan
menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh 70 tahun (perjalanan)"
(HR. Bukhari dan Muslim)
7. Bulan Penuh Berkah. Ramadan adalah bulan yang penuh berkah bagi
muslim yang taat beribadah. Allah berfiman yang artinya: "Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan ) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil)" (Al Baqarah: 185)

5
8. Bulan Bersejarah. Pada bulan Ramadhan, terjadi beberapa peristiwa
bersejarah seperti perang Badar, pembebasan Mekah, pembebasan
Yerusalem, dan peristiwa penting umat Muslim lainnya.
9. Malam Lailatul Qadar. Salah satu malam di bulan Ramadan terdapat
malam lailatu qadar, dimana pahala di bulan itu dilipatgandakan
layaknya seribu bulan. Sesuai dengan firman Allah yang artinya:
"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul
Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam
Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu
turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan
mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu
hingga terbit fajar" (Q. S. Al-Qadar: 1-5)
10. Pahala Berlipat Ganda. Jika amalan ibadah sholat untuk umat yang
melaksanakan, puasa untuk Allah. Jadi Allah menjamin pahala yang
berlipat ganda dari ibadah tersebut. Sebagaimana Dia berfirman yang
artinya: "Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya"
11. Membuat Tubuh Sehat. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa
mereka yang puasa sebulan sekali memiliki risiko 58 persen lebih
rendah terkena penyakit jantung dan diabetes, dibandingkan yang
berpuasa.
12. Lebih sabar dan menjauhkan diri dari maksiat. Dengan berpuasa, kita
akan lebih sabar dan fokus pada ibadah kita, daripada melakukan
sesuatu hal yang buruk dan tidak berguna. Sebagaiman firman Allah
SWT yang artinya: "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani
Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu
disebabkan mereka derhaka dan selalu melampaui batasan. Mereka
satu sama lain tidak melarang tindakan mungkar yang mereka
perbuat itu. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka
lakukan itu" (Q.S. Surah al-Ma’idah: 78-79)

6
2.3 Tujuan Dan Fungsi Puasa
Puasa merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia dan disyariatkan
dalam Islam. Dan setiap ibadah itu, tentu saja mengandung hikmah dan tujuan.
Sholat misalnya, tujuannya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS al-
Ankabuut ayat 45).
Demikian pula dengan puasa, tujuannya secara tegas dijelaskan dalam
Alquran surah Al-Baqarah [2]: 183 adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang
bertakwa kepada Allah. Yakni, mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhi
semua yang dilarang Allah.
Berkaitan dengan hal ini, Rasul SAW menegaskan bahwa sesungguhnya
puasa itu ada tiga tingkatan. Yakni, puasanya orang awam, puasa khawas, dan
puasanya khawasul khawas.
Puasanya orang awam (umum) adalah sekadar menahan haus dan lapar
dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Sedangkan puasanya orang khawas adalah menahan makan dan minum
serta semua perbuatan yang membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa
dengan tidak berkata kotor, mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain.
Demikian juga dengan tangan dan kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang
baik dan terpuji. Sementara telinganya hanya dipergunakan untuk mendengarkan
hal-hal yang baik. Puasa khawas ini adalah puasanya orang yang alim dan fakih.6
Adapun puasanya khawasul khawas adalah tidak hanya sekadar menahan
makan dan minum serta hal-hal yang membatalkannya, termasuk menahan
seluruh anggota pancaindera, tetapi hatinya juga ikut berpuasa. Menurut para
ulama, inilah jenis puasanya para Nabi dan Rasul Allah. Puasa yang demikian
itulah yang akan diberikan oleh Allah secara langsung.
Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri,
kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. (Hadis
Qudsi).

6
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), 89.

7
Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar
inilah yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa, sebagaimana
penjelasan QS Al-Baqarah [2] ayat 183 di atas.7
Bagi umat Islam, puasa di samping memiliki tujuan spiritual, juga
mengandung manfaat dan hikmah bagi kehidupan. Misalnya, puasa itu
menyehatkan baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang
meliputi empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Dan
ternyata, ibadah puasa dapat memenuhi semua dimensi standar kesehatan yang
ditetapkan oleh WHO itu.
Bahkan, Dokter Alexis Carrel (1873-1944) yang pernah meraih hadiah
Nobel dua kali menyatakan, Apabila pengabdian, shalat, puasa, dan doa yang
tulus kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan
bermasyarakat, itu artinya kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran
masyarakat tersebut.
Ahmad Syarifuddin dalam bukunya uasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis
mengungkapkan, rumusan kesehatan psikis yang ditetapkan WHO ini bisa
dipenuhi dengan puasa yang dilakukan secara baik. Dalam beberapa hal puasa
bahkan memiliki keunggulan dan nilai lebih. Secara kejiwaan, sikap takwa
sebagai buah puasa, mendorong manusia mampu berkarakter ketuhanan
(rabbani).8
Itulah manfaat secara umum dari puasa. Namun demikian, bagi umat-umat
lainnya, seperti umat terdahulu, Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi, Zoroaster,
Konghucu, Manu, Buddha, Hindu, dan aliran kebatinan, dipergunakan untuk
kepentingan yang berbeda.
Ada yang bertujuan untuk ketenangan batin, mengendalikan hawa nafsu,
mengekang jiwa, untuk memperoleh kemudahan belajar olah kanuragan, untuk
kekebalan, kesaktian, dan lain sebagainya.9

7
Ibid.
8
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), 283.
9
Ibid, 285.

8
Jadi, lain umat lain pula tujuannya dalam melaksanakan puasa. Pepatah
mengatakan, lain lubuk lain belalang, lain padang lain pula ikannya. Demikianlah
beberapa tujuan dari puasa itu.

2.4 Hikmah Puasa


1. Meningkatkan Ketaqwaan Kepada Allah Swt. Hikmah puasa secara
umum yaitu bisa menaikkan derajat takwa seseorang kepada

Allah Swt. dan Rasulullah Saw. salah satu dari hikmah puasa di

bulan Ramadhan bagi umat Islam yaitu, telah melaksanakan

perintah Allah Swt. dan menjauhi setiap larangan-Nya.

2. Hikmah Puasa Ramadhan Bisa Lebih Qanaah. Qanaah adalah rela


atau menerima takdir yang diberikan oleh Allah Swt.

3. Latihan Mengontrol Hawa Nafsu. Pelajaran dari puasa Ramadhan


berikutnya yaitu, bisa membantu mengontrol hawa nafsu.
4. Hikmah Puasa Ramadhan Bisa Saling Berbagi antar sesama.
5. Hikmah puasa Ramadhan yang kelima ialah bisa membantu kesehatan
jasmani sebagaimana rohani. Dengan berpuasa, kebutuhan rohani akan
kedekatan dengan Allah Swt. dapat terpenuhi.
6. Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik Dalam keadaan berpuasa, secara
tidak sadar, kita akan selalu ingin berbuat baik dan menjauh apa yang
dilarang-Nya. Maka hikmah puasa Ramadan selanjutnya adalah kita
ingin selalu berusaha menjadi lebih baik.
7. Keutamaan dan hikmah puasa di bulan Ramadhan berikutnya
yaitu, mampu membuat seseorang meninggalkan kesenangan

duniawi.
8. Hikmah Puasa Ramadhan Dapat Berhati-Hati Dalam Berbuat. Puasa di
bulan Ramadan akan lebih afdal apabila tak hanya menahan rasa lapar
dan haus saja. Tetapi, bisa menahan dan menghindari keharaman mata,
telinga, perkataan, dan perbuatan.
9. Bisa Melatih Hidup Lebih Sederhana

9
2.5 Makna Spiritual Puasa
Pada saat bulan Ramadhan kita pasti meningkatkan kualitas dan kuantitas
ibadah kita pada bulan tersebut, berarti secara tidak langsung mendisplinkan
intelektual seseorang. puasa adalah pekerjaan menahan atau mengendalikan hawa-
nafsu. pada saat puasa kita diwajibkan mengendalikan dan mengontrol diri kita
dari segala sesuatu yang membatalkan puasa.
Puasa sejatinya merupakan proses penjernihan kontinuitas "jalan kesalehan
spiritual", baik kesalehan individual juga kesalehan sosial. Puasa merupakan
manifestasi kemenangan atas nafsu, egoisitas, dan individualitas. Puasa
merupakan manifestasi dari ketulusan, keikhlasan, kerendahhatian.10
Puasa bermuara pada nilai-nilai kepedulian, ketakwaan, dan kesalehan
sosial berupa ketulusan memaafkan, etos berbagi (zakat fitrah dan Zakat Mal), dan
signifikansi silaturahim. Keduanya berangkat dari panggilan iman dan berbuah
kemanusiaan universal.
Ketika kita menjalankan puasa, sebenarnya kita sedang menapaktilasi
aneka Maqamat batiniah. Mereka merengkuh jalan ketaatan dan ketakwaan dalam
meraih predikat insan kamil” karena dimotivasi oleh spirit puasa tidak lain adalah
surga (HR Muslim). Garansi kebahagiaan spiritual (surgawi) inilah yang
memotivasi umat Islam untuk memenuhi kewajiban berpuasa, menahan lapar
dahaga.
Puasa itu ibadah multidimensi sekaligus multinilai. Melaksanakan puasa
bukan sekadar ritualitas fisik-formal tanpa makna moral. Puasa adalah sebuah
"drama kehidupan" yang sarat filosofi, simbol, nilai, dan makna, terutama makna
sosial kultural. Puasa dimulai dengan makan sahur (garis start puasa).
Niat Puasa dan makan sahur mengandung pesan bahwa melaksanakan
puasa itu harus suci lahir batin, berhati tulus ikhlas, tidak egois, tetapi egaliter,
emansipatoris, dan siap memenuhi panggilan ketaatan (talbiyah) dan hanya
berharap memperoleh ridha-Nya. Berpuasa haruslah menunjukkan kebersihan

10
Dr. H Miftah Faridl: Puasa Ibadah Kaya Makna, hal. 13

10
hati, ketulusan niat, dan kesungguhan komitmen untuk tidak memperlihatkan
stratifikasi dan arogansi sosial yang sering kali disimbolkan dalam berniat.11

2.6 Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter


Puasa, merupakan sebuah proses pembentukan jiwa yang bersih dan watak
yang jujur. Puasa juga merupakan perisai bagi orang-orang yang menjalankannya.
Hal ini disampaikan oleh Rasulullah Saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari yang artinya ‘’Puasa itu perisai selama ia tidak merusaknya dengan dusta
dan umpatan. Bahkan apabila ada orang yang mengajak bertengkar, orang yang
berpuasa diperintahkan untuk mengatakan: Saya sedang berpuasa’.
Puasa yang dikerjakan akan mampu mengantarkan menjadi pribadi yang
bertaqwa ketika semua aturan yang ada dalam puasa dipatuhi dengan sebaik-
baiknya. Dalam ibadah puasa ada banyak hal yang harus diperhatikan. Misalnya
makan sahur. Makan sahur merupakan ibadah sunat yang memiliki manfaat luar
biasa. Dalam makan sahur ada sebuah komitmen bangun bagi dan melakukan
sebuah persiapan untuk menghadapi puasa yang akan dijalankan selama kurang
lebih 13 jam lamanya.12
Sebagai orang yang selalu menjalankan puasa, maka hendaknya kita juga
begitu. Kita harus mempunyai komitmen dan melakukan persiapan-persiapan
yang mantab dalam melakukan profesi kita, mulai dari persiapan keilmuan,
persiapan mental dan lain-lain. Ini semua harus dilakukan agar pekerjaan yang
kita lakukan menjadi berkualitas.
Dalam ibadah puasa ada kita kenal istilah imsak. Imsak itu berkaitan
dengan waktu untuk mulai menahan diri dari makan dan minum serta semua
perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Semua orang yang berpuasa harus
memperhatikan waktu imsak ini jika ingin puasa yang dikerjakannya mendapat
nilai dari Allah SWT.13
BAB III
PENUTUP

11
H.M Sismono, BA: Puasa Pada Umat-Umat Dulu dan Sekarang, hal 239
12
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2014), 231..
13
Ibid, 232.

11
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat ini kami simpulkan bahwa dari segi bahasa,
puasa berarti menahan dan mencegah dari sesuatu. Sedangkan menurut
istilah adalah menahan diri dari perbuatan (fi’li) yang berupa dua macam
syahwat (syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan diri dari segala
sesuatu agar tidak masuk perut, seperti obat atau sejenisnya). Hal itu
dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai
terbenam matahari. Puasa dilakukan oleh orang tertentu yang berhak, yaitu
orang Muslim, sudah baligh, berakal, tidak sedang haid, dan tidak sedang
nifas. Puasa harus dilakukan dengan niat, yakni, bertekad dalam hati untuk
mewujudkan perbuatan itu secara pasti, tidak ragu-ragu dan mampu menahan
diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Puasa banyak macamnya, diantaranya puasa wajib, puasa Sunnah
(tathawwu), puasa yang diharamkan, dan puasa yang dimakruhkan. Orang
yang berpuasa disunnahkan untuk melakukan sahur, menta’hirkan makan
sahur, menyegerakan berbuka, berbuka dengan sesuatu yang manis, berdoa
sewaktu berbuka puasa, memberi makanan untuk berbuka bagi orang-orang yang
berpuasa, hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa, dan
menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan.

3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini penulis mengharapkan agar
senantiasa dapat dimanfaatkan dan sebagai literatur atau sebagai bahan rujukan
bagi mahasiswa dalam menambah wawasan pengetahuannya. Sehingga mampu
memberkan kontribusi dalam proses pembelajaran dan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

12
Bahreisj, Hussein., 1980. Pedoman Fiqih Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Dr. H Miftah Faridl: Puasa Ibadah Kaya Makna, hal. 13

Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya,2005), 89

H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2014), 231..

H.M Sismono, BA: Puasa Pada Umat-Umat Dulu dan Sekarang, hal 239

Latif, M. Djamil., 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

QS. Al Baqarah: 183

13

Anda mungkin juga menyukai