Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FIQIH

“Puasa”

DOSEN PENGAMPU

Muhammad Fauzan, M.A

OLEH :

Hana Alisha Mayer

NIM. 12010522931

Hana Rezkiana

NIM. 12010523011

Tiara Nasela

NIM. 12010523774

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Assalamua`alaikum wr wb.....

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,serta inayah-Nya kepada penulis sehinga penulis dapat menyelesaikan
makalah Fiqih “puasa” ini dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa kita hadiahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan hingga menuju
jalan yang terang.

Makalah yang berjudul “puasa” disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Fiqih jurusan Pendidikan Matematika. Adapun makalah ini telah penulis usahakan
semaksimal mungkin.

Dengan ini penulis Menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik Allah SWT, untuk itu segala kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis nantikan.

Pekanbaru,15 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa...................................................................................................2
B. Dasar Hukum Pelaksanaan Puasa.......................................................................2
C. Macam-Macam Puasa Dari Segi Hukum............................................................3
D. Syarat Dan Rukun Puasa......................................................................................4
E. Sunnah Puasa.........................................................................................................5
F. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa.....................................................................5
G. Tata Cara Menetapkan Awal Bulan Ramadhan................................................5
H. Hikmah Puasa........................................................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................................8
B. Saran.......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang beriman, setiap
orang islam yang mukallaf wajib melaksanakannya. Melaksanakan ibadah puasa ini
selain untuk mematuhi perintah Allah adalah juga untuk menjadi tangga ke tingkat
takwa, karena takwalah dasar keheningan jiwa dan keluruhan budi dan akhlak.
Untuk ini semua, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan puasa, dari
dasar hukum, syarat-syarat, rukun puasanya dan lain sebagainya.
Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca untuk
maksud tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.
Tegur sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami ucapkan
terima kasih. Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan taufik dan hidayah-Nya.
Aamiin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum pelaksanaan puasa?
2. Apa saja syarat dan rukunnya?
3. Apa saja hal-hal yang sunnah dalam berpuasa?
4. Apa saja yang membatalkannya?
5. Apa hikmah dari berpuasa?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari puasa.
2. Mengetahui dasar hukum pelaksaan puasa.
3. Mengetahui syarat dan rukun puasa.
4. Mengetahui hal-hal yang sunnah dalam puasa
5. Mengetahui hukum-hukum puasa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan
diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab
adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya,
satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan
beberapa syarat.”
Puasa merupakan rukun islam ke-3 yang dilaksanakan oleh umat muslimin seluruh
dunia.Puasa memiliki keutamaan sangat besar karena puasa telah di khususkan oleh
Allah bagi dirinya dan dialah yang memberikan pahalanya sendiri,yaitu dengan melipat
gandakannya bagi orang-orang berpuasa tanpa batas.
Ibadah dalam agama islam memiliki 2 bentuk,yaitu ada yang berupa perbuatan atau
aktifitas (seperti mengerjakan sholat,membayar zakat,dan melaksanakan haji),dan
adapula yang berupa tidak melakukan perbuatan atau tanpa aktifitas (puasa termasuk
jenis ibadah tanpa perbuatan).Tidak berbuat bukan berarti ini bentuk negatif.
B. Dasar Hukum Pelaksanaan Puasa
Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada tiap
mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu ibadat
yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw., ialah:

a. Firman Allah Swt., :


Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa
(Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, agar
kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).

b. Sabda Nabi Saw., :


Artinya:“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan
naik haji ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).
Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa diwajibkan atas umat
Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa
orang yang berada di tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia
berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun
Islam yang lima, karena itu puasa di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki
maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh
(dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.

2
Orang yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa sekarang dalam rangka
terapi pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman namun mereka mendapat manfaat
juga dari puasanya yaitu manfaat jasmaniah.

Kecuali itu dalam ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk kesehatan.
Walaupun orang ini berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam, namun
mereka puasanya tanpa niat ibadah kepada Allah yaitu dengan niat berpuasa esok hari
karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya, maka puasanya adalah puasa sekuler. Orang
ini mendapat manfaat jasmaniah, tetapi tidak mendapat manfaat rohaniah.
C. Macam-Macam Puasa Dari Segi Hukum
Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi
menjadi empat macam, yaitu :
a. Puasa Wajib (Fardhu)
Puasa wajib atau fardhu yaitu seperti puasa Ramadhan,puasa kafarat (denda atau
tebusan),dan puasa nazar.Yang tergolong puasa wajib juga adalah puasa qadha,puasa
pada haji dan umrah (sebagai ganti penyembelihan dalam fidyah),puasa berkaitan
shalat minta hujan (istiqa`).Puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan seseorang
karena sebab-sebab tertentu.Misalnya,ia telah bersetubuh pada siang hari bulan
Ramadhan,maka ia wajib berpuasa kafarat.Puasa nazar adalah puasa yang diwajibkan
atas seseorang karena suatu nazar.
b. Puasa Sunnah
Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan apabila
kita tinggalkan atau tidak kita kerjakan tidak berdosa.Berikut contoh-contoh puasa
sunnat: Puasa hari Tasu’a – ‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya.
Puasa sunnah diantaranya ialah :
1. Berpuasa pada bulan Muharram. Yang lebih utama adalah tanggal ke 9 dan ke 10
bulan tersebut.
2. Puasa hari Arafah.Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan
hari itu disebut hari ‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang
sedang melaksanakan ibadah haji.
3. Puasa hari senin dan kamis.Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap
minggu dan di dalam melakukan puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada
tubuh. Hal demikian tak ada keraguan lagi.
4. Puasa 6 hari di bulan Syawal.Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan
syawal secara mutlak dengan tanpa syarat-syarat.
5. Puasa sehari dan berbuka sehari.Disunnahkan bagi oramg yang mampu agar
berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. Diterangkan bahwa puasa semacam ini
merupakan salah satu macam puasa sunnah yang lebih utama.
6. Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.Disunnahkan berpuasa
pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan tiga kalangan imam-imam
madzhab.Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4, dan yang tiga berturut-turut
yakni: Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram, dan yang satu sendiri yakni bulan
Rajab, maka berpuasa pada bulan-bulan tersebut memang disunnahkan.
Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya.

3
Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika dibatalkan
adalah disunnahkan menurut ulama syafi’iyyah dan hanafiyyah.
c. Puasa Makruh
Dibagi menjadi 3 macam.Pertama,puasa hari jum`at,kecuali beberapa hari sebelumnya
telah berpuasa.Kedua,puasa wisal yaitu puasa yang dilakukan secara bersambung
tanpa makan dan minum pada malam harinya.Ketiga,puasa dahri atau puasa yang
dilakukan secara terus menerus.
d. Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika
kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka
sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah
mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :
∙ Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya
kurban (idul adha)
∙ Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal
ini(fiqih empat madzhab hal 385)
∙ Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat,
atau dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-
terangan. Kecuali jika sang suami memang tidak memerlukan istrinya, misalnya
suami sedang pergi, atau sedang ihram, atau sedang beri’tikaf.
D. Syarat dan Rukun Puasa
a. Syarat Puasa
1. Syarat Wajib Puasa
 Islam
 Baligh dan berakal.Anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa,tetapi apabila kuat
mengerjakannya boleh diajak berpuasa sebagai latihan.
 Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita).
 Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan yang sudah
tua. Orang sakit dan orang tua, mereka ini boleh tidak berpuasa, tetapi wajib
membayar fidyah.
2. Syarat Sah Puasa
 Islam.
 Tamyiz atau berakal.
 Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika
mereka berpuasa, tetapi wajib qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan hari
yang ia tinggalkan.
 Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, yaitu diluar bulan
Ramadhan.Seperti puasa pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha (10
Zulhijjah), tiga hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13 Zulhijjah, hari syak, yakni
hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada malamnya.
b. Rukun-Rukun Puasa
 Niat,yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga
sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak

4
(berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan. Adapun
puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.
 Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.
E. Sunnah Puasa
1. Menyegrakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah
terbenam.
2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.
3. Berdoa sewaktu berbuka puasa.
4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan
ketika puasa.
5. Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar.
6. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.
7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa.
8. Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau mengajar)
karena mengikuti perbuatan Rasulullah Saw.
F. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
1. Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja, seperti makan,
minum, merokok, memasukkan benda ke dalam telinga atau ke dalam hidung hingga
melewati pangkal hidungnya. Tetapi jika karena lupa, tiadalah yang demikian itu
membatalkan puasa. Suntik di lengan, di paha, di punggung atau lainnya yang serupa,
tidak membatalkannya, karena di paha atau punggung bukan berarti melalui lobang
rongga badan.
2. Muntah dengan sengaja,muntah tidak dengan sengaja tidak membatalkannya.
3. Haid dan nifas,wanita yang haid dan nifas haram mengerjakan puasa, tetapi wajib
mengqodha sebanyak hari yang ditinggalkan waktu haid dan nifas.
4. Jima’ pada siang hari.
5. Gila walaupun sebentar.
6. Mabuk atau pingsan sepanjang hari.
7. Murtad, yakni keluar dari agama Islam.
Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima’ (bercampur) pada siang hari
di bulan Ramadhan.Orang yang berjima’ (melakukan hubungan kelamin) pada siang
hari bulan Ramadhan, puasanya batal. Selain itu ia wajib membayar denda atau
kifarat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Saw :
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah bercampur
dengan istrinya siang hari pada bulan Ramadhan, lalu ia minta fatwa kepada Nabi
Saw. : “Adakah engkau mempunyai budak ?. (dimerdekakan). Ia menjwab : Tidak.
Nabi berkata lagi : “Kuatkah engkau puasa dua bulan berturut-turut ?”. Ia menjawab :
Tidak. Sabda Nabi lagi : “Kalau engkau tidak berpuasa, maka berilah makan orang-
orang miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim).
G. Tata Cara Menetapkan Awal Bulan Ramadhan
a. Ru`yatul hilal,adalah dengan pengamatan jarak jauh terhadap hilal saat matahari terbit
sampai terbenam pada tanggal 29 bulan Qamariyah dengan mata telanjang atau
dengan alat,seperti teropong atau teleskop.

5
b. Istikmal,adalah dengan cara menyempurnakan bulan sya`ban dari 29 hari menjadi 30
hari.
c. Hisab,adalah dengan cara metode perhitungan kedudukan hilal yang dilakukan dengan
bantuan ilmu falak atau astronomi,guna menentukan awal bulan Qamariyah,seperti
menentukan awal puasa.
H. Hikmah Puasa
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu
maupun sosial, terhadap rohani maupun jasmani.
Terhadap rohani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu
melatih kepekaan dan kepedulian sosial manusia dengan merasakan langsung rasa lapar
yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka
dengan memperbanyak shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan
jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua,
sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah ada
kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula keterbatasan pada manusia,
termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-minumnya.
Di antara hikmah dan faedah puasa selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah
sebagai berikut :
1. Untuk pendidikan/latihan rohani
 Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri.
 Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti.
 Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya.
 Mendidik kesabaran dan ketabahan.
2. Untuk perbaikan pergaulan
Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak
menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka
menolong kepada orang-orang yang menderita.
3. Untuk kesehatan.
4. Sebagai rasa syukur atas segala nikmat Allah.
5. Menguatkan kesabaran.
6. Untuk mendapat keampunan dosa.
7. Menumbuhkan rasa cinta sesama dan sosial yang tinggi.
8. Menjadi perisai dari api neraka. Sabda rasullah :
Puasa adalah perisai dari api neraka seperti perisai dalam peperangan ”(HR. Ahmad dll
dari Usman bin Abul’Ash); Kelima, cara terbaik untuk mengendalikan gejolak hawa
nafsu seksualitas, sesuai sabda Rasulullah: “Wahai para pemuda, siapa di antara kamu
yang telah memiliki ba’ah (nafkah nikah) maka hendaklah segera menikah, karena
nikah dapat menjaga mata dan memelihara nama baik. Dan siapa-siapa yang belum
mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah perisai
baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)
9. Memperoleh kebahagian berganda sesuai . sabda rasullah :

6
“Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan yang menyenangkan, yaitu ketika
berbuka puasa, ia bahagia dengan buka puasanya, dan ketika berjumpa dengan Tuhan,
ia bahagia karena (pahala) puasanya.” (HSR. Bukahri dan Muslim dari Abu Hurairah)
10. Mensucikan jiwa dengan menaati perintah Allah dan meninggalkan
laranganNya. Rasulullah saw bersabda:
“Demi jiwaku yang berada dalam genggamanNya sungguh bau mulut orang yang
berpuasa lebih wangi disisi Allah daripada wanginya misk (kasturi), ia meninggalkan
makan, minum dan nafsu hanya karena Aku, Setiap amalan anak cucu Adam adalah
untuknya sendiri, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah untukKu dan Aku akan
memberikan ganjaran (pahala)nya.” (HSR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa adalah terjemahan dari Ash Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan
diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab
adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya,
satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan
beberapa syarat.
Berdasarkan ketetapan Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 dan ketetapan hadis yang
telah disebutkan diatas, puasa diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas
umat yang terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam
keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam
sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun Islam yang lima, karena itu
puasa di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki
maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh
(dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.
Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai setiap harinya
sejak terbit pagi hingga terbenam matahari.

B. Saran
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang
lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain,
maka puasa kita tidak ada artinya.
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt.
Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah
puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami
sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa
banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan puasa,
karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan apapun
pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.
Adapun saran penulis dalam makalah ini,agar dapat menggunakan makalah ini
sebagaimana mestinya dan pemabahasan yang penulis tuliskan dalam makalah ini
mudah-mudahan bisa menambah wawasan para pembacanya. Mohon maaf atas segala
kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=nIT9_Gjy8z8C&oi=fnd&pg=PA1&dq=info:On1HD39c6xwJ:scholar.google.c
om/&ots=P1AsbzuGWf&sig=ejG7gvdIvR-
VXuRhhZCXWYflfCc&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Bahreisj, Hussein., 1980. Pedoman Fiqih Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Latif, M. Djamil., 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rifa’i, Moh., 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Rasjid, Sulaiman., 2012. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sabiq, Sayyid., 1993. Fikih Sunnah 3. Bandung: Al-Ma’arif.

Anda mungkin juga menyukai