Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PUASA DAN HAJI"

DOSEN PENGAMPU :

H. ALI AKBAR SIMBOLON,LC. MA

Kelompok VIII

Disusun Oleh :

 Intan Suci Melani (0103202037)

 Sela Agustin Harahap (0103202050)

Semester ll
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

1
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada pemakalah untuk
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “puasa dan haji”. Makalah “puasa dan haji” disusun
untuk memenuhi tugas dosen di kampus Universitas Islam Negeri Sumatra Utara. Selain itu,
pemakalah juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang puasa
dan haji.

Pemakalah mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada bpk. H. ALI AKBAR


SIMBOLON,LC. MA selaku dosen pengampu. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni pemakalah. Pemakalah juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Pemakalah menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan pemakalah terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Stabat, 12 juni 2021

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….…….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………….………….…..4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….………………4
1.3 Tujuan…………………………………………………………….……………..4
BAB II
PEMBAHASAN “ PUASA”………………………………………..………………5
2.1 Pengertian Puasa……………………………………………….………….…5
2.2 Dasar Hukum Puasa………………………………………….….……..…….5
2.3 Macam-Macam Pembagian……………………………………..……………5
2.4 Syarat Wajib Puasa…………….……………………………….………….…7
2.5 Syarat Sah Puasa ………………………………………………..….………...7
2.6 Rukun-Rukun Puasa…………………………………………….…..………...7
2.7 Hikmah Puasa…………………..……………………………….…………….7
BAB III
“HAJI”…………………………………..………………………………..……..……9
3.1 Pengertian Haji……………………………………………………..…………9
3.2 Dasar Hukum Haji…………………………………………………..……..….9
3.3 Syarat dan Rukun Haji…………………………………………….……….…10
3.4 Jenis-Jenis Haji…………………………………………………….……...….12
3.5 Keutamaan Haji……………………………………………….…….………..12
3.6 Tujuan Haji……………………………………………………..…………….13
BAB IV
PENUTUP…………………………………………………………….……..………..14
4.1 Kesimpulan…………………………………………………….…...…………14
4.2 Daftar Pusta………………………………………………….……………..…14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengetahui hakikat dariKonsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai


dalam pengertian sempit sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang
membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa yang
sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.

Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim sekali
sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji
sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya
adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri
kepada Allah Yang Maha Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena
dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan jiwa
tauhid yang tinggi.

Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan
kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia,
yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi
simbol kesatuanalah dan persatuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian puasa dan ibadah haji ?
2. Dasar hukum puasa dan ibadah haji ?
3. Pembagian puasa dan ibadah haji ?
4. Rukun-rukun puasa dan ibadah haji?
5. Syarat puasa dan ibadah haji ?

1.3 Tujuan
1. ibadah haji.

2. Mengetahui sejarah dari ibadah haji.

3. Mengetahui cara mencapai haji yang mabrur.

4. Mengetahui hikmah dari ibadah haji.Mengetahui makna spiritual dari ibadah haji.

4
BAB II
PEMBAHASAN
“PUASA”

2.1 PENGERTIAN PUASA


Shaum (puasa) berasal dari kata bahasa arab yaitu ‫ صام يصوم صيام‬shaama-yashuumu,
yang bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu menahan diri dari segala
apa yang membatalkan puasa. Puasa dalam pengertian terminology (istilah) agama adalah
menahan diri dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu.

2.2 DASAR HUKUM


Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu berpuasa.
Puasa ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban satu setengah tahun
setelah hijrah. Tentang dalil dasarnya yang menyatakan kewajiban puasa ramadhan ialah Al-
qur’an, hadits dan ijma’. Dalil dari Al-qur’an iala firma Allah swt :

٥٨١ ‫شهر رمضان الذي انزل فيه القران(البقرة‬

Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bu;lan ramdhan, yang
didlamanya diturunkan (permulaan) Al-qur’an.(Al-baqarah 185)

2.3 MACAM-MACAM PEMBAGIAN PUASA


Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu terbagi
menjadi empat macam, yaitu :

1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
2. Puasa sunnah (mandub)
3. Puasa makruh
4. Puasa haram

Yang Pertama Ialah Puasa Wajib (Fardhu)

Puasa wajib atau fardhu yaitu puasa pada bulan ramadhan. Telah kita ketahui
bahwasanya puasa fardhu ialah puasa ramadhan yang dilakukan secara tepat waktu artinya
pada bulan Ramadhan secara ada’ dan demikian pula yang dikerjakan secara qadha’.
Termasuk puasa fardhu lagi ialah puasa kifarat dan puasa yang dinazarkan. Ketentuan ini
telah disepakati menurut para imam-imam madzhab, meskipun sebagian ulama hanafiyah
berbeda pendapat dalam hal puasa yang dinazarkan. Mereka ini mengatakan bahwa puasa
nazar itu puasa wajib bukan puasa fardhu.

5
Yang kedua ialah puasa sunnah (mandub)
Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan apabila kita
tinggalkan atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa.

Berikut contoh-contoh puasa sunnat:

a. Puasa hari Tasu’a – ‘asyura – hari-hari putih dan sebagainya

Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang lebih utama adalah
tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut.

b. Puasa hari arafah

Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu disebut hari
‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah
haji.

c. Puasa hari senin dan kamis

Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan di dalam melakukan
puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh. Hal demikian tak ada keraguan lagi.

d. Puasa 6 hari di bulan syawal

Disunnhakan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal secara mutlak dengan tanpa
syarat-syarat

e. Puasa sehari dan berbuka sehari

Disunnahkan bagi oramg yang mampu agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.
Diterangkan bahwa puasa semacam ini merupakan salah satu macam puasa sunnah yang
lebih utama.

f. Puasa bulan rajab, sya’ban dan bulan-bulan mulia yang lain.

Disunnahkan berpuasa pada bulan rajab dan sya’ban menurut kesepakatan tiga kalangan
imam-imam madzhab. Adapun bulan-bulan mulia yaitu ada 4, dan yang tiga berturut-turut
yakni: Dzulqa’dah, dzulhijjah dan Muharram, dan yang satu sendiri yakni bulan Rajab, maka
berpuasa pada bulan-bulan tersebut memang disunnahkan .

g. Bila seseorang memulai berpuasa sunnah lalu membatalkannya

Menyempurnakan puasa sunnah setelah dimulai dan meng-qadha nya jika dibatalkan
adalah disunnahkan menurut ulama syafi’iyyah dan hanafiyyah.

Yang Ketiga Ialah Puasa Makruh


Puasa hari jum’at secara tersendiri, puasa awal tahun Qibthi, puasa hari perayaan besar
yang keduanya disendirikan tanpa ada puasa sebelumnya atau sesudahnya selama hal itu
tidak bertepatan dengan kebiasaan, maka puasa itu dimakruhkan menurut tiga kelompok

6
imam madzhab. Namun ulama madzhab syafi’I mengatakan : tidak dimakruhkan berpuasa
pada kedua hari itu secara mutlaq.

Yang keempat ialah puasa haram

Maksudnya ialah seluruh ummat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika
kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka
sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah
mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :

1. Puasa pada dua hari raya, yakni Hari Raya Fitrah (Idul Fitri) dan hari raya kurban
(idul adha)
2. Tiga hari setelah hari raya kurban. Banyak ulama berbeda pendapat tentang hal
ini(fiqih empat madzhab hal 385)
3. Puasa seorang wanita tanpa izin suaminya dengan melakukan puasa sunnat, atau
dengan tanpa kerelaan sang suami bila ia tidak memberikan izin secara terang-terangan.
Kecuali jika sang suami memang tidak memerlukan istrinya, misalnya suami sedang
pergi, atau sedang ihram, atau sedang beri’tikaf.

2.4 Syarat Wajib Puasa


a. Beragama Islam
b. Baligh (telah mencapai umur dewasa)
c. Berakal
d. Mumayyiz
e. Berupaya untuk mengerjakan
f. Sehat
g. Tidak musafir

2.5 Syarat Sah Puasa


a. Beragama Islam
b. Berakal
c. Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita
d. Hari yang sah berpuasa.

2.6 Rukun-rukun puasa


Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib) atau
hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai daripada terbenamnya
matahari sehingga terbit fajar. Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit
fajar sehingga masuk matahari.

2.7 Hikmah puasa


Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu
maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani. Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi
mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri

7
setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan
merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan
untuk membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.

Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani
kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua, sebenarnya
Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah
memberikan kelebihan demikian pula keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada
soal kadar makan-minumnya.

Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:

1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita
dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu
menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf, baca qur’an
kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan
sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di
bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
dan amal-amal sunat.
3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti
persaudaraan, dan silaturahmi.
4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.
5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan.
6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah.
Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada
manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai
tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita
terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan,
terutama yang mengandung dosa.
8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan.
9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.
10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-
nikmat yang diberikan pada kita.
Dan masih banyak lagi manfaat atau hikmah puasa yang lain baik di dalam bidang
kesehatan dan lain-lain.

8
BAB III
”HAJI”

3.1 PENGERTIAN HAJI


Kata haji berasal dari bahasa Arab yang artinya menyengaja atau menuju. Maksudnya
adalah sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) di Mekah untuk melakukan ibadah kepada
Allah Swt. pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu secara tertib. Adapun yang dimaksud
dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari bulan Syawal sampai sepuluh
hari pertama bulan Zulhijah. Puncak pelaksanaan ibadah haji pada tanggal 9 Zulhijah yaitu
saat dilangsungkannya ibadah wukuf di padang Arafah. Adapun amal ibadah tertentu ialah
tawaf, sa’i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.
Menurut istilah, haji adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dengan niat beribadah pada
waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu pula. Haji juga diartikan
menyengaja ke Mekah untuk menunaikan ibadah tawaf, sa’i, wukuf di Arafah dan
menunaikan rangkaian manasik dalam rangka memenuhi perintah Allah Swt. dan mencari
ridha-Nya.

3.2 DASAR HUKUM HAJI


Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukum melaksanakan ibadah haji adalah
wajib bagi yang mampu melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’ān surat Ali
Imran ayat 97. Allah Swt. berfirman:
‫يًل ۚ َو َم ْن َكفَ َر‬
ً ِ‫سب‬ َ ‫ست َ َطا‬
َ ‫ع إِلَ ْي ِه‬ ِ ‫اس ِح ُّج ا ْلبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ِن ا‬ ِ ‫علَى ال هن‬ ِ َ‫فِي ِه آيَاتٌ بَيِ َناتٌ َمقَا ُم إِب َْرا ِهي َم ۖ َو َم ْن َد َخلَهُ كَان‬
َ ِ‫آمنًا ۗ َو ِ هّلِل‬
َ‫غنِ ٌّي ع َِن ا ْلعَالَ ِمين‬ ‫فَ ِإنه ه‬
َ َ‫َّللا‬
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata,(di antaranya) maqam Ibrahim;
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Q.S. Ali Imran/3:97)

Kewajiban haji adalah sekali dalam seumur hidup. Apabila ada yang melaksanakan haji
lebih dari sekali, hukumnya sunah. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad saw. yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. sebagai berikut.
“Rasulullah saw. berkhotbah kepada kami, beliau berkata, ‘Wahai sekalian manusia,
telah diwajibkan haji atas kamu sekalian. ‘Lalu al-Aqra bin Jabis berdiri kemudian berkata,
‘Apakah kewajiban haji setiap tahun ya Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Sekiranya kukatakan
ya, tentulah menjadi wajib, dan sekiranya diwajibkan, engkau sekalian tidak akan mampu.
Ibadah haji itu sekali saja. Siapa yang menambahi itu berarti perbuatan sukarela saja.”

9
3.3 SYARAT DAN RUKUN HAJI
1. Syarat Haji
Syarat haji terbagi ke dalam dua bagian, yaitu syarat wajib haji dan syarat sah haji.
Syarat haji ialah perbuatan-perbuatan yang harus dipenuhi sebelum ibadah haji dilaksanakan.
Apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi, gugurlah kewajiban haji seseorang.
a. Syarat Wajib Haji
Para ulama ahli fikih sepakat bahwa syarat wajib haji adalah sebagai berikut.
1) Islam.
2) Berakal (tidak gila).
3) Balig.
4) Ada muhrimnya.
5) Mampu dalam segala hal (misalnya dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan nafkah
bagi keluarga yang ditinggalkan).
b. Syarat Sah Haji
Sedangkan syarat sah haji adalah sebagai berikut.
1) Islam.
2) Balig.
3) Berakal.
4) Merdeka.

2. Rukun Haji
Adapun rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan sewaktu melaksanakan ibadah haji. Maka apabila ditinggalkan, ibadah hajinya
tidak sah. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut.
a. Ihram
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah yang ditandai dengan
mengenakan pakaian ihram yang berwarna putih dan membaca lafaz, “Labbaika Allahumma
hajjan.” (bagi yang akan melaksanakan ibadah haji), dan membaca lafaz, “Labbaika
Allahumma umratan.” (bagi yang berniat umrah).
Ibadah haji dan umrah harus diawali dengan ihram. Apabila dengan sengaja jamaah
miqat tanpa ihram, maka dia harus kembali ke salah satu miqat untuk berihram. Apabila
jamaah telah berihram, maka sejak itu berlaku semua larangan ihram sampai tahallul.
b. Wukuf
Wukuf, yaitu hadir di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dari tergelincirnya
matahari hingga terbenam. Wukuf adalah bentuk pengasingan diri yang merupakan gambaran
bagaimana kelak manusia dikumpulkan di padang Mahsyar. Wukuf di Arafah merupakan saat
yang tepat untuk mawas diri, merenungi atas seperti yang pernah dilakukan, menyesali dan
bertobat atas segala dosa yang dikerjakan, serta memikirkan seperti yang akan dilakukan
untuk menjadi muslim yang taat kepada Allah Swt.
Selama wukuf perbanyaklah berzikir, tahmid, tasbih, tahlil, dan istigfar. Berdoalah
sebanyak mungkin, karena doa yang kita panjatkan dengan ikhlas dan khusyuk akan
dikabulkan oleh Allah Swt. Wukuf yang dicontohkan Rasulullah saw. diawali dengan shalat
berjamaah dzuhur dan ashar dengan jama’ takdim qashar. Setelah itu, dilanjutkan dengan

10
khotbah guna memberikan bimbingan wukuf, seruan-seruan ibadah, dan memanjatkan doa
kepada Allah Swt.
Pelaksanaan wukuf di Arafah hanya terjadi sekali dalam setahun, yaitu setelah matahari
tergelincir (melewati pukul 12 siang) pada tanggal 9 Dzulhijjah bila pada waktu tersebut
jamaah tidak wukuf, maka hajinya tidak sah.
c. Tawaf
Tawaf adalah berputar mengelilingi Ka’bah dan dilakukan secara berlawanan dengan
arah jarum jam dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri badan. Tawaf dimulai dari Hajar Aswad
dan diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan sebanyak tujuh kali putaran. Para ulama sepakat
bahwa tawaf ada tiga macam, yaitu:
1) Tawaf Qudum, yaitu tawaf yang dilakukan ketika jamaah haji baru tiba di Mekah.
2) Tawaf Ifadhah, yaitu tawaf yang dilakukan pada hari qurban setelah melontar jumrah
aqabah. Inilah tawaf yang wajib dilakukan pada waktu haji. Apabila ditinggalkan, maka
hajinya batal.
3) Tawaf Wada’, yaitu tawaf perpisahan bagi jamaah yang akan meninggalkan Mekah.
Adapun tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan kapan saja sesuai dengan
kemampuan jamaah.
Syarat sah tawaf adalah sebagai berikut.
1) Niat.
2) Menutup aurat.
3) Suci dari hadas.
4) Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
5) Dimulai dan diakhiri di hajar aswad.
6) Posisi Ka’bah di sebelah kiri orang yang bertawaf.
7) Dilaksanakan di dalam Masjidil Haram.
d. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit Marwah sebanyak tujuh kali
yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah. Sa’i dilakukan setelah
pelaksanaan ibadah tawaf.
Syarat sah sa’i adalah sebagai berikut.
1) Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran (berawal di bukit Shofa dan berakhir di bukit
Marwah)
2) Dilakukan setelah tawaf ifad- hah atau setelah tawaf qudum.
3) Menjalani secara sempurna jarak Shofa-Marwah dan Marwah-Shofa.
4) Dilakukan di tempat sa’i.
e. Tahallul
Tahallul adalah mencukur atau memotong rambut kepala sebagian atau seluruhnya
minimal tiga helai rambut. Tahallul dilakukan setelah melontar jumrah aqabah pada tanggal
10 Dzulhijjah, yang disebut dengan tahallul awwal. Setelah jamaah melakukan tahallul awal
ini larangan-larangan haji kembali dibolehkan kecuali berhubungan suami istri. Tahallul tsani
dilakukan setelah tawaf ifadhah dan sa’i.
f. Tertib
Tertib yaitu berurutan dalam pelaksanaan mulai ihram hingga tahallul.

11
3.4 JENIS-JENIS HAJI
Dari segi pelaksanaannya, ibadah haji terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. Haji Tamattu’
Haji tamattu’ yaitu melaksanakan umrah terlebih dahulu kemudian menggunakan
pakaian ihram lagi untuk melaksanakan manasik haji. Jenis haji inilah yang mudah dan paling
banyak dilaksanakan jamaah haji Indonesia. Namun demikian, pelaksanaan haji jenis ini
diwajibkan membayar dam atau berpuasa sepuluh hari, yaitu tiga hari pada waktu di tanah
suci dan tujuh hari setelah kembali ke tanah air.

2. Haji Ifrad
Haji ifrad adalah berihram dan berniat dari miqat hanya untuk haji. Dengan kata lain,
mengerjakan haji terlebih dahulu kemudian mengerjakan umrah. Jenis haji ini cukup sulit
dilaksanakan bagi jamaah haji Indonesia, terutama yang tidak terbiasa mengenakan kain
ihram. Sebab, semenjak jamaah tiba di Mekkah, mereka tidak boleh melepas kain ihram
hingga tiba hari raya Idul Adha atau setelah pelontaran jumrah aqabah. Jemaah yang
melaksanakan ibadah haji ifrad tidak diwajibkan membayar dam.

3. Haji Qirani
Haji qiran adalah melaksanakan haji dan umrah dengan satu kali ihram. Artinya,
apabila seorang jamaah haji memilih jenis haji ini, maka jamaah tersebut berihram dari miqat
untuk haji dan umrah secara bersamaan. Jamaah yang melakukan jenis haji ini diwajibkan
memotong hewan qurban.

3.5 KEUTAMAAN HAJI


Setiap ibadah yang diperintahkan Allah Swt. memiliki hikmah dan keutamaan-
keutamaan yang satu dengan lainnya berbeda-beda sebagai bentuk saling melengkapi dan
menyempurnakan. Adapun yang termasuk keutamaan-keutamaan ibadah haji di antaranya
adalah sebagai berikut.

1. Haji Merupakan Amal Paling Utama


Ketika Rasulullah saw. ditanya mengenai amal yang paling utama, maka beliau
menjelaskan bahwa amal yang paling utama adalah beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-
Nya, berjihad di jalan Allah, dan haji yang mabrur. Adapun haji yang mabrur maksudnya
adalah orang yang sekembalinya dari melaksanakan ibadah haji perilakunya berubah menjadi
lebih baik.

2. Haji Merupakan Jihad


Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah dialog di dalam sebuah hadis
sebagai berikut.
“Ya Rasulullah, bolehkah kami ikut berperang dan berjihad bersama engkau semua?’
Jawab Rasul, ‘Bagi engkau ada jihad yang lebih baik dan lebih indah, yaitu haji, haji yang
mabrur.’ Ujar A’isyah ra. pula, ‘Setelah mendengar jawaban dari Rasulullah saw. ini aku
tak pernah lagi meninggalkan ibadah haji.” (HR. Bukhari dan Muslim)

12
3. Haji Menghapus Dosa
Diriwayatkan dari Amar bin Ash, “Tatkala Allah Swt. telah menanamkan di hatiku, aku
datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata, ‘Ulurkanlah tanganmu agar aku berbaiat
kepadamu.’ Rasulullah pun mengulurkan tangannya, tetapi aku masih mengatupkan telapak
tanganku. Maka beliau bertanya, ‘Bagaimana engkau ini wahai Amar?’ Ujarku, ‘Aku akan
mengajukan syarat.’ ‘Apa syaratnya?’ Tanya Rasulullah. ‘Yaitu agar aku diampuni.’ Ujarku.
Maka beliau bersabda, ‘Tidaklah engkau tahu bahwa Islam itu menghapuskan keadaan
sebelumnya, begitu juga hijrah menghapuskan apa yang sebelumnya, juga haji
menghapuskan apa yang sebelumnya.” (HR. Muslim)

4. Pahala Ibadah Haji adalah Surga


Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Umrah kepada umrah menghapuskan dosa yang terdapat di antara keduanya, sedang haji
yang mabrur tidak ada ganjarannya selain surga.” (HR. Bukhari Muslim).

3.6 TUJUAN IBADAH HAJI


Haji sebagai ibadah fisik, ibadah rohani, dan ibadah dana, bertujuan untuk memusatkan
segala yang dimiliki hanya tertuju kepada Allah, dan dilaksanakan bukan di tempat yang sepi,
melainkan di tempat berkumpulnya orang banyak. Boleh jadi, orang yang menjalankan
ibadah haji ditemani oleh isterinya, namun ia tidak boleh berbicara dengan dia yang
merangsang nafsu birahi; boleh jadi, ia ditemani oleh musuhnya, namun ia tidak
diperbolehkan bertengkar dengan dia; ini semua dimaksudkan agar ia mendapat pengalaman
rohani yang tinggi, bukan sekedar pengalaman rohani orang pertapa, yang memutuskan
hubungan dengan dunia luar (orang banyak) dan bukan pula pengalaman rohani orang yang
menjalankan ibadah di pojok yang sepi, melainkan pengalaman rohani orang yang tinggal di
daerah keramaian yang penuh kesibukan, yang ditemani oleh isterinya, kawan-kawannya, dan
musuh-musuhnya, sebagai ujian menuju suatu kehidupan paripurna, yakni sehat dan bahagia
fisik dan rohani di dunia dan selamat di akhirat kelak. Ibadah haji yang mulia tapi berat ini,
erat pula kaitannya dengan perintah ber-qurban (Al-Ma'idah,5:27).

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain.
Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa
kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak
mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh
ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana
firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S
Al-Baqarah)

Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan kewajiban
wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur hidup mereka oleh
semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanan,
dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka. Ini adalah satu dari
lima Rukun Islam, di samping syahadat, salat, zakat, dan puasa.

B. Daftar Pustaka

Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Khairiyah, Nelty & Zen, Endi Suhendi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’ānul Karim. Bandung: Diponegoro.

Kuliah fiqh ibadah oleh Syakir Jamaluddin, MA.

Fiqih Empat Madzhab (bagian ibadah) oleh Drs. H. Moh. Zuhri, Dipil. Tafl dkk.

Buku puasa lahir dan batin oleh Malaki Tabrizi

Terjemah ihya’ ulumiddin( jilid II) oleh imam ghazali

14
15

Anda mungkin juga menyukai