Anda di halaman 1dari 9

Tugas Makalah

“Filsafat Puasa”

(Di susun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam)

Dosen Pengampu:

Sucipto, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Ayu Rahayu ( 2021010031 )

Ghea Shakira ( 2021010162 )

Oni Kristina Pramita ( 2021010158 )

Program Studi Hukum Keluarga Islam

(Ahwal Al-Syaksiyyah)

Fakultas Syari’ah

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas selesainya makalah yang berjudul "Filsafat Puasa". Tidak lupa pula dukungan baik
secara materil dan nonmateril yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

- Bapak Sucipto S.Ag., M.Ag. Selaku Dosen Pengampu pada Mata Kuliah Filsafat Hukum
Islam

- Teman-teman semua yang selalu memberikan support kepada penulis

Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
dengan rendah hati penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung 4 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………….. 3

1.3. Tujuan…………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………… 8

2.1. Pengertian Puasa …………………………………..………….. 8

2.2. Macam-macam Puasa…….………………………… 10

2.3. Syarat Puasa ………………………………………………….. 13

2.4. Rukun Puasa .................................................................................... 15

BAB III PENUTUP …………………………………………… 16

3.1. Kesimpulan ……………………………….. 17

3.2. Saran ………………..…. 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………. 20


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Puasa merupakan salah satu dari arkanu al islam al khamsah (unsur-unsur
sakral dalam Islam), dimana ia menduduki posisi ke tiga setelah mengucap dua kalimat
syahadat dan sholat lima waktu.Kewajiban untuk berpuasa di bulan Ramadhan bagi
komunitas muslim sudah tidak bisa diganggu gugat lagi, sebab eksistensi hukumnya
sudah dinash dalam Al Qur`an, juga termasuk dalam katagori al masa`ilu al dloruriyyah
(masalah-masalah yang mudah ditemukan hukumnya) yang mana pengingkaran akan
hukum wajibnya dapat berakibat murtad (keluarnya si pengingkar dari Islam) Sebenarnya
pembebanan ibadah puasa bukanlah hal yang baru bagi sejarah umat manusia, sebab ia
pernah pula di syari`atkan pada agama-agama samawi lainnya (seperti Yahudi, Nasrani
dsb). Walaupun dari segi waktu dan tata cara pelaksanaannya berbeda-beda antara satu
ajaran dengan ajaran lainnya, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al Baqarah
ayat:(183).
Dan ibadah puasa mulai dibebankan pada umat Islam itu pada tahun ke dua dari
hijrahnya Rasul saw, bersamaan dengan disyari`atkannya sholat ied, zakat fitrah dan
kurban idul adha. Ini berarti, bahwa Allah Swt telah memberitahukan kepada segenap
insan bahwa puasa adalah sebuah kewajiban yang bersifat universal diantara umat-umat
manusia
Proses pembebanan ibadah puasa pada umat Islam itu sendiri tercatat memiliki tiga
fase. Pertama : ketika Rasulullah saw datang ke kota Madinah, puasa diwajibkan dengan
cara tiga hari dalam satu bulan. Kemudian methode seperti ini dirubah dengan
diberlakukannya puasa di bulan Muharram, ini dianggap sebagai tahap yang kedua.Tahap
berikutnya atau yang terakhir yang sampai saat ini dan bahkan sampai seterusnya
diterapkan adalah puasa di bulan Ramadhan dengan hitungan satu bulan penuh
Pada tahapan ini pun pembebanan puasa Ramadhan masih mengalami beberapa
perubahan yang tidak begitu prinsip. Sebagaimana yang dijabarkan dalam kitab-kitab
sejarah, bahwa pada awal permulaan diwajibkannya, puasa di bulan Ramadhan masih
memiliki kebebasan memilih bagi seorang mukalaf-walaupun kondisi kesehatannya
normal-antara berpuasa dan memberi makan kepada fakir miskin sebagai ganti dari
berpuasa, kemudian kebebasan memilih ini dihapus dengan turunnya ayat "barang siapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu" (Qs 2 : 185) Di sisi lain, kesempitan tata cara berpuasa pada
awal permulaan diwajibkannya, seperti larangan untuk makan, minum, dan bersetubuh
dengan istri pada malam hari ketika telah mengerjakan sholat isya`, atau tertidur
walaupun belum melaksanakan sholat isya`, dihapus dengan turunnya ayat "Dihalalkan
bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu "(Qs. 2 :
187).Ini tak lain karena Islam sama sekali tidak menginginkan kesempitan dan kesukaran
padapemeluknya. edudukan Puasa dibanding Ibadah lainnya. Dalam buku Ihya Ulumu Al
Dien, dikatakan bahwa puasa adalah seperempat dari iman, ini sesuai dengan hadist nabi
saw "Puasa itu setengahnya sabar" dan hadist lain "Sabar itu setengahnya iman" 
1.2 Rumusan masalah
A. Bagaimana Pengertian puasa, serta hukum puasa?
B. Filsafat hukum menurut pandangan imam al ghozali?

1.3 Tujuan penelitan


A. Mengeahui bagaiman pengertian puasa serta hukum puasa
B. Mengetahu Filsafat hukum menurut pandangan imam al ghozali
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa Dan Hukumnya


1. Pengertian puasa
Pengertian Puasa Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut
syara’ ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit
fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata- mata, serta disertai
niat dan syarat-syarat tertentu.1 Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat
adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai
niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Artinya ,
puasa adalah penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta dari
segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan
sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak terbitnya fajar kedua (yaitu
fajar shadiq) sampai terbenamnya matahari yang dilakukan oleh orang tertentu
yang dilakukan orang tertentu yngmemenuhi syarat yaitu beragama islam, berakal,
dan tidak sedang dalam haid dan nifas, disertai niat yaitu kehendak hati untuk
melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada kebimbangan , agar ibadah berbeda
dari kebiasaan.
2. Rukun dan Syarat Puasa
Puasa terdiri dari dua rukun.Dari dua rukun inilah hakikat puasa terwujud.
Dua rukun tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan
firman Allah s.w.t “maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa
yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas
bagimu (perbedaan ) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 187.
b) Niat Dasar diwajibkannya niat adalah firman Allah SWT dalam surat
Al-Bayyinah ayat 5.
3. Dasar hukum puasa
Dalam melaksanakan ibadah seharusnrya kita mengetahui dasar-dasar hukum
setiap ibadah yang kita laksanakan,supaya kita bukan ikut-ikutan dalamberibadah.
Dasar hukum puasa khususnya puasa Ramadhan adalah Al-Qur’an dan al- sunnah
(sabda Rasullulah SAW) . Dasar hukum Puasa Ramadhan yaitu:
1. Al-Qur’an dasar hukum yang pertama dalam menentukan hukum dalam
agama Islam. Dasar hukum dalam ibadah puasa Ramadhan adalah Al-
Qur’an Surat Al- Baqarah : 183 dan 185 yaitu: Artinya: Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
Q.S Al-Baqarah: 185 Artinya: Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). karena itu barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur
2. Hadis
Hadis merupakan dasar dalam menentukan suatu hukum dalam
Islamsetelah Al-Qur’an. Dasar hukum puasa Ramadhan dalam hadis
sangat banyak, diantaranya sebagai berikut
a. Hadist Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Anas bin
Malik r.a., dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits
Jâbir bin Abdillah r.huma.
َ‫الص>الَة‬َّ ‫س>و ُل هللاَّ ِ َوتُقِی َم‬ ُ ‫َش> َھ َد َأنْ الَ ِإلَ َھ ِإالَّ هللاَّ ُ َوَأنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
ْ ‫سالَ ُم َأنْ ت‬ ْ ‫اِإل‬
ً‫س>>بِیال‬ َ َ
َ ‫اس>>تَطعْتَ ِإل ْی ِھ‬ ْ
ْ ‫ض>>انَ َوت َُح َّج البَیْتَ ِإ ِن‬ َ ‫َص>>و َم َر َم‬ َ َ َّ
ُ ‫ َوت تِ َى الزك>>اة َوت‬. ‫ُ>>ْؤ‬
“Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang
berhak untuk diibadahi kecuali Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah, engkau menegakkan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta
berhaji ke rumah (Allah) bila engkau sanggup
menempuh jalan untuk itu.”
b. . Hadits riwayat Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry
dan Muslim, Nabi SAW., menerangkan bahwa puasa
adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia,
، ِ َّ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ش َھا َد ِة َأنْ الَ ِإلَ َھ ِإالَّ هللاَّ ُ َوَأنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
َ ‫س‬ ٍ ‫سالَ ُم َعلَى َخ ْم‬ ْ ‫بُنِ َي اِإل‬
َ‫ض>>>ان‬ َ ‫ َو‬، ‫ َوا ْل َح ِّج‬، ‫ َوِإیتَ>>>ا ِء ال َّز َك>>>ا ِة‬، ‫الص>>>الَ ِة‬
َ ‫ص>>> ْو ِم َر َم‬ َّ ‫>>>ام‬ ِ َ‫“ َوِإق‬Islam
dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ
Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa
Rasûluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.
.
4. Keutamaan puasa
Hadits-hadits yang mengupas keutamaan bulan nanagung ini, cukup
banyakdanbercorakragam.Cukupkitapetikbeberapadidiantaranya,sebagai
penambah muatan motivasi yang membangkitkan gairah imani kitauntuk
memasuki bulan Ramadhan yang akan datang menjelang, dengan penuh harap
akan ampunan d an karunia-Nya Dari Ubadah bin Shamit bahwasanya Rasulullah
pernah berlibur, yangartinya:“Telah datang kepadamu Bulan Ramadhan, bulan
nan penuh berkah.Di bulan itu Allahakan menaungimu; menurunkan .rahmat dan
menghapusdosa-dosa, mengabulkan doa dan memperhatikan bagaimana Anda
sekalian saling berlomba-lomba (dalam kebaikan) pada bulan itu. kata
Allahserukan dirimu di hadapan para malaikat-Nya. Maka perlihatkanlah(wahai
kaum muslimin) segalakebaikan pada dirimu. Sungguh orangyang celaka adalah
orang yang kehilangan rahmat Allah.” (Diriwayatkanoleh Imam Ath Thabrani).

B. Puasa menurut pandangan filsafat imam al ghazali


Imam al Ghazali mengatakan yang artinya: “Puasa itu mencegahkan dan
meninggalkan. Dan pada puasa itu sendiri rahasia tidak ada padanya perbuatan yang
terlihat, sedang segala amalan taat adalah dengan dipersaksikan dan dilihat orang
ramai. Dari puasa tiada yang melihat selain Allah SWT”. Dari itu puasa adalah
amalan pada batin dengan kesabaran semata”. Pandangan Al-Ghazali tentang ibadah
puasa terbagi dua yaitu secara lahiriah puasa dan batiniah (rahasia) puasa yaitu:
Pertama derajat atau tingkatan lahiriah puasa antara lain: tingkat minimal yaitu puasa
pada bulan Ramadhan saja. Tingkat tertinggi yaitu puasa Nabi Daud as, yaitu sehari
puasa sehari tidak. Tingkat pertengahan adalah puasa sepertiga tahun. Kedua derajat
atau tingkatan batiniah dari segi rahasia puasa terbagi tiga yaitu: Puasa umum yaitu
mencegah perut dan kemaluan dari pada memenuhi keinginannya. Puasa khusus yaitu
berusaha mencegah pandangan, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan seluruh anggota
badan lainnya dari dosa- dosa. Puasa khususul khusus yaitu puasa hati dari segala
cita-cita yang hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya daripada selain
Allah SWT. secara keseluruhan.
filsafat Al Ghozali menarik kesimpulan bahwa puasa adalah Walaupun semua
ibadah itu utama, namun posisi puasa lebih utama dan mulia jika dibandingkan
dengan ibadah lainnya bila dipandang dari dua sisi : pertama : Bahwa puasa adalah
amalan menahan dan meninggalkan dalam diri seseorang, yang mana tak ada gerak-
gerik yang nampak dan bisa dilihat kecuali hanya oleh Allah Swt. Sedangkan semua
amalan ta`at bisa dilihat oleh orang lain yang biasanya akan menimbulkan sifat riya.
Kedua : Bahwa puasa adalah menundukkan Setan sebagai musuh Allah Swt, sebab
syahwat yang nota bone sebagai alat utama iblis dalam mengganggu bani adam,
hanya bisa menguat dan menggunung dengan makan dan minum, dan puasa adalah
menahan kedua-duanya. Dalam sebuah hadist dikatakan "keleluasan setan dalam
beroperasi pada manusia hanya bisa dipersempit dengan lapar"

Anda mungkin juga menyukai