Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekali ayat yang tegas dan muhkam dalam Kitabullah yang mulia,
memberikan anjuran untuk puasa sebagai sarana untuk taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah 'Azza wa Jalla dan juga menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti
firman Allah (yang artinya): “Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kaum
mukminin dan mukminat, kaum pria yang patuh dan kaum wanita yang patuh, dan
kaum pria serta wanita yang benar (imannya) dan kaum pria serta kaum wanita yang
sabar (ketaatannya), dan kaum pria serta wanita yang khusyu', dan kaum pria serta
wanita yang bersedekah, dan kaum pria serta wanita yang berpuasa, dan kaum pria
dan wanita yang menjaga kehormatannya (kemaluannya), dan kaum pria serta
wanita yang banyak mengingat Allah; Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan
pahala yang besar" [A-Ahzab : 35]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam hadits yang


shahih bahwa puasa adalah benteng dari syahwat, perisai dari neraka. Allah
Tabaraka wa Ta'ala telah mengkhususkan satu pintu surga untuk orang yang puasa.
Puasa bisa memutuskan jiwa dari syahwatnya, menahannya dari kebiasaan-
kebiasaan yang jelek, hingga jadilah jiwa yang tenang. Inilah pahala yang besar,
keutamaan yang agung ; dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits shahih berikut
ini, dijelaskan dengan penjelasan yang sempurna.

Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Aku pernah


mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Ketika
aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang kedua lenganku,
membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, "Naik". Aku
katakan, "Aku tidak mampu". Keduanya berkata, 'Kami akan memudahkanmu'.

Makalah Puasa Ramadhan 1


Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara
yang keras. Akupun bertanya, 'Suara apakah ini?'. Mereka berkata, 'Ini adalah
teriakan penghuni neraka'. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat
orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah
mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, 'Siapa mereka?' Keduanya menjawab,
'Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum
tiba waktu berbuka ." [Riwayat An-Nasa'i dalam Al-Kubra sebagaimana dalam
Tuhfatul Asyraf 4/166 dan Ibnu Hibban (no.1800 zawaid-nya) dan Al-Hakim 1/430
dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin 'Amir dari Abu Umamah.
Sanadnya shahih].

Jadi secara singkat kita telah dapat menyimpulkan bahwa betapa penting dan
bermanfaatnya puasa itu bagi kita. Baik yang berhubungan dengan ibadah kepada
Allah, kesehatan, dan hubunan sesama manusia. Dalam makalah ini akan
diberikan uraian singkat seputar puasa Ramadhan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan definisi dari puasa

2. Menjelaskan bentuk-bentuk puasa

3. Menjelaskan hikmah dan faedah puasa ramadhan.

4. Menjelaskan cara menentukan awal puasa

5. Menjelaskan amalan-amalan dalam berpuasa di bulan ramadhan

Makalah Puasa Ramadhan 1


C. Perumusan Masalah

Permasalahan puasa masih begitu luas, karena itu untuk menghindari


perluasan pembahasan dan mencapai tujuan diatas, maka makalah ini akan
dikembangkan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah definisi puasa dalam agama islam?

2. Bagaimana saja bentuk-bentuk puasa itu?

3. Apakah hikmah dan faedah dalam berpuasa?

4. Bagaimanakah amalan-amalan dalam puasa ramadhan?

Makalah Puasa Ramadhan 1


BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Puasa

Secara bahasa Puasa adalah menahan diri dari sesuatu Sedangkan secara
terminology/syariat Puasa ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan
puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit
fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,
karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa
kepadaNya. Puasa Ramadhan wajib dilakukan, adakalanya karena telah melihat
hitungan Sya’ban telah sempurna 30 hari penuh atau dengan melihat bulan pada
malam tanggal 30 Sya’ban. Sesuai dengan hadits Nabi SAW, Yang Artinya:
Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan (ru’yat), dan
berbukalah dengan berdasar ru’yat pula. Jika bulan tertutup mendung, maka
genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari.

Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat


membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari
tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas
seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haid dan nifas, disertai niat ikhlas
semata-mata karena Allah ta’aala.
Adapun rukunnya adalah menahan diri dari makan dan minum, menjaga
kemaluannya (tidak bersenggama), menahan untuk tidak berbuka, sejak terbitnya
ufuk kemerah-merahan (fajar subuh) di sebelah timur hingga tenggelamnya
matahari sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah :
187, yang artinya:
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar”. (Q.S.)

Makalah Puasa Ramadhan 1


Ibn’ Abdul Bar dalam hadits Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Bilal biasa azan
pada malam hari, maka makan dan minumlah kamu sampai terdengarnya azan Ibn
Ummi Maktum”, menyatakan bahwa benang putih adalah waktu subuh dan sahur
hanya dikerjakan sebelum waktu fajar.

B. Bentuk Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum
muslimin di seluruh dunia. Allah SWT telah mewajibkannya kepada kaum yang
beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad SAW. Puasa
merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat
terdahulu.
Ada empat bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu :
1. Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud
menambah pahala. Misalnya puasanya para pendeta.
2. Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah
dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 26, yang artinya :
Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia, maka katakanlah,
sesungguhnya aku bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah,
maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.
(Q.S. Maryam : 26)
3. Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang
dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa
lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh
masingmasing kaum tersebut.
4. Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai
aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya baik
dalam tata cara dan waktu pelaksanaan. Tidak terlalu ketat sehingga

Makalah Puasa Ramadhan 1


memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan
aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan keluwesan Islam.

C. Hikmah Puasa
Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni
merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. sebagaimana yang terkandung dalam
surat Al-Baqarah ayat 183 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian
bertaqwa (QS Al-Baqarah: 183).

Kadar taqwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan


perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185, yang artinay:
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) bulan tersebut, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. (QS Al-Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa
diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan
hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh
berkah dan yang diistimewakan Allah dengan menurunkan kenikmatan terbesar di

Makalah Puasa Ramadhan 1


dalamnya, yaitu Al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukkan manusia ke jalan yang
lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmat bagi orang-orang yang
beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa raga. Inilah nikmat
terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk
bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.
Bila puasa telah diwajibkan kepada umat terdahulu, maka adakah puasa yang
diwajibkan atas umat Islam sebelum Ramadhan? Jumhur ulama dan sebagian
pengikut Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada puasa yang pernah diwajibkan
atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan. Pendapat ini dilandaskan pada hadits
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah :
Artiny : Hari ini adalah hari Asyura’, dan Allah tidak mewajibkannya atas a kalian.
Siapa yang mau silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh meninggalkannya

Sedangkan Madzhab Hanafi mempunyai pendapat bahwa puasa yang


diwajibkan pertama kali atas umat Islam adalah puasa Asyura’. Setelah datang
Ramadhan Asyura’ dirombak (mansukh). Madzhab ini mengambil dalil haditsnya Ibn
Umar dan Aisyah ra. :
Artinya : Diriwayatkan dari Ibn ‘Amr ra. bahwa Nabi SAW. telah berpuasa hari
Asyura’ dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk berpuasa
pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura’
beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu ‘Amr) juga tidak berpuasa”. (H.R.
Bukhari)
Artinya : Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa orang-orang Quraisy biasa melakukan
puasa Asyura’ pada masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah
memerintahkan untuk berpuasa hari Asyura’ sampai diwajibkannya
puasa Ramadhan. Dan Rasul berkata, barang siapa ingin berpuasa
Asyura’ silahkan berpuasa, jika tidak juga tidak apa-apa”. (H.R.
Bukhari dan Muslim)

Makalah Puasa Ramadhan 1


Pada masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura’
sejak sebelum hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke Madinah
beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura’), beliau pun ikut
berpuasa seperti mereka dan menyerukan ke umatnya untuk melakukan puasa itu.

2. Waktu Puasa
Adapun waktu puasa dimulai dari terbit fajar subuh sampai terbenam
matahari dengan dalil firman Allah, Dan makan dan minumlah kalian sampai jelas
bagi kalian putihnya siang dan hitamnya malam dari fajar.(Al-Baqarah, 2:186).
Dan perlu diketahui bahawa Rasulullah telah menjelaskan bahawa fajar ada
dua:
a. Fajar kazib (fajar awal). dalam waktu ini belum boleh dilakukan solat subuh dan
dibolehkan untuk makan dan minum bagi yang berpuasa.
b. Fazar shodiq (fajar yang kedua/subuh) sebagaimana hadits Ibnu Abbas,
Rasulullah bersabda,
Untuk mengenal keduanya dapat dilihat dari bentuknya. Fajar yang pertama,
bentuknya putih memanjang vertikal seperti ekor serigala. Sedangkan fajar yang
kedua, berwarna merah menyebar horisontal (melintang) di atas lembah-lembah
dan gunung-gunung dan merata di jalanan dan rumah-rumah, dan jenis ini yang ada
hubungannya dengan puasa.
Dalam firmannya allah telah menjelaskan bahwa Waktu puasa bermula dariterbitnya
fajar subuh dan berakhir ketika matahari terbenam yakni dalam surah Al-Baqaroh

‫لوكم ملوا لوا يش لر مبوا لح للتى يلتلبليللل ن للكم م م الي لخيي م ط اليألبييل مض لم ل ن الي لخيي ل‬: ayat 187

‫ط اليأل يس لو لد لم ل ن الي لفي ج لر ثم لمل أل لت لم موا ال للص ليا لم إل ل لى الللليي لل‬

Makalah Puasa Ramadhan 1


Artinya : Dan makan dan minumlah kalian hingga nampak bagi kalian benang putih
dari benang hitam yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai malam
3. Sahur
a. Hikmahnya
Setelah mewajibkan berpuasa dengan waktu dan hukum yang sama dengan
yang berlaku bagi orang-orang sebelum mereka, maka Allah mensyariatkan
sahur atas kaum muslimin dalam rangka membedakan puasa mereka dengan
puasa orangorang sebelum mereka, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah

dalam hadits Abu Sa’id al-Khudriy: ‫ل يص مل لما بليي لن لص ليا لم لنا لو لص ليا لم ألي ه ل ل‬
‫الي لك لتا لب ألكللل م ة ال للس يح لر‬
Pembeda antara puasa kami dan puasa ahlul kitab adalah makan sahur.
b. Keutamaannya
Keutamaan sahur antara lain:
1) Sahur adalah berkah sebagaimana sabda Rasulullah:
Sesungguhnya dia adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian, maka
jangan kalian meninggalkannya. (Riwayat an-Nasai dan Ahmad dengan sanad
yang sahih)..Sahur sebagai suatu berkah dapat dilihat dengan jelas kerana sahur
itu mengikuti sunnah dan menguatkan orang yang berpuasa serta menambah
semangat untuk menambah puasa dan juga mengandung nilai menyelisihi ahli
kitab.
2) Salawat dari Allah dan malaikat bagi orang yang bersahur, sebagaimana yang
ada dalam hadits Abu Sa’id al-Khudry bahwa Rasulullah bersabda,
Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah
seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, kerana Allah dan para malaikat
bersalawat atas orang-orang yang bersahur. (Riwayat Ibnu Abu Syaibah dan
Ahmad).

Makalah Puasa Ramadhan 1


c. Sunnah Mengakhirkannya
Disunnahkan memperlambat sahur sampai mendekati subuh (fajar)
sebagaimana yang dilakukan Rasulullah di dalam hadits Ibnu Abbas dari Zaid bin
Tsabit, beliau berkata, Kami bersahur bersama Rasulullah , kemudian beliau pergi
untuk solat. Aku (Ibnu Abbas) bertanya, Berapa lama antara azan dan sahur? Beliau
menjawab, Sekitar 50 ayat. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).

d. Hukumnya
Sahur merupakan sunnah yang muakkad dengan dalil:
1) Perintah dari Rasulullah untuk itu sebagaimana hadits yang terdahulu dan juga
sabda beliauyang artinya: Bersahurlah kerana dalam sahur terdapat berkah.
(Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).
2) Larangan beliau dari meninggalkannya sebagaimana hadits Abu Sa’id yang
terdahulu. Oleh kerana itu, al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary (3/139)
menukilkan ijmak atas kesunahannya.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai
manfaatmanfaat yang tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang
yang dapat mengerjakan puasa. Sebagaimana Kamal bin Hamman berkata, “Puasa
adalah rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan salat, disyariatkan Allah SWT
karena keistimewaan dan manfaatnya seperti : ketenangan jiwa dari menahan hawa
nafsu, menolong dan menimbulkan sifat menyayangi orang miskin, persamaan
derajat baik itu fakir atau kaya”.

B. Saran

Makalah Puasa Ramadhan 1


Dalam penyusunan makalah ini tentu terdapat berbagai kekeliruan dan
kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai manusia, tempat salah dan lupa. Oleh
karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian
untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Asma’ Kholid bin Syamhudi Shifat shaum Nabi Oleh Salim Al Hilaly dan Ali
Hasanhttp://downloads.ziddu.com/downloadfile/4230110/MakalahPuasaRamadhan
.d oc.html http://www.docs-finder.com/makalah-masalah-Puasa.Ramadan-Piqih-
doc~3.html http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/08/10/panduan-puasa-
ramadhan-di-bawahnaungan-al-quran-dan-as-sunnah/

Makalah Puasa Ramadhan 1

Anda mungkin juga menyukai