Anda di halaman 1dari 7

ANALISA AYAT

SURAH AL-BAQARAH
( AYAT 183 )

DISEDIAKAN OLEH : SHAZREL EZWAN BIN ZAHARI(2019444004)

MUHAMMAD IQMAL BIN KHUSAIRI (2019446166)

M3CS1101D

CTU101

DISEDIAKAN UNTUK : USTAZAH NUR JANNAH BINTI BALLAZI

1
PENDAHULUAN

Terima kasih kepada ustazah kerana telah mendidik kami dan mengajar kami Alhamdulillah ,
bersyukur ke hadrat Ilahi kerana atas limpah kurnia dari Nya , saya telah dapat menyelesaikan tugasan
yang diberi dengan jayanya . Sekalung ucapan terima kasih kepada semua yang banyak membantu
saya dalam mengumpul bahan bahan dan maklumat untuk di jadikan teras penulisan saya terutamanya
kepada keluarga saya . Seterusnya , tak lupa juga kepada pensyarah saya , Ustazah Nur Jannah binti
Ballazi yang banyak memberi dorongan dan tunjuk ajar agar tugasan ini dapat di jalankan dengan
sempurna . Seperti tajuk tugasan yang telah diberikan iaitu Tafsiran ayat surah Al Baqarah ayat 183.
Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah di kongsikan bersama ini , dapat memberi manfaat dan di
jadikan contoh teladan kepada sekalian pembaca .
Surah Al Baqarah bermaksud “lembu” merupakan surah kedua dan terpanjang yang
mengandungi 286 ayat. Surah ini turun di Madinah yang sebahagian besar diturunkan pada permulaan
tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada haji widak (haji Nabi Muhammad SAW yang
terakhir). Seluruh ayat dari surat ini merupakan ayat Madaniyyah yang di dalamnya juga mempunyai
ayat yang terpanjang (ayat 282). Surat ini dinamai al-Baqarah kerana terdapat kisah di dalamnya yang
berkaitan perbalahan kaum Bani Israil dengan Nabi Musa a.s. tentang penyembelihan lembu betina
untuk mengetahui siapa yang kemudiannya menjelaskan sifat kaum Yahudi yang keras hatinya. Surah
ini juga dinamakan Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) kerana memuatkan beberapa hukum yang
tidak disebutkan dalam surah yang lain. Ia juga digelar juga surah alif lam mim kerana surah ini
dimulai dengan Alif lam mim.

2
POTONGAN AYAT SURAH AL BAQARAH AYAT 183

Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa (Al-Baqarah 2:183)

Imam Ibnu Katsir


Menurut Imam Ibnu Katsir ayat ini berisi perintah untuk menunaikan ibadah puasa pada
Bulan Ramadhan. Secara syairah Puasa berarti menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain
yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Puasa mengandung aspek
sosial yang sangat tinggi. Dengan puasa, seseorang berlatih kepekaan sosial. Di samping itu, puasa
bisa membersihkan diri dari hal-hal buruk karena ketika seseorang berpuasa, saluran dalam tubuh
yang biasa dilewati oleh setan akan menyempit. Dengan begitu setan tidak akan leluasa bergerak. Ada
juga yang berpendapat puasa juga merupakan zakat jiwa.

Imam At-Tabari
Menurut Tafsir Imam At-Tabari dalam ayat ini seolah-olah Allah SWT berfirman: “Hai
sekalian orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan dan mengakui
kedua-Nya diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
dari kalangan ahli kitab.” yaitu pada hari-hari di Bulan Ramadhan. Karena sesungguhnya orang-
orang setelah Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim AS. Demikian itu
karena Allah SWT telah menjadikan Nabi Ibrahim AS sebagai pemimpin manusia dan agamanya
adalah agama yang lurus lagi selamat. Maka Rasulullah SAW diperintahkan untuk mengikutinya
seperti yang diperintahkan kepada para Nabi sebelumnya (sesudah Nabi Ibrahim AS). Adapun
penyerupaan antara Puasa Umat Islam dengan Puasa mereka (umat-umat sebelumnya) terletak pada
waktu pelaksanaannya, yaitu Bulan Ramadhan. Karena umat sebelum,nya diwajibkan Puasa pada
Bulan Ramadhan sebagaimana Umat Islam, umat Muhammad SAW. Sedangkan maksud penggalan
ayat “… agar kamu bertakwa,” yaitu agar kita menjauhi hal-hal apa saja yang dapat membatalkan
Puasa kita, yaitu bisa berupa makan, minum, dan berhubungan seksual ketika berpuasa.

3
Tafsir Al-Muyassar
Kementerian Agama Saudi Arabia 183. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan
mengikuti Rasul-Nya, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat
sebelum kalian, agar kalian bertakwa kepada Allah, yaitu dengan cara membuat tabir penghalang
antara diri kalian dan azab Allah melalui amal saleh. Salah satu amal saleh yang paling utama ialah
puasa.

Tafsir Al-Wajiz
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili 183. Allah mengabarkan tentang segala yang Dia
karuniakan kepada hamba-hambaNya dengan cara wajibkan atas mereka berpuasa sebagaimana Allah
telah mewajibkan puasa itu atas umat-umat terdahulu, karena puasa itu termasuk di antara syariat dan
perintah yang mengandung kemaslahatan bagi makhluk di setiap zaman. Puasa juga menambah
semangat bagi umat ini yaitu dengan melompat lomba dengan umat lain dalam menyempurnakan
amal perbuatan dan bersegera menuju kepada kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan puasa itu juga
bukanlah suatu perkara sulit yang khusus bagi kalian. Kemudian Allah menyebutkan hikmah
disyariatkannya puasa seraya berfirman, “Agar kamu bertakwa,” karena sesungguhnya puasa itu
merupakan salah satu faktor penyebab ketakwaan, karena berpuasa dalam merealisasikan perintah
Allah dan menjauhi laranganNya. Dan diantara bentuk yang meliputi ketaqwaan dalam puasa itu
adalah bahwa orang yang berpuasa akan meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah seperti
makan, minum, melakukan Jima, dan semacamnya yang sangat diinginkan oleh nafsunya dengan
maksud mendekatkan diri kepada Allah seraya mengharapkan pahala dalam meninggalkan hal
tersebut. Ini merupakan bagian ketakwaan. Dan diantaranya juga adalah bahwasanya orang yang
berpuasa itu melatih dirinya untuk selalu merasa diawasi oleh Allah, maka dia meninggalkan apa yang
diinginkan oleh nafsunya padahal dia mampu melakukannya karena dia tahu bahwa Allah melihatnya.
Yang lain bahwasanya puasa itu mempersempit jalan masuk setan, karena setan itu berjalan dalam
tubuh manusia seperti jalannya darah, maka puasa akan melemahkan pengaruhnya dan
meminimumkan kemaksiatan. Diantaranya juga bahwa seorang yang berpuasa biasanya akan
bertambah ketaatannya, dan ketaatan itu adalah gambaran dari ketakwaan. Yang lainnya lagi adalah
bahwa orang yang kaya bila merasakan susahnya kelaparan, pasti ia menghibur kaum miskin, dan ini
pun termasuk gambaran ketakwaan.

4
PENGAJARAN AYAT

I. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari perkara yang diharamkan oleh Allah
seperti makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki
kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri
kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’
II. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan
menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk
makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya
kerana sedar bahwa Allah mengawasinya
III. Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini
merupakan tabiat orang yang bertaqwa
IV. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih
peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat
orang yang bertaqwa

ISU SEMASA

Pada zaman pasca kemerdekaan, ramai orang dalam lapisan masyarakat yang bermain main
tentang ibadat berpuasa. Kerana mereka tidak memahami betapa pentingnya ibadat berpuasa. Salah
satu kehebatan bulan Ramadhan al Mubarak berbanding bulan-bulan yang lain adalah bagaimana ia
mampu merubah gaya hidup seseorang muslim di dalam masa yang singkat. Setiap kali bulan
Ramadhan tiba, masing-masing berlumba ke masjid untuk melakukan ibadah. Masjid dan surau
kembali meriah dengan aktiviti berbuka puasa, tarawih, tadarus dan qiyamulail. Itulah sebahagian
perubahan yang dicetuskan dengan kedatangan bulan Ramadhan. Namun, apa yang paling utama
adalah kewajiban yang terkandung di dalam bulan Ramadhan

Di antara amalan sunnah yang paling dituntut di bulan Ramadhan adalah membaca al-Quran.
Kita akan mendapati di masjid-masjid, umat Islam berlumba-lumba sesama mereka untuk khatam 30
juzuk al-Quran demi mengejar fadhilatnya yang terkandung di dalam bulan Ramadhan. Di masjid dan
surau, pihak pengurusan mengundang para tahfiz untuk mengimami bacaan ayat al-Quran dalam
solat. Di mana-mana, program tadarus al-Quran diadakan termasuklah melalui kempen
program Quran Hour yang dianjurkan diperingkat nasional. Namun, persoalan yang harus kita
tanggapi ialah, apakah cukup sekadar kita membaca tanpa memahami maksud isi kandungan al-
Quran? Sedangkan tujuan al-Quran diturunkan adalah untuk difahami dan dijadikan petunjuk

“Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu(bayyinat), dan pembeza
(furqan)” [TMQ al Baqarah (2):185]

5
KESIMPULAN

Sesungguhnya Al-Quran tidak boleh dipisahkan dari kehidupan umat Islam. Sesungguhnya
Al-Quran mengungkapkan kebenaran yang menjadi nadi kekuatan, menjana perubahan serta
memuatkan pelbagai ajaran dengan syarat umat Islam mahu mengambil segala isinya untuk
diterapkan dalam kehidupan. Telah terbukti apa yang telah dilakukan Rasulullah dengan jayanya iaitu
membangkitkan bangsa yang jahil dan buta huruf menjadi umat pelopor dan pencetus generasi
cemerlang, gemilang dan terbilang dengan jalan Al-Quran. Berdampinglah selalu dengan Al-Quran,
fahami dan hayati maksudnya dan seterusnya jadikan ia acuan dalam mengatur kehidupan sepanjang
hayat kita

6
Bibliografy
 https://tafsirweb.com/687-surat-al-baqarah-ayat-183.html
 Tafsir Al-Wajiz
 Tafsir Al-Muyassar
 https://muslim.or.id/4439-tafsir-surat-al-baqarah-183-berpuasa-menggapai-
takwa.html#_ftnref3
 https://mykhilafah.com/nuzul-quran-1439h-al-quran-sebagai-pedoman-dan-neraca-
kehidupan/
 https://celiktafsir.net/2013/06/10/baqarah-ayat-183-187/
 https://alquranmulia.wordpress.com/2015/04/06/tafsir-ibnu-katsir-surat-al-baqarah-
ayat-183-184/
 Tafsir al Kasyaf
 TAFSIR AL-MUHARRIRUL WAJIEZ

Anda mungkin juga menyukai