Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PUASA
Dosen Pengampu :
Dra. Rukiah, M.H

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Atifah Maharani Akil (2320203861211014)
2. Astrid Amir (2320203861211013)
3. Eka Lestari (2320203861211017)
4. Ayu Lestari (2320203861211015)
5. Dwi Ananda(2320203861211016)
6. Fakhriyyah (2320203861211018)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM PAREPARE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita.
Penulisan makalah berjudul “Puasa” merupakan tugas kami selaku kelompok
tiga pada mata kuliah fiqh ibadah.
Terimakasih kami ucapkan kepada Dra.Rukiah, M.H selaku dosen pengampu
mata kuliah ini. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan yang kami miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai
sumber informasi. Kegiatan penyusunan makalah ini memberikan kami
tambahan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kami, dan
semoga bagi para pengguna makalah ini. Sebagai manusia biasa, kami sadar
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun, sehingga makalah
ini dapat bermanfaat baik bagi kami sendiri maupun pengguna makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................2


DAFTAR ISI ........................................................................................................3
BAB I ...................................................................................................................4
PENDAHULUAN ...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................4
1.3 Tujuan .........................................................................................................5
BAB II ..................................................................................................................6
PEMBAHASAN ..................................................................................................6
2.1 Pengertian Puasa .........................................................................................6
2.2 Rukun dan Syarat Puasa .............................................................................6
2.3 Macam – Macam Puasa ..............................................................................9
2.4 Hal – hal yang Membatalkan Puasa .........................................................12
2.5 Hikmah dan Keutamaan Puasa .................................................................18
BAB III ..............................................................................................................20
PENUTUP ..........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................20
3.2 Daftar Pustaka ..........................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang
yang beriman, setiap orang Islam yang mukallaf wajib melaksanakannya.ibadah
puasa ini selain untuk mematuhi perintah Allah adalah juga untuk menjadi tangga
ke tingkat takwa, karena takwalah dasar keheningan jiwadan keluruhan budi dan
akhlak.Untuk ini semua, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan
dengan puasa, dari dasar hukum, syarat-syarat, rukun puasanya dan lain
sebagainya.
Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam
pengertian sempit sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang
membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa
yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang
oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat
lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial
dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan
memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi
seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna
puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya
pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan
pedoman hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Puasa ?
2. Apa aja Rukun dan Syarat Puasa ?
3. Apa saja macam – macam Puasa ?
4. Apa saja hal – hal yang membatalkan Puasa ?
5. Apa saja landasan hukum Puasa ?
6. Apa saja Hikmah dan Keutamaan Puasa ?

4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian puasa
2. Mengetahui rukun dan syarat – syarat puasa
3. Mengetahui macam – macam puasa
4. Mengetahui hal – hal apa saja yang membatalkan puasa
5. Mengetahui landasan hukum puasa
6. Mengetahui hikmah dan keutamaan puasa

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa
Secara Bahasa, puasa berarti “menahan diri” atau bisa juga “menahan
sesuatu” yang berasal dari bahasa arab "‫ "صيام‬yang akar katanya adalah "-‫و‬-‫ص‬
‫( "م‬S-W-M). Puasa, khususnya puasa yang sifatnya wajib berkedudukan sebagai
salah satu pilar umat islam karena merupakan salah satu point dalam rukun islam.
Dengan adanya puasa pada rukum islam, tentunya puasa juga harus diperhatikan
karena sedemikian penting sebagaimana pentingnya salat. Sebelum disyariatkan
pada umat islam, puasa sudah dikenal oleh umat-umat sebelumnya, salah satu
contohnya yaitu kaum jahiliyah.
Puasa apabila didefinisikan sesuai dengan syariat islam, adalah kegiatan
menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa baik itu dalam bentuk
sikap, tindakan, tingkah laku, maupun ucapan mulai dari terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari di ufuk barat dengan memperhatikan rukun-rukun
tertentu. Puasa dilakukan bukan tanpa sebab, puasa merupakan wadah seorang
muslim untuk membersihkan jiwanya serta mendekatkan diri dengan
penciptanya. Saat berpuasa, manusia dipaksa untuk mengontrol hal-hal yang
biasa dilakukannya setiap hari, hal ini merupakan salah satu bentuk pembiasaan
seorang muslim untuk hidup dalam kesederhanaan dan membantu dalam
pembentukan karakter serta kontrol diri yang lebih baik.

2.2 Rukun dan Syarat Puasa

➢ Rukun Puasa
Hal-hal yang harus dilakukan pada saat berpuasa umumnya hanya ada dua,
yaitu membaca niat dan menahan diri. Berikut dijelaskan kedua rukun tersebut
secara lebih rinci:
1. Niat
Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia baiknya dimulai dengan niat,
begitupula dengan puasa. Berniat untuk puasa biasanya dilakukan selama sebulan
dan diucapkan baik dilafalkan dengan lantang maupun didalam hati.

6
Niat puasa ini diucapkan saat malam hari atau sebelum masuk waktu imsak setiap
harinya. Jadi, sebelum tidur atau sebelum sahur, umat muslim biasanya berniat
untuk melaksanakan ibadah puasa untuk hari berikutnya. Perlu ditekankan bahwa
niat puasa dapat berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan puasa apa yang hendak
dilaksanakan. Berikut adalah salah satu contoh niat puasa, terkhusus puasa
dibulan Ramadhan:
‫سنَة ِل تَعَالَى‬
َّ ‫ضان هذه ال‬ َ ‫ع ْن أَدَاء فَ ْرض‬
َ ‫ش ْهر َر َم‬ َ ‫ص ْو َم غَد‬
َ ‫ن ََويْت‬
Artinya: "Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan
Ramadhan tahun ini, karena Allah ta'ala."
2. Menahan diri
Sesuai dengan definisi puasa, tentunya menahan diri merupakan inti dari
puasa itu sendiri. Menahan diri disini bukan hanya sekadar menahan diri dari rasa
lapar dan dahaga, melainkan mengontrol diri dari segala sesuatu yang dapat
membatalkannya. Bentuk pengontrolan itu dapat berupa tidur, berprilaku lebih
positif, beribadah lebih intensif, dll. Jika seseorang gagal dalam menahan dirinya,
maka puasanya tidak akan dianggap sah, oleh karena itulah menahan diri
merupakan salah satu rukun puasa.

➢ Syarat Wajib Puasa


1. Islam
Dalam konteks pembahasan fiqh ibadah, tentu saja puasa yang dimaksud disini
adalah puasa dengan tujuan mendekatkan diri dengan Allah. Oleh karena itu,
hanya orang-orang Islam yang wajib melaksanakan ibadah puasa. Jika ada
pemeluk agama Islam yang tidak melaksanakan ibadah puasa padahal dalam
kondisi yang memang memungkinkan untuk puasa, maka hal tersebut tidak
dibenarkan dan dianggap sebagai pelanggaran kewajiban.

2. Baligh
Syarat kedua yang membuat seseorang diwajibkan berpuasa adalah mencapai
usia baligh. Artinya, anak kecil yang belum mencapai usia baligh tidak
diwajibkan berpuasa selama bulan Ramadan. Meskipun begitu, orang tua
diharapkan melatih anak mereka untuk berpuasa ketika mereka mencapai usia 7

7
tahun. Namun, orang tua dapat memberikan sanksi jika anak belum mulai belajar
berpuasa saat mencapai usia 10 tahun.
Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana puasa bagi seseorang yang belum
berusia baligh namun sudah berpuasa? Menurut beberapa ulama, puasa orang
tersebut tetap benilai pahala dan jika puasa tersebut ditinggalkan, maka tidak ada
kewajiban baginya untuk mengqada atau menggantinya dihari lain. Hal ini
dikarenakan puasa bagi orang tersebut belum bersifat wajib.

3. Berakal
Seseorang yang wajib berpuasa harus paham betul esensi dari puasa itu sendiri.
Ini berarti mereka harus mengerti tujuan dilaksanakannya ibadah puasa, mengapa
harus melaksanakannya, serta harus memiliki kesiapan mental dalam
menjalankan rukun-rukun puasa itu sendiri. Seseorang harus dalam kesadaran
penuh sehingga wajib melaksanakan puasa, oleh karena itu orang yang terkena
gangguan jiwa tidak diwajibkan puasa, karena dinilai tidak mampu dalam
memahami serta melaksanakan puasa.

4. Dalam kondisi sehat


Seseorang yang dalam kondisi mengidap penyakit yang apabila ia berpuasa maka
akan berdampak buruk pada penyakitnya maka tidak diwajibkan untuk berpuasa.
Begitupula dengan orang yang mengidap sebuah penyakit dan khawatir jika ia
berpuasa maka penyakit tersebut tidak dapat sembuh sesuai dengan perkiraan
awal atau terlambat sembuh. Namun, seseorang yang tidak berpuasa karena
alasan sakit tetap harus mengganti puasanya sebanyak yang ia tinggalkan dihari
dimana orang tersebut sudah dalam keadaan sehat

5. Mampu
Puasa hanya diwajibkan bagi mereka yang masih bisa melakukannya. Bagi orang
yang sangat lemah atau sudah tua sehingga secara fisik tidak mampu berpuasa,
mereka tidak diwajibkan melaksanakannya. Allah SWT sesungguhnya sangat
memahami kondisi setiap individu dan memberikan kelonggaran sesuai dengan

8
kemampuan mereka. Namun dalam kasus ini, orang tersebut wajib membayar
fidyah.

6. Suci dari haid dan nifas


Perempuan yang sedang mengalami menstruasi (haid) atau masa nifas (setelah
melahirkan) dikecualikan dari kewajiban berpuasa selama periode tersebut.
Bahkan ada pendapat bahw jika tetap melaksanakan puasa, maka puas tersebut
hukumnya berubah menjadi haram. Namun setelah masa haid atau nifas berakhir,
maka perempuan tersebut harus mengganti puasa yang tidak dilaksanakan selama
periode tersebut.

7. Bermukim
Syarat terakhir bagi seorang muslim untuk wajib berpuasa adalah harus menetap
(mukim). Oleh karena itu, jika seorang Muslim sedang melakukan perjalanan
jauh (sebagai musafir), terdapat pengecualian atau keringanan (rukhsah) untuk
tidak menjalankan puasa. Jika seorang musafir masih mampu untuk berpuasa
selama perjalanan, lebih baik untuk tetap menjalankannya daripada membatalkan
puasa. Namun, jika seorang musafir tidak mampu untuk berpuasa karena alasan
tertentu, lebih disarankan untuk membatalkan puasa daripada memaksakan diri
untuk menahannya.

2.3 Macam – Macam Puasa


Macam-macam Puasa Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa
wajib dan puasa sunah.
1. Puasa Fardhu
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan
syari’at Islam. Yang termasuk ke dalam puasa fardhu antara lain:
A.Puasa bulan Ramadhan
Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa
wajib selama sebulan penuh pada bulan Ramadan bagi setiap umat Islam yang
sudah baligh. Perintah melaksanakan ibadah puasa pada bulan suci Ramadan

9
disampaikan dalam Al-Qur'an surat Al- baqarah ayat 183.Orang yang wajib
berpuasa Ramadhan adalah orang yang baligh, sehat jasmani-rohani dan bukan
musafir. Puasa tidak wajib bagi wanita yang sedang haid.
B. Puasa Kafarat
Puasa Kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran
terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban,
sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya
diampuni, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
a. Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi
makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin atau membebaskan seorang
roqobah, maka ia harus melaksanakan puasa selama tiga hari.
b. Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia
tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan roqobah
maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut (An Nisa: 94).
c. Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan Ramadhan
tanpa ada halangan yang telah ditetapkan, ia harus membayar kafarat dengan
berpuasa lagi sampai genap 60 hari.
d. Barang siapa yang melaksanakan ibadah haji Bersama sama dengan umrah,
lalu tidak mendapatkan binatang kurban, maka ia harus melakukan puasa tiga
hari di Mekkah dan tujuh hari sesudah ia sampai kembali ke rumah.
C. Puasa Nazar
Puasa jenis ini adalah puasa yang dijanjikan oleh diri sendiri ketika meniatkan
suatu hajat. Ketika hajat itu tercapai, maka wajib hukumnya bagi yang berjanji
untuk menunaikan puasanya.
Bagi Muslim yang tidak sanggup membayar puasa nazarnya, ada alternatif untuk
membayarnya. Puasa bisa digantikan dengan memberi makan ke 10 orang
miskin, memerdekakan 1 orang budak, atau memberi sebuah pakaian kepada 10
orang miskin.
D. Puasa Qadha
Puasa qadha merupakan pengganti puasa Ramadan bagi yang sudah baligh
namun berhalangan. Karena menggantikan puasa wajib, maka hukum puasa
qadha adalah wajib dilunasi sebleum bertemu Ramadan berikutnya. Bagaimana

10
pun, Muslimin/Muslimat yang tidak dapat membayar utang puasanya karena
alasan kesehatan atau usia dapat membayarnya dengan Fidyah.
2. Puasa Sunnah
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnah itu
antara lain :
a. Puasa syawal
Syawal sendiri adalah nama bulan setelah bulan Ramadhan. Puasa Syawal adalah
berpuasa selama enam hari di bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara
berurutan dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara tidak
berurutan. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa berpuasa
pada bulan Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam
hari pada bulan syawal, maka seakan – akan dia berpuasa selama
setahun”.(HR.Muslim)

b. Puasa hari Senin dan hari Kamis.


Puasa senin kamis berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya
untuk senantiasa berpuasa di hari-hari tersebut karena hari senin merupakan hari
kelahiran beliau, sedangkan hari kamis adalah hari pertama kali Al-Qur’an
diturunkan.

c. Puasa hari Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji)


Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam
yang tidak sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak
ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Dari Abu
Qatadah, Nabi saw. bersabda: “Puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua
tahun, satu tahun yang telah laludan satu tahun yang akan datang” (H. R. Muslim.

d. Puasa tanggal 9 dan 10 bulan Muharam.


Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa,
boleh di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama

11
adalah pada hari Asyura yakni tanggal sepuluh pada bulan Muharram. Nabi saw.
Bersabda : Hari Asyuro (yakni 10 Muharram) itu jika seseorang menghendaki
puasa, maka berpuasalah pada hari itu.

e. Puasa bulan Rajab, Sya’ban ,


Sya'ban umat Islam dianjurkan agar mencari pahala sebanyak-banyaknya. Salah
satunya adalah dengan melakukan puasa pada pertengahan bulan alias pada saat
Nisfu Sya’ban.sedangkan pada bulan Rajab Imam menjelaskan keutamaan puasa
di bulan Rajab yang diriwayatkan Imam Thabarani dari Sain bin Rasid, yaitu
berpuasa sehari di bulan Rajab maka pahalanya berpuasa setahun. Bila puasa
tujuh hari, maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam.

2.4 Hal – hal yang Membatalkan Puasa

8 Hal yang Membatalkan Puasa


1. Makan dan Minum
Memasukkan sesuatu berupa makanan, minuman, maupun benda lainnya
ke dalam tubuh melalui lubang yang berpangkal pada organ bagian dalam (jauf)
seperti mulut, telinga, dan hidung dalam keadaan sengaja maka dapat
membatalkan puasa. Akan tetapi, jika perbuatan tersebut dilakukan tanpa
kesengajaan atau lupa, maka tidak membatalkan puasa.
Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits:
‫سقَاه‬ ْ َ‫ص ْو َمه فَانَّ َما ا‬
َ ‫طعَ َمه للا َو‬ َ ‫ب فَ ْليت َّم‬
َ ‫صائم فَا َ َك َل َواشَر‬ َ ‫َم ْن نَس‬
َ ‫ي َوه َو‬
Artinya: Siapa yang lupa keadaannya sedang berpuasa, kemudian ia makan dan
minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya
Allah-lah yang memberikan makanan dan minuman itu". (Hadits Shahih, riwayat
al-Bukhari: 1797 dan Muslim: 1952)

2. Memasukan Obat atau Benda Melalui Dua Jalan

12
Ketika seseorang melakukan pengobatan dengan cara memasukkan
benda (obat atau benda lain) pada salah satu dari dua jalan (qubul dan dubur).
Misalnya pengobatan bagi orang yang sedang mengalami ambeien dan juga bagi
orang yang sakit dengan memasang kateter urin, maka dua hal tersebut dapat
membatalkan puasa.

3. Muntah dengan Sengaja


Muntah secara sengaja termasuk hal yang dapat membatalkan puasa.
Akan tetapi, jika seseorang muntah tanpa disengaja atau muntah tiba-tiba dan
tidak ada sedikitpun dari muntahannya yang tertelan, maka puasa tetap sah.

4. Berjimak di Siang Hari


Melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis atau berjimak di siang
hari pada saat berpuasa secara sengaja maka dapat membatalkan puasa. Selain
itu, orang yang melakukannya juga akan dikenakan denda atau kafarat.
Dendanya yakni melaksanakan puasa selama dua bulan secara berturut-turut.
Apabila tidak mampu, maka ia wajib memberi makanan pokok senilai satu mud
atau setara dengan 0,6 kilogram beras atau ¾ liter beras kepada 60 fakir miskin.

5. Keluarnya Air Mani


Keluar air mani (sperma) yang disebabkan bersentuhan kulit maka dapat
membatalkan puasa. Kondisi ini terjadi karena onani atau bersentuhan dengan
lawan jenis tanpa adanya hubungan seksual. Tetapi, apabila air mani keluar tanpa
sengaja atau karena mimpi basah, maka keadaan tersebut tidak membatalkan
puasa.

6. Haid dan Nifas


Keluarnya darah dari kemaluan saat seorang perempuan sedang
menjalankan ibadah puasa maka puasanya batal. Perempuan yang sedang haid
dan dalam masa nifas berkewajiban untuk mengqadha puasanya.

13
7. Gila
Ketika seseorang tengah berpuasa dan tiba-tiba mengalami gangguan jiwa atau
gila, maka puasanya batal.

8. Murtad
Murtad adalah seseorang yang keluar dari agama Islam. Ketika seseorang yang
tengah berpuasa melakukan hal-hal yang sifatnya mengingkari keesaan Allah
SWT atau mengingkari hukum syariat yang telah disepakati ulama, maka puasa
orang tersebut langsung batal.

2.5 Landasan Hukum Puasa


Hukum Ibadah Puasa.
Landasan syariat penetapan kewajiban ibadah Puasa adalah firman Allah Ta'ala
didalam Al-Qur'an, Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dan
Ijmak (konsensus) kaum Muslim.
a. Dalil Al Qur'an, firman Allah Ta'ala,
‫علَيْكم الصيَام َك َما‬ َ ‫يأَيُّ َها الَّذينَ َءا َمنوا كت‬
َ ‫ب‬
َ‫علَى الَّذينَ من قَبْلك ْم لَعَلَّك ْم تَتَّقون‬
َ ‫) كتب‬
"Hal orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (AI-
Baqarah:183)
Hadits shahih dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, sebagaimana
dikisahkan oleh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, As-Syarhul Mumti' 'Ala Zadul Mustaqni",
juz.6 hlm.298.

14
sahabat Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhu, ketika seorang Arab Badui
datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam lalu berkata; "Wahai
Rasulullah, kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan untukku tentang
shalat?". Maka beliau Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, "Shalat lima
waktu kecuali bila kamu mau menambah dengan yang Tathawwu (sunnah) ".

Orang itu bertanya lagi, "kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan
buatku tentang Shiyam (puasa)?". Maka beliau menjawab: "Puasa di bulan
Ramadhan kecuali bila kamu mau menambah dengan yang Tathawwu' (sunnah)
"
Orang itu bertanya lagi, "Lalu kabarkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan
buatku tentang zakat?". Berkata, Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhu,
"Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam menjelaskan kepada orang itu
tentang syariat-syariat Islam". Kemudian orang itu berkata: "Demi Dzat yang
telah memuliakan anda, Aku tidak akan mengerjakan yang sunnah, namun aku
pun tidak akan mengurangi satupun dari apa yang telah Allah wajibkan untukku".
Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam berkata: "Dia akan beruntung jika
jujur menepatinya (atau dia akan masuk surga jika jujur menepatinya)"
Abdullah bin Umar dan Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu Anhum juga
meriwayatkan bahwa orang-orang Quraisy pada masa jahiliyah melaksanakan
puasa hari Asyura (10 Muharam), dan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah
melaksanakan puasa hari Asyura lalu memerintahkan (para sahabat) untuk
melaksanakannya.
Setelah Allah mewajibkan puasa Ramadhan, maka Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam memberi pilihan dan tidak mewajibkan lagi puasa hari Asyura".
Kaum Muslim telah berijmak tentang diwajibkannya berpuasa pada siang hari
dibulan Ramadhan, dan ijmak kaum Muslim adalah salah satu dasar landasan
syariat agama Islam, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
HR. Al-Bukhari (1891).

َ ‫أ َّمةَ م َح َّمد‬: ‫ أ َ ْو قَا َل‬- ‫إ َّن للاَ ال يَ ْج َمع أ َّمتي‬


‫علَى‬
‫عة‬ َّ ‫ َو َيد‬،‫ضَللَة‬
َ ‫ّللا َم َع ال َج َما‬ َ

15
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan ummatku, (atau beliau
bersabda, ummat Muhammad) di atas kesesatan, dan tangan Allah bersama Al
Jama'ah7-8
Konsensus umat Muslim adalah Hujjah yang tidak boleh di selisihi, tentu yang
dimaksud dengan Umat disini adalah ulama Muslim secara luas dan lintas waktu
serta zaman, bukan wilayah teritorial dan waktu tertentu.
Terkhusus para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, maka
ketika mereka tidak berkumpul di atas kesesatan, maka kesepakatan (Ijmak)
mereka adalah kebenaran.

Kapan awal mula disyariatkan puasa?


Memutuskan interaksi badan dengan kebutuhannya berupa makanan dan
minuman, interaksi jiwa dengan syahwatnya adalah perkara yang tidak mudah,
ibadah puasa diwajibkan
Abdullah bin Mubarak ketika ditanya tentang Al Jamaah beliau menjawab, "Abu
bakar dan Umar", Al-Jamaah adalah siapa saja yang mengikuti kebenaran,
meskipun dia seorang diri. *HR. At-Tirmidzi (2167), dan lafal ini dishahihkan
oleh Syeikh Al- Albany.
belakangan, ketika periode dakwah islam diMadinah; setelah hijrah, saat
keimanan telah meresap kedalam sanubari, ibadah shalat telah tegak, maka
kemudian berpindah secara berangsur-angsur kepada ibadah puasa.
Ibadah puasa di wajibkan Allah Ta'ala kepada hambanya pada bulan Syakban
tahun kedua hijrah,dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpuasa
Ramadhan sebanyak sembilan kali sebelum beliau wafat".
Landasan hukum puasa dapat bervariasi berdasarkan konteksnya. Berikut adalah
gambaran umum tentang landasan hukum puasa dalam beberapa konteks yang
umum:

1. Puasa dalam Agama Islam:

16
- Al-Qur'an:Surah Al-Baqarah (2:183-185) menetapkan kewajiban puasa
selama bulan Ramadan.
- Hadis:Contoh praktik puasa Rasulullah dan petunjuk tambahan dalam hadis.

2. Puasa dalam Agama Kristen:


- Puasa mungkin dilakukan sebagai praktik spiritual berdasarkan ajaran agama
Kristen, seperti yang tercermin dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

3. Puasa dalam Agama Lain:


- Berbagai agama memiliki tradisi puasa dengan landasan hukum dan spiritual
yang unik.

4.Puasa dan Kesehatan:


- Landasan kesehatan dapat berdasarkan riset ilmiah yang menunjukkan
manfaat puasa intermiten atau diet tertentu bagi tubuh.

5. Puasa dalam Kaitan Jam Kerja:


- Landasan hukum dapat berasal dari peraturan perusahaan yang memberikan
hak untuk berpuasa atau mengatur waktu istirahat karyawan.

6. Hukum Perlindungan Kebebasan Beragama:


- Dalam beberapa yurisdiksi, ada landasan hukum perlindungan kebebasan
beragama yang melibatkan hak untuk menjalankan ibadah, termasuk puasa.

7.Hukum Ketenagakerjaan:

17
- Jika puasa terkait dengan kebijakan jam kerja, landasan hukum dapat
ditemukan dalam peraturan ketenagakerjaan yang mengatur waktu kerja dan
istirahat.

2.5 Hikmah dan Keutamaan Puasa

➢ Hikmah Puasa
Diantara hikmah dan manfaat ibadah puasa adalah:
1) Puasa adalah sarana menggapai ketakwaan.
2) Puasa adalah sarana mensyukuri nikmat.
3) Puasa melatih diri untuk mengekang jiwa, melembutkan hati dan
mengendalikan syahwat.
4) Puasa memfokuskan hati untuk berdzikir dan berfikir tentang
keagungan dan kebesaran Allah.
5) Puasa menjadikan orang yang kaya semakin memahami besarnya
nikmat Allah kepadanya
6) Puasa memunculkan sifat kasih sayang dan lemah lembut terhadap
orang-orang miskin.
7) Puasa menyempitkan jalan peredaran setan dalam darah manusia.
8) Puasa melatih kesabaran dan meraih pahala kesabaran tersebut, karena
dalam puasa terdapat tiga macam kesabaran sekaligus, yaitu sabar
menghadapi kesulitan, sabar dalam menjalankan perintah Allah dan
sabar dalam menjauhi larangan-Nya.
9) Puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan.
10) Hikmah puasa terbesar adalah penghambaan kepada Allah tabaraka wa
ta’ala dan peneladanan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

➢ Keutamaan Puasa
Diantara keutamaan ibadah puasa adalah:
1) Puasa adalah jalan meraih ketakwaan.
2) Puasa adalah sebab dosa-dosa diampuni, apabila dikerjakan berdasar
iman, ikhlas serta meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

18
3) Pahala puasa melimpah ruah, apabila dilakukan sesuai dengan adab-
adabnya.
4) Puasa adalah perisai dari perbuatan yang haram.
5) Puasa adalah perisai dari api neraka.
6) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari aroma
kasturi.
7) Meraih dua kebahagiaan dengan puasa, yaitu kebahagiaan ketika
berbuka dan ketika berjumpa dengan Allah tabaraka wa ta’ala.
8) Masuk surga dari pintu khusus yang bernama Ar-Royyan.
9) Berpuasa dan membaca Al-Qur’an adalah dua amalan yang akan
memberi syafa’at bagi pemiliknya di hari kiamat.
10) Doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam konteks syariat Islam, puasa adalah kegiatan menahan diri dari
segala hal yang dapat membatalkannya, melibatkan sikap, tindakan, tingkah laku,
dan ucapan, dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan memperhatikan
rukun-rukun tertentu.
Puasa bukan hanya sebuah aturan tanpa alasan, melainkan sebuah wadah
yang memungkinkan seorang Muslim untuk membersihkan jiwanya dan
mendekatkan diri kepada penciptanya. Saat berpuasa, individu dihadapkan pada
kontrol diri, membiasakan hidup dalam kesederhanaan, dan membantu
pembentukan karakter serta kontrol diri yang lebih baik. Dengan demikian, puasa
tidak hanya sekadar ibadah, tetapi juga sebuah latihan spiritual yang memperkaya
kehidupan seorang Muslim secara keseluruhan.

20
3.2 Daftar Pustaka

https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6651694/8-hal-yang-membatalkan-
puasa-muslim-wajib-tahu/amp
Idris, F. (2018). Panduan Puasa. Madinah Global Media.
Latif,Azharuddin Ahmad. Mesraini., dan Yayan Sofyan. (2005). Pengantar
Fiqh. Pusat Studi Wanita.
Rahmi, A. (2015). Puasa Dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Jasmani Dan
Rohani. Serambi Tarbawi , 3 (1).

21

Anda mungkin juga menyukai