Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FIKIH

HUKUM PUASA DAN MACAM MACAM PUASA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih

Disusun oleh:
1. Ayu Tyas Kusumaningrum 231121034
2. Rindu Prisca 231121035
3. Novandi Ramadhan 231121036
4. Trio Saputro 231121045

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FISAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, utusan Allah yang menjadi suri tauladan bagi umat
manusia. Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas akademik yang kami
emban dalam rangka mengeksplorasi suatu topik yang relevan dengan
bidang studi kami. Melalui makalah ini, kami berusaha untuk menggali dan
menganalisis informasi serta konsep yang terkait dengan topik yang telah
kami pilih.

Kami ingin menyampaikan penghargaan yang tulus kepada semua pihak


yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Terima kasih kepada dosen pembimbing
dan semua pihak yang telah memberikan masukan, bimbingan, serta
dukungan moral dalam perjalanan kami menyusun makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat bagi pembaca serta pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang yang bersangkutan.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberkahi segala usaha kita
dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Aamiin.

Surakarta, April 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 Hukum Puasa 6
2.1.1 Pengertian Puasa 6
2.1.2 Rukun dan Syarat Berpuasa 7
2.1.3 Adab Berpuasa (Sunah dan Pembatal) 8
2.1.4 Hikmah Syar’ 9
2.2 Macam Macam Puasa 9
2.2.1 Puasa Wajib 10
2.2.2 Puasa Sunah 10
2.2.3 Puasa yang diharamkan dan dimakruhkan 11
2.2.4 Waktu Pelaksanaan Puasa 13
2.2.5 Keutamaan Puasa Sunah 13
2.2.6 Hikmah Syar’i 15
BAB III 18
PENUTUP 18
2.3 Kesimpulan 18
DAFTAR PUSTAKA 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki kedudukan
penting dalam agama Islam. Dalam praktiknya, puasa tidak hanya
merupakan kewajiban ibadah, tetapi juga memegang peranan penting
dalam memperkuat ikatan spiritual antara manusia dengan Sang
Pencipta. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang hukum
puasa dan berbagai macam jenis puasa yang diperbolehkan dalam
Islam menjadi hal yang sangat relevan bagi umat Muslim.

Hukum puasa sebagai salah satu rukun Islam, memiliki aturan yang
telah ditetapkan dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
Pengetahuan mengenai hukum-hukum puasa, mulai dari syarat-syarat
sahnya hingga hal-hal yang membatalkan puasa, menjadi dasar penting
bagi setiap Muslim untuk menjalankan ibadah puasa dengan benar.

Selain itu, Islam juga mengenal berbagai macam puasa, seperti


puasa wajib, sunnah, nadzar, puasa ganti, dan puasa-puasa lainnya yang
memiliki keutamaan dan hikmah tersendiri. Memahami perbedaan dan
tata cara menjalankan berbagai macam puasa ini dapat memberikan
pandangan yang lebih luas bagi umat Muslim dalam meningkatkan
ibadah dan spiritualitas mereka. Dengan pemahaman yang baik tentang
hukum puasa dan berbagai macam jenis puasa dalam Islam,
diharapkan umat Muslim dapat menjalankan ibadah puasa dengan
penuh keikhlasan, ketakwaan, dan mendapatkan manfaat spiritual yang
maksimal dari ibadah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan puasa?

2. Apa saja rukun dan syarat puasa?

3. Bagaimana adab saat berpuasa?

4. Macam macam puasa?

4
1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan puasa

2. Mengetahui apa saja rukun dan syarat dalam puasa

3. Mengetahui apa bagaimana adab saat berpuasa

4. Mengetahui apa saja macam macam puasa

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hukum Puasa

2.1.1 Pengertian Puasa

Puasa merupakan salah satu Rukun Islam yang dimana puasa


adalah ibadah yang diminta kepada Allah SWT oleh Rasulullah SAW.
Dalam ibadah puasa, muslim harus menahan makan, minum, dan
syahwat selama hari bersamaan dengan berbukanya pada waktu
terpilih. Puasa dibuat untuk meningkatkan keseimbangan hidup,
meningkatkan keseimbangan hidup, dan menjamin keseimbangan
hidup. Dalam ibadah puasa, muslim harus menahan makan, minum,
dan syahwat selama hari bersamaan dengan berbukanya pada waktu
terpilih.

Puasa adalah kewajiban yang diminta kepada setiap individu


yang beriman dan mampu melakukannya. Dalam ibadah puasa,
muslim harus menahan makan, minum, dan syahwat selama hari
bersamaan dengan berbukanya pada waktu terpilih. Puasa dibuat
untuk meningkatkan keseimbangan hidup, meningkatkan
keseimbangan hidup, dan menjamin keseimbangan hidup. Dalam
ibadah puasa, muslim harus menahan makan, minum, dan syahwat
selama hari bersamaan dengan berbukanya pada waktu terpilih.

Dalam ibadah puasa, muslim harus menahan makan, minum,


dan syahwat selama hari bersamaan dengan berbukanya pada waktu
terpilih. Puasa dibuat untuk meningkatkan keseimbangan hidup dan
menjamin keseimbangan hidup. Dalam ibadah puasa, muslim harus
menahan makan, minum, dan syahwat selama hari bersamaan dengan
berbukanya pada waktu terpilih. Puasa adalah ibadah yang sangat
penting bagi muslim, dan dalam kehidupan sehari-hari, muslim harus
menjaga tingkat kepuasan dan keseimbangan dengan mengikuti
hukum-hukum puasa. Dalam ibadah puasa, muslim harus menahan
makan, minum, dan syahwat selama hari bersamaan dengan
berbukanya pada waktu terpilih. Puasa dibuat untuk meningkatkan
keseimbangan hidup, meningkatkan keseimbangan hidup, dan
menjamin keseimbangan hidup. Dalam ibadah puasa, muslim harus

6
menahan makan, minum, dan syahwat selama hari bersamaan dengan
berbukanya pada waktu terpilih.

2.1.2 Rukun dan Syarat Berpuasa

Syarat Wajib Puasa

Beragama Islam : Hanya orang orang yang beriman islam yang


diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa.

Baligh : Orang yang belum masuk ke dalam usia baligh, seperti anak
anak, tidak diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa.

Berakal : Hanya orang yang berakal saja yang diwajibkan untuk


melaksanakan ibadah puasa.

Sehat : Orang harus dalam keadaan sehat jasmani dan rohani untuk
melakukan ibadah puasa.

Mampu : orang harus mampu untuk melaksanakan ibadah puasa,


seperti tidak mengalami sakit atau kondisi lain yang membuatnya tidak
dapat melakukan ibadah puasa.

Tidak sedang dalam perjalanan : orang yang sedang dalam perjalanan


tidak diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa.

Suci dari haid dan nifas : Wanita yang sedang haid atau nifas tidak
diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa.

Rukun Puasa

Niat : Orang harus memiliki niat untuk melakukan ibadah puasa.

Menahan diri dari hal yang membatalkan puasa: Orang harus menahan
diri dari tindakan yang membatalkan ibadah puasa, seperti makan,
minum, keluar air mani yang tidak disengaja, muntah yang disengaja,
dan sebagainya.

7
2.1.3 Adab Berpuasa (Sunah dan Pembatal)

1. Sunnah

- Menyegerakan berbuka puasa segera setelah matahari terbenam.

- Membaca basmalah sebelum makan.

- Membaca doa berbuka puasa.

- Memakan kurma dalam jumlah ganjil atau makan dengan air.

- Menyegerakan untuk berbuka puasa dengan kurma atau dengan


yang manis manis.

- Melakukan tarawih ketika Ramadan.

- Membanyakkan memberi sedekah.

- Meninggalkan hal-hal yang makruh saat berpuasa.

- Meninggalkan segala hal yang mengenyangkan.

- Berbuat baik kepada keluarga kerabat dan tetangga serta


bersedekah.

- Membaca Al-Qur'an dan ibadah lainnya.

2. Pembatal:

- Tidak makan, minum, dan jimak secara sengaja ketika berpuasa.

- Tidak mengeluarkan air mani secara sengaja

- Berbekam atau yang semisalnya karena membuat badan menjadi


lemah.

- Mengumpat, mencela, berbohong, dan gibah.

- Menyinggarkan ibadah berpuasa.

- Memakan sahur karena di dalam sahur ada barokah dan menjalankan


sunah.

- Mengumpulkan kewangan dan tidak memberi sedekah.

8
2.1.4 Hikmah Syar’i

Selalu ada hikmah dalam setiap amal perbuatan yang disarankan


kepada umat manusia. Hikmah ada yang bisa dilihat secara inderawi
dan dibuktikan dan ada pula yang tidak tampak secara inderawi. Satu
hal yang jelas, Hikmah tentu akan jatuh kepada orang yang
melaksanakan syariat sesuai garis yang ditetapkan Allah SWT. Dari
surah Al Baqarah ayat 269 sendiri menunjukan bahwa Allah memang
senantiasa menyertakan hikmah sebagai satu kesatuan yang utuh pada
tiap amal perbuatan. Namun demikian orang-orang yang menggunakan
potensi akal serta menggunakan kemampuan daya berpikir yang akan
dapat menyelami, memahami, dan pada akhirnya mendapatkan hikmah.

a. Ibadah puasa merupakan wujud rasa syukur kepada Allah karena ia


merupakan ibadah yang diwajibkan. Kalau puasa bukan ibadah,
maka bisa jadi perbuatan menahan lapar dan dahaga tidaklah
begitu berarti. Dengan dijadikan ibadah, maka banyak manfaat yang
bertaburan dari ibadah puasa tersebut.

b. Puasa dan kebugaran. Sebagaimana banyak penelitian medis,


berpuasa bermanfaat memberi efek sehat terutama di saluran
pencernaan. Dengan memberi waktu istirahat pada saluran
pencernaan, maka kesehatan akan terpelihara.

c. Puasa adalah alat untuk mengetes ketaatan dan amanah seorang


muslim, sebab puasa ibadah khusus dimana yang yang mengetahui
hanya orang berpuasa dan Allah semata. Bisa saja berpura-pura
berpuasa dengan menampakkan badan yang lemas. Namun, yang
tahu hanya Allah dan dirinya.

d. Jika manusia dalam keadaan puasa ia akan merasakan panasnya


lapar sehingga membuahkan rasa kasih sayang kepada fakir
miskin yang tidak mendapati pangan yang tidak bisa menutupi
lapar dan dahaganya.

e. Puasa memperkokoh dan mendidik rasa kasih sayang, dari


mulianya rasa kebersamaan karena orang-orang yang puasa
tinggal di banyak tempat yang jadi perjalanan kehidupan dan
keindahannya. Ia tidak dirancang untuk berlebihan dalam dunia
yang disanggupinya tanpa letih dan kepayahan.

9
2.2 Macam Macam Puasa

2.2.1 Puasa Wajib

Macam-macam puasa wajib yang tidak boleh ditinggalkan dalam Islam


adalah:

1. Puasa Ramadan :

Puasa Ramadan merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan oleh


semua umat Islam selama satu bulan penuh saat bulan Ramadan.

2. Puasa Qadha:

Puasa qadha merupakan pengganti puasa Ramadan yang "rusak"


atau tidak diterima Allah SWT. Puasa qadha harus dilakukan dengan
mengambil jumlah terbanyak hutang puasa.

3. Puasa Nazar:

Puasa nazar dilaksanakan karena sebuah janji dalam kebaikan untuk


melakukan puasa jika keinginannya tercapai. Nazar yang harus
dilaksanakan ialah nazar yang berupa perilaku baik.

4. Puasa Denda atau Kafarat:

Puasa denda atau kafarat merupakan puasa yang wajib dilakukan


untuk mengganti puasa Ramadhan yang "rusak".

2.2.2 Puasa Sunah

1. Puasa Syawal:

Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan Syawal,


yang berikutnya adalah bulan setelah bulan Ramadhan.

2. Puasa Arafah:

Puasa Arafah disunahkan pada tanggal 9 Dzulhijjah dan disunahkan


pula 8 hari sebelumnya dimulai dari tanggal 1, sampai total puasa
menjadi 9 hari dan berlebaran pada tanggal 10-nya atau Hari Raya Idul
Adha. Keutamaan puasa Arafah adalah menebus dosa satu tahun
yang lalu dan yang akan datang.

10
3. Puasa Asyura dan Tasu'a:

Puasa Asyura dan Tasu'a disunahkan pada tanggal 10 dan 9 Dzulhijjah,


yang berikutnya adalah bulan setelah bulan Hajj.

4. Puasa Daud:

Puasa Daud adalah berpuasa selama seminggu di bulan Rajab.

5. Puasa Tarwiyah:

Puasa Tarwiyah adalah berpuasa selama seminggu di bulan Zulhijjah,


yang berikutnya adalah bulan setelah bulan Hajj.

6. Puasa Senin dan Kamis:

Puasa Senin dan Kamis adalah berpuasa pada hari Senin dan Kamis
setiap minggu.

7. Puasa Zulhijjah:

Puasa Zulhijjah adalah berpuasa selama seminggu di bulan Zulhijjah,


yang berikutnya adalah bulan setelah bulan Hajj.

8. Puasa Ketiadaan Makanan:

Puasa Ketiadaan Makanan adalah berpuasa pada hari pagi ketika


tidak mendapati makanan di rumah.

9. Puasa Kafarat:

Puasa Kafarat adalah berpuasa sebagai pengganti puasa Ramadan


yang "rusak".

2.2.3 Puasa yang diharamkan dan dimakruhkan

1. Puasa orang sakit:

Puasa orang sakit yang tidak bisa berpuasa tidak diharamkan, namun
puasa yang dilakukan sakit dianggap makruh.

2. Puasa orang yang sedang bepergian jauh:

Puasa orang yang sedang bepergian jauh tidak diharamkan, namun


puasa yang dilakukan di luar negeri atau kota tidak dianggap makruh.

11
3. Puasa perempuan hamil:

Puasa perempuan hamil tidak diharamkan, namun puasa yang


dilakukan perempuan hamil dianggap makruh.

4. Puasa perempuan yang sedang menyusui:

Puasa perempuan yang sedang menyusui tidak diharamkan, namun


puasa yang dilakukan perempuan menyusui dianggap makruh.

5. Puasa orang yang sudah sangat renta dan khawatir ada bahaya
yang cukup berat:

Puasa orang yang sangat renta dan khawatir ada bahaya yang cukup
berat tidak diharamkan, namun puasa yang dilakukan orang yang ini
dianggap makruh.

6. Puasa pada hari syakk atau diragukan:

Puasa pada hari syakk atau diragukan tidak diharamkan, namun puasa
yang dilakukan pada hari syakk atau diragukan dianggap makruh.

7. Puasa pada separuh terakhir bulan Sya’ban kecuali bagi orang yang
berpuasa dalam:

Puasa pada separuh terakhir bulan Sya’ban kecuali bagi orang yang
berpuasa dalam tidak diharamkan, namun puasa yang dilakukan pada
separuh terakhir bulan Sya’ban kecuali bagi orang yang berpuasa
dalam dianggap makruh.

8. Puasa pada hari Jumat:

Puasa pada hari Jumat diharamkan kecuali dalam situasi tertentu.

9. Puasa pada hari Sabtu:

Puasa pada hari Sabtu diharamkan karena merupakan tradisi orang


Yahudi.

10. Puasa wishal:

Puasa wishal, yang berarti puasa satu hari bersambung dengan puasa
hari berikutnya, tidak diharamkan, tetapi ada ulama yang
menganggapnya haram.

12
2.2.4 Waktu Pelaksanaan Puasa

Puasa Ramadan dilaksanakan oleh umat Islam selama satu bulan


penuh. Dikutip dari Majelis Bulan Ramadan oleh Al-Utsaimin Syaikh
Muhammad bin Shalih, puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan
memiliki jumlah hari antara 29 atau 30 hari. Dalam praktiknya, waktu
pelaksanaan puasa Ramadan antara 29 atau 30 hari tersebut
bergantung pada posisi bulan yang menentukan penanggalan hijriah.

Ibadah puasa dilaksanakan selama 13,23 jam di Indonesia. Waktu


puasa dimulai dari imsak, beberapa menit sebelum azan subuh, hingga
berakhir saat matahari terbenam. Di Indonesia, waktu imsak biasanya
ditetapkan 10 menit sebelum masuknya waktu shalat subuh untuk
memastikan bahwa segala sesuatu yang membatalkan puasa telah
dihentikan. Anjuran umum adalah untuk menyudahi makan dan minum
sebelum imsak agar tidak ada ketidakpastian dalam memastikan waktu
subuh.

Sebaik-baiknya sahur di akhir waktu yaitu mendekatkan waktu


sahur dengan waktu sedekat mungkin dengan waktu Subuh. Dan
mnambahkan sahur berarti menambahkan sesuatu yang ekstra pada
sahur. Hal ini didasarkan pada ajaran Nabi Muhammad SAW yang
menganjurkan umat Islam untuk menunda sahur hingga menjelang fajar.
Sunah dalam berbuka puasa adalah menyegerakan waktu berbuka
ketika matahari terbenam dan adzan Maghrib berkumandang.
Rasulullah SAW juga dianjurkan untuk berbuka dengan kurma atau air
sebelum menunaikan sholat. Menyegerakan buka puasa merupakan
bagian dari sunah Nabi dan dianjurkan agar umat Islam dapat
merasakan kebaikan dalam ibadah puasa.

2.2.5 Keutamaan Puasa Sunah

Keutamaan puasa sunah sangatlah banyak diantaranya ada :

1. Puasa Arafah dan Delapan Hari Sebelumnya

Keutamaan adalah menebus dosa satu tahun yang lalu dan yang
akan datang. Selain itu, hari Arafah termasuk hari di mana Allah
banyak membebaskan hamba-Nya dari siksa api neraka.

2. Puasa Asyura dan Tasu’a

13
Puasa ini disunahkan pada tanggal 10 dan 9 Muharram.
Keutamaannya menghapus dosa satu tahun ke belakang.

3. Puasa Bulan Sya’ba

Termasuk bulan yang dianjurkan Nabi saw kepada kita untuk


memperbanyak puasa karena menjadi bulan diangkatnya amal
hamba seperti hari Senin dan Kamis adalah bulan Sya’ban.

Dan Masih banyak keutamaan puasa sunah dalam Islam, dan


menjalankannya membawa berbagai manfaat spiritual dan pahala
yang besar. Beberapa keutamaan puasa sunnah antara lain:

1. Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

Puasa sunah adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri


kepada Allah SWT, meningkatkan kesadaran spiritual, dan
memperkuat ikatan dengan Sang Pencipta.

2. Menghapuskan Dosa

Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Puasa hari ‘Asyura (10


Muharram) akan menghapus dosa-dosa setahun yang telah lalu.”
(HR. Muslim)

3. Menjadi Teman di Surga

Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Di Surga terdapat sebuah


pintu yang disebut Ar-Rayyan. Hanya orang-orang yang berpuasa
yang akan masuk melaluinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Mendapat Syafaat di Hari Kiamat

Puasa sunah juga dapat menjadi sumber syafaat bagi seorang


Muslim di hari kiamat, membantunya mendapatkan ampunan dari
Allah SWT.

5. Mendapat Pahala yang Besar

Rasulullah Muhammad SAW juga bersabda, “Siapa saja yang


berpuasa sehari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan
wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

14
6. Mengikuti Sunah Nabi

Dengan menjalankan puasa sunah, seorang Muslim mengikuti jejak


Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya, sehingga
memperkuat iman dan ketakwaan.

Dengan menjalankan puasa sunah, seorang Muslim dapat meraih


berbagai keutamaan dan pahala yang besar di sisi Allah SWT.

2.2.6 Hikmah Syar’i

1. Persfektif religius

Ketika menjalankan puasa, kita dituntut untuk menahan sesuatu


yang menjadi kebutuhan sensual nafsu. Selama sehari penuh, kita
dilatih untuk mengndalikan keinginan makan dan minum agar kita
terlatih untuk menjauhi dan menghindari godaan nafsu untuk
memiliki dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang diperoleh
dengan praktik- praktik yang tidak halal. Seperti hasil korupsi,
mencuri, merampas, dan sebagainya.

Dengan berpuasa, seseorang mempertegas komitmentnya


untuk memprioritaskan perintah Allah swt. Dan mengalahkan
kesenangan nafsu. Inilah hikmah paling subtansialdari puasa yang
ditandaskan Al Quran, yaitu mencetak generasi umat yang bertaqwa.
Puasa juga bertujuan untuk menumbuhkan perasaan senantiasa
diawasi oleh Allah swt. Ketika kita sendirian di tempat sepi
merasakan lapar dan dahaga, kita memiliki kesempatan makan dan
minum dengan tanpa sepengetahuan orang lain.

2. Persfektif Medis

Ada sebagian orang beranggapan bahwa puasa mendatangkan


banyak sekali efek negatif bagi tubuh. Rutinitas makan sehari tiga
kali dipercaya sebagai anjuran medis agar tubuh senantiasa sehat.
Sehingga, perubahan pola makan dan perut dalam keadaan kosong
selama sehari penuh bisa. menimbulkan berbagai macam penyakit
dan merusak sistem pencernaan. Anggapan tersebut ternyata sama
sekali tidak argumentasi ilmiah. Puasa ternyata juga bisa sebagai
terapi penyembuhan penyakit, yang mana Jerman, Dr. Otto
Buchinger dan kawan-kawannnya telah menyembuhkan banyak

15
pasien dengan terapi puasa.

Puasa bisa bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam


darah hingga mencapai kadar seimbang.Manfaat puasa yang lain
juga berimplikasi bagi kesehatan jantung dapat diringkas ke dalam
dua poin. Pertama, puasa meringankan kerja jantung. Dan kedua,
puasa membersihkan darah. Keduanya membuat jantung dengan
mudah mendapatkan pasokan darah bersih. Ketika yang masuk
kedalam jantung hanya darah-darah yang bersih, maka kerja jantung
pada hari-hari biasa setelah Ramadhan akan menjadi lancar.

3. Perspektif Psikologis

Puasa memberikan kesempatan untuk introspeksi dan refleksi


diri. Puasa dapat meningkatkan disiplin diri. Dengan menahan diri
dari makan dan minum selama periode tertentu, seseorang belajar
untuk mengontrol dorongan dan keinginan mereka. Hal ini dapat
membantu dalam pengembangan disiplin diri yang kuat, yang juga
dapat berdampak positif pada kesejahteraan psikologis seseorang.
Dan dapat meningkatkan empati dan rasa solidaritas dengan orang-
orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat membantu dalam
memperkuat hubungan sosial dan emosional seseorang.

Menahan lapar dan dahaga dapat membantu dalam


mengendalikan emosi dan memberikan perasaan kedamaian dan
ketenangan batin. Dengan fokus pada ibadah dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT, seseorang bisa merasakan kedekatan spiritual
yang mendalam serta merasakan ketenangan pikiran dan hati. Hal
ini dapat memberikan rasa tenteram dan kebahagiaan yang tidak
tergantikan, perspektif psikologis tidak hanya berkaitan dengan
aspek spiritual atau keagamaan semata, tetapi juga memiliki
dampak positif pada kesejahteraan mental seseorang.

4. Perspektif Sosial

Dengan merasakan betapa menderitanya menahan lapar dan


dahaga selama berpuasa, akan menumbuhkan rasa kasih sayang,
solidaritas, dan kepedulian sosial terhadap nasib mereka yang hidup
dibawah garis kemiskinan. Kelaparan dan kehausan hanya dirasakan
selama satu bulan, padahal orang-orang yang hidup serba

16
kekurangan merasakannya sepanjang tahun. Perasaan ini akan
mendorong seseorang untuk bersedekah dan menghilangkan sikap
individualisnya sehingga tercipta hubungan harmonis antara orang
kaya dan miskin.

Merasakan tidak makan dan minum selama berpuasa, mereka


yang dianugerahi kelebihan berupa jabatan, kekuatan, dan harta,
akan menyadari bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara
dirinya dengan orang-orang lemah, fakir dan miskin. Sebab,
kapanpun Allah swt. Menghendaki anugerah berupa jabatan dan
kekayaan dapat dicabut dari tangannya setiap saat. Mereka akan
menjadi makhluk yang lemah, kecil, dan meminta-minta belas
kasihan dari orang lain.

17
BAB III

PENUTUP

2.3 Kesimpulan

Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki kedudukan penting


dalam agama Islam. Dalam praktiknya, puasa tidak hanya merupakan
kewajiban ibadah, tetapi juga memegang peranan penting dalam
memperkuat ikatan spiritual antara manusia dengan Sang Pencipta.
Terdapat hukum puasa dan berbagai macam jenis puasa yang
diperbolehkan dalam Islam menjadi hal yang sangat relevan bagi umat
Muslim. Jenisnya ada yang wajib antara lain puasa Ramadan dan puasa
sunnah ialah puasa syawal, muharram, senin dan kamis , dan lainnya.

Syarat Wajib Puasa ialah Beragama Islam, Baligh, Berakal, Sehat,


Mampu, Tidak sedang dalam perjalanan, Suci dari haid dan nifas. Rukun
Puasa sendiri ada Niat dan Menahan diri dari hal yang membatalkan
puasa. Keutamaan puasa sunah dalam Islam, dan menjalankannya
membawa berbagai manfaat spiritual dan pahala yang besar. Beberapa
keutamaan puasa sunnah antara lain: Mendekatkan Diri kepada Allah
SWT, Menghapuskan Dosa, Menjadi Teman di Surga, Mendapat Syafaat
di Hari Kiamat, Mendapat Pahala yang Besar dan Mengikuti Sunah Nabi.

Hikmah dari berpuasa memwujud rasa syukur kepada Allah karena ia


merupakan ibadah yang diwajibkan. Dengan dijadikan ibadah, maka
banyak manfaat yang bertaburan dari ibadah puasa tersebut.
Terpeliharanya kesehatan semasa berpuasa. Puasa adalah alat untuk
mengetes ketaatan dan amanah seorang muslim, sebab puasa ibadah
khusus dimana yang yang mengetahui hanya orang berpuasa dan Allah
semata. Serta memperkokoh dan mendidik rasa kasih sayang, dari
mulianya rasa kebersamaan karena orang-orang yang puasa tinggal di
banyak tempat yang jadi perjalanan kehidupan dan keindahannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ajib, Muhammad. 2019. Fiqih puasa dalam mahzab syafi’i. Rumah fiqih
publishing: Jakarta selatan.

Gus Arifin. 2013. Fiqih puasa. Elex media komputindo.

Wahid, abdul. 2019. Rahasia dan keutamaan puasa sunah. Mereka.

Khoiznatin, lulus. 2017. Keutamaan puasa sunnah dalam perspektif hadis


( kajian tematik). Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Mufaizin. 2018. Kearifan syariat dan hikmah dalam puasa. Al Insyiroh


vol.2, no.2. Hal.114-124.

Naskah,Ahmad. 2020. Waktu puasa dimulai dari imsak atau azan subuh.
Kompas.com,
https://www.kompas.com/ramadhan/read/2020/05/11/030500672/waktu-
puasa-dimulai-dari-imsak-atau-azan-subuh-ini-penjelasannya.

19
20

Anda mungkin juga menyukai