Anda di halaman 1dari 12

1

FILSAFAT PADA ABAD PERTENGAHAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Mahbub Setiawan, S.Ag., M.P.I.

Disusun Oleh :
1. Siti Nur A’isah 231121046
2. Fauzizah Lia Salma 231121044

PROGRAM STUDI AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2023 / 2024
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Filsafat Pada
Abad Pertengahan”.
Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum. Karya tulis ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Mahbub Setiawan, S.Ag., M.P.I pada kuliah
Filafat Umum yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga sangat
membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang saya
tekuni.
Terimaksih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada penulis. Sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ Filsafat Pada Abad Pertengahan”
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Surakarta, 14 November 2023

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1 Abad Pertengahan (200 M-1500 M) .......................................................................................... 5
2.2 Masa Paratistik ........................................................................................................................... 6
2.3 Masa Skolastik ............................................................................................................................ 7
BAB III................................................................................................................................................. 11
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12
4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat pada abad pertengahan ini bisa disebut juga filsafat era pemikiran agama.
Filsafat abad pertengahan pada dasarnya penggabungan antara filsafat dengan teologi,
karena filsafat ini mendasarkan pada ajaran Kristen, dimana ajaran agama dipertahankan
dan diletakkan diatas landasan rasional.
Salah satu tema pokok filsafat abad pertengahan adalah pertanyaan tentang hubungan
antara iman dan pengetahuan serta upaya dalam kaitan untuk mengatasi perbedaan yang
tampaknya tidak dapat didamaikan antara kebenaran, pewahyuan dan perenungan
kefilsafatan.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa
Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak,
dan Skolastik Akhir.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Filsafat Abad Pertengahan?
2. Apa saja periode pada Filsafat Abad Pertengahan?
1.3 Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Filsafat Abad Pertengahan
5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Abad Pertengahan (200 M-1500 M)


Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat
gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Setelah warisan peradaban Yunani jatuh ke
tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan
hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut
terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan
kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke
daratan Eropa, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen yang kemudian
membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya
sebagai pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen. Di dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum
memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para
ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali
kelahiran filsafat barat abad pertengahan.
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 M-1492 M) dapat dikatakan “abad gelap” karena
pada masa ini penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan sistem
kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta
tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,
keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri. Pendapat ini didasarkan
pada sejarah gereja itu sendiri. Pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu
kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak
memiliki kebebasan berfikir. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan menjadi
terhambat. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja,
orang yang mengemukakan akan mendaptkan hukuman berat karena dianggap murtad dan
kemudian diadakan pengejaran (inkusisi).
Karakteristik corak pemikiran filsafat abad pertengahan:
- Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
- Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
- Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang mencolok dengan abad
sebelumnya yang terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang dijarkan
oleh Nabi Isa as pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar yang menjadi
problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan
kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan
bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal.
Perlu diketahui masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa
Paratistik dan masa Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik
Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.
6

2.2 Masa Paratistik


Istilah patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam lingkungan
kehidupan gereja. Bapak disini mengacu pada para pemimpin gereja yang mencari jalan
menuju teologi kristiani. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau
golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam
pemikirannya dalam menanggapi filafat Yunani ini.
Mengenai sikap pemikir agama terhadap pemikiran Yunani ada dua:
a. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
b. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin
akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Ada beeberapa nama tokoh yang perlu diketahui pada masa ini, yaitu:
❖ Justinus Martyr memiliki nama asli Justinus sedangkan Martyr itu sendiri diambil
dari istilah “orang-orang yang rela mati untuk kepercayaan”. Ia adalah pemikir
yang telah mempelajari berbagai sistem filsafat dan ketika masuk Kristen, ia
menyebut dirinya filosof. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru
karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal
kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Selanjutnya
dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini
didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini
orang-orang Yahudi (Socrates, Plato dan Lain-lain) kurang memahami apa yang
terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang
Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni.
❖ Clemens (150 M-215 M)
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani.
Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
• Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk
memprtahankan diri dari otoriter filsafat Yunani
• Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat
Yunani
• Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan
pemikiran secara mendalam
❖ Tertullianus (160 M-222 M)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan
ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat
Yunani, baginya itu adalah hal yang tidak penting karena dengan adanya wahyu
Tuhan sudah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada
hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak
ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan
penemuan baru. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran
pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi lama-kelamaan,
Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang
rasional. Ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan
kebenaran-kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.
7

❖ Augustinus (354 M-430 M)


Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain
Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk
filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga
ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang
teologi dan filsafat. Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudian tidak
menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah.
Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia
ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang
berfikir sesungguhnya ia ada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran
manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan
kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran
manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi. Akhirnya,
ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran
Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor
pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat
mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode
daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolistik.
2.3 Masa Skolastik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa
pengertian dari corak khas Skolatik, sebagai berikut:
• Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
• Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada,
kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul
istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
• Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan
alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal.
• Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi oleh ajaran
gereja. Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor,
diantaranya faktor Religius dan faktor Ilmu Pengetahuan.

A. Skolastik Awal (800-1200)


Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot,
terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu
terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut
runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad. Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan
berada di bawah Karel Agung (742 - 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam
bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan, termaksud kehidupan manusia serta
pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan
inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda
8

sekali dengan sebelumnya. Pada saat inilah merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa
yang ditandai dengan skolastik yang didalamnya banyak terkandung ilmu pengetahuan
yang dikembangkan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama
kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya yaitu, studi duniawi atau artes liberals yang meliputi: tata
bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur,, ilmu perbintangnan,
dan musik.
Tokoh-tokoh pada masa ini diantaranya:
❖ Peter Abaelardus
Ia dilahirkan di Pallet, Perancis. Ia memiliki sifat keras kepada dan pandangannya
tajam. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romatic,
sekaligus sebagai rasionalistik. Artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan
iman dan iman harus mau didahului akal. Menurut Abaelardus berpikir itu berada
diluar iman, berpikir merupakan suatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan
metode dialektika yang ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dan denagn teologi itu iman hampir
kehilangan tempat. Ia mencontoh pada ajaran trinitas yang juga berdasarkan bukti-
bukti, termasuk bukti wahyu Tuhan.
❖ Thomas Aquinas 1224-1274
Thomas lahir di Lombardy, Rocca Sicca, dekat Napels, Italia. Lahir dari sebuah
keluarga bangsawan. Aquinas adalah seorang ahli teologi Kristen sekaligus ahli
filsafat yang sangat mumpuni. Meraih gelar Doktor dalam teologi dari Universitas
Paris dan mengajar di sana. Aquinas mempelajari karya-karya besar Aristoteles
secara mendalam dan ikut serta dalam berbagai perdebatan yang berkaitan dengan
isu-isu dalam teologi dan kefilsafatan yang menjadi bahan kajian, peredebatan,
yang berkembang pada saat itu. Aquinas merupakan tokoh puncak skolastik
sehingga banyak melahirkan pemikiran, Summa contra gentiles (sebuah rangkuman
melawan orang kafir) merupakan karya filsafatnya yang penting dan berpengaruh
dalam tradisi keilmuan Kritiani. Di samping itu ada karyanya yang dianggap tidak
lengkap, yaitu summa theological (rangkuman teologi) berisi penyajian teologi
secara sistematis yang ditulisnya untuk calon biarawan. Dua karyanya tersebut
menjadi rujukan utama dalam kajian teologi bagi imam Kristen dari dulu hingga
saat ini karena dianggap memiliki bobot.
❖ Albertus mangnus (Albert the Great).
Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis,
ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di
Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi
dosen filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran
Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang
baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles.
Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat.
Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah
memperkuat pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran
Dionision dan Areopagos.
9

B. Skolastik Puncak ( 1200-1300)


Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan
masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-
universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau
memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau
pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya:
• Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12
sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
• Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas ini
merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal
(embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge
dan lain-lainnya.
• Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat
untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan
tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de
Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.

➢ Upaya Pengkristenisasian Ajaran Aristoteles


Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran
Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus.hal ini
dikarenakan adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal
pada abad 12 telah diiolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini
dianggap sangat membahayakan ajaran kristen. Keadaan yang demikian ini
bertolak belakang bahwa ajaran aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas
bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang pepnting dan harus dipelajari.
Untuk menghindari pola pikir islam maka Albertus Magnus dan Thomas
Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd dengan
menerjemahkan langsung dari bahasa lainnya. Juga, bagian-bagian ajaran
Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran kristen, langkah terakhir, dari ajaran
Aristoteles yang diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatu kesinambungan antara
kepercayaan dan akal).
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku
Summa Theologjae dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah
mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan
skolastik.
10

Skolastik Arab (Islam)


Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang
dipakai orang dalam kalangan ummat Islam. Yang bisa dipakai adalah istilah ilmu kalan
atau filsafat Islam. Sedangkan dalam pembahasannya antara ilmu kalam dan filsafat Islam
biasanya dipisahkan.

Yang dimaksud dengan para ahli pikir Islam (Pemikir Arab atau Islam pada masa
Skolastik), yaitu: Al-Farabi, Ibu Sina, al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir
tersebut besar sekali, yaitu:

1) Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat
Aristoteles, sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles saja.
2) Apabila orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles itu adalah berkat tulisan dari
para ahli pikir islam terutama dari Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan
sebagai guru terbesar para ahli pikir skolastik latin.
3) Skolastik Islam lah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin

Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, akan tetapi para ahli pikir Islam tersebut
memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu
pengetahuan Para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah
benar. Plato dan al-Qur'an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme
antara agama dan filsafat Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang
merupakan sumbangan Islam paling besar.
Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:

a Periode Mutakallimin (700-900)


b. Periode filsafat Islam (850-1200)

Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan
dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara
terus terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemodenan Barat.

C. Skolastik Akhir (1300-1450)


Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat
yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu,
ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah yang
berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma dan yang
umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen yang tidak mempunyai
nilai-nilai kebenaran yang objektif.

Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang diisi dengan
gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan.Zaman peralihan ini merupakan embrio
masa modern. Masa peralihan ini ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme,
dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.
11

BAB III

KESIMPULAN

Filsafat pada era yang dikenal sebagai abad pertengahan, periode sejarah yang membentang dari
jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 masehi hingga periode Renaissance pada
abad ke-16. Filsafat abad pertengahan dapat disebut juga “abad gelap” dimana para ahli pikir
tidak bisa berkembang pada masa ini, dikarenakan terkekang oleh pemikiran Kristen sehingga
segala sesuatu pemikiran harus mengarah ke ajaran gereja dan apabila menolak maka dianggap
murtad dan akan mendapatkan hukuman.
Pada abad pertengahan ini dibagi menjadi 2 periode yaitu
Periode Paratistik
Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti bapak dalam lingkungan gereja. Bapak disini
mengacu pada pemimpin kristen. Masa ini mengajarkan untuk mencari jalan menuju teologi
kristiani melalui peletakkan dasar intelektual untuk agama kristen.

Skolastik
Skoolastik itu sendiri dibagi menjadi 3 yaitu skolastik awal, skolastik puncak dan skolastik akhir.

Masalah yang dibahas sepanjang periode ini adalah hubungan iman dengan akal
budi, eksistensi dan kemudahan dari Allah, tujuan dari teologi dan metafisika, dan masalah-
masalah pengetahuan, universalisme, dan individuasi.
12

DAFTAR PUSTAKA

Rohmadi, Syamsul Huda. 2013. Filsafat Umum. Surakarta: FATABA Press.


Nurlaili, Siti. 2015. Filsafat Umum. Surakarta: EFUDE Press.
Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Sukses Offset.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2018. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama
Sari, Ima Fratika. 2012. Filsafat Abad Pertengahan. Jurnal Filsafat Ilmu, Pp.1-15.

Anda mungkin juga menyukai