Dosen Pengampuh :
Ferizal M.Pd
Disusun Oleh :
Sumatera Utara
T.A. 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Pada kesempatan kali ini, saya
selaku penulis akan menyajikan materi tentang Haji dan Puasa dalam bentuk makalah.
Pada kesempatan kali ini, saya akan menjabarkan semua yang berkaitan dengan materi
Haji dan Puasa yang akan kami berikan untuk semua kalangan yang berpotensi menjadi
insan yang akan belajar tentang fiqih dan ushul fiqih.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas Fiqh dan Ushul Fiqh selama menempuh
pendidikan di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Semoga makalah ini dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna keberadaannya.
Saya selaku penulis mengungapkan terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini. Saya juga memohon maaf apabila ada
kesalahan baik dalam penulisan ataupun penyampaian materi dalam makalah ini, karna
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Puasa dan Haji merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh
manusia sebelum Islam. Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada
Allah SWT, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rasul-
rasulNya, kepada hari akhirat dan kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan lima
kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pernyataan
kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan sholat, membayar zakat,
mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh
2. Agar pembaca dapat memahami tentang apa itu Puasa dan Haji
4
BAB II
ISI
2.1 Puasa
Menurut Bahasa Puasa berasal dari bahasa Arab “Shoum” atau “Shaum”. Arti dari
kata tersebut adalah menahan diri dari sesuatu. Ada juga yang mengatakan “shiyam”, kata
ini juga memiliki arti yang sama. menahan diri disini dapat berupa banyak hal. Dalam
konteks puasa, menahan diri berarti tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
Sedangkan Menurut Istilah Puasa adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum,
serta beberapa hal yang membatalkannya. Menahan diri ini dimulai dari terbit fajar
sampai tenggelamnya matahari. Puasa harus dikerjakan dengan mengucap niat terlebih
dahulu, dan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Niat 1
Perintah niat puasa didasarkan pada hadits shahihain, “Segala amal perbuatan
harus di sertai niat.” Niat ini hukumnya adalah wajib dan dikerjakan pada malam
hari ketika akan mengerjakan puasa wajib atau sunnah.
Menahan Diri dari Sesuatu yang Membatalkan Puasa
Menahan diri dari 3 hal yang membatalkan puasa, antara lain makan dan minum,
walaupun sedikit.
Begitu pula menahan diri dari muntah dengan sengaja (mengosongkan perut) itu
juga termasuk rukun puasa, orang yang muntah dengan sengaja puasanya batal.
Tetapi muntah karena terpaksa tidak membatalkan puasa, karena Rasulullah
Shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang terpaksa muntah sementara
1
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta:Almahira, 2010), hlm. 484.
5
dia sedang berpuasa, dia tidak wajib mengqadha. Orang yang sengaja muntah,
hendaklah mengqadha puasanya.”
Mengetahui Awal dan Akhir Puasa
Pengetahuan awal dan akhir puasa harus diketahui, seperti halnya ketika niat
puasa setelah fajar terbit, puasanya tidak sah, atau dia makan dan yakin masih
malam pasal fajar telah terbit, dia harus mengqadha puasanya. Demikian juga
halnya apabila seandainya dia makan dan minum dan dia yakin sudah masuk
waktu malam, ternyata belum, maka dia wajib mengqadha puasa nya. Dan
apabila seseorang telah yakin matahari sudah terbenam berdasarkan ijtihad para
ulama, seseorang tersebut boleh untuk berbuka puasa
Islam
Baligh
Mampu
Berakal
1. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang hukumnya harus dikerjakan oleh semua umat Islam.
Apabila ditinggalkan, maka akan mendapatkan dosa. Puasa wajib tidak boleh
ditinggalkan tanpa alasan tertentu. Jika terpaksa meninggalkan maka harus
mengganti atau me2mbayar denda sesuai dengan ketentuan.
2. Puasa Sunnah
Puasa ini hukumnya sunnah, artinya apabila di kerjakan akan mendapatkan pahala
namun jika di tinggalkan tidak berdosa. Dengan kata lain, puasa ini boleh dilakukan
dan boleh tidak dilakukan.
3. Puasa Makruh
2
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta:Almahira, 2010), hlm. 483.
6
Jenis puasa ini adalah sebuah ibadah puasa yang hukumnya makruh. Artinya adalah
puasa ini lebih baik tidak dilakukan. Contoh dari puasa makruh ini adalah puasa di
hari sabtu saja atau puasa di hari jumat saja.
4. Puasa Haram
Seperti namanya, puasa haram adalah puasa yang tidak boleh di kerjakan. Hukumnya
adalah haram, jadi apabila berpuasa justru akan berdosa.
7
Makan dan Minum secara sengaja, atau memasukkan sesuatu kedalam tubuh dengan
tujuan menjadi kenyang dan kuat.3
Keluar darah haid atau nifas.
Muntah secara sengaja.
Mengalami hilang akal atau gila.
Keluar dari agama islam atau murtad.
Keluar mani bagi laki-laki secara disengaja.
Berhubungan badan pada siang hari secara sengaja.
2.2 Haji
Secara lughawi (Bahasa) kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan,
mengunjungi, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’ haji ialah menuju ke
Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk memenuhi panggilan Allah dan
mengharapkan rida – Nya yang telah ditentukan syarat dan waktunya serta
melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan tempat-
tempat tertentu dalam definisi ini ialah selain Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), juga
Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan
haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun
amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa’i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah,
mabit di Mina, dan lain-lain.
3
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta:Almahira, 2010), hlm. 494.
8
Hadits Shahih Tentang Kewajiban Haji4
ِ صالةِ وإِق ِام هللاِ رسُو ُل ُمح امدًا وأ ان هللا إِلا إِله ل أ ْن شهادةِ خ ْمس على
اإلسْال ُم بُنِى ج ا
الزكاةِ وإِيتاءِ ال ا ِ وص ْو ِم و ْالح
رمضان
“Islam dibangun di atas lima perkara : bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR.
Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).
A. Rukun haji
B. Rukun Umroh
4
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta:Almahira, 2010), hlm. 521.
7
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta:Almahira, 2010), hlm. 522.
9
5. Mengerjakan seluruh rukun secara berurutan
Itulah rukun haji dan umroh, akan tetapi, dalam haji boleh mendahulukan mencukur
rambut daripada thawaf dan sa’i.
1. Islam
2. Berakal
3. Merdeka
4. Mukallaf
5. Mampu
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ibadah haji dan puasa merupakan salah satu ibadah yang diperintahkan oleh allah
dengan banyak manfaat dan hikmah dibaliknya, dan merupakan amal ibadah yang
mencakup amaliah harta dan fisik serta tenaga. Selain itu ibadah haji dan puasa
menjadikan orang mengenal akan perasaan kesusahan yang dialami saudara yang kurang
mampu diluar sana dengan segala kekurang yang mereka miliki dan juga mensyukuri
nikmat yang Allah berikan kepada kita untuk melaksanakan haji.
Puasa dan Haji merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh
manusia sebelum Islam. Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada
Allah SWT, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rasul-
rasulNya, kepada hari akhirat dan kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan lima
kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pernyataan
kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan sholat, membayar zakat,
mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.
SARAN
Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan kepada pembaca dapat memahami
tentang apa itu Puasa dan Haji dalam agama islam, diharapkan kepada pembaca agar
memberikan kritik atau saran agar kedepannya dapat melangkah lebih baik lagi
11
DAFTAR PUSTAKA
https://sahabatmuslim.id/pengertian-puasa-menurut-bahasa-dan-istilah/
https://takaful.co.id/2019/07/23/ibadah-haji/
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, 2010. Fiqih Imam Syafi’i jilid 1. Jakarta:Almahira.
12