Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PUASA WAJIB DAN PUASA SUNNAH


DAN TATA CARANYA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah


Dosen Pengampu : Muhammad Misbhahul Munir

Disusun Oleh :
Nama : Rika Ayu Lestari
NPM : 1901051055
Kelas : TBI A
Semester :4

PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Fiqh Ibadah ini.

Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sekampung, 24 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1.Latar Belakang ......................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................1
1.3.Tujuan Penulisan....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
2.1.Pengertian Puasa...................................................................3
2.2.Syarat Puasa..........................................................................3
2.3.Rukun Puasa..........................................................................4
2.4.Macam-Macam Puasa...........................................................5
2.5.Cara Melaksanakan Ibadah Puasa......................................9

BAB III PENUTUP ..............................................................................19


3.1.Kesimpulan.............................................................................19
3.2.Saran........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puasa atau “Shaumu” menurut bahasa Arab, adalah menahan diri dari segala
sesuatu, seperti menahan tidur, menahan berbicara, menahan makan, dan
sebagainya.Menurut istilah agama Islam yaitu menahan diri dari sesuatu yang
membukakan, satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Didalam Al Qur’anul Karim Surat Al-Baqarahayat: 183 Allah SWT berfirman:
ِّ ‫ياََأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ َأ َمنُ ْوا ُكتِ َب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
‫صيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَى الَّ ِذيْنَ ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al Baqarah : 183)
Puasa merupakan salah satu dari lima rukun islam dan ayat diatas merupakan
salah satu dalil diwajibkannya puasa kepada orang muslim. Untuk menjalankan
puasa yang benar dan sesuai dengan tuntunan islam maka diperlukannya cara
melaksanakan puasa sesuai dengan yang disyariatkan dalam agama. Dalam
makalah ini akan dijelaskan mengenai hal-hal atau syarat-syarat yang dalam
melaksanakan puasa sesuai dengan kaidah fiqih, dan dapat sah dan diterima oleh
Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian puasa?
b. Apa saja syarat puasa?
c. Apa saja rukun puasa?
d. Apa saja macam-macam puasa?
e. Bagaimana cara melaksanakan ibadah puasa?

1
1.3 Tujuan penulisan
a. Untuk memahami pengertian puasa.
b. Untuk memahami syarat puasa.
c. Untuk memahami apa saja rukun puasa.
d. Untuk memahami apa saja macam-macam puasa.
e. Untuk memahami cara melaksanakan ibadah puasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puasa


Puasa menurut bahasa (etimologis) berasal dari kata shawm dan shiyam yang
berartimenahan(‫)اإلمساك‬.Sedangakan puasa menurut istilah (terminologis) adalah
menahan diri dari makan dan minum serta dari segala hal-hal yang dapat
membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat
karena Allah SWT. Sedangkan menurut syara’ puasa ialah menahan diri dari
beberapa perbuatan tertentu, dengan niat dan menurut aturan tertentu pula.
Firman Allah SWT:
ِ ‫َّن لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ ْاالَ ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط ْاالَ ْس َو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِرثُ َّم َأتِ ُّموْ ا‬Qَ ‫ َو ُكلُوْ ا َو ْش َربُوْ ا َحتَّى يَتَبَي‬..
‫الصيَا ُم اِلَى الَّ ْي ِل‬
Artinya: “Makanlah dan minumlah kamu, hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
malam.’’ (QS Al-Baqarah:187)

2.2 Syarat Puasa


a. Syarat wajib puasa
1. Berakal sehat, orang gila dan hilang ingatannya tidak diwajibkan
berpuasa;
‫صبِ ِّي َحتَّى يَحْ تَلِ َم‬ ِ ِ‫ث َع ِن النَّا ِئ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْيقِ ِظ َو َع ِن ال َمجْ نُوْ ِن َحتَّى يَف‬
َّ ‫يق َوع َِن ال‬ ٍ َ‫ُر فِ ُع القَلَ ُم ع َْن ثَال‬
Artinya: “Dan diangkat(tidak terkena hukum) tiga golongan orang; orang
tidur hingga ia bangun, orang gila hingga ia sembuh dari gilanya, da
anak-anak hingga ia dewasa.”(HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
2. Balig yaitu orang yang telah dewasa, (umur 15 tahun keatas) atau ada
tanda-tanda yang lain;
3. Mampu (Kuat) berpuasa, orang yang sudah tua atau sakit yang tidak kuat
berpuasa lagi, maka tidak diwajibkan berpuasa tetapi harus membayar
fidyah.

3
b. Syarat sah puasa
1. Islam
2. Mumayiz, yaitu orang yang dapat membedakan yang baik dan yang
tidak baik. Anak-anak puasanya sah dan pahalanya untuk dia sendiri
serta orang tuanya;
3. Suci dari darah Haidh (kotoran) dan nifas;
4. Dalam waktu yang dibolehkan puasa padanya. Terlarang pada dua hari
raya dan hari Tasyriq (tanggal 11-13 bulan haji).

2.3 Rukun Puasa


a. Niat untuk mengerjakan puasa
Niat dilakukan pada malam hari setelah terbenam matahari sampai terbit fajar
untuk puasa wajib.
Puasa kita niatkan sebelum terbit fajar (yakni puasa wajib), berdasarkan
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Artinya: “Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa sebelum fajar,
maka tidak ada puasa baginya”
Sedangakan untuk puasa yang sunnah, diperbolehkan berniat puasa setelah
fajar terbit sampai sebelum waktu shalat Dzuhur apabila sebelumnya belum
makan atau minum. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang ke
‘Aisyah pada selain bulan Ramadhan, kemudian beliau bersabda:
Artinya: “Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku
akan berpuasa.” (HR. Muslim).
b. Menahan dari segala hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari
Seseorang harus menahan hal-hal yang dapat membatalkan puasa dari
terbitnta fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Berdasarkan Firman
Allah Ta’ala:

4
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah
kamu mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-
minumlah hingga nyata garis putih dan garis hitam berupa fajar, kemudian
sempurnakanlah puasa sampai malam.” (Al-Baqarah: 187)

2.4 Macam-Macam Puasa


2.4.1 Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dilakukan, dan jika dilakukan
akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan
dosa.
Di dalam Islam ada empat macam puasa yang wajib dikerjakan oleh
orang muslim yaitu sebagai berikut:
1. Puasa Ramadhan
Perintah wajibnya puasa Ramadhan turun di Kota Madinah pada
tahun ke-2 Hijriyah.Puasa Ramadhan diwajibkan kepada orang-
orang mukallaf, baligh, berakal, dan orang-orang yang
kuasa/mampu mengerjakan puasa. Selain itu, tidak semua orang
Islam wajib mengerjakan puasa, ada beberapa orang yang tidak
wajib mengerjakan puasa yaitu;anak-anak yang belum baligh,
orang gila dan orang yang kehilangan akal seperti karena mabuk
dan lain-lain, orang yang sudah payah/sangat tidak mampu lagi
mengerjakan puasa, orang yang sakit parah yang jika ia berpuasa
dikhawatirkan sakitnya akan bertambah parah, musafir (orang
yang melakukan perjalanan jauh) yang menurut beberapa ulama
jarak minimalnya 138.240 m, akan tetapi jika seorang musafir
mampu melaksanakan puasa sebaiknya melaksanakan puasa
tersebut, serta wanita yang sedang haidh atau nifas tidak boleh
berpuasa baginya.
2. Puasa Nadzar

5
Kata nadzhar secara bahasa berarti janji berbuat baik, sedangkan
menurut istilah berarti kemestian atau kewajiban berbuat kebaikan
disebabkan karena kata yang dikeluarkan. Pada dasarnya hukum
asal puasa nadzhar adalah sunnah, akan tetapi jika sesuatu yang
telah dinadzharkan tersebut telah tercapai maka hukum puasa ini
menjadi wajib dilakukan.
3. Puasa Kaffarat
Puasa kaffarat merupakan puasa yang diwajibkan kepada orang
islam dikarenakan ada pelanggaran yang dilakukan oleh orang
islam tersebut. Adapun pelanggaran-pelanggaran yang harus
ditebus/dibayar dengan puasa kaffarat adalah sebagai berikut;
jima’ pada siang hari di bulan Ramadhan, zihar yaitu
mempersamakan/menyerupakan wajah seorang dengan suami atau
istri misalnya menyerupakan antara ibu dan istri dalam artian
menggauli ibu seperti istri, melanggar sumpah, sumpah palsu, dan
kesaksian palsu, serta melakukan pembunuhan terhadap jiwa yang
diharamkan dengan sengaja.
4. Puasa Qada’
Puasa qada’ merupakan puasa pengganti terhadap puasa Ramadhan
yang ditinggalkan, waktu pelaksanaan puasa ini selama 11 bulan
diluar bulan ramadhan dan sebaiknya jika seseorang yang memiliki
utang puasa harus segera diqada sebelum bulan Ramadhan kembali
datang.

2.4.2 Puasa Sunnah


Puasa sunnah adalah menahan diri dari makan minum serta hal-hal
yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari,
bagi yang melaksanakannya mendapat pahala dan bagi yang
meninggalkannya tidak mendapat dosa.

6
1. Puasa 6 Hari di Bulan Syawal
Bulan Syawal merupakan ke-10 dalam sistem penanggalan
Hirjriyah, pahala melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal
sangat besar yaitu sama dengan berpuasa selama 1 tahun.
Sebagaimana sabda rasulullah SAW yang terjemahannya sebagai
berikut; “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan,
kemudian ia berpuasa lagi enam hari pada bulan syawal, maka ia
seperti puasa sepanjang masa.” (HR. Muslim). Waktu pelaksanaan
puasa Syawal dimulai pada tanggal 2 Syawal sampai akhir bulan
Syawal, dan dapat dilakukan secara berturut-berturut atau selang-
seling yang penting jumlahnya 6 hari.
2. Puasa Arafah
Hari Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan
Hijriyah.Orang yang berpuasa pada hari Arafah dosanya dapat
dihapuskan yaitu dosa 1 tahun yang lalu dan dosa 1 tahun yang
akan datang, hal ini berdasarkan pada hadist yang diriwayatkan
oleh Qatada r.a bahwasanya Rasulullah SAW bersabda yang
terjemahannya sebagai berikut; “Puasa hari Arafah itu
menghapuskan dosa dua tahun, dosa satu tahun yang lalu dan dosa
satu tahun yang akan datang.”
3. Puasa Senin dan Kamis
Puasa Senin Kamis sangat bermanfaat untuk meningkatkan
kepekaan sosial kita terhadap orang fakir miskin yang terkadang
harus berpuasa ketika mereka tidak memiliki makanan, puasa
Senin Kamis juga sangat bermanfaat bagi pelajar yang sedang
dalam perjalanan menuntut ilmu yang bermanfaat.Selain itu puasa
Senin Kamis juga dilakukan karena hari Senin dan Kamis
merupakan hari dimana amal perbuatan manusia dilapor, dan hari
Senin juga merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad

7
SAW.Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Usamah bin
Yasid r.a yang terjemahannya sebagai berikut; “Bahwasanya
Rasulullah SAW berpuasa pada hari Senin dan Kamis, dan
kemudian beliau ditanya tentang hal itu, lalu beliau bersabda
“sesungguhnya amal ibadah didatangkan kehadirat Allah pada hari
Senin dan Kamis.” (HR. Abu Dawud dan Nasai)
4. Puasa Asyura
Hari Asyura jatuh pada tanggal 10 Muharram, fadilah dari
pelaksanaan puasa ini juga sangat besar yaitu dapat menghapus
dosa yang dilakukan selama 1 tahun lalu,[14] sebagaimana hadist
yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah r.a yang terjemahannya
sebagai berikut; “Bahwasanya Rasulullah SAW pernah ditanyai
orang tentang puasa Asyura, lalu beliau bersabda “puasa Asyura
itu gunanya untuk menutupi dosa 1 tahun yang lalu.” (HR.
Muslim)
5. Puasa Tasu’a
Puasa Tasu’a dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan puasa
Asyura’ yaitu pada tanggal 9 Muharram, puasa ini dilakukan
sebagai salah satu pembeda antara orang islam dan orang yahudi
yang juga melaksanakan puasa pada tanggal 10 Muharram.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas r.a yang terjemahannya sebagai berikut: “Jika aku
masih hidup sampai tahun yang akan datang, sesungguhnya aku
akan berpuasa pada hari kesembilan itu.” (HR. Muslim).
6. Puasa pada Bulan Muharram dan Bulan Sya’ban
Berpuasa pada bulan Muharram dan bulan Sya’ban merupakan
sebuah keutamaan, karena menurut berbagai riwayat, Rasulullah
saw. selalu berpuasa dan menganjurkan kepada umatnya berpuasa
pada bulan-bulan tersebut.

8
“Dari Abu Hurairah ra.: bersabda Rasulullah saw., sebaik-baik
puasa setelah Ramadhan ialah (puasa pada) bulan Allah,
Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu ialah shalat
malam.” (HR. Muslim)
“Dari Aisyah ra.: Nabi saw. Tidak ada melakukan puasa pada
suatu bulan lebih banyak daripada puasanya bulan Sya’buhnya
Beliau selalu puasa pada bulan Sya’an. Sesungguhnya beliau selalu
puasa pada bula Sya’ban itu seluruhnya. Pada suatu riwayat
disebutkan beliau berpuasa pada bulan Sya’ban itu kecuali
sedikit.” (Muttafaqun alayh)
7. Puasa Hari Putih (Tanggal 13, 14, 15) pada Setiap Bulan
Qamariyah
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Qatadah bin Milham
r.a yang terjemahannya sebagai berikut : “Bahwasanya Rasulullah
SAW menyuruh kami berpuasa di hari putih yaitu tanggal 13, 14,
dan 15.” (HR. Abu Dawud)

2.5 Cara Melaksanakan Ibadah Puasa


Dalam melaksanakan puasa secara benar dan sah, terdapat beberapa syarat dan
rukun yang harus dipenuhi yang telah ditetapkan oleh syara’.
2.5.1 Syarat Puasa
1. Syarat wajib puasa
a. Berakal sehat, orang gila dan hilang ingatannya tidak
diwajibkan berpuasa.Artinya:“Dan diangkat(tidak terkena
hukum) tiga golongan orang; orang tidur hingga ia bangun,
orang gila hingga ia sembuh dari gilanya, dan anak-anak
hingga ia dewasa.”(HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
b. Balig yaitu orang yang telah dewasa, (umur 15 tahun keatas)
atau ada tanda-tanda untuk laki-laki sudah mengalami mimpi

9
basah atau keluar mani, sedangkan untuk perempuan sudah
menstruasi.
c. Mampu (Kuat) berpuasa, orang yang sudah tua atau sakit yang
tidak kuat berpuasa lagi, maka tidak diwajibkan berpuasa tetapi
harus membayar fidyah.
2. Syarat sah puasa
a. Islam.
b. Mumayiz, yaitu orang yang dapat membedakan yang baik dan
yang tidak baik. Anak-anak puasanya sah dan pahalanya untuk
dia sendiri serta orang tuanya.
c. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas.
d. Dalam waktu yang dibolehkan puasa padanya. Terlarang pada
dua hari raya dan hari Tasyriq (tanggal 11-13 bulan Haji).
3. Rukun atau Fardhu Puasa
a. Niat untuk mengerjakan puasa
Niat dilakukan pada malam hari setelah terbenam matahari
sampai terbit fajar untuk puasa wajib.
Puasa kita niatkan sebelum terbit fajar (yakni puasa wajib),
berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Artinya: “Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa
sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya”.
Sedangakan untuk puasa yang sunnah, diperbolehkan berniat
puasa setelah fajar terbit sampai sebelum waktu shalat Dzuhur
apabila sebelumnya belum makan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah datang ke ‘Aisyah pada selain bulan
Ramadhan, kemudian beliau bersabda:
Artinya: “Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika
tidak ada aku akan berpuasa.” (HR. Muslim).
b. Menahan dari segala hal yang membatalkan puasa sejak
terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari[

10
Seseorang harus menahan hal-hal yang dapat membatalkan
puasa dari terbitnta fajar sampai dengan terbenamnya matahari.
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka
dan hendaklah kamu mengusahakan apa yang diwajibkan Allah
atasmu, dan makan-minumlah hingga nyata garis putih dan
garis hitam berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa
sampai malam.” (Al-Baqarah:
Adapun mengenai tata cara mengerjakan atau melaksanakan
ibadah puasa dapat dijelaskan secara terperinci sebagi berikut:
1. Makan Sahur
Makan sahur menurut ijma’ umat Islam adalah sunnah dan
tidak berdosa apabila ditinggalkan. Waktu makan sahur
adalah dari pertengahan malam sampai terbitnya fajar serta
disunahkan untuk mengakhirkan makan sahur sesaat
menjelang tibanya waktu Subuh. Dalilnya adalah hadits
Anas bin Malik berikut:
Artinya: “Kami makan sahur bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau shalat” Aku
tanyakan (kata Anas), “Berapa lama jarak antara adzan dan
sahur?” Zaid menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca Al-
Qur’an”.(HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Makan sahur yang diperintahkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki beberapa hikmah,
antara lain:
a. Membedakan puasa kita dengan puasanya Ahul Kitab
(orang Yahudi dan Nasroni).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya: “Pembeda antara puasa kita dengan puasanya
ahli kitab adalah makan sahur”. (HR. Muslim)

11
b. Makan sahur adalah barokah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya: “Makan sahurlah kalian karena dalam sahur
ada barakah” (HR. Al-Bukhori dan Muslim). Dengan
makan sahur, berarti kita telah mengikuti sunnahnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu,
sahur juga akan menguatkan badan, menambah
semangat, serta membuat puasa menjadi lebih ringan.
2. Niat
Sebelum melaksanakan puasa, seseorang yang berpuasa
wajib berniat terlebih dahulu. Puasa diniatkan sebelum
terbit fajar (yakni yang puasa wajib), berdasarkan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Artinya: “Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan
puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya”.
Khusus untuk puasa yang sunnah, diperbolehkan berniat
puasa setelah fajar terbit sampai sebelum waktu shalat
Dzuhur apabila sebelumnya belum makan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang ke ‘Aisyah
pada selain bulan Ramadhan, kemudian beliau bersabda:
Artinya: “Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika
tidak ada aku akan berpuasa.” (HR. Muslim).

3. Waktu Puasa
Puasa dimulai dari terbitnya fajar hingga hilangnya siang
dengan datangnya malam, dengan kata lain hilangnya
bundaran matahari di ufuk.Berdasarkan Firman Allah
Ta’ala :
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri
mereka dan hendaklah kamu mengusahakan apa yang

12
diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah hingga
nyata garis putih dan garis hitam berupa fajar, kemudian
sempurnakanlah puasa sampai malam.” (Al-Baqarah: 187)

4. Menahan Diri dari Segala Hal yang Membatalkan Puasa


Ada beberapa hal yang dapat membatalkan puasa, sehingga
harus dijaga oleh seseorang yang berpuasa agar puasanya
tetap sah. Hal-hal yang dapat membatalkan puasa itu,
antara lian:
a. Memasukkan sesuatau ke dalam rongga yang ada dalam
tubuh manusia yang disengaja. Seseorang yang
berpuasa namun dia measukkan sesuatau ke dalam
rongga tubuhnya, seperi makan, minum, merokok,
danlain-lain di siang hari sewaktu puasa, maka puasa
kita batal. Kecuali jika orang yang berpuasa lupa
sedang puasa, maka makan dan minum itu tidaklah
membatalkan puasanya.Orang yang berpuasa bisa
melanjutkan puasa kita secara sempurna.
Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallam:[Artinya: “Jika seseorang lupa ketika ia
berpuasa, lalu dia makan dan minum, maka hendaklah
menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya
Allah yang memberinya makan dan minum.” (HR. Al-
Bukhori dan Muslim). Suntik di lengan, di paha, di
punggung atau lainnya yang serupa, tidak
membatalkannya, karena di paha atau punggung bukan
berarti melalui lobang rongga badan atau bukan dari
jalan yang biasa.

13
b. Muntah dengan disengaja
Muntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa.Dan
muntah yang tidak disengaja tidak membatalkanpuasa.
Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallam:
Artinya: “Barangsiapa yang terpaksa muntah, maka
tidak wajib baginya untuk mengqadha (mengganti)
puasanya, dan barangsiapa muntah dengan sengaja,
maka wajib baginya mengqadha puasanya”.
c. Haid maupun nifas.
Wanita yang haid maupun nifas haram mengerjakan
puasa, tetapi wajib mengqodha sebanyak hari yang
ditinggalkan waktu haid dan nifas.
Artinya: Dari ‘Aisyah, katanya: “Kami disuruh oleh
Rasulullah Saw. Mengqadha puasa, dan tidak
disuruhnya untuk mengqadha shalat.”(Riwayat
Bukhari)
d. Jima’ pada siang hari.
Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang
jima’ (bercampur) pada siang hari di bulan Ramadhan;
Orang yang berjima’ (melakukan hubungan kelamin)
pada siang hari bulan Ramadhan, puasanya batal. Selain
itu ia wajib membayar denda atau kifarat, sebagaimana
dinyatakan oleh Rasulullah Saw:
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang
laki-laki pernah bercampur dengan istrinya siang hari
pada bulan Ramadhan, lalu ia minta fatwa kepada Nabi
Saw.: “Adakah engkau mempunyai budak?.
(dimerdekakan). Ia menjwab: Tidak. Nabi berkata lagi:

14
“Kuatkah engkau puasa dua bulan berturut-turut?”.Ia
menjawab: Tidak. Sabda Nabi lagi: “Kalau engkau
tidak berpuasa, maka berilah makan orang-orang
miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim).
e. Keluar mani dengan bersengaja (sebab bersentuhan
dengan perempuan atau lainnya).
Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju
orang pada persetubuhan, maka hukumnya disamakan
dengan bersetubuh. Adapun keluar mani sebab mimpi,
mengkhayal dan sebagainya maka tidak membatalkan
puasa.
f. Gila walaupun sebentar.
g. Murtad, yakni keluar dari agama Islam.[
5. Hal-Hal yang Harus/Wajib Ditinggalkan Ketika Berpuasa
a. Berkata-Kata Kotor, Keji, dan Dusta.
Selain menjaga mulut kita dari makan dan minum,
ketika berpuasa kita juga harus menjaga mulut kita dari
berkata-kata kotor, keji dan dusta supaya puasa
seseorang tidak sia-sia. Perbuatan ini memang tidak
boleh kita lakukan baik di ketika berpuasa ataupun
tidak.Namun hal ini lebih ditekankan lagi apabila kita
sedang berpuasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya:“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta dan melakukannya, maka Allah Azza
wa Jalla tidaklah butuh atas perbuatannya
meninggalkan makan dan minum.” (HR. Al-Bukhori)
Oleh karena itu, menjaga lisan dari berkata-kata yang
kotor, keji dan dusta supaya puasa tidak sia-sia,

15
sebagaimana sabda Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallam,
Artinya:“Berapa banyak orang yang puasa, bagian dari
puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)”.

6. Hal-Hal yang Boleh Dilakukan Ketika Berpuasa


a. Bersiwak
Ketika sedang berpuasa, kita boleh mempergunakannya
untuk membersihkan gigi kita, terutama ketika akan
sholat.
b. Berkumur dan Istinsyaq (Memasukkan Air ke dalam
Hidung ketika Berwudhu)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
kita untuk bersungguh-sungguh di dalam melakukan
istinsyaq.Namun beliau melarang untuk berlebih-
lebihan apabila sedang berpuasa.Beliau bersabda:
Artinya: “Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq
kecuali dalam keadaan puasa.”
c. Mengguyurkan Air ke Atas Kepala karena Panas atau
Haus.
Apabila kita merasa kepanasan atau haus, maka kita
diperbolehkan untuk mengguyurkan air ke kepala kita.
Dalilnya adalah hadits:
Artinya: “Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam
mengguyurkan air ke kepalanya dalam keadaan puasa
karena haus atau kepanasan.”
7. Sunnah Puasa
Ada beberapa hal yang menjadi sunnah dalam pelaksanaan
puasa, antara lain:

16
a. Makan sahur, meskipun hanya sedikit.
Makan Sahur menurut ijma’ umat Islam adalah sunnah
dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Waktu sahur
adalah dari pertengahan malam sampai terbit fajar dan
disunnahkan mengakhirkannya.Tujuan dari makan
sahur adalah untuk menguatkan orang yang berpuasa
pada esok harinya.
b. Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira15 menit
sebelum fajar.
c. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin
bahwa matahari sudah terbenam.
d. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau
dengan air.
e. Berdoa sewaktu berbuka puasa.
f. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang
berpuasa.
g. Hendaklah diperbanyak sedekah selama dalam bulan
puasa.
h. Memperbanyak membaca Quran dan mempelajarinya
(belajar atau mengajar) karena mengikuti perbuatan
Rasulullah S.A.W.
i. Meninggalkan ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
keji seperti menggunjing orang lain.
8. Berbuka Puasa
Ketika matahari telah terbenam dan malam hari pun tiba,
seseorang yang berpuasa sudah diperbolehkan untuk makan
dan minum.Bahkan kita dianjurkan untuk menyegerakan
berbuka puasa. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

17
Artinya:“Senantiasa manusia berada di dalam kebaikan
selama mereka menyegerakan berbuka puasa” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
Pada saat berbuka, orang yang berpuasa disunnahkan untuk
membatalkan puasa dengan makan kurma, baik yang basah
maupun yang kering.Namun apabila tidak ada, maka kita
berbuka dengan air sebagaimana kebiasaan Rosulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallam.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Puasa menurut bahasa (etimologis) artinya menahan.Sedangakan puasa
menurut istilah (terminologis) adalah menahan diri dari makan dan minum serta
dari segala hal-hal yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT. Ada beberapa macam puasa,
yaitu; puasa wajib (seperti puasa Ramadhan), puasa sunnah (seperti puasa Senin
dengan Kamis), puasa makruh (seperti mengkhususkan puasa hanya hari Jum’at
saja), dan puasa haram (seperti puasa pada hari raya). Dalam mengerjakan puasa,
ada beberapa syarat untuk mengerjakannya. Selain syarat dan rukun yang harus
terpenuhi, secara sederhana dalam mengerjakan puasa diawali dengan makan
sahur, lalu niat, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbitnya
fajar sampai dengan terbanamnya matahari.
Ibadah puasa mempunyai keutamaan, seperti puasa sebagi tameng atau
penahan untuk perbuatan maksiat dan dapat memberiksn syafaat pada hari kiamat.
Selain mempunyai keutamaan dalam kehidupan sehari, yaitu; puasa dapat
meningkatkan iman dan dapat meningkatkan taqwa. Adapun hikmah-hikmah
dibalik pelaksanaan puasa dalam kehidupan sehari-hari yaitu; melepaskan diri
dari kebiasaan yang menekan atau mencengkram dan memupuk rasa santun
kepada fakir miskin.

3.2 Saran
Alhamdulillah akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Hal ini tak lepas dari berkah yang diberikan oleh
Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Namun penulis juga menyadari bahwa dalam
penyelesaian tugas ini masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu mohon
kritikan dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah yang selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://likhastars.blogspot.com/2015/11/makalah-cara-melaksanakan-puasa.html
https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-puasa-dan-macam-macamnya-wajib-tahu-
kln.html

Anda mungkin juga menyukai