sesuatu, menjadikannya satu. Lawan katanya ialah dua, tiga, atau lebih,
yang intinya ialah bilangan lebih dari satu. Maka sesuatu yang wahid
berarti sesuatu yang bersendiri, yang tidak memiliki sekutu apa pun.
Sedangkan secara istilah syar’i tauhid ialah : mengesakan Allah dalam hal
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah jika mereka berhenti (dari kekafiran), Maka
Sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan.(al-
Anfal:39)
Allah, namun sejarah Islam telah diwarnai oleh berbagai penafsiran tauhid
terkait erat dengan situasi zaman yang sedang dihadapi pada saat
1
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Durus Min al-Qur'anil Karim, (Bairut: Dar al-Ashimah),
11.
17
18
tuntutan zaman.
adalah wahid yang berarti "satu".2 Dalam istilah agama Islam, tauhid ialah
keyakina tentang satu atau esanya Allah, maka segala pikiran dan teori
mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka dan apa yang
keyakina tersebut harus diwujudkan dalam amal praktek. Dan yang wajib
2
Yusron Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Islam, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1998), 2.
3
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineke Cipta, 1992), 1
4
Ibid, 2.
19
kita yakini itu adalah bahwa dzat itu ada, dan tidak menyerupai apa yang
ilmu adalah tauhid, dalam arti ia dikembangkan dalam bingkai dan spirit
kepada Nabi Muhammad, yakni surat al-Alaq ayat 1-5, disinyalir secara
tegas bahwa ilmu mesti tidak dipisahkan dari sang pencipta, tetapi harus
pengetahuan ke arah yang benar. Secara aksiologis, tujuan akhir dari ilmu
hamba allah dan khalifah-Nya di muka bumi, dan menyiapkan diri untuk
dihadapan Allah5.
Salah satu aspek yang paling penting tentang Tuhan di dalam al-
dari pemahaman tentang Tuhan, sebab semua ilmu datangnya dari Tuhan
5
Oesman Bakar, Tauhid dan Sains Perspektif Islam Tentang Agama dan Sains, terj. Yuliani Liputo dan
M.S. Nasrullah, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), 138.
20
tidak ada sesuatu apapun di jagad raya ini yang tidak diketahui oleh-Nya.
dalam al-Qur'an. Lantaran semua ilmu berasal dari Tuhan, maka setiap
Islam secara tegas menentang pencarian ilmu hanya untuk ilmu saja. Bagi
Nya.
dengan spirit tauhid. Ilmu tauhid menempati posisi paling tinggi dalam
6
Kuntowijoyo, Islam Sebagai IlmuEpistemologoi, Metodologi, dan Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006), 55.
21
klasifiasi ilmu dan segenap disiplin ilmu yang lain berkaitan dengannya.
terhadap agama. Atau, ilmu tanpa hidayah dan hikmah hanya akan
Metode, sumber, dan tujuan ilmu dalam Islam berbeda dengan Barat
yang hanya melegitimasi apa yang disebut metode ilmiah (saintifik) dan
menolak wahyu sebagai sumber dan cara untuk mendapatkan ilmu serta
dasar ini, kaum akademis Barat mempertahankan ide "ilmu hanya untuk
ilmu" dan tujuan mereka untuk mencari ilmu hanya untuk mencari
sumber atau cara untuk mencapai ilmu pengetahuan, seperti observasi atau
eksperimen, intuisi, rasio, dan juga wahyu. Tujuan akhir untuk mencari
oleh keyakinan yang kuat terhadap doktrin ajaran Islam yang paling
menjadi cemoohan dan beban bagi umat lain. Kondisi ini semakin parah
dengan derasnya arus sekulerisasi yang melanda dunia Islam. Kondisi ini
7
Ali Abdul Azhim, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu: Perspektif al-Qur'an (Bandung: Rosda karya,
1989), 98
23
serta tidak dapat menawarkan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh
umat manusia dan di saat yang sama perdaban islam menjadi pudar.
harus mengacu dan mengaitkan dengan konsep tersebut. Lagi pula, tidak
satu konsep pun yang akan sempurna dan bermakna tanpa mengacu
kepada-Nya. Jika ilmu dipisahkan dari Tuhan dan alam semesta dianggap
kontemporer, maka hal itu hanya akan menghasilkan ilmu palsu atau
disegani. Oleh karena itu, ilmu dalam pandangan Islam harus mampu
8
Harun Nasution, Islam RAsional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1998), 291.
24
solid bagi kostruksi kultur dan peradaban. Hal ini jelas merupakan tugas
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan
mendalam.
objek alam serta semua persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk
hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses
materi benda dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu fisika, biologi,
dan kimia. Pada aspek fisika lebih memfokuskan pada benda-benda tak
hidup. Pada aspek biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait
IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup
9
Srini Mutiah Iskandar. Kimia Bahan Alam (Malang, FPMIPA IKIP, 1983), 11.
26
tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin
menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains, dalam bahasa Arab
dari akar katanya disebut dalam berbagai bentuk tidak kurang dari 744
10
Majma' al-Lughah al-Arabiyah, al-Mu'jam al-Wasit, (Istanbul: Dar al-Da'wah, 1990), 624.
11
http://id.wikipwdia.org./wiki/Ilmu_alam/ (12 Februari 2014)
12
Imam Syafi'ie, Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam al-Qur'an (Yogyakarta: UII Press, 2000), 30.
27
13
14
memiliki pengetahuan.
15
13
Al-Qur'an: 69:1-5.
14
Al-Qur'an: (2:31-32)
28
Dari penjelasan ayat di atas, ada yang menarik untuk digaris bawahi,
dan utu al-'ilma. Kata pertama mengisyaratkan adanya ilmu yang diajarkan
utu yang berarti mencari. Dalam proses pencarian selalu ada yang meneliti
dan ada yang diteliti. Hal ini dikuatkan juga oleh hadth Nabi yang
mengunakan persamaan makna kata dengan utu, yakni talab yang artinya
juga mencari.17 Ilmu yang didapat melalui prosedur ilmiah ini oleh para
Berbicara tentang integrasi nilai-nilai tauhid dan IPA tidak bisa lepas dari
diketahui sekarang ini, masih juga muncul anggapan sebagian besar masyarakat
bahwa "agama" dan "ilmu" merupakan entitas yang berbeda dan tidak bisa
15
Al-Qur'an: (39:9)
16
Imam Syafi'ie, Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam……29.
17
Ilmu yang melalui proses pencarian ini juga disebut sebagai 'ilmu kasbi, lihat lebih lanjut, M.
Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:
Mizan, 1996), 346-347.
18
Ibid.
29
institusinya.
ensiklopedik ditokohi oleh ilmuan muslim, serta Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu
Khaldun, semsntara yang spesifik paternalistik diwakili oleh ahli hadits dan ahli
fiqh. Keterpisahan secara diametral antara keduanya atau dikotomis dan sebab
lain yang besifat politis ekonomis berakibat pada rendahnhya kualitas pendidikan
dan kemunduran dunia Islam saat itu. Oleh karena itu, Amin Abdullah
yang lain dengan lapang dada) antara kubu keilmuan yang dianggap sebagai
landasan adanya integrasi berbagai disiplin dan pendekatan yang makin beragam,
hakikatnya adalah pemahaman yang dasarnya adalah filsafat, yang kemudian juga
dikembangkan dalam ushul fiqh. Tanpa filsafat fiqh akan kehilangan semangat
inovasi, dinamisasi dan perubahan. Oleh karena itu jika terjadi pertentangan
antara fiqh dan filsafat, maka hal ini disebabkan terjadinya kesalah fahaman
Menurut al-Kindi dalam Harun Nasution bahwa agama dan filsafat adalah
dua hal yang berbeda baik dari aspek sumber maupun metodenya. Agama berasal
19
M. Zainuddin, "UIN Menuju Integrasi Ilmu dan agama" dalam M. Zainuddin dkk. Memadu Sains
dan Agama Menuju Universitas Islam Masa Depan , (Malang: Bayumedia Publising, 20014), 5.
30
dari wahyu Ilahi, sedangkan filsafat berasal dari pengetahuan deskursif. Meski
demikian, tujuan tertinggi (ultimate goal) yang ingin dicapai keduanya adalah
macam, al-Farabi misalnya membagi ilmu menjadi lima kategori yaitu, ilmu
masing dengan cabangnya. Ibnu Khaldun membuat klasifikasi ilmu menjadi dua
yaitu aqliyah dan naqliyah, ilmu naqliyah adalah ilmu yang berdasarkan wahyu,
yang termasuk dalam ilmu naqliyah yaitu al-Qur'an, hadith, fiqh, kalam, tasawuf
dan bahasa. Sedangkan ilmu aqliyah adalah imu yang berdasarkan rasio, ilmu
(syr'iyyah) dan keilmuan non agama (ghair asy-Syar'iyyah) kedua ilmu tersebut
oleh al-Ghazali diberi status yang sama yaitu fardhu, harus ditempuh dan dimiliki
oleh umat Islam. Menurut Azumardi Azra klasifikasi ilmu tersebut bukan
dimaksud mendikotomi ilmu antara satu dengan yang lain, tetapi hanya sekedar
berkembang dalam peradaban Islam. Dalam kontek ini ilmu agama islam
meruakan salah satu saja dari berbagai cabang ilmu secara keseluruhan. 21
20
M. Zainuddin, Memadu Sains dan Agama Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang,
Bayumedia Publishing, 2004),5.
21
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Modernisasi Menuju Milenium Baru, xii-xiv,
31
yang diperoleh (aqliyah) atau acquired dalam istilah konferensi tersebut. Tafsir
sistem pendidikan. Orang Islam harus segera menyadari bahwa tradisi aslinya
telah dikacau oleh tradisi Barat yang memang memisahkan wahyu dengan
Barat, pengetahuan modern menjadi kering, bahkan terpisah sama sekali dari
beberapa prinsip yang merupakan esensi Islam, yang mencakup liam kesatuan,
yaitu keasatuan Tuhan, kesatuan alam, kesatuan kebenaran, kesatuan hidup dan
tetapi lebih kepada "kepentingan", untuk apa ilmu tersebut digunakan, karena
ilmu sebagai instrumen, bukan tujuan. Apalagi jika kita sepakat bahwa pada
dasarnya ilmu itu berasal dari Allah. Seperti dijelaskan oleh Ahmad Tafsir pada
saat ilmuan muslim mengembangkan ilmu pada masa awal, "ilmu agama" atau
"ilmu keagamaan" dan "ilmu umum" tidak terpisah melainkan terintegrasi secara
sempurna. Pada waktu itu, tidak ada dikotomi antara keduanya seperti yang kita
kenal sekarang.
22
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1997), 18.
23
Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, (Bandung, Pustaka 1994), 55-
96.
32
Pada waktu ilmuan muslim merasa wajib membaca (iqra'), artinya wajib
belajar dan meneliti. Allah menggunakan ungkapan iqra'. Allah menyediakan dua
sumber belajar, yaitu al-Qur'an dan al-kawn (alam semesta). Kemudian sumber
sumber tersebut.
al-Qur'an, dari situ muncul tiga jenis pengetahuan. Pembagian ilmu pengetahuan
Tabel: 1.1.
Pengetahuan Manusia
empirik
Rasional
kadang
24
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memausiakan
Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 105-107.
33
metode ilmah (scientific method) yang bekerja atas dasar paradigma logica-
Inilah yang disebut dengan pengetahuan ilmiah yang juga pengetahuan ilmu
yang tidak dapat diteliti secara ilmiahkarena objek itu abstrak tetapi masih dapat
adalah metode rasional, sedangkan benar tidaknya temuan dibuktikan atas dasar
adalah sisa objek penelitian sains dan pengetahuan filsafat. Jadei objek yang
ditelitinya adalah objek-objek empirik dan tidak rasional. Objek-objek seperti ini
Qur'an tersebut. Al-Kawn juga berisi kumpulan pengetahuan Allah dalam bentuk
sebab dua kelompok teori tu adalah teori dari Allah. Karena tidak ada perlawanan
34
dengan pengetahuan yang diambil dari al-Kawn karena ia sama berasal dari
Allah
Al-Qur'an Al-Kawn
merupakan basis bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual tetapi bagi
selalu dikaitkannya dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Oleh karena itu,
sains islam mempunyai karakter religus dan spiritual. Menurut Ibnu Sina, sebuah
25
Ahmad Tafsir, Filasafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan
Manusia.cet. IV (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 105-107.
35
fisika, dan metafisik, ilmiah dan spiritual, kualitatif dan kauantitatif, praktis dan
estetis. Hal ini karena sebagai dunia dan dipandang totalitasnya, realitas alam
prinsip Ilahi. Tujuan sains Islam adalah untuk memperlihatkan kesatuan alam
manusia pesan metafisika dan spiritual dari yang ternsenden. Dalam konsep
religius dan spiritual tentang alam inilah terdapat basis bagi kesatuan sains dan
pengetahuan spiritual.27
antara agama Islam dengan Ilmu pengetahuan atas filsafat yang benar. Sebab
ilmu atau filsafat yang benar adalah hasil usaha manusia dalam memahami
kenyataan alam, susunan alam, pembagian alam. Al-Qur'an atau ayat Qur'aniyah
tidak lain adalah pebukaan segenap alam semesta atau ayat kauiyah dalam satu
kitab. Kedua ayat Allah yaitu ayat Qur'aniyah dan ayat kauniyah itu saling
menafsirkan. 28 Karena itulah, perbedaan formulasi antara ilmu yang satu dengan
yang lain tentang suatu masalah tertentu adalah lazim dalam dunia ilmu
26
Oesman Bakar, Tauhid dan Sains Perspektif Islam …………….149-156.
27
Ibid. 151.
28
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), 176.
36
menghasilkan nilai-nilai amanah dan tanggung jawab individu dan sosial serta
tanggung jawab atas segala amal perbuatannya di mula bumi. Tauhid rahmaniyah
akan berimplikasi pada tumbuh dan berkembang sifat dan sikap solidaritas
semesta.29
jenis nilai, yaitu nilai kenenaran absolut dan nilai kebenaran relatif. 2) bahwa
29
Dawam Raharjo, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa Risalah Cendekiawan
Muslimin, (Bandung: Mizan, 1993), 430-442.
37
pendidikan didasarkan pada tiga nilai kunci, yaitu ibadah, ikhlas dan Ridha Allah.
4) manusia dipandang secara utuh dan dalam kesatuan diri dengan kosmosnya
Tawaran tersebut pada dasarnya berada dalam satu arus pemikiran yang
sama, yang intinya bahwa pendidikan Islam bermuara pada prinsip ajaran dan
dan terinci mengenai filsafat pendidikan Islam yang bertolak dari prinsip tersebut,
pendidikan nasional.
ilmu pengetahuan dan teknologi akan bertolak dari suatu pandangan yang
30
Mastuhu, Dinamika istem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem
Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994), 16-17.
38
pengetahuan dan teknologi tidak bersifat value-free, tetapi value-bond, dalam arti
berada dalam frame work yang merupakan realisasi dari nilai kekhalifahan dan
pengabdian pada-Nya.
tidak dapat bersifat Islami, kapitalis, sosialis, komunis dan sebagainya. Dalam
IPA misalnya, hukum grafitasi misalnya tidak bisa dibawa kealiran tertentu,
demikian pula ilmu-ilmu liannya. Pernyataan ini benar jika ilmu pengetahuan itu
menerangkan hakikat yang ada. Tetapi ketika menjelaskan perubahan yang ada
atau apa yang terjadi, atau cara memanfaatkan hukum alam dan mengarahkannya
kealiran tertentu, maka ilmu pengetahuan tidak bersifat netral. Darwin (1809-
ilmiah untuk mencapai kesimpulan bahwa manusia itu berasal dari kera. 31
hanyamengajarkan "yang ada" (existence) yang dalam hal ini dapat disebut netral,
Dalam konteks ini, ada dua pilihan, yaitu, pilihan Ilahi atau pilihan manusiawi.
Integrasi ilmu dan agama tidak dapat dilakukan secara formalitas dengan
cara memberikan justifikasi ayat al-Qur'an pada setiap penemuan dan keilmuan,
memberikan label agama atau Islam pada istilah-istilah keilmuan dan sejenisnya,
tetapi perlu ada perubahan paradigma pada basis keilmuan Barat, agar sesuai
dengan basis dan khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitas
31
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 247.
39
metafisik, religius dan teks suci. Hal ini penting sebab sebuah keilmuan tetap
bernafaskan sekuler, jika tidak didasarkan pada basis ontologism atau pandangan
dunia (world view) atau tauhid menurut istilah Nuqaib al-Attas. Begitu juga
sebuah epistemologi akan tetap bersifat "eksploitatif" dan "merusak" jika tidak
didasarkan pada ontologi yang Islami. Meski demikian, bangunan ilmu yang telah
terintegrasi tidak banyak berarti jika dipegang oleh orang yang tidak bermoral
dan tidak bertanggung jawab, maka perlu dibenahi pada aspek aksiologinya. 32
pemikiran atau epistemologi bahwa yang vertikal (ajaran dan nilai-nilai Ilahi)
hudan, dan rahmah. Sedangkan yang horizontal (pendapat, konsep, teori, temuan-
temuan dan sebagainya) berada dalam posisi sejajar yang saling sharing ideas,
Pandangan seperti ini akan berimplikasi pada model kurikulum dan proses
menekankan pada penguasaan ilmu agama Islam, tetapi juga menekankan pada
berpresfektif Islami, akan sulit tercipta jika tidak didukung oleh seperangkat
32
A. Khudlori Sholeh, "Pokok Pikiran Tentang Integrasi Ilmu dan agama" dalam M. Lutfi musthofa,
Helmi Syaifuddin (editor), Intelektualisme Islam Melacak Akar-akar Integrasi Ilmu dan agama,
(Malang: Lembaga kajian al-Qur'an dan Sains UIN Malang, 2006), 261-262.
33
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, 248.
40
pembinaan ruh keislaman dan atau integraslisasi nilai-nilai Islam melalui sarana
tertentu terhadap sebuah konsep lain yang berbeda sehingga menjadi satu
kesatuan yang koheren dan tidak bisa dipisahkan atau proses pembauran
Science means the recognition that all true knoledge is from Allah and all
revealed.35
keyakinannya bahwa, semua pengetahuan itu bersumber dari Allah (all true
dengan Amir Ali dengan menyatakan "knowladge Is the light that comes from
Allah"36
34
W.Y.S. Poerdowasminto, Konsosrsium Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 384.
35
M. Amir Ali, Removing the Dichotomy of Sciences: A Necessity for the Growth of Muslim s. future
Islam: A Journal of Future Ideology that Shapes Today the World Tomorrow.
http://www.futureislam.com/20050301/insight/amir_ali/removing_dicotomy_of_sciences.asp,.
36
Usman Hasan, The Concept of Ilm and Knowladge in Islam, The Association of Muslim Scientists
and Engineers, 2003,3. Pernyataan ini dikutip oleh Husni Toyyar dalam makalahnya "Model-model
Integrasi Keilmuan" yang disampaikan pada seminar menggagas integrasi Keilmuan Islam si
Nusantara.
41
dengan konteks historis dan sosiologis, perkembangan ilmu dan agama itu
sendiri yang sudah lama mengalami dikotomisasi baik dikalangan ilmua Barat
umum dan ilmu agama Islam) dalam satu payung keilmuan. Konsep integrasi
keilmuan ini dikalangan umat Islam menjadi lebih populer dengan istilah
memaknai paradigma ilmu sehingga muncullah konsepsi ilmu baru yang lebih
Jika ditelaah lebih lanjut, berdasarkan definisi dari beberapa ilmuan dan
wacana integrasi ilmu dan agama di Barat yang selama ini mempopulerkan
37
Kuntowijoyo, Isam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi dan Etika, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006), 55.
42
Kedua, integrasi mengandung makna unity, yaitu bahwa Ilmu dan agama
meyakini bahwa pada dasarnya ilmu dan agama itu berasal dari sumber yang
sama yakni dari Allah SWT. Ada juga yang mengartikan integrasi yang sama
sekali berbeda dengan pengertian di atas, dalam hal ini integrasi bukan
keterhubungan.38
maka ada tiga paradigma keilmuan yang berkembang selama ini. Pertama,
Kedua, paradigma ilmu Isalam. Meminjam teori yang digagas oleh Thomas
Khun mungkin inilah yang disebut sebagai revolusi ilmiah (the scintific
maka dalam penelitian ini memunculkan ilmu agama dan ilmu umum sebagai
ilmu yang mandiri dan sudah dianggap umum serta mempunyai metodologi
39
Thomas S Khun, The Structure Of Scientific Revolution, (Chichago: The University Of Chichago
Press, 1970).
43
dan landasan filosofisnya sendiri. Keadaan semacam ini dalam istilah Khun
dianggap mengalami krisis oleh berbagai ilmuan karena dianggap tidak bisa
lagi berfungsi sebagai mestinya. Hal demikian, dalam proses revolusi ilmiah
krisis yang dialami kedua jenis ilmu pengetahuan dimaksud pada masa
sebelumnya.
dan prakteknya. Problematika ini bisa diintrodusir dari beberapa model dan
adanya truth claim antara konsep integrasi keilmuan yang dibangun oleh
ilmuan Muslim yang satu dengan yang lainnya. Sudarminto, misalnya pernah
mengajukan apa yang disebutkan sebagai ”integrasi yang valid", tetapi pada
temuan ilmiah. 40
40
Zainal Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi, (Bandung: Mizan 2005), 19.
44
Integrasi ilmu sebagai paradigma atau cara pandang atau juga bisa
dan paradigma integrasi ilmu terbuka atau atau paradigma dialogis. 41 Ketiga
beberapa usaha usaha integrasi yang sudah dilakukan oleh beberapa tokoh
yang mencari formulasi yang tepat untuk memasukkan nilai-nilai Islam dalam
ilmu pengetahuan atau yang menginginkan ilmu pengetahuan itu sendiri selalu
berpijak pada nilai-nilai Islam. Berikut ini usulan tentang ketiga paradigma
pertama ini semua jenis ilmu pengetahuan dilebur dalam satu kesatuan yang
sama dan menjadikan Allah sebagai sumber utama atau satu-satunya sumber
yang paling tinggi. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Mulyadhi
Kartanegara bahwa sumber dan basis ilmu-ilmu agama dan umum berasal dari
sumber yang sama, yaitu Allah yang maha mengetahui, konsep ini dikenal
utama. Paradigma ini mencoba melebur antara sekuler dan paradigma agama
kedalam satu kerangka berfikir yang lebih holistik dan universal. Dalam
perspektif paradigma integrative ini sumber ilmu pengetahuan yang terdiri dari
akal, indra, wahyu, dan intuisi mempunyai porsi dan posisi yang sama. Namun
41
Wahidul Anam, Akal dan Wahyu Sebagai Sumber Ilmu: Upaya mengintegrasikan Paradigma Ilmu
Sekuler dan Islam, (Blitar: STKIP PGRI, 2009), 66.
42
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Tak Sekedar Menyatukan Ilmu Sekuler dan Agama, 22.
45
sebagai bagian dari sumber ilmu Tuhan. Kuntowijoyo merupakan salah satu
kedua ini. Istilah yang dipakai oleh Kuntowijoyo adalah pengilmuan Islam
al-Qur'an dan hadith sebagai titik berangkat dalam melihat realitas.45 Jadi
Metodologi ini disebut sebagai proses demistifikasi. Konsep ini sebagai kritik
terhadap yang selama ini berlangsung dalam jagad keilmuan. Ada ilmu
43
Wahidul Anam, "Akal dan Wahyu Sebagai Sumber……….66.
44
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu………1.
45
Ibid.
46
sosial" (hilangnya perorangan dalam satuan yang lebih besar, organisasi, sekte
melalui realitas Islam, hal ini sangat diperlukan karena menurut Kuntowijoyo
meminjam konsep aa yang ada dalam ilmu budaya dan sosiologi pengetahuan,
realitas itu tidak bisa dilihat secara langsung oleh orang tetapi melalui tabir
mempunyai asumsi dasar tidak adanya saling menegaskan antara sains dan
keduanya bertemu dalam ruang dialog untuk saling melengkapi tanpa adanya
46
Wahidul Anam, Akal dan Wahyu Sebagai Sumber…………87-88.
47
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Epistemologi……………2.
48
Ibid, 3.
47
pengetahuan agama dan umum dalam level kontruksi, eksistensi ataupun pada
Pada sekitar kurang lebih abad ke-15 ada juga menyebut abad ke-16
yang terjadi pada abad ke 18. Gerakan afklarung berhasil membuat filsafat
tidak lagi berada dalam kungkungan agama (gerejawan). Peristiwa ini rupanya
kebenaran dan doktrin gereja, sedangkan ilmu berjalan sesuai dengan struktur
dan ukuran rasional dan empirisnya. Akibatnya, antara agama dan ilmu tidak
sinilah kemudian muncul semboyan sains untuk sains, atau sains bebas nilai. 51
Secara teoritis, ada beberapa konsep tentang integrasi ilmu dan agama
49
Wahidul Anam, Akal dan Wahyu Sebagai Sumber…………87-88
50
Robert Solomon, Short History….163. lihat juga Harun Hadiwijono, Seri Sejarah Filsafat Barat 2
(Yogyakarta: Kanisius, 2007) 2011.
51
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu……….47-48, Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997), 228-229.
48
dapat berubah atas nama "belajar dari ilmu". Teori-teori ilmiah dapat
tentang penciptaan dan sifat manusia. Dalam hal ini, istilah yang digunakan
theology, bahwa klaim eksistensi Tuhan dapat disimpulkan oleh bukti tentang
desain alam. Selain dua model integrasi tersebut, Barbour juga mendukung
Smith dan Sayyed Hosein Nasr, karena apabila teologi setiap saat berubah
karena berinteraksi atau belajar dari ilmu, akan menimbulkan kesan bahwa
Haught. Integrasi yang diinginkan Haught tidak hanya meleburkan ilmu dan
52
Ibid, 95.
53
Zainal Abidin Bagir, "Bagaimana Mengintegrasikan Ilmu dan agama?", dalam Jarot Eahyudi dkk
(editor), Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi, (Yogyakarta: MYIA-CRCS dan Suka Press,
2005), 21.
49
ilmu karena agama tidak dapat menambahkan apapun pada daftar penemuan
optimal, karena dalam al-Qur'an banyak ayat yang mendasari dan mensimulasi
antara lain:
bagi manusia.
54
John F. Haught, terj. Farnsiskus Borgias, Perjumpaan Sains dan Agama Dari Konflik ke Dialog
(Bandung: Mizan, 2004), 28.
55
Al-Qur'an Terjemah Depag RI, 16: 68-69.
50
b. Surah al-baqarah (2) ayat 233 mengenai gizi yang terbaik untuk bayi,
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.56
yaitu alam semesta yang diciptakan Allah dengan sistem evolusi atau
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di
atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang
penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?57
56
Ibid, 2:233
57
Ibid, 32:4
51
"integrasi monistik". Ia menolak dualisme ilmu antara ilmu fardhu 'ain dan
fardhu kifayah, ilmu aqliyah dan ilmu naqliyah sebagaimana diungkapkan al-
Islam. Langkah utama dari upaya ini adalah dengan menguasai seluruh disiplin
dari tradisi lokal. Dalam pandangan al-Attas, pradaban Islam klasik sudah
58
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme, (Bandung: Pustaka, 1981), 148.
59
Arqom Kuswanjono, Integrasi Ilmu dan agama Perspektif Filasafat Mulla Sadra (Yogyakarta:
Pustaka, 2010), 74.
52
cukup lama berinteraksi dengan peradaban lain, sehingga umat Islam sudah
sendiri.
Islam.60
teks menjadi gerakan dari teks ke konteks, maksudnya teks al-Qur'an dan al-
60
Zainuddin Sardar, Islamic Future, (Malaysia: selangor darul Ehsan, 1988), 101.
61
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2007), 49.
53
yang berasal dari Allah dan berasal dari manusia, atau disebut
teoantroposentrisme.
ilmu.
sektor.62
penyatuan seluruh ilmu yang ada di dunia ini. Kedua, kondisi riil dari aktifitas
(al-Qur'an dan sunnah) dan lingkaran ke-2 (kalam, filsafat, tasawuf, hadith,
tarikh, fiqh, tafsir, lughah), selain itu pendekatannya masih humaniora klasik.
klasik dan ilmu-ilmu keislaman baru yang telah memanfaatkan analisis ilmu-
Tabel. 2.2.
62
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu…51-54.
63
Amin Abdullah, "Etika Tauhid Sebagai Dasar Kesatuan EpistemologiKeilmuan Umum dan Agama"
dalam Jarot Wahyudi, dkk. (editor), Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum, Upaya
Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2003), 12-13.
55
ilmiah)
diungkapkan al-Ghazali.
teoantroposentris-integralistik.
Beberapa gagasan tentang itegrasi ilmu dari agama di atas, pemikiran al-
pandangan Islam, maka akan ditinjau dari berbagai perspektif yakni integrasi
utama dikalangan ilmuwan Muslim. Hal ini terjadi karena ilmu agama
teologis ini, maka setiap masalah akan dilihat dengan memakai persepektif
64
Penjelasan yang komprehensif untuk masalah ini dapat dilihat dalam Abuddin Nata, Integrasi ilmu
agama dan ilmu Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
65
Azyumardi Azra, Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains, dalam Michael Stanton, Pendidikan
Tinggi Dalam Islam, Sejarah Dan Peranannya Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj. Afandi dan
Hasan As'ari (Jakarta: Logos Publishing, 1994), Vii
66
Abuddin Nata, et.al, Integrasi Ilmu……..49.
57
dan teknologi yang dalam masa modrn ini sangat penting dalam menunjang
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka"
Dalam ayat ini secara jelas manusia dianjurkan untuk berdo'a kepada
berikut:
Man arada dunya fa 'alaihi bil ilmi waman aradal akhirata fa n'alaihi
bil ilmi waman aradahuma fa 'alaihi bil ilmi (shahih Bukhari, vol 3 (istambul:
al-Maktabah al-Islamiyah,t.t.),
58
Berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi di atas, cukup jelas bahwa
dikemudian hari ada segmentasi tersendiri dikalangan umat islam antara ilmu
demikian, maka dalam pandangan konsep integrasi dalam islam adalah konsep
ini didasari oleh adanya keyakinan teologis bahwa semua ilmu berasal dari
satu, yakni Allah. Pandangan ini berlandaskan ayat al-qur'an surah al-Alaq
berikut ini,
mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Ayat di atas sering kali
59
keilmuan. Ada keyakinan yang sangat kuat bahwa pengetahuan manusia itu
puncaknya pada masa klasik Islam tepatnya pada masa kekuasaan Bani
selanjutnya yakni pada masa Umayyah dan Abbasiyah sudah sampai pada
atau interaksi antara budaya Islam yang dibawa oleh penyebar Islam dengan
Bani Umayyah dapat dilihat dari adanya salah satu komunitas ilmuwan Syiria
di kota tetangga, Nasibis, yang dijadikan dokter oleh istana. Peristiwa ini
67
Abuddin Nata, et.al. Integrasi Al-Qur'an….91
68
Ibid,
60
diangkat oleh Khalifah untuk menjadi penasehat istana dan juga sebagai
Neoplatonis Aleksandria, yang diminta oleh Yazid ibn Yazid (680-683) untuk
perpustakaan. Tradisi penerjemahan buku yang dirintis oleh umat Islam pada
masa Umayyah berlanjut secara masif pada masa Abbasiyah awal, yakni pada
penerjemahan ini berlangsung antara tahun 750 dan 850 dan mencapai
negara.74
69
Michael Stansion, Pendidikan Tinggi….79-80
70
Ibid, 79
71
Ibid, 79-80
72
Ibid, 81. Lihat juga Fathur Rozy, Sejarah Pendidikan Islam (Medan, Rimbow: 1996), 14.
73
Mu'tazilah merupakan salah sastu aliran yang lebih mengedepankan akal dalam memahami ajaran
agama
74
Pada masa ini buku dan manuskrip yang berlainan dengan filsafat mendapatkan prioritas utama.
Pada umumnya penerjemahan dilakukan dari berbagai bahasa seperti Ynani, Persia, Suryani dan
Sanksakerta ke dalam bahasa Syiria, kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Salah satu
penerjemah yang paling terkenal pada masa al-Ma'mun adalah seorang Nestoris bernama Hunayn yang
menjadi penerjemah sekaligus editor kedalam Bahasa Arab. Dia adalah seorang penerjemah yang
bersemangat tinggi dikalangan Istana dan kehidupannya dijamin oleh negara pada saat itu, Michael
Stanman, Pendidikan Tinggi……81.
61
memiliki sikap dan semangat perfikir ilmiah yang diwarisi dari ajaran
dari tradisi Nabi Ibrahim dan Muhammad SAW.77 Selain mempelajari al-
ilmuwan tersebut, juga melakukan kajian terhadap disiplin ilmu yang ain.
pengetahuan pada masa klasik Islam diawali dengan adanya semangat umat
75
Michael Stanton, Pendidikan Tinggi……..120
76
Osman Bakar, Tauhid dan Sains…….12
77
Dalam berbagai ayat al-Qur'an dan hadith banyak dijumpai perintah agar umat Islam berfikir kritis
dan apresiatif terhadap ilmu dari manapun datangnya. Diantaranya riwayat untuk menganjurkan uamt
Islam untuk mencari ilmu sekalipun ke Negeri Cina. Sikap inklusif inilah yang mendorong tumbuhnya
intelektualisme Islam yang sangat subur diabad tengah, tepatnya ketika bersama dengan rasionalitas
Yunani
78
62
disebutkan. Relevansi uraian di atas dengan kajian ini adalah bahwa, secara
ilmu pengetahuan. Dalam arti bahwa ilmu pengetahuan yang berbasis agama
dikembangkan.
Islam karena dengan mempunyai ilmu pengetahuan kehidupan yang lebih baik
World, Qadir menjelaskan bahwa ilmu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan
Ilahi dan tujuan duniawi. 79 Ilmu mempunyai tujuan Ilahi karena ilmu bisa
79
Qadir, Philosophy and Science In The world, (London, Routledge, 1990), 16.
63
bisa lebih dikenal dan diimani. Sedangkan ilmu mengandung tujuan duniawi
memahami alam baik yang fisik maupun psikis, da juga memanfaatkan ilmu
konsep dasar yang menjadi komponen utama konsep itu, yaitu model
sains.81
atau kebenaran yang lainnya, maka hubungan antara kedua sudut pandang ini,
tidak bisa tidak adalah konflik seperti yang dipetakan Ian Barbour atau John F
totlaistik seperti ini sulit untuk digunakan sebagai landasan integrasi sains dan
menurut Haught, tidak rela membiarkan dunia ini terpilah-pilah menjadi dua
ranah (dikotomi).82 Tetpai ia juga tidak setuju pada harmoni yang dangkal
dalam peleburan. Maka menurutnya, pendekatan ini sepakat bahwa sains dan
agama mempunyai instrumen yang berbeda, tetapi dalam dunia nyata, sains
mengatakan bahwa sains dan agama adalah dua kebenaran yang setara. Sains
without science is blind" yang sangat terkenal dikalangan da'i Islam pada
tahun 60-an. Merumuskan wawasan ini secara jelas. Dalam tipologi Barbour
model ini idnetik dengan relasi independensi. Sedangkan tipologi Haught, hal
ini bisa dibilang hubungan kontras. Pandangan inilah yang dianut negara
Indonesia yang mengajarkan agama sebagai mata pelajarana atau mata kulia
Varian kedua dari model diadik ini, sins dan agama adalah sebuah
kesatuan yang tak terpisahkan. Barangkali, ini dapat ini dapat dipahami
82
Ibid, 17
83
Ibid, 18
84
Pandangan ini berakar pada pemisahan antara fakta dan nilai seperti yang diajukan petama kalinya
oleh Kant pada abad XIX.
65
keduanya. Sedangkan varian ketiga berpendapat bahwa untuk ilmu dan agama
keduanya.
dengan dua buah lingkaran sama besar yang saling berpotongan. Jika kedua
lingkaran itu jika kedau potongan itu mencerminkan sains dan agama, akan
sejumlah fakta ilmiah di dalam kitab suci al-Qur'an. Atau para ilmuan yang
menemukan sebuah bagian pada otak yang disebut "the god spot" yang
dipandang sebagai pusat kesadaran religius manusia. Model ini dapat disebut
SAINS AGAMA
Gambar, 2.2
independen. Dalam model triadik ada unsur ketiga yang menjembatani sains
dan agama. Jembatan itu adalah filsafat. Model ini diajukan oleh laum teosofis
85
Maurice Baccaile, The Bible, The Qur'an and Science, 1983.
86
Armahedi Mahzar, Integrasi Sains dan Agama… dalam Jarot Wahyudi, Integrasi Ilmu….,97.
66
katanya diantara sains dan agama. Model triadik komlementer ini mungkin
dan agama. Sehingga model ini, ilmu-ilmu kelaman dan ilmu-ilmu keagamaan
Tabel 2.3
87
Ibid, 100-191.
67
bagi setiap kerja ilmu. Tentu, melalui pemahaman seperti ini al-Qur'an dan
Islam tidak sekadar menjadi perspektif, atau sebagai pelengkap dari kajian
Ilmiah yang ada, dan apalagi kaian yang terpisah dari kajian sains. Tetapi,
Islam harus menjadi "pengawal" dari setiap kerja sains oleh setiap para
ilmuan.88
basis realitas, maka sains islami melihat wahyu Allah sebagai basis reliatas,
kebenaran wahyu berupa firman-firman-Nya yang tertulis dalam kitab suci al-
Qur'an. Disamping itu, ilmu dalam Islam tidak bersifat rasional empiris dan
objektif belaka, tetapi juga bersifat intuitif religius. Dalam islam kita mengenal
88
Barizi, "Penguatan dan Pengembangan Integrasi Sains dan Islam". Makalah disampaikan pada
workshop pada fakultas sain dan dan teknologi UIN Maliki Malang, pada tanggal 3-4 februari 2010 di
hotel Wisata Tidar, Malang.
68
integralitas individu mausia dari tubuh atau jism keruh melalui nafs, 'aql dan
qalb yang bersesuain dengan empiritas, rasionalitas, dan ituitivitas ilmu Islam.
Tiga karakteristik itu adalah pelengkap dari objektivitas dan religiusutas sains.
Oleh sebab itu, Islam tidak hanya mengenal ilmu-ilmu kealaman, dan
jism hingga ruh, seperti yang diajarkan oleh tasawuf, dan paradigma aksiologi
keilmuan islam adalah hirarki nilai dari 'urfi hingga Qur'ani. Sedangkan
paradigma ontologis keilmuan islam adalah hirarki dari kaum materiil yang
keilmuan Islam.89
Dari sudut lain, dapat dilihat bahwa struktur pentadik ini dapat
ruhnya dari ilmu al-Qur'an, yang bersesuaian dengan kategori sumber, dan
89
Armahedi Mahzar, Integrasi Sains dan Agama… dalam Jarot Wahyudi, Integrasi Ilmu….,103-104.
69
dalam sunnah, sedangkan akal menrima ijtihad manusia. Tafsir ilmi hanyalah
terbatas. Akhirnya tafsir ilmi perlu di diterangkan kepada peserta didik bukan
kreativitas mereka untuk mencari ilham dari ayat-ayat al-Qur'an yang merujuk
pada fenomena alam dalam rangka mencari teori atau hipotesis baru yang