Anda di halaman 1dari 10

Filsafat dan teori-teori dakwah

Dosen pembimbing:

Disusun oleh:

NAMA :MUH.YUSRAN
NIM :50500122066

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2022
Kata pengantar
Soal final MK. Filsfat dan teori2 dakwah.
1. Buatlah uraian yg berhubungan dengan:
A. Pengertian filsafat dakwah.
B. Ruang lingkup filsafat dakwah.
C. Tujuan dan obyek kajian filsafat dakwah.
D. Ontologi, epistemologi dan aksiologi filsafat dakwah.
E. Perkembangan pemikiran filsafat dakwah.
F. Hakikat manusia sebagai dai dan mad'u.
G. Dai dan kompetensinya.
H. Hakikat masyarakat sebagai obyek dakwah.
I. Karakteristik pesan dakwah.
J. Hakikat pesan dakwah.
K. Alquran sebagai simber inspirasi filsafat dakwah.
L. Problematika dakwah islam di indonesia.
M. Etika dalam berdakwah.
2. Setiap uraian minimal 1 halaman.
3. Uraian diketik 2 spasi font 12 ukuran kertas kuwarto, margin 4433.
4. Jawaban dikirim melalui WAG paling lambat tgl 21 desember 2022.
5. Mendandatangani absen ujian.

A.Pengertian filsafat dakwah

Pengertian Filsafat Dakwah


Filsafat Dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara
Kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, diperlukan proses Komunikasi dan
transformasi ajaran dan nilai-nilai islam dan untuk Mengubah keyakinan, sikap dan perilaku
seseorang khas islam) dan respon Terhadap dakwah yang dilakukan oleh para da’i dan
mubalig,sehingga orang Yang didakwahi dapat menjadi manusia-manusia yang baik dalam
arti Beriman,berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh islam.

Menurut Sayuti Farid filsafat adalah pemikiran sedalam-dalamnya, sejauh-jauhnya, dan


seluas-luasnya tentang hakikat segala yang ada dan yang mungkin ada.
Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa  berfilsafat berarti
menggunakan akal untuk berfikir secara bebas dan mendalam dalam rangka mencapai
tujuan dari apa yang dipikirkan atau objek pemikiran yaitu mendapatkan kebenaran yang
sesungguhnya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas tidak ada satupun yang
mengkaitkan kebenaran filsafat dengan kebenaran wahyu. Padahal filsafat adalah berfikir
secara radikal dalam rangka mencari kebenaran sejati, sementara wahyu mengantarkan
manusia pada kebenaran hakiki yang menjadi tujuan hidup bagi setiap manusia.

B.Ruang lingkup filsafat dakwah

Ruang Lingkup Filsafat Dakwah


Ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal, yaitu:
a) Manusia sebagai pemberi dan penerima dakwah
b) Agama Islam sebagai pesan materi yang harus disampaikan, diimani
(diinterlisasikan) serta diwujudkan dalam realitas masyarakat.
c) Allah yang menciptakan manusia dan alam sebagai Rabb yang memelihara alam
dan menurunkan agama Islam serta menentukan terjadi proses dakwah.
d) Lingkungan, yakni alam (bumi dan sekitarnya) tempat terjadinya proses dakwah.
c. Tujuan dan obyek kajian filsafat dakwah.

Tujuan Dakwah Islam. Dakwah adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan pengamalan
ke-Islaman seseorang. Karena itu, tindakan dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan media sepanjang hal tersebut bersesuaian dengan kaidah ajaran Islam. Inti tindakan
dakwah adalah perubahan kepribadian seseorang, kelompok dan masyarakat. Perubahan
kepribadian tersebut merupakan perubahan secara kultural yang merupakan akhir dari
suatu proses tindakan dakwah. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan tujuan dakwah
scharusnya bersifat dinamis dan progresif yaitu sebagai suatu proses yang indikator
kebcrhasilannya berbeda antara satu objek dakwah dengan objek dakwah yang lainnya
Merumuskan tujuan dakwah bermanfaat untuk mengetahui arah yang ingin dicapai dalam
melaksanakan aktivitas dakwah. Tanpa tujuan yang jelas, aktivitas dakwah menjadi kurang
terarah, sulit untuk diketahui keberhasilannya, dan bisa jadi akan menyimpang dari target
dan sasaran yang ingin dicapai. Untuk itulah, setiap da'i ketika mau melaksanakan dakwah
hendaknya membuat tujuan dakwah yang jelas dan terperinci. Hal terpenting yang harus
diperhatikan ketika merumuskan tujuan dakwah adalah siapa yang menjadi objek dakwah,
laki-laki, perempuan, dewasa, remaja, berpendidikan tinggi atau tidak, rnasyarakat desa
atau rnasyarakat kota dan sebagainya. Semakin dalam kita mengetahui objek dakwah, akan
semakin baik dan mudah dalam menyusun tujuan dakwah.
Obyek Filsafat dakwah Membahas objek filsafat dakwah bcrarti membahas fokus yang akan
menjadi kajian dalam filsafat dakwah. Secara objek material, filsafat dakwah akan mengkaji
tentang Tuhan, manusia, lingkungan dan ajaran Islam. Tuhan yang menurunkan ajaran
kepada Rasul merupakan sumber kebenaran dan sumber tujuan yang akan diraih oleh
manusia. Karenanya Tuhan perlu dikenal, dihayati dan dipahami sehingga manusia dapat
mengabdi dan berterima kasih kepada-Nya. Untuk tujuan tersebut, maka dalam aklivitas
dakwah tidak terlepas dengan pembahasan Tuhan dan relasinya dengan manusia (Basit,
2012). Kemudian dakwah tidak akan berhasil manakala tidak ada manusia. Untuk itulah
pembahasan tentang manusia menjadi objek material dakwah. Siapa manusia, apa hakikat
manusia, apa tugas manusia, bagaimana manusia mengembangkan dirinya dan sebagainya.
Aktivitas dakwah juga perlu mempertimbangkan lingkungan sebagai tempat berlangsungnya
dakwah. Kesuksesan dan kegagalan dakwah salah satunya ditentukan oleh faktor
lingkungan.

D. Ontologi, epistemologi dan aksiologi filsafat dakwah.


A. Ontologi menurut filsafat dakwah
Kata ontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu : on/ontos yang berarti “ada”, dan logos
yang artinya “ilmu”. Jadi, ontologi ialah ilmu tentang yang ada. Ontologi sendiri adalah teori
tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara ontologis adalah mengadakan
penyelidikan terhadap sifat dan realitas. Jadi ontologi adalah bagian dari metafisika yang
mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan.
Contoh ontologi yang sudah umum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
meja. Dalam ontologi meja yaitu menggunakan realitas tentang meja. Realitasnya
adalah terdapat gambara atau ide yang membuat kita mengenali sebuah meja. Tidak
peduli berapa banyak model meja yang ada, tidak peduli berapapun ukurannya,
warnanya, dan fisiknya yang berbeda, benda tersebut tetaplah sebuah meja. Inilah
yang menjadi realitas dari ide dan gambaran yang ada.Epistemologi menurut filsafat
dakwah
B.Epistemology adalah teori pengetahuan (episteme = pengetahuan, logos = teori, keduanya
berasal dari bahasa Yunani), menyelidiki keaslian pengetahuan, struktur, metode dan
validitas pengetahuan. Epistemology adalah cabang dari filsafat yang membahas persoalan
apa dan bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan, merupakan bagian dari
filsafat tentang refleksi manusia atas kenyataanyang menguraikan metode ilmiah sesuai
dengan hakikat pengertian manusia. Mengenai epistemologi dakwah secara keilmuan, disini
menyangkut yang berkenaan dengan hakikat, landasan, batas-batas keilmuannya termasuk
di dalamnya pengetahuan ilmiah dan persoalan ilmiah yang dapat diuji
Contoh epistemologi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan bagaimana
kita mendapatkan ilmu pengetahuan contohnya yaitu kursi. Pertanyaannya adalah,
bagaimana kita bisa tahu bahwa benda tersebut adalah kursi? Dengan dan berdasarkan hal
apa kita bisa memiliki pemikiran dan anggapan bahwa itu benar-benar sebuah kursi? Awal
mula tentu kita memiliki pengetahuan dan menangkap keberadaan tentang kursi melalui
pancaindra kita setelah itu mulai dilakukan analisa yang dilakukan akal kita. Akal kemudian
mengkategorikannya menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang membahas tentang kursi.
Inilah yang menjadi praktek epistemologi dalam kehidupan sehari-hari sama seperti benda-
benda lainnya.
A. Aksiologi menurut filsafat dakwah
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda dimana
sesuatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan nilai dengan menilai di satu pihak dan
dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain.
Contoh aksiologi memiliki ranah di antaranya yaitu tentang etika dan estetika. Apabila kita
sudah memahami dan mengetahui tentang suatu ilmu pengetahuan kemudian dilanjutkan
dengan kajian aksiologi, aksiologi ini yang akan membahas tentang manfaat yang
didapatkan dari ilmu pengetahuan tersebut yang didapatkan.
E, Perkembangan pemikiran filsafat dakwah
1.Periode Nubuat
Kegiatan dakwah pertama dari para nabi dan tujuan mereka yang Terbesar di setiap zaman
dalam setiap lingkungan adalah menegakan Keyakinan Tauhidullah dan beribadah hanya
kepada-Nya yang menjadi tugas Fitri kemanusiaan sebagai khalifah dan Abdi Allah di muka
bumi. Dan Disampaikan pula pesan utama tentang perjalanan hidup manusia, yaitu almabda
(asal kehadiran manusia), al-wasath (keberadaan manusia di alam Kesadaran duniawi), al-
ma’ad (tempat kembali mempertanggungjawabkan Tugas fitri kemanusiaan). Adapun tugas-
tugas kenabian dapat disimpulkan Dalam tiga perkara. Pertama, seruan untuk beriman
kepada Allah dan keEsaan-Nya. Kedua, iman kepada hari akhir dan balasan terhadap amal-
amal Pada hari itu. Ketiga, penjelasan hukum-hukum yang di dalamnya terdapat Kebaikan
dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
2.Periode al-Khulafa al-Rasyidun
Estapeta aktivitas dakwah dalam tataran teoritis dan praktis, Sepeninggal rasul terakhir
Muhammad saw dilanjutkan oleh pelanjutnya, Yaitu al-Khulafa al-Rasyidun (para pelanjut
yang memperoleh dan Melaksanakan Islam ingga bimbingan kehidupan). Pemikiran dakwah
yang Berkembang pada periode ini adalah metode naql dan aql secara seimbang Orientasi
utama pengembangan dakwah berupa futuhat yaitu konsolidasi dan Ekspansi Islam di
semenanjung Arabia dan sekitarnya.
.Periode Tabi’in
Bicara tentang tabi’in, Tabi’in adalah mereka yang hidup sesudah Generasi sahabat nabi.
Mereka adalah orang-orang yang mampu bersikap Bijak dalam menyalurkan kewajiban
dakwahnya. Tokoh pemikir dakwah (rijal al-dakwah) pada periode ini diantaranya adalah
Said bin Musayab, Hasan bin Yaser al-Bashri, Umar bin Abd al-Aziz dan Abu Hanifah. Umar
Bin Abd al-Aziz adalah seorang khalifah pada zaman Daulah Bani Umayah
4.Periode Tabi al-Tabi’in
Sebutan Tabii al-tabiin adalah ditujukan bagi generasi yang hidup Setelah tabiin yang
mendapat nilai keutamaan. Tokoh utama pada periode ini Yang tergolong rijal al-dakwah
Imam bin Anas, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hanbal. Periode a dan b dapat
dikategorikan pula sebagai periode Salaf, dan setelah periode salaf disebut periode Khalaf.
Kajiannya lebih Berorientasi pada syariat sebagai pesan dakwah. Adapun hikmah praktis
yang Dikembangkan
5.Pasca Periode Tabi’I al-Tabi’in
Pada periode ini dapat dikategorikan sebagai periode khalaf, suatu periode dengan 300
tahun setelah zaman nubuwah. Hikmah teoritis dan hikmah praktis dikembangkan dengan
metode penalaran yang pernah berkembang sebelumnya dengan ditandai munculnya
berbagai corak pemikiran di dalam berbagai bidang kajian keislaman sebagai hasil dari
akumulasi interaksi antarbudaya dalam perjalanan aktivitas dakwah sebagai aktualisasi dari
hikmah (pemikiran filosofis dakwah.
F.Hakikat manusia sebagai dai dan mad'u.

Pengertian da’i dan mad’u


Keberhasilan dakwah merupakan hasil Interaksi da'i dan mad'u dalam bentuk hubungan
yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, sehingga timbul kemungkinan-
kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing-masing secara
timbal balik.
Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Menurut Sayid quthub da’i pada dasarnya
penyeruan ke jalan Allah. Dalam Bahasa Arab da’i berasal dari kata da’a yang artinya
mengajak atau menyeru.
Sedangkan pengertian mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
penerima dakwah, baik sebagai indifidu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang
beragam islam maupuntidak atau secara keseluruhan manusia. Da’i adalah orang yang
melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara
individu, kelompok, atau lewat organisasi/Lembaga.Tugas seorang da’i
Berdakwah hukumnya wajib bagi setiap muslimin muslimat yang telah baligh. Jadi, kita
sebagai seorang muslim yang sudah baligh berkewajiban mengajak (berdakwah) kepada
masyarakat kepada kebaikan.
Gambaran umum seorang mad’u

Mad’u atau audiens memiliki berbagai karakter, seorang da’i yang baik haruslah mengerti kondisi
mad’unya, da'i tidak dapat memaksa mad’u agar mau menerima dakwahannya, tetapi da’i haruslah
menyesuaikan metode dakwahnya agar apa yang di dakwahkannya dapat diterima oleh mad’u
dengan ikhlas dan lapang dada.

proses dakwah sulit berhasil tanpa adanya analisa terhadap sasaran dakwahnya terlebih dahulu.
Sebagaimana diketahui, manusia bukanlah benda mati yang dapat diatur dan dibentuk tanpa
mengadakan respons balik. Tetapi manusia adalah makhluk hidup dengan segala esensinya, memiliki
akal, hati dan perasaan

terkadang seorang mad’u ada yang menerima dan ada pula yang menolak dakwah Oleh sebab itu
penting bagipendakwah memahami karakteristik mad’u yang berbeda-beda.

G.Dai dan kompetensinya.


Pengertian Da’i

Da’i adalah sebutan dalam Islam bagi orang yang bertugas mengajak, mendorong orang lain untuk
mengikuti dan mengamalkan semua ajaran yang tercakup dalam agama Islam. Seorang da’I disebut
juga dengan pendakwah. Kata da’I berasal dari Bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) berarti
orang yang mengajak, kalua munas (perempuan) disebut da’iyah. Da’I adalah orang yang
pekerjannya berdakwah. Para da’I menyalurkan ajaran Islam melalui berdakwah.

Unsur dakwah yang terpenting adalah pendakwah atau da’i. Da’i adalah isim fa’il dari kata kerja da’a,
yaitu orang yang mengajak, menyeru, memanggil, mengundang dan sebagainya. Pendakwah adalah
sebagai pengirim pesan (sender) kepada mad’u (receiver). Berikut ini skema kedudukan pendakwah
dan kaitannya dengan unsur-unsur dakwah lainnya menurut tinjauan ilmu komunikasi.

Kompetensi Da’i

Secara estimologi, kompotensi diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, sikap kerja dan keterampilan.
Kemampuan yang dimilki seseorang disebut dengan kompetensi. Kompetensi berasal dari Bahasa
Inggris yakni compotence yang berarti kecakapan, kemampuan. Kompetensi juga bearti kewenangan
untuk menentukan sesuatu.
Berdasarkan dari pendapat diatas dapat di pahami bahwa kompetensi adalah kemampuan, keahlian
wawasan atau ilmu yang harus dimiliki oleh seseorang individu kewenangan untuk menentukan
sesuatu atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal dengan kriteria yang
dijadikan acuan yang befektif ditempat kerja.

Pemahaman hakikat gerakkan dakwah: gerakkan dakwah adalah amar ma‟ruf nahi munkar dalam
menapilkan ajaran Islam ditengah-tengah masyarakat senantiasa dikembalikan pada sumber pokok
yaitu, AlQur’an dan al-Hadits. Gerakkan dakwah merupakan suatu alat, bukan tujuan. Perjuangan
untuk menegakkan amal shalih dizaman modern tidak mungkin dilakukan kecuali di organisasi yang
rapi dan modern.

Kompetensi da’i profesional

Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan profesional adaalah
orang yang alhi dalam bsebuah pekerjaan atau profesi. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia
profesional adalah (a) bersangkutan dengan profesi, (b) memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, dan (c) mengahruskan adanya pembayaran untuk melakukannya (Hamalik dalam
Riswadi, 2019: 18). Berdasarkan pendapat diatas dipahami bahwa profesioanal adalah yang
bersangkutan dengan profesi seseorang yang memerlukan kepadndaian khusus untuk
menjalakannya. Hal ini berarti kompetensi da‟i profesional adalah seorang juru dakwah yang
memiliki kompetensi yang ahli dalam berdakwah atau ahli dalam profesinya sebagai juru dakwah
atau disebut dengan da‟i. Merujuk pada teori komunikasi, da‟i merupakan komunikator, sedangkan
orang yang di ajak (mad‟u) disebut komunikan yang termasuk kategori pendakwah ialah mubaligh,
khatib, penceramah, penulis buku, majalah dan penulis bulletin islam.

H. Hakikat masyarakat sebagai obyek dakwah.

Anda mungkin juga menyukai