Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT MADDAH DALAM DAKWAH

Oleh: Pitriani Sebatik, Siti Nurjanah Fatonah, Utari Sawitri

A. Pendahuluan
Dakwah pada dasarnya merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan kondisi
keberagamaan seseorang atau istilah lain dapat dikatakan sebagai upaya menghidup
suburkan pola beragama manusia sesuai dengan tuntunan Allah dan rasulNya. Dengan
aktifitas dakwah maka pemahaman keagamaan seseorang akan lebih baik atau paling
tidak stabil sebab pada dasarnya dakwah berdampak kepada kesempurnaan iman,
keluhuran akhlak dan kesalehan amal seseorang hingga melahirkan kemulyaan hidup.
Maka dari itu dakwah sebenarnya menjadikan hidup beruntung dunia dan akhirat kelak
(Perhatikan Ali Imran 104). Untuk itu dalam mencapai tujuan akhir dakwah diperlukan
pemikiran yang jernih tentang hakekat dakwah berkaitan dengan hakekat keberadaan
manusia sebagai subtansi dari sistem dakwah.

Sistem dakwah dimaksudkan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek
sebagai komponen dakwah dan setiap aspek itu berkaitan antara satu dengan yang lainnya
sehingga sistem menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri. Keseluruhan dari pada
sistem itu berpengaruh terhadap kelangsungan dakwah itu bahkan dapat dikatakan bahwa
sistem dakwah adalah hakekat dakwah itu sendiri. Sebab bagian dari unsur dakwah pada
dasarnya merupakan komponen yang menentukan berlangsungnya dakwah itu. Di dalam
setiap unsur dakwah terdapat faktor manusia sebagai sentral dari setiap aspek dakwah itu
sebab manusia ada dalam subyek dan obyek dakwah.

Adapun unsur dakwah tersebut yakni da’i, mad’u ,Maddah, maqashid dan manhaj serta
bi’atul da’wah ditentukan oleh faktor manusia. Pada kajian kali ini penyaji akan lebih
memfokuskan pembahasan mengenai hakikat maddah dan bagaimana filsafat
memandang hal tersebut.

B. Pembahasan
1. Pengertian dan Teori Maddah
Pesan Dakwah atau Maddah al-Dakwah adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh
pendakwah kepada penerima pesan. Sumber pesan dakwah adalah Al-qur’an dan Hadist,
Ijtihad dan fatwa ulama. Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada
penerima ataupun pada seseorang kepada orang lain. Baik secara individu maupun
kelompok yang dapat berupa buah pikiran, keterangan, pernyataan dari sebuah sikap.
(Kamaluddin:38). Sedangkan pesan-pesan dalam dakwah Islam, yakni segala sesuatu
yang harus disampaikan oleh dai atau subjek dakwah kepada mad’u atau objek dakwah

1
mengenai keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah Maupun Sunnah Rasul-
Nya.
Pada hakikatnya, pesan merupakan hasil pengerjaan manusia terhadap suatu fakta. Data
dan peristiwa mengenai fenomena yang terjadi dengan tujuan untuk memberitahu
informasi, menyampaikan dan mendidik dengan tujuan agar seseorang dapat berubah
atas sifat, sikap dan perilakunya. Dalam istilah komunikasi, materi dakwah atau Maddah
Ad-Da’wah disebut dengan istilah message atau pesan (Hafidz:140).

Sementara Susanto Astrid dalam bukunya mengatakan bahwa pesan adalah ide, gagasan,
informasi dan opini yang dilontarkan seorang komunikator kepada komunikan yang
bertujuan untuk mempengaruhi komunikan kearah sikap yang diinginkan oleh
komunikator. Fathi Yakan dalam kitab “kaifa Mad’u Ilal Islami” menambahkan bahwa
maddah (Materi) dakwah yang berupa totalitas ajrana Islam tersebut harus dijelaskan
kepada mad’u tentang beberapa keistimewaannya yang berlainan dengan ajaran-ajaran
lain agar mereka terarik untuk mempelajri ajaran Islam tersebut.

Adapun untuk teori-teori pesan dakwah bisa dilakukan dengan mengambil teori yang ada
dalam ilmu komunikasi atau ilmu social lainnya. Kemudian teori tersebut diperkuat
dengan analisis dengan menggunakan sumber islam seperti Al-Qur’an, Al-Hadis atau
pemikirran para cendikiawan dan ilmuan muslim. Adapun teori-teori tersebut yakni:
1. Teori Retorika
Retorika merupakan teknik penyampaian pesan paling banyak digunakan dalam dakwah
islam dan telah memiliki sejarah yang panjang. Retorika menjadi seni untuk
menyampaikan pesan secara efektif, khususnya seni berpidato.
2. Teori Hermeneutika
Selain membangun sikap kritis mad'u terhadap pesan yang disampaikan, teori ini juga
bermanfaat dalam pengembangan pesan.

3. Teori Sanad
Beberapa prinsip yanag harus diambil dari kajian sanad hadits yaitu: Pertama,
ketersambungan pesan yang disampaiakan, pesan yang kurang jelas, terlalu banyak, dan
menggunakan kata-kata yang abstrak dan multitafsir merupakan sebagian dari faktor
yang menyebabkan pesan tidak sambung Kedua, kredibiltas memberi pesan. Dalam
menyampaikan hadis, kredibilitas perawi amat menentukan kualitas hadis, demikian juga
ketika teori tersebut digunakan, kualitas pesan banyak ditentukan oleh kapabilitas dan
pengalaman dari pemberi pesan. Pesan yang sama akan dimaknai berbeda dikarenakan
perbedaan pada kapabilitas seorang pemberi pesan. Ketiga, pesan yang diberikan tidak
boleh menyimpang dengan aturan yang ada.

2
4. Teori Filantropi
Teori filantropi sebagai tori pesan dakwah dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai
berikut:
a. Membangun persepsi yang positif di masyarakat, tentang peran dan efek dari prilaku
kedermawanan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
b. Mempraktikan dan member contoh kepada masyarakat tentang pelaksanaan filantropi
yang sesuai dengan ajaran islam.
c. Membentuk lembaga filantropi sebagai wadah untuk mengelola dan mendistribusikan
hasil penggalangan dana secara profesional.
d. Membuat strategi dan program yang menarik, sehingga masyarakat luas tertarik untuk
berpartisipasi dalam program filantropi.
e. Adanya kerajasama yang baik antara da' dan filantropi dan antara lembaga filantropi,
sehingga masyarakat lebih mengenal dan memahami konsep filantropi dan aplikasinya
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (basit 2013)

2. Hakikat Maddah dalam Dakwah


Manusia pada hakekat sebagai makhluk pilihan dan terbaik baik dalam pandangan filsafat
maupun agama. Diakui bahwa pada diri manusia terdapat kekuatan jiwa yang dapat
mengangkat derajat dan harkatnya sebagai pemegang amanah Allah, yakni pikiran dan
perasaan (hati). Pikiran bersumber pada akal yang secara kongkrit terletak pada
kemampuan otak sedangkan perasaan terletak pada hati dan merupakan kata hati sebagai
hasil penghayatan manusia terhadap sesuatu yang diahadapinya.

Manusia sebagai da’i harus mampu melaksanakan tugas dakwah yang diemban oleh
dirinya dengan memberikan materi kepada mad’u sebagaimana prinsip-prinsip dakwah.
Pada bagian ini penulis akan mencoba memaparkan bagaimana hakikat maddah pada
dakwah yang dilaksanakan oleh seorang da’i yakni;
a. Manusia dan Urgensi Dakwah
Meninjau manusia sebagai penerima pesan dakwah, (Safei:2017:29) menyebutkan bahwa
manusia pada dasarnya diciptakan dari unsur-unsur yang berbenturan. Dalam wujudnya,
Allah mencampurkan kebaikan dan keburukan. Hal ini merujuk pada Al-Qur’an yang
menyebutkan istilah lempung keras (shalshal kal fakhbar), lumpur hitam atau tanah busuk
(hamaa in masnun), tanah biasa (thin), dan debu (turab). Setelah tubuh dibentuk, maka
Allah meniupkan roh padanya yang kemudian jadilah manusia. Lumpur atau tanah busuk
diasumsikan sebagai sesuatu yang mendorong manusia pada hal-hal yang bersifat
duniawi. Sedangkan roh ilahiyah pada manusia dianggap sebagai sesuatu yang
mendorong pada kebaikan. Artinya dalam suatu waktu manusia dapat melakukan hal-hal

3
kebaikan dan mengutamakan hukum Allah. Namun dalam waktu yang lain, manusia juga
dapat berpotensi melakukan tindakan-tindakan yang jauh dari hukum Allah. Dari filosofis
tersebut, manusia memiliki dua sisi yang berlawanan. Selain sebagai makhluk terpuji, ia
pun dapat menjadi makhluk yang dikecam Allah.

Sayyid Qutub (dalam Ismail:2013) memandang dakwah sebagai sebuah usaha holistis
yaitu mewujudkan sistem islam dalam kehidupan manusia dari tatanan yang paling kecil
seperti keluarga hingga tatanan yang lebih besar seperti umat yang dijewantahkan
kedalam dua terminology amar ma’ruf dan nahyi munkar. Tujuan dari dakwah ini tidak
lain ialah membuat potensi kebaikan manusia lebih dominan daripada potensi keburukan
yang disebutkan sebelumnya. Hal ini disebutkan dalam al-Qur’an surat Al-Imron : 104

Dalam sumber yang sama, Alqur’an menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai
wakil Tuhan di bumi. Karenanya, Tuhan memberikan dua petunjuk kepada manusia
yakni pertunjuk jiwa yang terdiri dari akal sehat dan nurani, serta petunjuk agama. Maka
pada dasarnya, secara psikis manusia lebih cenderung kepada kebaikan dan
menginginkan kebaikan ini tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk oranglain.
Namun dalam kondisi tertentu manusia memilih melupakan naluriyah jiwanya itu dan
melupakan seruan jiwanya dan lebih condong kepada seruan keburukan. Maka salahsatu
tujuan dakwah dalam perspektif filosofis ialah mereset kembali kondisi disfungsi akal
dan nurani manusia agar kembali pada fitrah-fitrah kebaikan yang semestinya melalui
pesan-pesan dakwah.

b. Islam sebagai agama pemberi pesan dakwah


Thomas W. Arnold (Ismail, 2013) menjelaskan bahwa agama pemberi pesan dakwah
ialah agama yang memiliki kepentingan suci untuk menyebarkan pesan-pesan kebenaran.
Al-Qur’an dalam hal ini secara kontekstual memuat perintah-perintah seperti menyuruh
umat islam menyiapkan peran khusus sebagai da’i, atau mensyaratkan dakwah sebagai
suatu jalan untuk mewujudkan sistem kehidupan yang ideal. Hal ini berpijak pada jejak
kehidupan Rasulallah yang statusnya secara praktis dibaktikan untuk proses mengajak
manusia agar memegang teguh agama islam. Pun dengan para sahabat, hidupnya
dibaktikan untuk rangkaian proses penanaman nilai-nilai agama Islam.

Pesan dakwah tidak sama dengan propaganda, melainkan wujud dari bakti manusia
kepada Allah SWT. Idealnya, dakwah tidak boleh dikotori dengan kepentingan-
kepentingan khusus yang tidak relevan dengan konsep-konsep keuniversalan Tuhan
dalam pemikiran “Satu Tuhan untuk Semua”. Pertama, pesan dalam dakwah harus
disampaikan secara jujur atau dalam Bahasa Al-Qur’an disebut Al-Ballagh yakni

4
menyampaikan kebenaran secara transparan, apa adanya, dan jujur tanpa adanya unsur
manipulasi; Kedua, pesan dalam dakwah harus disampaikan secara terbuka atau
Tawadhu yakni mengakui keterbatasan diri dalam menyampaikan pesan, bersedia
menerima kritik dan menerima segala bentuk perbaikan demi kemaslahatan dakwah;
Ketiga, pesan dalam dakwah harus disampaikan dengan bebas tanpa adanya unsur
paksaan karena sejatinya manusia akan menyerap pesan dakwah hanya dalam keadaan
bebas dan ikhlas.

Dalam sumber yang sama, pesan kebenaran yang dituju dalam dakwah adalah kebenaran
yang dibawa manusia sejak ia dilahirkan, hal ini disebut dengan Fitrah Manusia. Maka
dakwah agama sejatinya hadir untuk menindak lanjuti sikap hidup manusia yang fitri itu
agar senantiasa kuat dan kukuh. Fenomena dekadensi moral atau zaman jahiliyyah di kala
itu membuat Rasulullah diutus untuk mendobrak sikap hidup yang tidak sesuai dengan
status kefitrian pada manusia. Jadi Islam tidak lain ialah sebuah sikap hidup yang
condong kearah kebenaran, dan kebenaran itu dikemas dalam sebuah proses panjang
yang disebut dengan dakwah. Maka islam dalam hal ini merupakan agama pembawa
pesan dakwah.

c. Dakwah dan Universalisme Islam


Menurut Ilyas Ismail, dalam al-qur’an Rasulallah diperintah untuk meneruskan risalah-
risalah langit. Namun, manifestasi risalah itu sangat beragam mengikuti tempat dan
zaman. Walaupun demikian, keragaman tersebut diikat oleh komitmen untuk berbakti
pada wujud yang satu yaitu Allah SWT, diantaranya ialah sikap pasrah. Maka makna
yang pertama, konteks keuniversalan islam ada dalam definisi bahwa islam merupakan
titik temu dari semua ajaran agama yang benar; Kedua, konteks universalisme islam
dapat ditinjau dari kelenturam ajarannya. Istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
hal ini ialah “al-islamu salih likulli zaman wa makan” (Islam itu layak untuk semua
waktu dan zaman). Dasar dari klaim kelenturan ajaran islam ini ada pada kenyataan
bahwa al-qur’an isinya hanya memberi gambaran-gambaran umum dan global atas
persoalan manusia. Isi keumuman penjelasan al-Qur’an tersebut memberikan ruang
kepada manusia untuk memberdayakan akal dan pikirannya agar senantiasa melangkah
lebih jauh melalui proses ijtihad sesuai dengan tantangan isu-isu kontemporer yang hadir.
Akibat dari kelenturan ajaran tersebut, maka islam di klaim sebagai agama yang
universal, dan keuniversalannya bisa diimplementasikan dalam sebuah gerakan dakwah.
Aplikasi-aplikasi keuniversalan islam dalam gerakan dakwah bisa diwujudkan melalui
prinsip-prinsip berikut :
a) Dakwah harus terbebas dari eksklusifitas dan kebekuan doktrinal.

5
b) Pesan yang disampaikan dalam dakwah tidak hanya pesan-pesan pokok saja. Artinya,
pesan-pesan lain seperti pesan kontemporer pun perlu di sampaikan agar mad’u
diberikan ruang untuk berpikir.
c) Dakwah harus memiliki tujuan untuk menjadikan seruannya diterima oleh semua
manusia. Hal ini dikarenakan kehidupan manusia itu bersifat dinamis atau cepat
berubah, serta plural atau beragam. Maka dakwah harus berorientasi kedepan dan
mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi manusia secara keseluruhan.
d) Pesan dalam dakwah harus mampu mengajak manusia kedalam atmosfer kehidupan
yang damai dan menghindari konflik atau pertentangan yang tidak penting antar
kelompok manusia. Untuk mewujudkan perdamaian tersebut diperlukan sebuah
norma atau hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini bertujuan
menghindarkan manusia dari gaya hidup atas kekerasan dan penindasan.
e) Pesan dalam dakwah harus mampu membuat manusia menjunjung dan menjadikan
norma islam sebagai aturan tak tertulis dalam setiap aspek hidupnya.

d. Pesan-Pesan dalam Dakwah


Istilah pesan dalam kamus adalah perkataan nasehat atau wasiat (Wahyu Ilahi:20), maka
disebut juga sebagai pesan-pesan dari dakwah itu sendiri yang disampaikan oleh seorang
da’i. Kata pesan sendiri berasal dari bahasa Inggris yakni massage yang memiliki arti
amanat. Maddah atau pesan dakwah sendiri yakni semua pernyataan yang bersumber dari
Al-Quran dan hadis baik disampaikan yang secara tertulis maupun lisan.

Dalam buku yang ditulis oleh Wahyu Ilahi, mengklasifikasikan pesan dakwah menjadi
tiga hal pokok yakni; masalah aqidah, syaariah dan akhlaq. Adapun pesan aqidah
meliputi Rukun iman. kepada Allah iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman
kepada rasul-rasul, Iman kepda hari akhir, Iman kepda qdha qadar. Sedangkan pesan
Syariah meliputi ibadah, thoharoh shalat dan muamalah. Adapun pesan akhlak meliputi
akhlak kepada Allah, sesama manuisa dan alam.

Sedangkan menurut komunikasi dakwah, yang disebut dengan pesan dakwah yakni
materi atau informasi yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u. Sedangkan dalam istilah
komunikasi pesan disebut juga sebagai massage content atau informasi. Berdasarkan cara
penyampaiannya, pesan dakwah dapat disampaikan secara langsung dan tidak langsung
menggunakan sarana atau media.

Adapun pesan spiritual dalam ajaran islam adalah perintah nasehat permintaan amanah
yang harus disampaikan kepada orang lain. sedangkan pesan dakwah adalah semua

6
pernyataan yang bersumber dari Alquran dan Al Hadits baik secara tertulis maupun
bentuk-bentuk pesan Risalah (Toto Tsamara:43).

Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. Adapun
yang menjadi maddah (materi dakwah) adalah ajaran Islam itu sendiri. Pada garis
besarnya ajaran Islam itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: pertama, masalah aqidah;
kedua, masalah ibadah (dalam arti khas). Ketiga, masalah muamalah (dalam arti luas) dan
keempat, masalah akhlak. Pada dasarnya pesan-pesan dalam dakwah harus
menyampaikan hal-hal yang merupakan pokok ajaran islam. Namun karena dakwah tidak
terbatas dalam konteks tabligh atau ceramah saja, maka dakwah harus mengarah pada
tantangan problematika masyarakat yang semakin dinamis, plural, dan egalitarian

Pesan dakwah dalam paradigma tabligh, biasanya berfokus pada hal-hal inti yang berisi
perintah dan larangan yang secara tekstual disebutkan dalam al-qur’an seperti solat,
zakat, puasa, larangan mencuri, larangan zina, larangan berjudi dan lain-lain. Pesan
dakwah dalam paradigma irsyad biasanya menyentuh pesan-pesan psikologis yang
merupakan masalah inti dari manusia itu sendiri. Secara umum, klasifikasi pesan dakwah
(dalam Sukayat:2015) meliputi :
1) Masalah Aqidah (keimanan)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah islamiyah. Aspek
aqidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh karena itu, yang
pertama dijadikan materi dalam dakwah islam adalah masalah aqidah atau
keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini mempunyai ciri-ciri
yang membedakannya kepercayaannya dengan agama lain
2) Masalah Syariah
Hukum atau syariah sering di sebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian
bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan
dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang
melahirkan peradaban islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam
sejarah.
Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau
memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum
yang bersifat wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
3) Masalah Mu'amalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu'amalah lebih besar
porsinya dari pada urusan ibadah. islam lebih banyak memerhatikan aspek
kehidupan sosial dari pada aspek kehidupn ritual. Islam adalah agama yang
menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Iabdah

7
dalam mu'amalah disini diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan
dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah swt. Cakupan aspek
mu'amalah jauh lebih luas dari pada ibadah.
4) Masalah Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti,
perangai, dan tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologi pembahasan
akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang
memengaruhi perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi al-Farabi tidak lain dari
bahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia
kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang berbagai
kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan
tersebut.
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam islam pada dasarnya
meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi
kejiwaannya. Akhlak dalam islam bukanlah norma ideal yang tidak dapat
diimplementasikan, dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari kebaikan
norma sejati.

C. Kesimpulan
Pesan dakwah sama halnya dengan pokok-pokok ajaran Islam banyak klasifikasi yang
diajukan para ulama dalam memetakan Islam pesan dakwah islam atau segala sesuatu
yang harus disampaikan oleh subjek kepada objek dakwah keseluruhan materi dakwah
pada dasarnya bersumber pada dua pokok ajaran Islam yang pertama bersumber pada
Alquran dan yang kedua bersumber pada hadis. Kegiatan dakwah dapat dikatakan juga
sebagai kegiatan komunikasi di mana seorang da’i mampu mendekomunikasikan sebuah
pesan dakwah kepada mereka baik secara perorangan maupun kelompok dengan tujuan
agar mengubah pemikiran perasaan hingga perilaku dari kondisi yang buruk ke kondisi
yang lebih baik.

8
Daftar Pustaka

Abdul Basit.2013. Filsafat Dakwah.Jakarta:Rajawali Pers.

Drs. H. Hafi Anshari. 200, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya:Al-Ikhlas

Muhammad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an, (Cairo: Dar Al-
Kutub Al’Arabiyah),

Prof. Dr. H. M. Bahri Ghazali, MA, 2017. Filsafat Dakwah; Panduan Perkuliahan Efektif; Edisi
Revisi. Babdar Lampung: Harakindo Publishing

Toto tsamara.2000 Komunikasi dakwah . Jakarta Gaya Media Pratama.

Sukayat, Tata.2015. Ilmu Dakwah. Simbiosa Rekatama Media. Bandung.

Ismail, Ilyas. 2013. Filsafat Dakwah. Kharisma Putra Utama. Jakarta.

Safei, AA. 2017. Sosiologi Islam.Bandung: Deepublish

Susanto Astrid, 200. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung : Bina Cipta,
Wahyu ilahi. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai