Anda di halaman 1dari 7

NAMA: MUHAMMAD ILHAM REZA AL RASYID

NIM: 50500119058

JURNALISTIK B

FILSAFAT DAN TEORI DAKWAH


(Aguswandi, S.Sos., M.I.Kom)

KAJIAN ILMU DAKWAH

1. DEFINISI ILMU DAKWAH

Dakwah, secara bahasa berati seruan panggilan, undangan atau do’a.


sedangkan secara istilah sesuai dengan yang diungkapkan dalam Q.S an Nahl :
125. Yaitu mengajak manusia kepada jalan Allah secara menyeluruh, baik
dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar muslim
dalam mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi,
keluarga, masyarakat, dalam semua segi kehidupan secara komprehensip
sehingga terwujud khoirul Ummah.

Ilmu dakwah adalah ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk
menarik orang lain supaya menganut, menyetujui, mengikuti, atau
melaksanakan suatu ideology, paham, agama, atau pendapat.Orang yang
menyampaikan dakwah disebut da’i, dan yang menjadi objeknya disebut
mad’u.

2. SIGNIFIKASI ILMU DAKWAH

Signifikasi ilmu dakwah erat kaitannya dengan paradigma masyarakat.


Pandangan masyarakat akan diarahkan kepada nilai-nilai positif yang
beraasal dari islam. Dalam hal ini, dakwah islam diperlukan keberadaan bagi
perkembangan masyarakat yang sedang berubah tata nilainya, agar mereka
bisa mengenal dan berpikir bagaimana dapat bertindak dengan ajaran islam.
Dalam kenyataan antara dakwah islamiyah dengan realitas sosio-
kultural selalu saling mempengaruhi. Pada satu segi dakwah islamiyah
mampu memberikan output (hasil atau pengaruh) terhadap lingkungannya,
dalam arti dapat memberikan dasar filosofis, arah, motivasi dan pedoman-
pedoman perubahan masyarakat. Sehingga mewujudkan masyarakat baru
dengan konfigurasi budaya yang berwarna dengan islam. Di lain pihak
dakwah islamiyah dipengaruhi oleh perubahan masyarakat dalam
eksistensinya, corak dan gayanya serta arah yang dituju. Hal ini berarti
aktualitas dakwah dipengaruhi ayau ditentukan oleh sistem sosio-kultural.
Dengan aplikasi tersebut jelaslah peran dakwah islamiyah dalam membentuk
masyarakat yang ideal yang dicita-citakan dalam kehidupan masyarakat yang
sedang terjadi pergeseran tata nilai.

3. OBJEK ILMU DAKWAH

Didalam ilmu dakwah memiliki beberapa obyek yaitu objek material dan objek
formal. Beberapa sarjana mencoba membuat rumusan objek ilmu dakwah
tersebut.

1.      Obyek material


Yaitu semua aspek ajaran Islam, hasil ijtihad dan realisasinya terhadap
system pengetahuan, teknologi, social, hukum, ekonomi, pendidikan. Terdiri
dari:
a.       Pendakwah
“seperti kita ketahui pendakwah adalah penyampai sesuatu pesan
kepada orang lain baik keagamaan ataupun lainnya. Yang mempunyai tujuan
mengajak manusia untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini objek ilmu dakwah adalah si pendakwahitu harus
mampu menguasai materi-materi yang ingin disampaikan, seperti menguasai
al-qur’an, hadist, ijma’, qiyas, sejarah, dll. Dengan menguasai semua ini,
pendakwah akan lebih mudah untuk mendakwahkan apa yang diinginkannya.
Kemudian si pendakwah juga harus mempunyai sifat-sifat terpuji, seperti:
jijur, Amanah, Sopan, dapat membaca keadaan, mudah tersenyum, sabar,
ikhlas, dll.
b.      Mitra Dakwah
“Mitra berarti teman, dapat diartikan juga dengan orang yang
mendengarkan dakwah, disini mitra dakwah sangat membantu proses
jalannya dakwah itu sendiri, karena bagaimanapun hebatnya da’i. apapun
yang disampaikan, tanpa adanya pendengar, saya kira tidak ada faidahnya.
Dengan demikian mitra dakwah termasuk dalam unsur-unsur objek dakwah.
c.       Metode Dakwah
Metode adalah cara penyampaian sesuatu kepada audien dengan
menggunakan cara sebaik mungkin, pada zaman Rasulullah, tatkala beliau
mengembangkan ajaran islam mula-mulanya dengan sirriyah (sembunyi-
sembunyi), karena pada masa itu islam masih dianggap asing, penduduk-
penduduk mekah masih menyembah berhala, tetapi setelah islam sudah
banyak pengikutnya barulah rasulullah mendakwah kan islam secara terang-
terangan. Jadi metode (cara-cara) termasuk dalam objek ilmu dakwah karena
agar orang yang mendengarkan dakwah dapat menerima dan memahami apa
yang telah disampaikan.
d.      Pesan Dakwah
Seorang pendakwah, tujuan utamanya adalah menyampaikan materi-
materi (pesan) kepada mad’ulah (orang yang mendengarkan dakwah), dalam
hal ini pendakwah harus dapat mengetahui pesan apa yang harus
disampaikan agar mad’ulah dapat menerima dengan baik dan mudah
dipahami. Agar pesan dapat diterima dengan baik , Da’i harus menguasai
paling sedikit 7 perkara:
1.      Harus mampu berbahasa dengan baik
2.      Pesan yang disampaikan tidak terlalu panjang
3.      Pesan tidak terlalu singkat
4.      Pesan sesuai keadaan/kejadian
5.      Pesan tidak mengandung perpecah belahan
6.      Pesan mempunyai referensi
7.      Pesan tidak memojokkan orang lain
e.       Media Dakwah
Media dakwah adalahalat-alat yang digunakan untuk memudahkan
bagaimana da’i mudah mentransfer pesan-pesan dakwah kepada mad’ulah.
Banyaka alat media yang terdapat pada zaman sekarang yang dapat
membantu kelancaran mensosialisasikan pesan-pesan, media ini terbagi
menjadi dua yaitu:

1.      Media cetak, seperti surat kabar, majalah, spanduk, bulletin, dll.
2.      Media elektronik, televise, internet, visual, vcd, dll.

2.      Obyek Formal

Objek forma kajian ilmu dakwah adalah kegiatan manusia yang


memihak dan menerapkan ke dalam segi-segi kehidupan umat manusia,
ajaran Islam sebagaimana dipahami dari sumber-sumber pokoknya, termasuk
nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan upaya yang menjadi objek forma ilmu
dakwah itu berfungsi untuk mengembalikan manusia dalam garis fitrah
mereka. Secara kategoris objek forma ilmu dakwah itu terlihat dalam gambar
berikut ini:
Perilaku keagamaan adalah ruang terjadinya persentuhan antara objek
material ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu sosial. Perilaku keislaman adalah
ruang persentuhan objek material ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu keislaman.
Sedangkan perilaku teknologis adalah ruang persentuhan objek material ilmu
dakwah dengan penerapan ilmu teknologi untuk kesejahteraan manusia
(seperti teknologi komunikasi). Bentuk-bentuk empirik dari apa yang menjadi
objek forma kajian ilmu dakwah itu meliputi antara lain ajakan untuk
membela dan menerapkan kebenaran melalui media lisan, tulisan, perbuatan
nyata, pengorganisasian terhadap berbagai kegiatan pembelaan dan
pengaplikasian kebenaran serta pengelolaan lembaga-lembaga yang berkaitan
dengan berbagai kegiatan tersebut. Secara kategoris objek forma ilmu dakwah
adalah ruang persentuhan antara perilaku keagamaan, perilaku keislaman
dan perilaku teknologis dalam dimensi ruang dan waktu. Secara terperinci,
objek forma ilmu dakwah itu terdiri dari realitas dakwah berupa proses
interaksi unsur-unsur dakwah.

4. LANDASAN ILMU DAKWAH: ONTOLOGIS, EFISTIMOLOGI, DAN AKSIOLOGI


A. Landasan Ontologi Ilmu Dakwah

Ontologi adalah cabang metafisika mengani realitas yang berusaha


mengungkap ciri-ciri segala yang ada, baik ciri-ciri yang universal,
maupun yang khusus.ontology suatu telaah teoritis adalah himpunan
terstruktur yang primer dan basit dari jenis-jenis entitas yang dipakai
untuk memberikan penjelasan dalam seperti itu, jadi landasan ontology
suatu pengetahuan mengacu apa yang digarap dalam penelaahannya,
dengan kata lain apa ynag hendak diketahui melalui kegiatan penelahan
itu.

Seperti disebut diatas yaitu bahwa landasan ontology adalah


menelaah apa yang hendak diketahui melalui penelahan itu, dengan
kata lain apa yang menjadi bidang telaah ilmu dakwah. Berlainan
dengan agama, maka ilmu dakwah mengatasi dirinya kepada bidang-
bidang yang bersifat empirik dan pemikiran objek ini tentunya
berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, sosial, kehidupan agama,
pemikiran budaya, estetika dan filsafat yang dapat diuji atai diverifikasi.
Ilmu dakwah mempelajari dan memberikan misi yang berkaitan dengan
Islam bagi kehidupan manusia.

A. Ladasan Epitimologi Ilmu Dakwah

Secara umum, epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan


mengenai hakikat ilmu, ilmu sabagi proses adalah usaha pemikiran yang
sistematis dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat
pada suatu objek kajian ilmu. Pertanyaan mengenai apakah objek kajian ilmu
itu dan seberapa jauh tingkat kebenaran yang bisa dipakai dalam kajian ilmu,
kebenaran objektif, subjektif, absolut dan relatif, merupakan linkup serta
medan kajian epistimologi in general.

Secara keilmuan epistimologi mempunyai kedudukan yang


sesungguhnya jauh lebih mendasar yakni menurut landasan, batas-batas dan
bahkan basis keshohihan pengetahuan dari akarnya sampai dengan melewati
dimensi fisiknya sebagai cabang dalam filsafat epitimologi secara khusus
membahas tentang teori ilmu pengetahuan. Istilah epistimologi berasal dari
bahasda yunani, yakni episteme dan logos diartikan sebagai pengetahuan atau
kebenaran, sedangkan logos diartikan sebagai pikiran, kata, teori. Dengan
demikian secara etimolgi dapat diartiakan pula sebagai teori pengetahuan
yang lazim dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan atau juga
teori pengetahan.

B.   Landasan Aksilogi Ilmu Dakwah

Aksiologis berarti teori tentang nilai, dalam kaitannya dengan Ilmu


Dakwah yang secara etimologis berarti panggilan/ajakan untuk memahami
kebenaran (teologis) Islam, maka nilai kebenaran mendasar merupakan
landasan aksiologis bagi pengembangan dakwah. Kedudukan dakwah sebagai
ilmu, dapat ditemukan pada argument yang dapat menjawab sejauh mana
dakwah memiliki kriteria sebagai ilmu. kriteria tersebut mencakup : pertama,
sejauh mana dakwah memiliki argumen atas struktur yang jelas dari ilu yang
menyampaikan dan mengjak orang untuk mengakui kebenaran teologis
tertentu. Kejelasan struktur manjadi sangat penting, karena kebenaran yang
hendak disampaikan oleh Ilmu dakwah pada dasarnya merupakan kebenaran
transendental yang sering ‘tidak terjangkau’ oleh sudut pandang ilmiah yang
secara mayoritas dianut oleh ilmuwan itu sendiri. Kedua, menyangkut
kejelasan Ilmu dakwah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
sisitematik. Ketiga, menyangkut pertanggungjawaban metodologis dakwah
sebagai Ilmu. setiap ilmu pengetahuan disamping harus dapat menjelaskan
apa yang menjadi obyek kajiannya atau obyek materialnya,juga harus dapat
mempertanggungjawabkan sudut pandang atau obyek formal yang dipakai
memahami obyek kajiannya. Keempat, sejauh mana dakwah sebagai ilmu
dapat mempertanggungjawabkan produk-produknya berangkat dari proses
logika yang jelas keterkaitan antara premis dan kesimpulannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditegaskan, bahwa yang menjadi


landasan aksiologi ilmu dakwah adalah nilai-nilai kebenaran teologisyang
bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah yang harus diimplementasikan
dalam realitas kehidupan sosial, sehingga nilai-nilai tersebut menjelma sebagi
‘’rahmatan li al-alamin’’

Anda mungkin juga menyukai