Ditinjau dari segi bahasa Dawah berarti ; panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk
perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja
(fiil)nya berarti ; memanggil, menyeru atau mengajak (Daa, Yadu, Dawatan). Orang yang
berdakwah bisa disebut dengan Dai dan orang yang menerima dakwah atau orang yang
didakwahi disebut dengan Madu.
Secara konseptual, dakwah dipahami oleh para pakar secara beragam. Ibnu Tamiyyah
misalnya, mengartikan dakwah sebagai proses usaha untuk mengajak masyarakat (madu)
untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya sekaligus mentaati apa yang diperintahkan oleh
Allah dan rasul-Nya itu. Sementara itu Abdul Munir Mulkhan mengartikan dakwah sebagai
usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu
maupun masyarakat.
Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berdakwah atau
mensosialisasikan ajaran Islam kepada objek dakwah (masyarakat) dengan berbagai
pendekatan agar nilai-nilai ajaran Islam dapat direalisasikan dalam realitas kehidupan,
dengan tujuan agar mendapat ridha Allah SWT.
Menurut pendapat Ismail Al Faruqi kegiatan dakwah merupakan usaha dalam
berfikir, berdebat atau menyanggah. Ia merupakan produk paling akhir dari proses kritis
intelektual. Sehingga isi dakwah tidak sekedar apa yang diketahui dan disajikan. Isi dakwah
adalah kebenaran yang diterima secara tulus dan pembenarannya yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan atas beberapa alternatif.
Lebih jauh Ismail Al Faruqi menambahkan bahwa dakwah adalah suatu proses kritis
dari rational intelection berdasarkan sifatnya yang tidak pernah dogmatis, dan tidak pernah
didasarkan atas kewenangan seseorang atau suatu tradisi. Dakwah Islam adalah suatu bentuk
penyajian terhadap hasil penilaian kritis bagi nilai-nilai kebenaran, sebuah preposisi, sebuah
fakta metafisik dan etik serta relevansinya bagi manusia. Ia tidak akan pernah membawa
manusia pada suatu yang menyalahi fitrah manusia. Dakwah Islam memihak pada
kebenaran, al-haq dan maruf karena kebenaran, al-haq dan al-maruflah yang sesuai dengan
fitrah manusia.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dakwah secara essensial bukan hanya berarti
usaha mengajak madu beriman dan beribadah kepada Allah, tetapi juga bermakna
menyadarkan manusia terhadap realitas hidup yang harus mereka hadapi berdasarkan
petunjuk Allah dan RasulNya.
Pada perkembangannya, seperti halnya ilmu lain, Ilmu Dakwah pun mengalami
perkembangan yang diantaranya ditandai oleh peranan-peranan ilmu lain. Seperti halnya
ilmu Sosial, Antropologi, hingga ilmu politik yang kental dalam perkembangan segmentasi
Dakwah dalam bentuk Takwir dan Tadhbir, hingga ilmu psikologi dan ilmu komunikasi
yang kental dengan dimensi Irsyad dan Tabligh. Yang terakhir disebut, adalah kajian ilmu
yang dalam kesempatan ini akan menjadi focus utama bagaimana kontribusinya dalam
perkembangan ilmu dakwah, baik berupa konsep hingga pada praktik dakwah itu sendiri.
Hubungan Dakwah dan Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari istilah
Latin communication, bersumber dari bersumber dari communis yang berari sama.
Sama disini adalah dalam pengertian sama makna. Kounikasi minimal harus memilikui
kesamaan makna antara kedua belah pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena
kegiatan itu tidak bersifat imformatif saja ,yakni agar orang mengerti dan tahu, tetapi juga
persuasif, yaitu agar orang bersedia dn menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan
suatu kegiatan dan lain-lain.
Secara sederhana komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu.
Dalam pelaksanaanya komunikasi dapat dilakukan secara primer (langsung) maupun secara
sekunder (tidak langsung).
Komunikasi efisien berhubungan dengan pemanfaatan atau optimalisasi waktu dan
biaya dalam pertukaran informasi. Komunikasi dapat dikatakan efisien jika pesan yang
disampaikan melalui suatu saluran lebih murah dibandingkan melalui saluran lain, tanpa
mengurangi esensi atau inti dari informasi tersebut. Sedangkan komunikasi efektif
merupakan komunikasi yang mengandung pengiriman informasi dari komunikator kepada
komunikan secara cermat dan tepat, sehingga kedua pihak memahami makna yang
terkandung dalam informasi tersebut. Komunikasi efektif tergantung pada penggunaan
bahasa yang sesuai, kejelasan makna, dan media yang digunakan.
Dakwah sebagai proses informasi nilai-nilai keislaman membutuhkan apa yang
dinamakan proses pengkomunikasian. Kandungan ajaran islam yang didakwahkan
merupakan sekumpulan pesan-pesan yang dikomunikasikan kepada manusia. Disinilah
berlaku pola proses dakwah dengan proses komunikasi. Apalagi bahwa ajaran-ajaran
keagamaan tidak semuanya berupa bentuk keterangan yang gamblang. Sebaliknya
kebanyakan pesan keagamaan justru berupa lambang-lambang atau simbol-simbol yang
harus diuraikan dan diinterpretasikan, agar dapat dipahami oleh manusia.
Menurut Osgood, proses komunikasi ditinjau dari peranan manusia dalam hal
memberiinterpretasi (penafsiran) terhadap lambang lambang tertentu (massage=pesan).
pesan-pesandisampaikan (encode) kepada komunikan (dalam bahasa dakwah disebut mad'u)
untuk kemudianditafsirkan dan selanjutnya disampaikan kembali kepada pihak komunikator,
dalam bentuk pesan-pesan baik berupa feedback atau respons tertentu sebagai efek dari
pesan yang dikomunikasikan.Jika dianalisa keseluruhan proses dakwah, maka dapat dilihat
bahwa terjadi keselarasan antara proses komunikasi dengan proses dakwah. maka wajar saja
jika banyak orang yang mengatakan bahwa proses dakwah adalah proses komunikasi itu
sendiri. tentu yang dimaksud adalah proses komunikasi keagamaan. Dakwah dalam kerangka
proses komunkasi inilah yang didalam berbagai istilah islam disebut sebagai tabligh, yang
menjadi inti dari komunikasi dakwah.
Tabligh berkaitan dengan sifatdan dan fungsi utama Rasul, jadi tabligh ini tidak
hanya diartikan sebagai menyampaikan pesan keagamaan saja, apalagi dibatasi dengan
penyampaian secara lisan. Sehingga istilah tabligh disininampaknya lebih pas jika diartikan
sebagai proses penyampaian pesan atau risalah keagamaan,melalui berbagai metode,
bermacam media, dan mencakup materi-materi keagamaan umumnya,sehingga manusia
yang menjadi sasarannya dapat menerima dan memahami pesan dari tabligh tersebut, baik
dalam bentuk feedback langsung (menolak atau menerima), atau responsi perbuatan
langsung.
Di antara keduanya terdapat satu persamaam yang tak dapat dipungkiri lagi. Adapun
mengenai perbedaan antara komunikasi dan dakwah dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
DAKWAH
KOMUNIKASI
merupakan
informasi atau
proses
ide atau
Tahap ini merupakan pertengahan antara tahap konvensional dan tahap berikutnya, yaitu
tahap ilmiah. Pada tahap ini , dakwah yang ada dalam tahap konvesional diatas sudah
dibicarakan secara khusus oleh berapa kalangan, sehingga muncul beberapa literature
yang secara khusus membahas dakwah. Selain itu, tahap ini juga ditandai dengan adanya
perhatian masyarakat yang lebih luas terhadap permasalahan dakwah islam. Hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya penyelanggaraan seminar, diskusi, serasehan. Dan
pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya yang secara khusus membicarakan masalah yang
berkenaan dengan dakwah. Gejala-gejala proses keilmuan dakwah mulai terlihat dalam
tahap ini, sehingga ia menentukan tahap selanjutnya.
3. Tahap ilmiah
Pada tahap ini, dakwah telah berhasil tersusun sebagai ilmu pengetahuan dan telah
memenuhi beberapa persaratan pokoknya, yaitu, yaitu objektif, metodik, universal, dan
sistematis. Ini adalah berkat jasa para ulama dan para sarjana muslim yang telah mengkaji
secara serius, baik dalam penelitian lapangan maupun penelitian keperpustakaan. Kajian
mereka menghasilkan teori-teori dakwah. Dengan teori yang kuat, masyarakat mendirikan
sarana dan prasarana pengembangannya melalui institusi perguruan tinggi.
Pada tahap ketiga inilah, Dakwah sebagai metodologi bersentuhan dengan ilmu-ilmu
lain. Seperti halnya ilmu Komunikasi, yang memberikan kontribusinya terkait konsep
komunikasi Antar Personal hingga Komunikasi massa, sehingga menjadikan mekanisme
yang sistematis pada kegiatan dakwah itu sendiri.
Peran Komunikasi Antar Personal
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh
satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera). Pada
hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan
komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,
pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus
balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada
saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya
positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Komunikasi interpersonal sangat penting dalam sebuah pelaksanaan Dakwah dalam
bentuk Irsyad (Bimbingan Konseling). Dalam bentuk dakwah ini, Komunikasi Interpersonal
mempunyai beberapa tujuan. Seperti :
1. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi.
Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar
banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Salah satu produk dari komunikasi Massa adalah teknologi Komunikasi. Dengan
memanfaatkan teknologi komunikasi praktik dakwah bisa dilakukan dengan bersifat massa,
dan tentu saja dengan efektifitas yang lebih dibanding dengan praktik dakwah yang bersifat
konvensional.
Teknologi komunikasi seperti halnya internet, hari ini menjadi sebuah kemanfaatan
bagi kegiatan dakwah ini sendiri. Dibandingkan media dakwah yang lain, setidaknya internet
memiliki tiga keunggulan. Pertama, karena sifatnya yang never turn-off (tidak pernah
dimatikan) dan unlimited access (dapat diakses tanpa batas). Internet memberi keleluasaan
kepada penggunanya untuk mengakses dalam kondisi dan situasi apapun. Kedua, Internet
merupakan tempat yang tepat bagi mereka yang ingin berdiskusi tentang pengalaman
spiritual yang mungkin tidak rasional dan bila dibawa pada forum yang biasa akan
mengurangi keterbukaannya. Para saintis biasanya merasa terbatasi oleh koridor ilmiah
untuk mengekspresikan suatu pikiran atau pengalaman. Internet menyediakan ruang yang
mengakomodasi keinginan mereka untuk merasa bebas membicarakan sesuatu yang di luar
kelaziman ilmiah. Ketiga, sebagian orang yang memiliki keterbatasan dalam komunikasi
sering kali mendapat kesulitan guna mengatasi dahaga spiritual mereka. Padahal mereka
ingin sekali berdiskusi dan mendapat bimbingan dari para ulama. Sementara itu ada sebagian
orang yang ingin bertanya atau siap berdebat dengan para ulama untuk mencari kebenaran
namun kondisi sering tidak memungkinkan. Internet hadir sebagai kawan (atau lawan)
diskusi sekaligus pembimbing setia. Para ulama seharusnya dapat menggunakan internet
sebagai media efektif untuk mencapai tujuan dakwahnya.
REFERENSI
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
)
Drs. H. Munzier Suparta, M.A, Metode dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2003)
H.S. Prodjokusumo,Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang, dalam tuntunan tablig 1, (
Yogyakarta:Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997 )
Jalaludin Rakhamat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung : Remaja Rosdakarya. 1994 )
http://kpifakultasdakwah.wordpress.com/2010/03/27/komunikasi-jalaludin-rahmat