Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

PRESENTASI DIRI PENYIAR RADIO


(Studi Dramaturgi pada Afif Akbar Penyiar OZ Radio Bandung
dan Nexa Paisan Penyiar Ardan Radio Bandung)

USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti Sidang Usulan
Penelitian

Oleh:

Rizal Ahmad Fauzi

10080015034

Manajemen Komunikasi

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019
ABSTRAK
Tiap orang memiliki panggungnya masing-masing baik itu panggung depan
(front) ataupun panggung belakang (back). Front mencakup setting, personal front
(penampilan diri), expressive equipment. Sedangkan bagian back adalah the self,
yaitu semua kegiatan yang tersembunyi. Salah satu contoh penggunaan kedua
panggung tersebut ialah seorang penyiar radio, karena dibalik pekerjaan seorang
penyiar sering kali kita tidak mengetahui, apakah yang ditampilkan seorang penyiar
pada saat bekerja merupakan karakter pribadi aslinya atau merupakan tuntutan
pekerjaan.
Afif Akbar sebagai penyiar OZ Radio Bandung dan Nexa Paisan sebagai
penyiar Ardan Radio, keduanya memiliki peran yang dimainkan baik di panggung
depan maupun di panggung belakang. Mereka memiliki karakter yang berbeda baik
penampilan diri ketika on air maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Perbedaan
karakter tersebut, terjadi karena adanya tuntutan dari masing-masing radio untuk
keberhasilan program acara yang dibawakan.
Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) Untuk mengetahui panggung depan
seorang Afif Akbar dan Nexa Paisan, (2) Untuk mengetahui panggung belakang
seorang Afif Akbar dan Nexa Paisan, (3) Untuk mengetahui impression
management seorang Afif Akbar dan Nexa Paisan. Pendekatan pada penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode dramaturgi. Pemilihan
sampling di sini dengan menggunakan teknik purposive dimana subjek dipilih
dengan menyesuaikan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
antara lain menggunakan wawancara mendalam, observasi, dokumen, studi
kepustakaan dan sumber internet.

Kata Kunci: Dramaturgi, Radio, Penyiar Radio.

i
ABSTRACT
Everyone has their own set, whether it’s the front stage or the backstage. The
front stage features the setting, the appearance of the self, expressive equipment.
As for the backstage is the self, which is all the hidden activity. Another example of
the use of both sets is an announcer, because the work of an announcer is often
unknown, whether an announcer shows while at work is a personal character or a
demands of the job.
Afif Akbar as an announcer OZ Radio Bandung and Nexa Paisan as an
announcer Ardan Radio, both of them have roles to played in both the front and the
back. They have difference characteristics both of their appearance on air and
everyday life. The difference in chacarter, comes from the demands of each radio
for the success of the program.
The purpose of the research: (1) to find out the front stage of Afif Akbar and
Nexa Paisan, (2) to find out the back stage of Afif Akbar and Nexa Paisan, (3) to
find out the impression management of Afif Akbar and Nexa Paisan. We implement
qualitative with method dramaturgi fot this research. Purposive method is used for
sample taking where the subject is choosen according to research objective. Data
collection taken by interview, observation, literature study and internest sources.

Keywords: Dramaturgi, Radio, Announcer.

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian ...................................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian ............................................. 7
1.2.1 Fokus Penelitian ............................................................................ 7
1.2.2 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian.....................................................................................8
1.4.1 Kegunaan Teoritis ......................................................................... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis .......................................................................... 9
1.5 Setting Penelitian ...................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis ...................................................................... 11

2.2 Tinjauan Teoritis ............................................................................................. 19

2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian...................................................................... 32

3.1.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 32

3.1.2 Pendekatan Penelitian ........................................................................... 33

3.2 Subjek Penelitian............................................................................................. 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 34

iii
3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 36

3.5 Uji Keabsahan Data......................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 31


Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Flow Model) ....................... 37

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2 Riwayat Hidup Penyusun UP ................................................... 43

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Setiap orang dalam menjalankan profesinya memiliki peran yang dimainkan

untuk menunjang panggungnya guna memberikan kesan kepada khalayak. Pesan

yang dibentuk juga bertujuan untuk membentuk self image dari orang tersebut serta

dapat memberikan kesan tersebut agar selalu diingat oleh khalayak.

Pengelolaan kesan juga secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah

teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain

dengan cepat dengan mengungkapkan aspek yang dapat menguntungkan diri

sendiri atau tim. Menurut Goffman, Impression Management erat kaitannya dengan

sebuah permainan drama, dimana aktor pelakunya dibentuk oleh lingkungan dan

target penontonnya. Tujuannya tak lain ialah untuk memberikan penonton sebuah

kesan yang konsisten yang dilandasi tujuan yang diinginkan oleh aktor itu sendiri.
1

Seringkali sang aktor tersebut tanpa sadar melakukan pengelolaan kesan

(Impression Management), namun tak jarang pula aktor tersebut dengan sengaja

melakukan pengelolaan kesan (Impression Management) tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak individu yang melakukan pengelolaan

kesan khususnya bagi individu yang menjalani suatu profesi yang berkaitan dengan

khalayak ramai. Kesan tersebut dibentuk untuk menunjukan citra dari orang yang

1
https://www.12manage.com/description_goffman_impression_management.html

1
2

melakukan kesan tersebut. Salah satu profesi yang melakukan pengelolaan kesan

ialah penyiar radio.

Penyiar radio adalah petugas penyiaran radio yang menyiarkan suaranya

melalui transmisi radio. Seorang penyiar radio memperkenalkan dan membahas

berbagai hal seperti musik, mengadakan wawancara yang turut melibatkan

panggilan pendengar, atau menyampaikan berita, ramalan cuaca, perkembangan

olahraga atau informasi lalu lintas. 2 Adapun menurut M. Habib Bari dalam

bukunya Teknik dan Komunikasi Penyiar Televisi-Radio-MC, penyiar adalah

seorang yang bertugas menyebarkan (syiar) suatu atau lebih informasi yang

terjamin akurasinya dengan menggunakan radio dengan tujuan untuk diketahui oleh

pendengarnya, dilaksanakan, dituruti, dan dipahami. Prof. Onong Uchjana Effendy

dalam bukunya Radio Siaran: Teori dan Praktek mengatakan, penyiar adalah orang

yang menyajikan materi siaran kepada para pendengar.

Berdasarkan penjelasan tentang pengertian di atas, adapula pembagian

kategori dalam penyiar antara lain; (1) Berita atau Narator Informasi, artinya

penyiar tersebut hanya berfungsi sebagai pewarta atau pembaca berita ; (2) Hiburan,

penyiar tersebut berfungsi sebagai penghibur dalam gaya siarannya. Biasanya

penyiar kategori ini ditempatkan pada format acara variety show (ragam penyajian

siaran) ; (3) Obrolan atau Perbincangan, biasanya penyiar jenis ini tampil secara

berdua dengan membahas topik-topik yang sedang actual atau masalah yang ringan

namun tetap menarik ; (4) Program Musik atau DJ, penyiar seperti ini harus

2
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyiar_radio#Penyiar_radio_di_Indonesia
3

menguasai struktur atau bagan lagu, rotasi lagu, menguasai teknik dan

operasionalisasi siaran, serta mampu berbicara secara indah diatas lagu yang sedang

diputar, juga sebelum dan sesudah lagu. (technique of cue) ; (5) Radio Play –

dongeng, penyiar berperan sebagai layaknya seorang aktor dan mampu menjadi

pencerita yang handal ; (6) Dakwah. Spesialisasinya adalah penguasaan mengenai

masalah agama. Maka dari itu, penyiar kategori ini hanya yang menguasai benar

kaidah, ajaran, dan hukum agama.

Menjadi seorang penyiar radio diperlukan sifat antara lain: (1) penyiar

sebagai sales person, yang mampu mengemas seluruh komponen “barang

dagangannya” yang berupa lagu, iklan dan informasi ; (2) Penyiar sebagai Sahabat

Pendengar, pendengar menyukai penyiar yang bisa dijadikan sahabat yang hangat,

wajar dan tidak dibuat-buat ; (3) Menjadikan pendengar sebagai orang kedua

tunggal, menyapa pendengarnya dengan “anda” atau “kamu” bentuk kata ganti

orang kedua tunggal dengan menggunakan idiom-idiom bahasa percakapan

layaknya berbicara dengan temannya ; (4) Personality, lebih penting dari pada suara

yang bagus, Bukan hanya karakteristik suara atau kemampuan vokal tetapi juga

karakteristik kepribadian bahwa menjadi seorang penyiar dituntut untuk lebih

terbuka, lebih bisa familiar dengan orang-orang.

Penulis memilih penyiar radio sebagai objek penelitian karena menurut

penulis seorang penyiar radio harus menampilkan karakter yang baik di depan para

pendengar. Selain itu penyiar radio dituntut oleh stasiun radio untuk menyesuaikan

dengan segmentasi stasiun radio tersebut. Dalam radio terdapat program acara yang

menggambar segmentasi dan karakter dari radio tersebut yang tentunya dibawakan
4

oleh Penyiar Radio. Pernyataan tersebut diamini oleh Afif akbar penyiar OZ Radio

Bandung, Afif mengatakan bahwa, “tuntutan radio sih, cuman sekarang udah

beberapa taun jalan ya gue juga harus punya karakter sendiri, akhirnya berawal

dari radio semakin jalan terus menerus akhirnya gue bangun lah karakter ini yang

smart engga lucu engga ya karena tuntutan radio”. Dari pernyataan tersebut terlihat

bahwa seorang penyiar dituntut untuk melakukan pembentukan karakter oleh

stasiun radionya.

Seorang penyiar juga dituntut paham benar akan kepentingan atau maksud

dan tujuan yang hendak dicapai oleh stasiun radio yang menaunginya. Sehingga

penyiar akan mampu menjadi ujung tombak stasiun tersebut. Selain itu, penyiar

juga dituntut memiliki wawasan dan pemahaman yang luas akan segala hal

termasuk mengenai stasiun radio dan kelompok masyarakat yang hendak dijadikan

sebagai target pendengarnya.

Selain itu penulis memlih penyiar radio sebagai objek penelitian karena

penyiar merupakan ujung tombak stasiun radio. Ia mewakili radio. Ia berinteraksi

langsung dengan pendengar. Baik-buruk siarannya –bahkan perilakunya—

berpengaruh terhadap reputasi atau baik-buruk dan integritas radionya. Itulah se

babnya, penyiar disebut juga radio personality –keperibadian radio. Sukses

tidaknya sebuah acara (radio program) ditentukan oleh penyiarnya. Dari

pernyataan di atas penulis menilai penyiar radio merupakan pengaruh yang besar

bagi stasiun radio.


5

Pada penelitian ini penulis memilih penyiar radio dari stasiun Ardan yaitu

Nexa Paisan dan OZ Radio Bandung yaitu Afif Akbar, atas dasar beberapa alasan

yang didasari dari hasil prariset yang penulis lakukan. Penulis melakukan prariset

kepada empat penyiar radio di Kota Bandung atas dasar beberapa perbedaan

diantaranya stasiun radio, jenis kelamin, kategori penyiar dan keunikannya. Setelah

menimbang dengan beberapa alasan penulis akhirnya memilih dua dari empat

penyiar yang penulis teliti, yang pertama penyiar OZ Radio Bandung Afif Akbar

yang lahir di Bandung, 28 Februari 1995. Afif saat ini masih berstatus mahasiswa

dari Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA. Yang kedua, penyiar Ardan Radio Nexa

Paisan yang merupakan seorang lulusan dari Kampus Widyatama tahun 2018.

Pemilihan kedua penyiar tersebut diperkuat oleh hasil prariset dari

wawancara Afif akbar dan Nexa Paisan membenarkan bahwa adanya tuntutan

untuk menampilkan karakter yang sesuai dengan segmentasi pasar dari masing-

maisng Radio. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa seorang penyiar dituntut

untuk melakukan pembentukan karakter oleh stasiun radionya. Atas persamaan

pernyataan diatas penulis tertarik untuk meneliti kedua objek tersebut, dikarenakan

beberapa alasan yang dipertimbangkan seperti : (1) jenis kelamin yang berbeda

dimana Nexa berjenis kelamin perempuan dan Afif berjenis kelamin laki-laki, (2)

stasiun radio yang berbeda namun tetap pada segmentasi yang sama yaitu anak

muda, (3) lalu memiliki usia masih muda, karena memang kedua penyiar ini

dibawah naungan stasiun radio dengan segmentasi anak muda selain itu keduanya

sudah memegang program hits di masing-masing stasiun radionya, dimana Afif

memegang program Terbang Pagi di tahun 2018 dan OZ Discoland yang


6

merupakan program unggulan di stasiun OZ Radio Bandung. Sedangkan Nexa

memegang program Hot Hits, Persada 7, LDR dan KONCI (konflik cinta) yang

juga termasuk program unggulan dari stasiun Ardan Radio, (4) Memiliki

kepribadian yang berbeda, pada saat prariset penulis sedikit menyinggung perihal

kepribadian dari kedua penyiar tersebut dan Afif mengatakan bahwa ia memiliki

sifat yang pemalu dan terkadang introvert , sikap ini berbeda dengan Nexa yang

mengatakan bahwa dia memiliki sifat yang periang dan mudah bergaul dengan

orang baru, (5) Gaya siaran, gaya siaran kedua penyiar memiliki keunikan masing-

masing seperti Afif yang menekankan gaya siaran yang ‘berwawasan’ ketika

membawakan program OZ Discoland dan Nexa menekankan gaya siaran yang

‘friendly’ ketka membawakan program LDR. Atas alasan-alasan tersebut penulis

memilih Afif dan Nexa dalam penelitian ini.

Dari pernyataan di atas mengenai pembentukan karakter yang dibangun

oleh kedua penyiar tersebut, mereka memiliki beberapa ciri khas dalam memainkan

perannya sebagai penyiar radio. Ciri khas tersebut antara lain gaya penyiar, gaya

penyiar ini yang membuat para khalayak atau pendengar, bisa merasa nyaman

terhadap suatu radio. Lalu yang kedua Penyiar harus berwawasan agar siarannya

hidup, dinamis, berisi, dan tidak monoton. Kosakata, varietas kata, improvisasi,

hanya bisa dilakukan oleh penyiar yang berwawasan luas. Selain itu penyiar radio

profesional harus memiliki sense of music yang tinggi. Karena tugas penyiar bukan

hanya mutar lagu-lagu, tapi harus paham juga tentang jenis musik, alat musik, dan

artisnya. Yang terakhir sense of humor, Penyiar radio profesional juga harus

humoris, punya bakat menghibur. Bakat itu diperlukan karena profesi penyiar radio
7

dituntut mampu menghibur pendengar. Lagi pula, radio identik dengan hiburan

(entertaintment). Berdasarkan uraian tersebut apabila penyiar dapat memenuhi

kriteria tersebut maka dapat dikategorikan berhasil dalam membangun karakter

sebagai seorang penyiar radio.

Untuk memenuhi kriteria perlu pengelolaan kesan yang dilakukan penyiar

radio tersebut sangat lumrah dilakukan dalam menjalani profesinya, guna

menunjang air personality yang baik. Seorang penyiar radio jika telah berhasil

menciptakan kesan dihadapan pendengarnya bahwa ia memiliki air personality

yang baik, maka ia akan semakin disukai oleh pendengarnya.

Dari uraian yang telah penulis ungkapkan dalam konteks penelitian diatas,

maka penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lagi lebih jauh mengenai

“Presentasi diri penyiar radio”.

1.2 Fokus Penelitian & Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian pada konteks penelitian maka dapat dirumuskan fokus

masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Presentasi diri Penyiar OZ Radio

Afif Akbar dan Penyiar Ardan Radio Nexa Paisan?”

1.2.2 Pertanyaan Penelitian

Dari fokus penelitian tersebut maka penulis mengajukan pertanyaan

penelitian sebagai berikut :


8

1. Bagaimana presentasi diri Afif Akbar dan Nexa Paisan di panggung depan?

2. Bagaimana presentasi diri Afif Akbar dan Nexa Paisan di panggung


belakang?

3. Bagaimana presentasi diri Afif Akbar dan Nexa Paisan di impression


management?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang

diidentifikasikan. Jadi, terdapat kesesuaian antara masalah yang

diidentifikasikan dengan apa yang hendak di teliti. Oleh karena itu tujuan

penelitian yang dilakukan, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui panggung depan seorang Afif Akbar dan Nexa


Paisan.
2. Untuk mengetahui panggung belakang seorang Afif Akbar dan
Nexa Paisan.

3. Untuk mengetahui impression management seorang Afif Akbar dan


Nexa Paisan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini dengan maksud agar penelitian ini dapat

dijadikan sebagai suatu literatur untuk penelitian selanjutnya dalam ilmu

komunikasi khususnya pada kajian dramaturgi, baik itu untuk kegunaan teoritis

maupun kegunaan praktis.


9

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

mengenai kajian teori dramaturgi yang di kemukakan Erving Goffman

berupa panggung depan dan panggung belakang seseorang dalam

berkehidupan sosial. Khususnya komunikasi sosial dalam komunikasi

antarpribadi terhadap Presentasi Diri Penyiar OZ Radio Afif Akbar dan

Penyiar Ardan Radio Nexa Paisan.

Juga dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian baru

khususnya dalam menghadapi fenomena komunikasi masa kini yang serba

digital. Melalui penelitian ini, kedepannya pendengar radio menjadi tahu

bahwa apa yang ditunjukan oleh penyiar radio ketika on air tidak semua

sama seperti pribadi di kesehariannya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat berupa gambaran dan pemahaman terhadap para calon penyiar

radio yang akan mulai terjun ke dunia radio, agar mengetahui panggung

depan dan panggung belakang serta impressiom management yang

dibentuk yang sebenernya terjadi seperti yang dialami oleh Afif Akbar

dan Nexa Paisan.


10

1.5 Setting Penelitian

Mengingat masalah yang terdapat dalam penelitian ini sangat luas,

maka penulis membatasi penelitian diatas sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada Stasiun Radio di Bandung yaitu OZ Radio


dan Ardan Radio
2. Penelitian ini difokuskan kepada presentasi diri penyiar Radio
3. Penelitian ini dilakukan di Bandung di Bandung terhitung sejak bulan
November 2018 sampai dengan selesai, mulai dari persiapan,
pelaksanaan hingga ke penyelesaian.
4. Subjek dari penelitian ini ialah kepada penyiar OZ Radio Afif Akbar
dan penyiar Ardan Radio Nexa Paisan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

Sebagai rujukan dari penelusuran yang terkait dengan tema yang diteliti

peneliti berusaha untuk mencari referensi hasil penelitian dari para peneliti

terdahulu. Dari penulurusan tersebut peneliti mendapatkan temuan hasil penelitian

terdahulu sebagai berikut:

1. Helmi Riza Faisal Fatahillah Tahun 2011 Mahasiswa Universitas Komputer

Indonesia dengan judul penelitian “Impression Management Penyiar

Radio Kota Bandung”. Dalam penelitian ini membahas mengenai Studi

Dramaturgi tentang Pengelolaan Kesan di Kehidupan Panggung Depan dan

Panggung Belakang pada Diri Seorang Penyiar Pria di Station Radio Kota

Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Seorang penyiar pria melakukan

pengelolaan kesan terhadap aspek appearance (penampilan) dan manner (gaya)

pada kehidupan front stage (panggung depan). Pengelolaan kesan yang mereka

lakukan ternyata sebagian besarnya mengacu pada citra diri yang ingin dihasilkan

dihadapan individu-individu yang mengamati dan menilai. Dimana citra diri akhir

yang dihasilkan merupakan akumulasi dari kesan-kesan yang muncul tersebut, dan

representasi dari citra stasiun radio yang menaungi mereka masing-masing.

Impression management yang dilakukan hanya terhadap penampilan saja

seperti pakaian dan make up yang mereka kenakan. Selebihnya, para penyiar pria

11
12

kembali ke kehidupan asli mereka, dengan jati diri seutuhnya, tanpa harus

memperhatikan plot peran yang yang harus diperankan pada kehidupan front stage.

Dari impression management yang mereka lakukan, dirasakan memberikan

dampak positif bagi diri mereka, seperti misalnya citra diri sesuai dengan yang

diinginkan dan dianggap dapat membantu mereka untuk meraih sesuatu yang

diinginkan.

Persamaan pada penelitian ini terletak pada permasalahan yang diteliti yaitu

sama-sama Impression Management Penyiar Radio Kota Bandung. Selain itu juga

metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi dranaturgi.

Sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada objek yang diteliti. Dimana dalam

penelitian ini objek yang diteliti hanya penyiar pria yang terletak di stasion radio

Kota Bandung.

2. Gufron Ria Perdana 2015 Mahasiswa Universitas Islam Bandung yang

berjudul “Presentasi Diri Seleb Instagram Hijabers”. Penelitian ini

membahas Studi Kualitatif dengan Pendekatan Dramaturgi Mengenai

Presentasi Diri Seleb Instagram Hijabers

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Panggung depan, Penampilan

(appearance) dan sikap (manner) yang ditampilkan oleh Seleb Instagram Hijabers

di panggung depan sesuai dengan citra yang ingin mereka tampilkan. Citra yang

ingin ditampilkan yaitu, mereka ingin terlihat sebagai wanita yang aktif, hal tersebut

dapat dilihat dari konten yang mereka sajikan di Instagram pribadi masing-masing,

dimana kebayakan dari mereka berprofesi sebagai model muslimah serta


13

wirausahawan. Melalui analisis penelitian, penulis menilai bahwa setting yang

dapat mendukung segala bentuk presentasi diri dari Seleb Instagram Hijabers ialah

Instagram pribadi milik mereka sendiri

Panggung Belakang, Karakter personal yang ditujukan oleh Seleb Instagram

Hijabers di luar aktifitas mereka di media sosial Instagram sangatlah berbeda

dengan apa yang ditampilakan di Instagram. Hal ini dapat terjadi karena mereka

merasa memiliki beban tersendiri saat masyarakat member label selebriti yang

menggunakan hijab di media sosial Instagram, yang berarti mereka harus tampil

seanggun mungkin dan berwibawa sebagaimana atribut yang dikenakan, yaitu hijab.

Persamaan pada penelitian ini terletak pada rumusan masalah yang diteliti

yaitu meneliti tentang panggung depan dan panggung belakang. Selain itu juga

metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi dramaturgi.

Sedangkan perbedaan pada penelitian ini terletak pada objek yang diteliti, dimana

dalam penelitian ini objek yang diteliti yaitu Seleb Instagram Hijabers. Juga pada

rumusan masalah point terakhir, pada penelitian ini tidak meniliti tentang

impression management.

3. Dara Tulus Rinukty 2017 Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

dengan judul penelitian “Presentasi Diri Selebgram Hijaber Syari

Melalui Media Sosial”. Penelitian ini membahas mengenai Studi

Dramaturgi dalam Akun Instagram @gdaghaida, @nonieqabajah dan

@irnamutiara
14

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Semua selebgram hijaber syar’i

berusaha mengelola kesan agar terlihat sebagai wanita muslim yang mampu aktif

berkarir dan menikmati gaya hidup menengah atas. Sebagai seorang yang memiliki

popularitas lebih, selebgram hijaber syar’i mengelola kesan yang menunjang

penampilannya yang religius, dengan menutup aurat sesuai syariat islam.

Penampilannya tersebut ditunjang dengan pengelolaan kesan melalui pesanpesan

dalam caption atau keterangan foto instagram yang disisipkan pesan dakwah dan

istilah-istilah islami.

Keseharain selebgram hiajber syar’i berbeda beda, tidak jarang, riasan atau

make up yang dipakai selebgram hijaber syar’i dalam keseharian cenderung lebih

natural, bahkan tidak menggunakan riasan sama sekali. Hal tersebut berbanding

terbalik dengan riasan mereka dalam foot yang diunggah di media sosial instagram.

Dari segi gaya berpakaian, di kehidupan keseharian selebgram hijaber syar’i tetap

menjaga dan menutup aurat namun gaya berpakaian yang digunakan tidak

fashionable seperti yang ditampilkan dalam foto di media sosial instagram. Gaya

berpakaian mereka lebih apa adanya dan lebih santai.

Persamaan pada penelitian ini terletak pada rumusan masalah yang diteliti

yaitu meneliti tentang panggung depan dan panggung belakang Selain itu juga

metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi dranaturgi.

Perbedaan pada penelitian ini terletak pada objek yang diteliti. Dimana dalam

penelitian ini objek yang diteliti yaitu Hijaber Syari Melalui Media Sosial Instagram.
15

Berdasarkan penjelasan review hasil penelitian sejenis yang sudah

dijelaskan di atas, untuk lebih jelas dan detail terhadap penelitian terdahulu dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Helmi Riza Faisal Gufron Ria Dara Tulus Rizal Ahamd

Fatahillah Tahun Perdana 2015 Rinukty 2017 Fauzi 2019

2011

Kampus Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa

Universitas Universitas Islam Universitas Universitas Islam

Komputer Bandung Pendidikan Bandung

Indonesia Indonesia

Impression Presentasi Diri Presentasi Diri Presentasi Penyiar

Management Seleb Instagram Selebgram Radio (Studi

Penyiar Radio Kota Hijabers (Studi Hijaber Syari dramaturgi pada

Bandung (Studi Kualitatif dengan Melalui Media Afif Akbar

Dramaturgi tentang Pendekatan Sosial (Studi Penyiar OZ Radio


Judul
Pengelolaan Kesan Dramaturgi Dramaturgi Bandung dan
Penelitian
di Kehidupan Mengenai dalam Akun Nexa Paisan

Panggung Depan Presentasi Diri Instagram Penyiar Ardan

dan Panggung Seleb Instagram @gdaghaida, Radio Bandung)

Belakang pada Diri Hijabers) @nonieqabaja

Seorang Penyiar
16

Pria di Station h dan

Radio Kota @irnamutiara)

Bandung.)

 Untuk  Untuk  Untuk  Untuk

mengetahui mengetahui mengetahui mengetahu

impression panggung bagaimana i panggung

management di depan (front selebgram depan

kehidupan front stage) Seleb hijaber seorang

stage (panggung Instagram syar’i Afif Akbar

depan) seorang Hijabers melakukan dan Nexa

penyiar pria di  Untuk presentasi Paisan.


Tujuan
station radio Kota mengetahui diri di  Untuk
Penelitian
Bandung. panggung panggung mengetahu

 Untuk belakang (back depan dalam i panggung

mengetahui stage) Seleb media sosial belakang

impression Instagram Instagram seorang

management di Hijabers  Untuk Afif Akbar

kehidupan back mengetahui dan Nexa

stage (panggung bagaimana Paisan.

belakang) seorang selebgram


17

penyiar pria di hijaber  Untuk

station radio Kota syar’i mengetahui

Bandung. melakukan impression

 Untuk presentasi management

mengetahui diri di seorang Afif

impression kehidupan Akbar dan

management nyata Nexa Paisan

seorang penyiar kesehariann

pria di station ya.

radio Kota

Bandung

Kualitatif
Metode Kualitatif Studi Kualitatif Studi Kualitatif Studi
Studi
Penelitian Dramaturgi Dramaturgi Dramaturgi
Dramaturgi

Persamaan pada Persamaan pada Persamaan Persamaan

penelitian ini penelitian ini pada penelitian penelitin ini

terletak pada terletak pada ini terletak dengan penelitian

permasalahan yang rumusan masalah pada rumusan terdahulu yaitu


Persamaan
diteliti yaitu sama- yang diteliti yaitu masalah yang terletak pada
Penelitian
sama Impression meneliti tentang diteliti yaitu rumusan masalah

Management panggung depan meneliti yang diteliti yaitu

Penyiar Radio Kota dan panggung tentang terkait meneliti

Bandung. Selain itu belakang. Selain panggung panggung depan


18

juga metode yang itu juga metode depan dan dan panggung

digunakan adalah yang digunakan panggung belakang objek

kualitatif dengan adalah kualitatif belakang yang diteliti.

pendekatan studi dengan Selain itu juga Selain itu juga

dranaturgi. pendekatan studi metode yang terdapat

dramaturgi. digunakan persamaan pada

adalah metode penelitian

kualitatif yang digunakan

dengan yaitu kualitatif

pendekatan dengan studi

studi dramaturgi.

dranaturgi.

Perbedaan pada Perbedaan pada Perbedaan Perbedaan pada

penelitian ini penelitian ini pada penelitian penelitian ini

terletak pada objek terletak pada ini terletak dengan penelitian

yang diteliti. objek yang pada objek sebelumnya yaitu

Dimana dalam diteliti, dimana yang diteliti. terletak pada


Perbedaan
penelitian ini objek dalam penelitian Dimana dalam objek yang di
Penelitian
yang diteliti hanya ini objek yang penelitian ini teliti. Dimana

penyiar pria yang diteliti yaitu Seleb objek yang dalam penelitian

terletak di stasion Instagram diteliti yaitu ini objeknya

radio Kota Hijabers. Juga Hijaber Syari adalah Penyiar

Bandung. pada rumusan Melalui Media Radio pada Afif


19

masalah point Sosial Akbar Penyiar

terakhir, pada Instagram. OZ Radio

penelitian ini Bandung dan

tidak meniliti Nexa Paisan

tentang Penyiar Ardan

impression Radio Bandung

management.

Sumber: Hasil penelusuran peneliti

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Interaksi Simbolik

Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi

ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori

interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung

SI merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional (Ardianto. 2007: 40).

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, merupakan salah satu

perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling

bersifat ”humanis” (Ardianto. 2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat

menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai

yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya

memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan

menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada

akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh
20

setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu

ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan

interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto.

2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu

merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi.

Mereka mengatakan bahwa individu objek yang bisa secara langsung

ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut

Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 96),

interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk

memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia

simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia.

Interaksi simbolik ada karena ideide dasar dalam membentuk makna yang

berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di

tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi

makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti

yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136), makna itu berasal

dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan

membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:
21

1. Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang

mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan

pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain,

2. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari

penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme

simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan

tentang diri sendiri (The-Self) dan dunia luarnya

3. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan,

dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap

individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela,

yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di

tengah masyarakatnya.

”Mind, Self and Society” merupakan karya George Harbert Mead yang

paling terkenal (Mead. 1934 dalam West-Turner. 2008: 96), dimana dalam buku

tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk

menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik.

Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari

interaksi simbolik antara lain:

1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia.

2) Pentingnya konsep mengenai diri

3) Hubungan antara individu dengan masyarakat


22

Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk

makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa

dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya,

sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretatif oleh individu melalui proses

interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.

Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer (1969)

dalam West-Turner (2008: 99) dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang

diberikan orang lain kepada mereka.

2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.

3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.

Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri”

atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada

pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada

interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan,

menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 101), antara lain:

1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan

orang lain.

2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.


23

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara

kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-

norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-

lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari

tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam

proses sosial. Asumsiasumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah:

1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan

sosial.

2. Stuktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Rangkuman dari hal-hal yang telah dibahas sebelumnya mengenai tiga tema

konsep pemikiran George Herbert Mead yang berkaitan dengan interaksi simbolik,

dan tujuh asumsi-asumsi karya Herbert Blumer (1969) adalah sebagai berikut: Tiga

tema konsep pemikiran Mead :

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

2. Pentingnya konsep diri, dan

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.

Dari tiga konsep tersebut, diperoleh tujuh asumsi karya Herbert Blumer

(yang merupakan murid Mead ) yaitu :

a) Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang

diberikan orang lain pada mereka.


24

b) Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.

c) Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif.

d) Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan

orang lain.

e) Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.

f) Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan

sosial.

g) Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

2.2.2 Presentasi Diri

Pada dasarnya, setiap orang memiliki langkah-langkah khusus dalam

mempresentasikan dirinya kepada orang lain. Dalam karyanya berjudul The

Presentation of Self in Everyday Life, Erving Goffman (1959) menyatakan bahwa

individu, disebut aktor, mempresentasikan dirinya secara verbal maupun non-

verbal kepada orang lain yang berinteaksi dengannya. Presentasi diri atau sering

juga disebut manajemen impresi (impression management) merupakan sebuah

tindakan menampilkan diri yang dilakukan oleh setiap individu untuk mencapai

sebuah citra diri yang diharapkan. Presentasi diri yang dilakukan ini bisa dilakukan

oleh individu atau bisa juga dilakukan oleh kelompok individu/tim/organisasi

(Boyer, dkk, 2006:4).


25

Seorang kameraman yang handal akan berusaha sebaik mungkin untuk bisa

mengambil gambar dengan angle terbaik, moment yang tepat, dan kualitas gambar

yang baik untuk menjaga kompetensinya. Seorang yang bekerja di bidang Public

Relations akan berupaya sebaik mungkin untuk mempresentasikan dirinya sesuai

dengan budaya perusahaannya. Untuk menjadi teman yang baik, seseorang akan

berupaya untuk berusaha mempresentasikan dirinya dengan cara yang sesuai

dengan harapan teman-temannya. Untuk menjamin kompetensinya, seorang

fotografer akan berupaya untuk menampilan karya-karya terbaiknya kepada orang

lain. Dengan berbagai tujuan, setiap individu akan berupaya untuk mengkonstruksi

dirinya dengan cara yang sesuai dengan karakteristiknya.3

Menurut Goffman, presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh individu tertentu untuk membuat situasi dan identitas sosial bagi para aktor

dan definisi sosial tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak

layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008). Menurut Erving

Goffman dalam panggung depan dan panggung belakang dikenal dengan istilah

konsep kehidupan manusia, yang diibaratkan sebagai pemain drama dalam proses

pelaksanaannya dipengaruhi oleh keinginan yang terpendam. lebih lanjut dapat

dilihat seperti berikut:

a. Front Stage adalah bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan

situasi penyaksi pertunjukan. Front stage terdiri dari, Front Personal yaitu berbagai

3
http://repository.petra.ac.id/15386/1/Media_Sosial_dan_Presentasi_Diri.pdf
26

macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang aktor. Front personal

masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan (Appearance) yang terdiri dari

berbagai jenis barang yang mengenalkan status sosial aktor. Dan Gaya (Manner)

yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi

tertentu.

b. Back Stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di

lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian panggung belakang. Teori

dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan

setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri.

Lebih jauh presentasi diri merupakan upaya individu untuk menumbuhkan

kesan tertentu didepan orang lain dengan cara menata perilaku agar orang lain

memaknai identitas dirinya sama dengan apa yang diinginkan, dan kebanyakan

atribut, milik atau aktifitas manusia digunakan untuk presentasi diri, termasuk

busana yang dikenakan, tempat tinggal, rumah yang dihuni berikut cara

melengkapinya (furniture dan perabotan rumah), cara berjalan dan berbicara,

pekerjaan ynag dilakukan dan cara menghabiskan waktu luang. Presentasi diri

dilakukan dengan tujuan antara lain agar orang lain menyukai kita, ingin

mempengaruhi orang lain, ingin memperbaiki posisi, atau memelihara status

(Dayakisni dan Hudaniah, 2012). (http://eprints.mercubuana-

yogya.ac.id/1382/2/BAB%20II.pdf)

Hal lain yang patut diperhatikan antara lain, dramatugi mempelajari konteks

dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari
27

hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar

manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan

kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran

merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan

tersebut.

Dalam teori Dramatugis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak

stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi

yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi

dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana seseorang menguasai

interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai sama dengan

pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan

karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya

sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgi, manusia

akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut.

Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus

mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain

memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non

verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada

lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan

diatas disebut dalam istilah “impression management”.

Dalam buku “Psikologi Komunikasi” yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat

mengatakan, bahwa impression management atau pengelolaan kesan merupakan

suatu usaha untuk menimbulkan kesan tertentu terhadap seorang individu.


28

Selain itu, Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar

saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back

stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton

(yang melihat) dan seseorang tersebut sedang berada dalam bagian pertunjukan.

Saat itu seseorang berusaha untuk memainkan peran sebaik-baiknya agar penonton

memahami tujuan dari perilakunya. Perilaku tersebut dibatasi oleh oleh konsep-

konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back

stage adalah keadaan dimana seseorang berada di belakang panggung dengan

kondisi bahwa tidak ada penonton, sehingga dapat berperilaku bebas tanpa

mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus dibawakan.

2.2.3 Radio Siaran

Radio merupakan suatu medium komunikasi, dimana pesan berupa suara

diubah menjadi sinyal suara, dipancarkan dari suatu sumber (a sender) dengan

antene pemancar, tanpa perangkat kabel, melalui gelombang elektromagnetik,

kemudian diterima oleh antene penerima, pada pesawat penerima (a receiver), yang
4
mengubah sinyal suara menjadi berupa suara kembali.

Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan radio ke

khalayak, suara juga menjadi karakteristik radio yang membedakannya dengan

media penyiaran lainnya. Radio merupakan alat komunikasi massa yang

menggunakan lambang komunikasi yang berbunyi, suatu pemancar radio yang

4
Fred, Wibowo. 2012. Teknik Produksi Program Radio Siaran. Yogyakarta : Grasia Book Publisher
(Hal. 1)
29

sedang in operation tidak membawa pengaruh apa – apa pada audiens atau

pendengar kalau gelombang – gelombangnya tidak dimuati sesuatu yang berarti,

entah itu berupa sinyal, kata – kata terucapkan maupun nada – nada, atau sesuatu

yang berirama.5

Radio terlahir dari kebutuhan informasi publik. Dalam hal ini radio

memiliki beban tuntutan publik sebagai saluran informasi dalam hubungan sosial,

yang lebih berkecenderungan mengembangkan dan memajukan kebudayaan.

Radio siaran sebagai media massa, mengemban kewajiban menjadikan

msyarakat well – informed akan lingkungan sosialnya. Itulah sebabnya radio

sebagai institusi masyarakat harus seimbang menjalankan fungsinya. Meskipun

sebagai medium, radio siaran juga menyiarkan dan persuasi komersial, namun tetap

saja memiliki kewajiban sebagai pengemban informasi bagi masyarakat.

2.2.4 Penyiar Radio

Penyiar, merupakan salah satu komunikator dalam media radio siaran selain

seorang pemilik modal, marketing, reporter, penulis naskah, produser, program

director, music director, serta operator. Pesan yang disampaikan oleh penyiar dapat

berupa kata-kata ucapan atau ujaran yang dikombinasikan dengan unsur-unsur

pesan lainnya seperti musik atau lagu, serta efek suara. (Triartanto, 2010:47)

Seiring perkembangan zaman, penyiar bukan hanya sekedar profesi saja

yang hanya berbicara di depan mikrofon. Namun juga lebih dari pada itu. Penyiar

5
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta (Hal. 16)
30

juga memiliki nama atau sebutan lainnya seperti DJ (Disc Jockey), announcer, dan

lain-lain sesuai dengan program acara yang dibawakannya. Sehingga untuk menjadi

seorang penyiar dibutuhkan pula upaya ke arah profesionalisme. Menurut Temmy

Lesanpura, penyiar dalam arti dan fungsinya terdapat 10 hal pokok, yakni:

1. Sebagai juru bicara stasiun radio.

2. Sebagai alat bersaing dengan stara (stasiun radio) lain.

3. Penyampai pesan komersial.

4. Menjadi station identity (identitas stasiun)

5. Pelaku ”awareness” dengan pendengar atau penghimpun pendengar.

6. Menjadi unsur kekuatan untuk mencapai ”Leader Station”.

7. Anggota perusahaan yang mempunyai hak dan kewajiban.

8. Memiliki needs dan harapan dalam karier serta jabatan.

9. Sebagai teman bicara.

10. Sebuah profesi yang khusus dalam dunia komunikasi.

Seorang penyiar juga dituntut paham benar akan kepentingan atau maksud

dan tujuan yang hendak dicapai oleh stasiun radio yang menaunginya. Sehingga

penyiar akan mampu menjadi ujung tombak stasiun tersebut. Selain itu, penyiar

juga dituntut memiliki wawasan dan 66 pemahaman yang luas akan segala hal
31

termasuk mengenai stasiun radio dan kelompok masyarakat yang hendak dijadikan

sebagai target pendengarnya.

2.3 Kerangka Pemikiran

INTERAKSI SIMBOLIK
……………

Dramaturgi Presentasi DIri Impression


Penyiar Radio Management
Erving Goffman

Front Stage Back Stage

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Peneliti
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Dalam Penelitian yang berjud ul Presentari Diri Penyiar Radio penulis

menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Deddy Mulyana (2004:150)

metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan

bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian

kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan

menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas

kualitatif.

Dimana metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek ilmiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian

lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi (Moelong,2011:6)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan memahami Presentasi diri pada Afif Akbar Penyiar

OZ Radio Bandung dan Nexa Paisan Penyiar Ardan Radio Bandung secara

mendalam. Karakteristik utama penelitian kualitatif adalah melakukan penelitian

dalam kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data, dan peneliti menjadi

instrumen kunci; menyajikan data-data dalam bentuk kata-kata atau gambar, dan

32
33

tidak menekankan pada angka-angka; mengutamakan proses dari pada produk;

melakukan analisis data secara induktif; dan lebih menekankan makna di balik data

yang diamati (Sugiyono, 2013: 21-22). Selain itu, penelitian kualitatif dilakukan

secara intensif dengan partisipasi peneliti yang mendalam di lapangan. Peneliti

mencatat fenomena yang ditemui secara hati-hati, kemudian melakukan analisis

terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan pada akhirnya

menyusun sebuah laporan penelitian yang mendetail.

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Deddy Mulyana dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi

menjelaskan ada dua panggung daripada back stage dan front stage (Mulyana, 2008:

58). Berikut gambaran tentang dua panggung yang dilalui oleh seorang aktor yaitu:

1. Panggung Belakang (Back Stage)

Panggung belakang adalah wilayah dimana seorang aktor dapat

menampilkan wajah aslinya. Di panggung ini juga seorang aktor menunjukan

kepribadian aslinya pada masyarakat sekitar (Mulyana, 2008: 58).

3. Panggung Depan (Front Stage)

Panggung depan adalah ruang publik yang digunakan seseorang atau

sekelompok orang untuk memberikan kesan kepada orang lain melalui pengelolaan

kesan (management of impression) (Mulyana 2008: 57). Di panggung inilah

seorang aktor mencoba menampilkan dirinya melalui peran-peran tertentu yang

dipilih dalam berjalan proses interaksi sosial dengan khalayak.


34

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan bagaimana Presentasi

diri pada Afif Akbar Penyiar OZ Radio Bandung dan Nexa Paisan Penyiar Ardan

Radio Bandung secara mendalam.

3.2 Subjek Penelitian

Moleong (2010: 132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan,

yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam sebuah penelitian studi

kasus, subjek diartikan sebagai orang yang berkompeten dalam memberikan data

yang diperlukan oleh penulis. Subjek dari penelitian ini adalah : Afif Akbar Penyiar

OZ Radio Bandung dan Nexa Paisan Penyiar Ardan Radio Bandung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang

akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. (Moeleong, 2011:186).

Teknik wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam adalah teknik

mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan
35

informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Pada wawancara

mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan.

Artinya, informan bebas memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam;

bila perlu tidak ada yang disembunyikan. Caranya dengan mengusahakan

wawancara berlangsung informal seperti mengobrol. (Ardianto, 2014:178).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin yaitu cara mengajukan

pertanyaan yang dikemukakan bebas, artinya pertanyaan tidak terpaku pada

pedoman wawancara tentang masalah-masalah pokok dalam penelitian kemudian

dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan. Dalam melakukan

wawancara ini, pewawancara membawa pedoman yang hanya berisi garis besar

tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

2. Observasi

Menurut Burhan (2007: 115), observasi adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu

dengan pancaindra lainnya. Dalam melaksanakan pengamatan ini sebelumnya

peneliti akan mengadakan pendekatan dengan subjek penelitian sehingga terjadi

keakraban antara peneliti dengan subjek penelitian.

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan pancaindra peneliti. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan mendengarkan siaran dari objek

penelitian yaitu Afif Akbar dan Nexa .


36

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data, yang bertujuan

untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif. Metode

dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Sifat utama dari bentuk

data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang

kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang lalu. Kumpulan data bentuk tulisan

ini disebut dokumen, dalam arti luas termasuk menumen, artefak, foto, tape,

mikrofon, CD, dan hardisk. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa

macam, yaitu : (1) autobiografi; (2) surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan

harian, memorial; (3) kliping; (4) dokumen pemerintah maupun swasta; (5) cerita

roman, cerita rakyat; (6) film, mikrofilm, foto dan sebagainya (Ardianto, 2014:167).

3.4 Teknis Analisis Data

Analisi data kualitatif menurut Bogdan adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesis,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles and

Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
37

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,

data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis data

tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Sugiyono, 2016: 367).

Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data (Flow Model)
Sumber : Sugiyono, 2016: 369

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin

lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks,

dan rumit. Untuk itu diperlukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2016: 370). Dalam hal ini

peneliti melakukan sesuai pembahasan yang sesuai, agar dapat fokus dengan

penelitian.
38

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam

bentuk tabel. Grafik, phie chart, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian

data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,

sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2016: 373). Hasil dari

penelitian akan disajikan berdasarkan temuan di lapangan dengan

menggunakan tabel agar memudahkan dan memahami apa yang terjadi, dimana

penyajian temuan penelitian peneliti dilakukan dengan bentuk tabel dan

menafsirkan apa yag disampaikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2016: 374).

Pada penelitian ini pun peneliti dalam menarik kesimpulan selalu diverifikasi

dengan mencari bukti-bukti yang valid yaitu melalui dokumen-dokumen yang

berkaitan dan juga hasil wawancara dari narasumber pendukung.


39

3.5 Uji Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang di perbaharui dari konsep

kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi “positivisme‟ dan

disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.

Dalam uji keabsahan data penliti menggunakan metode trianglasi data. Triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Di luar data itu untuk keperluan pengecakan atau sebagai pembanding terhadap data

itu. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi dengan Sumber.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakannya secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikkan menengan atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

( Moelong, 2011 : 330)


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Arifin. 2004. Strategi Komunikasi. Bandung: Armilo

Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media.

Ardianto, Elvinaro. 2014. Metodelogi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif

dan Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Astuti, santi indra, 2008. Jurnalisme Radio Teori dan Praktek. Bandung. Simbiosa.

Rekatama Media.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Bungin, Burhan.2007.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial lainnya.Jakarta:Putra Grafika.

Effendy, Onong Uchjana. 1991. Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung: CV

MandarMaju.

Littlejohn, Stephen W and Karen A. Foss., 2008, Theories of Human

Communication, Ninth Edition, USA: Thomson Higher Education.

Moleong, Lexy. 2010, metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexy. 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

40
41

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja

Posda Karya

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Skripsi:
Ria Perdana, Gufron. 2015. “Presentasi Diri Seleb Instagram Hijabers: Studi

Kualitatif dengan Pendekatan Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Seleb

Instagram Hijabers”. Bandung. Universitas Islam Bandung.

Sekar Annisa, Dhita. 2016. “Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial Emporium

Jakarta: Studi Dramaturdi mengenai Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial

di Emporium Jakarta”. Banten. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.


42

Setina, Kirizki. 2012. “Pola Komunikasi Penyiar Kids Radio: Studi Kualitatif

dengan Pendekatatan Etnografi Komunikasi Penyiar di 99,2 FM Kids Radio

Bandung”. Bandung. Universitas Islam Bandung.

Rizal Faisal, Helmi. 2011. “Impression Management Penyiar Radio di Stasiun

Radio Kota Bandung : Studi Dramaturgi tentang Pengelolaan Kesan di

Kehidupan Panggung Depan dan Panggung Belakang pada Diri Seorang

Penyiar Pria di Station Radio Kota Bandung” Bandung. Universitas

Komputer Indonesia.
43

CURRICULUM VITAE

 Name : Rizal Ahmad Fauzi


 Date of Birth : Cianjur, November th 1997
 Current Address : Bumi Karya No. A6/8 – Kab. Bandung
 Mobile Phone : 082120416810
 Email Address : rzlahmadf@gmail.com

Formal Education
Place Year Graduated
University Universitas Islam 2015 - now
Bandung in Faculty of
Communication
Senior High School Baiturrahman 2015
Junior High School Baiturrahman 2012
Elementary School Gadis I 2009

NonFormal Education
Place Period
Cinderella Bandung 2012
ELC Bandung 2015

Campus Involvement
Place Period
Staff of Humas and Universitas Islam 2018 – 2019
External DAM Fikom Bandung
Universitas Islam
Bandung
Member of Event PPMB Universitas Islam 2016-2018
Fikom Universitas Islam Bandung
Bandung
Member of Event Universitas Islam 2016
Division in Inaguration Bandung
2015 Faculty of
Communication
Head of Publication and Universitas Islam 2018
Documentation Division Bandung
44

BPPR Fikom Universitas


Islam Bandung
Member of Event Universitas Islam 2016
Division in Speak for Bandung
Universe “Pra Event
Fikom Festival
Member of Event Universitas Islam 2016
Division in Fikom Bandung
Festival

Work Experience
Place Period
Media at Transportation PT. Telekomunikasi July – October 2018
Management Services Indonesia
Telkom Digital Solution
Volunteer of KPID Jawa Sumedang 2018
Barat

Soft Skills & Abilty


Proficient microsoft office application
Good in Public Speaking
Good in photography and videography
Excellent skill adobe application
Fast learner and dynamic
Excellent interpersonal skill and polite attitude
Capable in working individually or as a team
Good organizational and planning skills

Anda mungkin juga menyukai