Anda di halaman 1dari 6

Jawaban UAS Filsafat Dakwah

1. Jelaskan Pengertian Filsafat dakwah, apa tujuan Objek studi filsafat dakwah ?
Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yang Berarti “cinta akan hikmah atau
kebijaksanaan”. Filsafat bukan kebijak-sanaan itu sendiri, Melainkan cinta dan upaya untuk
terus menerus. Mencari kebijaksanaan atau hikmah. Sedang Menurut istilah, para ahli
filsafat mempunyai pendapat dan pandangan yang berbeda-beda, Walaupun inti
persoalannya sama, yaitu “ilmu Pengetahuan yang bertujuan mencari kebenaran Yang
sedalam-dalamnya sesuai kemampuan akal Budi manusia”. Sedangkan Kata dakwah, secara
etimologi, berasal dari bahasa Arab, (da'a, yad'u, da'watan), yang berarti seruan, panggilan,
undangan, atau doa (Aziz, 2004: 2; El-Ishaq, 2016:6). Selain itu, kata dakwah juga memiliki
arti memanggil, menyeru. Kata dakwah dapat didefinisikan sebagai ajakan kepada umat
manusia menuju jalan Allah, baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan, dengan tujuan
agar mereka mendapatkan petunjuk sehingga mampu merasakan kebahagiaan dalam
hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut pendapat Syukriadi Sambas yang
mendefinisikan Filsafat dakwah bertitik tolak dari pemahaman Terhadap arti hikmah yang
diambil dari Al-Qur’an. Kemudian dihubungkan dengan penger-tian filsafat Sebagai kegiatan
berpikir sehingga dihasilkan Pengertian filsafat dakwah, yakni pemikiran yang Mendasar,
sistematis, logis dan menyeluruh tentang Dakwah Islam sebagai sebuah sistem aktualisasi
Ajaran Islam di sepanjang zaman. Sedangkan Menurut Abdul Basit filsafat dakwah Adalah
cabang ilmu dakwah yang membahas Tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologi Dakwah
dalam sistem ajaran Islam dan kehidupan Manusia.
Objek filsafat dakwah bcrarti Membahas fokus yang akan menjadi kajian dalam Filsafat
dakwah. Secara objek material, filsafat Dakwah akan mengkaji tentang Tuhan, manusia,
Lingkungan dan ajaran Islam. Tuhan yang Menurunkan ajaran kepada Rasul merupakan
Sumber kebenaran dan sumber tujuan yang akan Diraih oleh manusia. Karenanya Tuhan
perlu Dikenal, dihayati dan dipahami sehingga manusia Dapat mengabdi dan berterima
kasih kepada-Nya. Untuk tujuan tersebut, maka dalam aklivitas Dakwah tidak terlepas
dengan pembahasan Tuhan Dan relasinya dengan manusia (Basit, 2012). Adapun tujuan
khusus dari mempelajari Filsafat dakwah menurut Abdul Basit (2012: 28) Adalah:
1. Mahasiswa memahami bahwa Islam adalah Agama dakwah yang harus di-
transformasikan Kepada seluruh umat manusia.
2. Mahasiswa atau da’i mampu mcnjelaskan tentang Dakwah Islam sebagai bagian dari
sistcm kehidupan Manusia.
3. Mahasiswa atau da’i dapat memanfaatkan Semaksimal mungkin akal yang diberikan
oleh Allah dalam pengembangan dakwah Islam.
4. Mahasiswa atau da’i dapat memahami ontologi, Epistemologi, dan aksiologi dakwah.
Reverensi : Subandi, A., Sambas, S. 1999 Epistemologi Dakwah. Bandung : KP Hadis.
Basit, A. 2012. Filsafat Dakwah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
2. Bagaimana kerangka berfikir dalam filsafat dakwah? Apakah ada perbedaan metode berpikir
dalam filsafat dakwah dengan filsafat pada umumnya?
Prinsip dasar berpikir dalam filsafat dakwah yang dapat diturunkan dari al-Qur'an, antara
lain, adalah:
a. Berpegang teguh pada etika ulul al-bab
Berpegang pada etika ulul al-bab tersebut dapat diturunkan prinsip-prinsip dasar
berpikir antara lain:
 Bertaqwa dan menegakkan hak asasi manusia (QS:2:179)
 Memahami ayat-ayat al-Qur'an, baik yang muhkamat maupun yang
mutasyabihat (QS:3:7)
 Menjadikan ruang angkasa, geografi, meteorologi, dan geofisika sebagai objek
pikir (QS:3:190)
 Mengambil hikmah dari Ibadah Haji dan memperjuangkan bekal taqwa dalam
kehidupan. (2:197) e. Bisa membedakan antara kebenaran dan keburukan, tidak
tergoda oleh keburukan, dan selalu bertaqwa dalam mencari keberuntungan
(QS:5:100) f. Mengimani dan mengambil pelajaran dari kisah para Nabi dan rasul
Allah (QS:12:111) g. Memahami dan memperjuangkan kebenaran mutlak yang
datang dari Allah (QS:13:19)
LIAT SS
Tidak ada perbedaan metode berpikir dalam filsafat dakwah dengan filsafat pada umumnya.

REVERENSI : Abas Mahmud Al-Aqqad, Filsafat Al-Qur'an, Terj. Tim Pustaka Firdaus, Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1986

3. Ontologi dan epistemologi merupakan filsafat dakwah Islam dalam mencari makna hakekat
dakwah. Apa yang dimaksud hakekat dakwah? Dan apa prinsip-prinsip dakwah Islam?
Hakikat adalah berbicara sesuatu secara mendasar, aktifitas dakwah banyak kita jumpai,
tetapi hakikatnya, itu belum tentu suatu dakwah, sebaliknya boleh jadi justru kontra
dakwah. Ismail R. al-Faruqi dan istrinya Lois Lamya membagi hakikat dakwah Islam pada tiga
term: kebebasan, rasionalitas dan universalisme.
Pada pengertian dakwah munculnya hakikat dakwah Islam, bahwa dakwah Islam adalah
menanamkan aqidah tauhid dalam konteks “hablun manallah” dan menegakan keadilan
sosial dalam konteks “hablun manannas”, dan dalam actionnya adalah amar makruf nahi
mungkar. dalam arti amar makruf nahi munkar; ialah ajakan untuk mengerjakan kebaikan
dan kebajikan, dan larangan atau pencegahan melakukan keburukan dan kemunkaran,
hakikat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain
yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran Islam sehingga seseorang atau masyarakat
mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup. Pengkondisian dalam kaitan
perubahan tersebut, berarti upaya menumbuhkan kesadaran dan kekuatan pada dari objek
dakwah.
Prinsip-Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Quran:
1) Bi al-Hikmah. Kata al-hikmah Dalam beberapa kamus, kata al-hikmah diartikan: al-adl
(keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), al-Nubuwah (kenabian), al-ilm (ilmu
pengetahuan), dakwah bi al-hikmah pada intinya merupakan penyeruan atau
pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh
kesabaran dan ketabahan, sesuai dengan risalah al-nubuwwah dan ajaran al-Quran
atau wahyu Illahi.
2) Al-Mauidzah al-Hasanah adalah Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari
perbuatan jelek melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi); penjelasan,
keterangan, gaya bahasa, peringatan, penuturan, contoh teladan, pengarahan, dan
pencegahan dengan cara halus.
3) Al-mujadalah al-ahsan Al-mujadalah al-ahsan merupakan upaya dakwah melalui
bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang terbaik, sopan, santun, saling
menghargai, dan tidak arogan.
Reverensi : M. Masyhur Amin. (1995). Dinamika Islam :Sejarah Transformasi dan
Kebangkitan. Yogyakarta: LKPSM
Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka
Setia, 2002.
4. Pertanyaan-pertanyaan apa yang muncul ketika dakwah didekati dari sudut filsafat? Dan
jelaskan posisi dakwah sebagai ilmu dan dakwah sebagai aktivitas !
Ketika dakwah didekati dari sudut filsafat, maka akan segera muncul pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang harus dijawab. Misalnya, apa hakekat dari dakwah itu? Apakah dakwah
merupakan kebutuhan dasar manusia? apa sesungguhnya yang menjadi tujuan dakwah?
Mengapa ajaran Islam perlu dikomunikasikan, disosialisasikan, diinternalisasikan dan
diamalkan? Mengapa nilai-nilai kemanusiaan perlu ditumbuhkembangkan dalam aktivitas
dakwah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan sebagian dari problem dakwah yang
harus dijelaskan oleh filsafat dakwah.
Pengertian Dakwah sebagai aktifitas adalah Dari sudut bahasa kata dakwah berasal dari
bahasa Arab ‫ع ا‬ٙ ‫د‬ٙ yang berarti ‫ط لب‬ٙ menyeru, meminta, menuntun, menggiring atau
memanggil, mengajak orang lain supaya mengikuti, bergabung, memahami untuk memiliki
suatu tindakan dan tujuan yang sama yang diharapkan oleh penyerunya. Sedangkan dari
sudut istilah, ada beberapa pengertian diantaranya, dakwah dimaksudkan seruan untuk
beriman kepada Allah, beriman kepada apa-apa yang dibawa oleh para rasul-Nya, menyeru
untuk mempercayai apa yang diberitakan oleh para rasul serta mentaati apa-apa yang
diperintahkan mereka, hal itu mencakup seruan untuk mengucapkan dua kalimah syahadat,
melaksanakan shalat, zakat, puasa bulan romadlan dan haji. Serta termasuk seruan untuk
beriman kepada Allah, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari kebangkitan, qadla
dan qadar, serta seruan agar hamba meyembah Tuhannya seakan dia melihat-Nya.
Sedabgkan menurut Muhammad al-Khadlar Husain; menyeru manusia kepada kebaikan dan
hidayah serta amar ma’ruf dan nahi mungkar untuk mencapai kepada kehidupan yang
bahagia dunia dan akhirat.
Pengertian Dakwah sebagai ilmu adalah ilmu yang memperalajri berbagai pembahasan
teknis dan seni penyampaian agama Islam kepada ummat manusia yang mencakup akidah,
syariah dan akhlak. Dengan kata lain dakwah adalah ilmu yang mempelajari metode, cara,
serta tujuan dakwah termasuk pilar-pilar dan sejarah serta media yang dipakai dalam
menyampaikan dan menyebarkan ajaran Islam guna mewujudkan tatanan masyarakat islam
yang terbaik.

Revesensi : Basit, A. 2012. Filsafat Dakwah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.


‘Abdul Karîm Zaidan, U’shûlu al-da‘wah, versi e-bok 1975, h, 3.

5. Jelaskan apa maksudnya al-Qur’an sebagai sumber inspirasi filsafat dakwah? Dan bagaimana
kedudukan al-Qur’an dalam diskursus filsafat dakwah ?
Al-Qur’an menjelaskan salah satu identitas kedirian sebagai kitab hikmah dan Al-
Qur’anulhakim yaitu buku yang berarti kearifan, ilmu, dan kebijaksanaan yang “sepadan”
dengan arti filsafat, yaitu cinta ilmudan cinta kebijaksanaan Allah SWT, yang menurunkan
buku hikmah mengenalkan salah satu identitas dirinya dengan sebutan yaitu Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. seperti dalam Q.S. Al-Luqman ayat 2 dan 9. Dengan kesadaran ini Al-
Qur’an harus dipandang sebagai panutan dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya
mencakup ajaran dogmatis tetapi juga ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas, maka
keberadaan filsafat dakwah telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an. Dengan demikian filsafat dakwah
adalah filsafat Al-Qur’an an filsafat Al-Qur’an adalah filsafat dakwah, dan dapat pula disebut filsafat
Nubuwah. Oleh karena itu, segala persoalan filsafat tidak dapat dirumuskan tanpa bersumber pada
Al-Qur’an. Derivasi kata hikmah disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 190 kali dengan 25
bentuk kata. dari 190 itu kata hakim (Maha Bijaksana) disebutkan 81 kali, dan kata hikmah
sebanyak 20 kali. Penelusuran kandungan makna hikmah dalam berbagai konteks
sebagaimana di tunjukan oleh Al-qur’an menjadi medan kajian filsafat dakwah yang akan
melahirkan modelnya yang khas dan mandiri.
kedudukan al-Qur’an dalam diskursus filsafat dakwah. Al-Qur'an adalah kitab dakwah juga
merupakan pesan dakwah Allah kepada Nabi Muhammad Saw, dan ummat manusia, sekaligus
merupakan sumber utama yang menjelaskan mengenai dakwah itu sendiri. Sebab Allah
mengenalkan kemaujudan-Nya melalui dakwah.

Revesensi : Hakim, A, N. 2008. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta: PT. Pustaka Litera
Antarnusa.
6. Jelaskan hakekat masyarakat dalam Islam dan bagaimana prinsip-prinsip dalam pengaturan
kehidupan bermasyarakat?
menurut pandangan Plato, hakikat masyarakat adalah roh, rasio (akal), dan kesenangan
(nafsu). Dalam Islam, manusia berbeda dengan makhluk Allah yang lain, termasuk dengan
malaikat, iblis, dan binatang. Manusia memiliki akal dan nafsu, menjadi pemikul amanah
yang berat, serta bertanggung jawab atas segala yang diperbuat. Berikut ini adalah
penjabarannya mengutip dari jurnal Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat
karya Siti Khasinah (2013):
a. Manusia Sebagai Hamba Allah
Allah menciptakan manusia dengan misi agar mereka menyembah dan tunduk pada
hukum-hukum Allah. Hal ini tercantum dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah
Aku.”
Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi
larangan-Nya, baik yang menyangkut hubungan dengan Allah atau hubungan dengan
sesama manusia.
b. Sebagai al-Nas
Al-nas mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia
lainnya untuk mengembangkan potensi dalam dirinya.seperti yang dujelaskan dalam
firman allah pada (QS Al Hujurat ayat 13).
c. Sebagai Khalifah di Bumi
Manusia diberi amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Artinya manusia
memiliki wewenang untuk memanfaatkan alam guna memenuhi kebutuhan hidup,
namun juga bertanggung jawab terhadap kelestariannya. Hakikat manusia sebagai
khalifah ini salah satunya dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 30.
Islam telah memberikan tuntunan mengenai cara bergaul dengan orang lain yakni hidup
bermasyarakat. Di dalamnya terdapat etika bertetangga, adab bertamu. dan menjadi tuan
rumah, menjalin hubungan persaudaraan hingga mengenai pergaulan antar sesama
manusia secara baik telah dijelaskan Islam. Berikut ini sejumlah prinsip etika hidup
bermasyarakat:
1. Etika bertetangga
Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 36:
Quraish Shihab menjelaskan dalam Tafsir al-Misbah bahwa berbuat baik dalam ayat
tersebut ditunjukan kepada kedua orang tua, kerabat dekat, anak yatim (belum
dewasa), orang miskin, tetangga (baik dekat maupun jauh), teman sejawat,ibnu Sabil
(anak-anak jalanan dan orang yang habis bekalnya saat dalam perjalanan), dan
hamba sahaya.
2. Etika bertamu
Selain mengatur adab bertetangga, Islam juga memberikan tuntunan bagaimana
bertamu dengan baik. Firman Allah SWT dalam surat Al Hijr ayat 682l. Lafazh dhaifi
(tamuku) pada ayat di atas yang berarti tamu-tamu Penekanan Nabi Luth dengan
menyebut lafaz tamu sambil menunjuk bahwa tamu-tamu tersebut merupakan
orang-orang yang berkunjung kepadanya yang harus dihormati.
3. Hak tamu dan tuan rumah
Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan Abu Hurairah RA
mengenai sejumlah peraturan yang harus dijalankan tamu dan tuan
rumah.Berdasarkan hadits di atas, menyambut kedatangan tamu lalu menyalaminya
dengan “hangat” dan menahan diri supaya tidak menunjukkan sikap “dingin”
merupakan salah satu cara untuk memuliakan tamu yang harus ditunjukan oleh tuan
rumah.
Tuan rumah melanjutkan dengan beramah tamah, menyiapkan makan dan tempat
istirahat bagi tamunya.
4. Etika dalam Pergaulan. Nabi mengibaratkan pergaulan merupakan cerminan dari
sesorang, hal ini tertuang dalam sabdanya yang diriwayatkan Imam Muslim pada
Shahih Muslim hadits nomor 4762, Hadits di atas memerintahkan untuk sebaik
mungkin memilih teman agar tidak salah pergaulan. Tatakrama yang diatur
sedemikian rupa merupakan pedoman pergaulan antara manusia.
Reverensi : https://mui.or.id/hikmah/31923/4-etika-dan-prinsip-bermasyarakat-menurut-
tuntunan-islam/
7. Jelaskan apa hakekat pesan dakwah dan bagaimana cara yang dilakukan agar pesan-pesan
dakwah menjadi efektif?
Hakikat pesan dakwah adalah Islam atau syari’at sebagai kebenaran hakiki yang datang dari
Allah melalui Malaikat Jibril kepada para nabi-Nya dan terakhir kepada Nabi Muhammad
SAW. Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah al- Qur’an itu sendiri, yang
memiliki maksud spesifik, paling tidak terdapat sepuluh maksud pesan al- Qur’an sebagai
sumber utama Islam, yaitu: 1 Menjelaskan hakikat tiga rukun agama Islam, yaitu Iman,
Islam, Ihsan yang telah didakwahkan oleh para rasul dan nabi; 2 Menjelaskan segala sesuatu
yang belum diketahui oleh manusia hakikat kenabian, risalah, dan tugas para Rasul Allah; 3
Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok dan masyarakat; 4
Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik di atas dasar kesaatuan
nilai kedaimaian dan keselamatan dalam keagamaan.
Menurut saya, cara yang dilakukan agar pesan-pesan dakwah menjadi efektif adalah dengan
menggunakan media sosial karena pada zaman sekarang media sosial sangat lekat dengan
kehidupan manusia. Dari mulai kalangan remaja hingga tua. Jika media sosial dimanfaatkan
untuk menyebarkan dakwah dakwah islami kepada masyarakat maka akan mampu
membius generasi milenial tertarik untuk melihatnya. dengan durasinya yang singkat akan
lebih bisa diterima masyarakat, sehingga pesan yang yang disampaikan padat, jelas dan
bermakna di hati para penonton. Menggunakan media sosial sebagai media dakwah akan
menjadi sangat efektif dengan memperhatikan beberapa tips berikut ini dengan Perdalam
kedekatan dengan Allah, memahami apa kebutuhan ummat. memperbanyak silaturahim,
Memulai dari yang terdekat.
Reverensi : https://unida.gontor.ac.id/memanfaatkan-media-sosial-sebagai-media-dakwah-
masa-kini/

Anda mungkin juga menyukai