Anda di halaman 1dari 6

\ROAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT DAKWAH

Shanti Eka Nanda Putri


Fakultas Dakwah, Universitas Negri Islam Prof. KH. Saiffudin Zuhri Purwokerto, Jawa
Tengah
Email : Shantie856@gmail.com

ABSTRAK

Kata kunci,

PENDAHULUAN
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani philosophia. Dalam Bahasa tersebut,
philosophia merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan,
cinta dan lain-lain) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Dengan menjadi arti harfiahnya
adalah: “cinta kebijaksanaan” (Sulthan & Qasim, 2008). Secara istilah filsafat
merupakan ilmu khusus yang menjawab pertanyaan yang dibahas pada luar atau diatas
jangkauan ilmu sains dan tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Sedangkan
Dakwah, Ilyas dan prio (2015) mendefinisikan bahwa dakwah adalah kegiatan
mengajak, menyeru, dan memanggil manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT sesuai dengan keyakinan, syariat, dan akhlak Islam.1 Karena salah satu tugas
dakwah adalah mengajarkan, membangkitkan, dan mendidik opini masyarakat tentang
apa yang baik (makruff) dan apa yang buruk (munkar). Agama membimbing orang dan
menentukan benar dan salah.
Filsafat dakwah adalah filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang memelajari
secara kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses
komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam dan untuk mengubah
keyakinan, sikap dan perilaku seseorang khas Islam) dan respon terhadap dakwah yang
dilakukan oleh para dâ’i dan mubaligh, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi
manusia-manusia yang baik dalam arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan
oleh Islam (Machfoeld, 2004). Pada dasarnya filsafat dakwah mempunyai ruang lingkup
yang luas, tidak terkecuali filsafat dakwah membahas hubungan manusia dengan
lingkungannya. Salah satunya dakwah yang berkaitan dengan lingkungan

1
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban (Jakarta:
Kencana Prenada Medai Group, Cet. I, 2011), hal. 4-5.
Filsafat menurut definisi adalah ilmu khusus yang menjawab pertanyaan yang dibahas
pada luar atau diatas jangkauan ilmu sains dan tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa. Dalam arti praktis, filsafat berarti sifat berfikir/sifat pikiran,
sedangkan berfilsafat adalah: berpikir secara mendalam atau radikal atau serius. Para
pakar memberikan pemahaman yang berbeda tentang filsafat. Perbedaan ini tidak hanya
menyangkut makna filsafat, tetapi juga menyangkut soal objek dari filsafat itu sendiri.
Tetapi pada umumnya filsafat berkaitan dengan masalah untuk menemukan esensi
(kebenaran yang sejatinya merupakan kebenaran). Filsafat juga dapat dipahami sebagai
kajian atau pembahasan diskusi menyeluruh tentang sesuatu untuk menemukan esensi
dari sesuatu. Berbeda dengan kajian keilmuan atau setidaknya filsafat Ini memiliki 4 ciri
khas. Pertama, bersifat kritis Artinya belajar dan mempertanyakan hal-hal secara kritis,
lalu coba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara kritis. Namun dapat diketahui
bahwa berpikir kritis adalah proses yang tidak akan pernah berakhir. Kedua, radikal.
mempelajari sesuatu untuk menemukan esensi atau paling mendasar dari sesuatu yang
dipelajari. Ketiga, universal. Dari filosofi ini selalu membutuhkan refleksi dan
pemikiran terhadap sesuatu secara utuh dan tidak mentolerir pada penelitian yang
parsialistik-atomistik, tetapi harus holistik, universalistik, dan komprehensif. Keempat,
spekulatif. Tidak diperlukan bukti empiris dalam arti bahwa pikiran saja yang bergerak
atau berputar. Oleh karena itu, semua pemikiran filosofis selalu membutuhkan akal dan
kekuatan pemikiran yang cerdas dan cemerlang.
Kata dakwah adalah tata nama yang berasal dari kata Arab "dakwah". Kata kerja da'â
berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Kata benda fa'il (pemain) adalah dâ'i,
yang berarti pendakwah, pelaku dakwah. Kamus Al-Munjid fî al-Lughah wa al-A'lâm
memberi arti dâ'i sebagai seseorang yang mengajak orang kepada agama atau alirannya.
Kata da'â mempunyai makna antara lain memanggil, mengajak, meminta bantuan,
memohon, memberi nama, memerintahkan datang, mendorong. menyebabkan,
mendatangkan, berdoa, menangisi dan meratapi. Penggunaan kata dakwah biasanya
mengacu pada ajaran Islam yang bersifat kaffah. Bahasa arab dakwah secara bahasa
berarti dakwah adalah akar kata dasar (masdar) dari kata kerja da'a-yad'u, yang artinya
mengajak, menasihati, atau mengajak. Dakwah adalah kegiatan mengajak, menyeru, dan
memanggil manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan
keyakinan, syariat, dan akhlak Islam. Jadi dakwah juga berarti Amar makruf nahi.
Munkar dikatakan mengundang kebaikan dan mengusir kejahatan. Amar Makruf Nahi
Munkar sebagai dakwah sangat mirip. Karena salah satu tugas dakwah adalah
mengajarkan, membangkitkan, dan mendidik opini masyarakat tentang apa yang baik
(makruff) dan apa yang buruk (munkar). Agama membimbing orang dan menentukan
benar dan salah. Makruf dan Munkar karena itu tidak terputus dari opini publik. Secara
umum, ketika seseorang membuat makruf, itu akan disetujui, dibenarkan, dan dikagumi
oleh seluruh masyarakat. Sedangan jika sesorang melakukan hal-hal buruk, orang itu
akan ditolak, dibenci, dan ditidak disukai oleh seluruh masyarakat. Sebab bertambahnya
kecerdasan beragama maka akan meningkatkan pengetahuan tentang kebaikan dan
kebencian terhadap kejahatan. Dakwah dalam bentuk al-amru bil ma'ruf adalah gerakan
menyebarkan rahmat dan kasih sayang. Dakwah berupa penyebarluasan ilmu dan
pendidikan, bacaan, pengajaran, pembinaan spiritual, pemberian dukungan sosial dan
pemberian materi pelatihan melatih dan membimbing orang-orang ke arah yang benar.
Di sisi lain, dakwah dalam bentuk Nahi Munkar adalah kegiatan untuk mencegah dan
menolak hal-hal yang munkar seperti segala macam keburukan, dosa, kejahatan,
kerusakan, ketidakadilan. Ada begitu banyak bentuk kejahatan yang terjadi, baik secara
fisik maupun mental. Kita dapat menyimpulkan bahwa dakwah adalah: kegiatan atau
upaya yang menghimbau kepada umat Islam dan non-Muslim, secara bijaksana, untuk
mengikuti Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyebaran ajaran Islam untuk
diamalkan dalam kehidupan kehidupan nyata, sehingga mereka dapat hidup damai di
dunia dan bahagia diakhirat.
PEMBAHASAN
Adapun pengertian dari filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang memelajari
secara kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, kenapa diperlukan proses
transformasi komunikasi dan pengajaran dan nilai-nilai Islam dan untuk mengubah
keyakinan, sikap dan perilaku khas muslim) dan reaksi mubaligh, sehingga orang yang
terdakwahi dapat menjadi orang baik dalam arti beriman, akhlak mulia sebagaimana
yang diajarkan oleh islam. Selanjutnya filsafat dakwah dapat dikemukakan sebagai
kajian kefilsafatan tentang dakwah, yang dapat dipahami dalam tiga cara Pertama,
mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip dan hal-hal yang dianggap paling penting
tentang dakwah. Kedua, kajian rasional atau kefilsafatan tentang prinsip-prinsip dakwah
yang digali dari sumbernya Islam yang benar (al-Quran dan as-Sunnah), serta ulama,
sebagai pedoman bagi da'i dalam menjalankan tugas dakwahnya untuk mencapai
keridhaan Allah. Ketiga, penelitian dakwah menunjukkan perbedaan (pola pikir) pada
aspek-aspek kunci mengenai dakwah. Tujuan filsafat dakwah adalah untuk memberikan
pemahaman universal tentang unit ajaran Islam yang mendalam, mendasar dan radikal
sampai ke akarnya sehingga akhirnya bisa membawa pada Kebenaran hakiki, menuntun
pada kebenaran yang hakiki, Keperluan-keperluan tersebut diterjemahkan ke dalam
perilaku sehari-harinya sebagai seorang muslim. lebih jauh Dimaksudkan untuk
menyenangkan beberapa jiwa yang sangat berharga, juga membawa seseorang kepada
keyakinan agama yang benar. Itu, jika sebelumnya hanya diterima secara dogmatis dan
mutlak, pada akhirnya bukan hanya mitos. Tetapi juga diterima oleh pola pikir yang
berbeda Akal juga memberi arti tapi penting dalam menyadarinya akan otoritasnya
sebagai makhluk yang berdimensi dalam memahmi diri.
Saat ini kesadaran masyarakat terhadap lingkungan semakin menurun. Hal ini
disebabkan kurangnya pembentukan karakter dalam kehidupan. Komitmen nasional
terhadap kebutuhan Pendidikan karakter yang disyaratkan Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang berisi bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembanakan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkebangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”. Peran masyarakat dalam pendidikan sangat
dibutuhkan untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter, baik dalam pendidikan
formal seperti sekolah maupun noformal seperti pesantren. Pesantren Pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang dianggap sebagai sistem
pendidikan tertua di Indonesia. Pendidikan pesantren muncul jauh sebelum pendidikan
datang bersamaan dengan sistem sekolah. Pesantren ini tumbuh sebagai perwujudan
strategi umat Islam untuk menegaskan eksistensinya melawan pengaruh kolonialisme
Barat. Masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan belajar mengajar bagi umat Islam
menjadi alternatif untuk memprediksi secara sempurna. Pesantren adalah miniatur
kehidupan sosial dan dalam sebuah pesantren terdapat norma-norma yang berbeda yang
harus diikuti seperti norma-norma masyarakat. siswa yang tinggal di Pesantren
diajarkan dengan disiplin yang sangat tinggi dengan harapan setelah lulus dari pesantren
akan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. masyarakat yang inovatif dan
produktif. Dunia pesantren harus terlibat dalam setiap inisiatif yang ditujukan untuk
pengembangan masyarakat, terutama di daerah pesantren. Santri yang tinggal di pondok
pesantren dituntut memiliki sikap peduli terhadap lingkungan. selalu menjaga
kelestarian lingkungan dan mencegah tindakan yang dapat membahayakan
integritasnya. Selain manusia diciptakan untuk menyembah Allah, manusia juga
diciptakan sebagai penguasa di bumi. Salah satu bentuk kepedulian santri terhadap
lingkungan dinyatakan melalui kepedulian khusus sebagai minat terhadap kebersihan.
kebersihan adalah bagian dari iman. Kita semua tahu bahwa dalam Islam, kebersihan
sangat penting karena kebersihan identik dengan kesucian. Dengan kesucian, itu akan
menyangkut persoalan sah atau tidaknya ibadah. Pesantren sebagai muara pendidikan
Islam tentunya sangat memperhatikan kebersihan lingkungan. Pesantren bercirikan
gotong royong, bagian dari tradisi asli masyarakat Indonesia yang mulai hilang akibat
terkikis oleh budaya asing. Terkikisnya budaya asli Indonesia merupakan salah satu
dampak dari derasnya arus globalisasi. Pesantren dengan gaya hidup kolektifnya
menjadi salah satu pilihan semangat dan tradisi gotong royong di masyarakat. Nilai-nilai
seperti persaudaraan, tolong-menolong, solidaritas, menuntut ilmu, keikhlasan,
perjuangan, ketaatan kepada Tuhan, Rasul, dan Kepemimpinan juga mendukung
keberadaan pondok pesantren. Nilai-nilai seperti persaudaraan, tolong-menolong,
solidaritas, menuntut ilmu, keikhlasan, perjuangan, ketaatan kepada Tuhan, Rasul, dan
Kepemimpinan juga mendukung keberadaan pondok pesantren. Dipesantren memiliki
tradisi ro’an. Roan berasal dari kata tabarrukan yang disingkat menjadi rukan kemudian
menjadi roan. Roan adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kegiatan
gotong royong atau pengabdian masyarakat yang melibatkan banyak santri di pondok
pesantren. Roan merupakan adat tradisional dan erat kaitannya dengan identitas pondok
pesantren. Ada beberapa tradisi ro’an yakni ro’an bulanan (akbar), ro’an mingguan, dan
ro’an harian. Ro’an bulananan ini dilakukan setiap awal bulan atau adanya hari besar
islam untuk membersihkan pondok. Ro’an bulanan ini dilakukan oleh santri dan
pengurus. Ro’an bulanan dilaksanakan pada pagi setelah jama’ah shubuh yang fokus
untuk membersihkan semua area di pesantren. Tidak hanya ro’an bulanan namun
berbeda dengan kegiatan ro’an harian ini hanya Sebagian santri saja yang mendapatkan
jatah dikarenakan dawuh (perintah) langsung dari ibunyai atau pakyai. Ro’an harian ini
meliputi pembangunan asrama pondok. Santri roa’an membantu kerja dari tukang
pondok. Selain ro’an harian adapula ro’an mingguan yang dilaksanaan setiap hari ahad
pagi. Ro’an mingguan ini meliputi membersihkan area gedung atau komplek masing-
masing santri. Yang dijalankan oleh para santri yang bermukim di masing-masing
gedung. Tradisi ro'an seperti di atas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh santri
(nderek ndalem) dan telah menjadi adat dan ciri khas dalam dunia pesantren. Adanya
kegiatan ro’an ini menjadikan santri memiliki karakter yang baik yakni bertanggung
jawab dan jujur.
Daftar Pustaka
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban (Jakarta: Kencana Prenada Medai Group, Cet. I, 2011), hal. 4-5.
Ki Musa A. Machfoeld, 2004, Filsafat Dakwah (Jakarta: PT Bulan Bintang), hal. xv.

Anda mungkin juga menyukai