Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah dapat dilihat dari dua segi yakni

etimologi dan terminologi. Secara etimologi kata dakwah berasal

dari Bahasa Arab yaitu da‟a (‫ )دعا‬yad‟u (‫ )يدعو‬yang secara harfiah

atau Bahasa dapat diartikan sebagai seruan, ajakan, panggilan,

undangan, pembelaan, permohonan.1

Pengertian dakwah juga dibedakan dengan beberapa kata

yang bersaudara yaitu ta‟lim, tadzkir, dan taswir. Ta‟lim artinya

mengajar, tujuannya untuk menambah pengetahuan orang yang

diajar. Tadzkir artinya mengingatkan, tujuannya untuk

memperbaiki kelupaan orang kepada sesuatu yang harus selalu

diingat. Sedangkan Taswir artinya melukiskan sesuatu pada alam

1
Awaludin Pimay, paradigma dakwah humanis: strategi dan metode
dakwah prof KH syaifudin zuhri, (semara

24
25

pikiran seseorang, tujuannya untuk membangkitkan pengertian

akan sesuatu yang dilukiskan.2

Dakwah merupakan penyampaian ajaran agama Islam

yang tujuannya agar orang tersebut melaksanakan ajaran agama

dengan sepenuh hati.3 Dakwah juga merupakan seruan atau

ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi menjadi

lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun

masyarakat.4

Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam

menentukan dan mendefinisikan dakwah, hal ini disebabkan oleh

perbedaan mereka dalam memaknai dan memandang kalimat

dakwah itu sendiri. Sebagian ulama seperti yang diungkapkan

oleh Muhammad Abu al-Futuh dalam kitabnya al-madkhal ila

„ilm ad-Da‟wat mengatakan, bahwa dakwah adalah

menyampaikan (at-taliqh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang

2
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dalam
Berdakwah Di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 27.
3
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1997), h. 5.
4
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Jakarta: Mizan,
1992), h. 194.
26

telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagian lagi

menganggap dakwah sebagai ilmu dan pembelajaran (ta‟lim).5

Berdasarkan definisi - definisi dakwah yang telah

disebutkan, sesungguhnya esensi dakwah terletak pada usaha

pencegahan (preventif) dari penyakit - penyakit masyarakat yang

bersifat psikis dengan cara mengajak, memotivasi, merangsang

serta membimbing individu atau kelompok agar sehat dan

sejahtera jiwa dan raganya, sehingga mereka dapat menerima

ajaran agama dengan penuh kesadaran dan dapat menjalankan

ajaran agama sesuai dengan tuntutan syariat Islam. 6

2. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah dalam tataran proses, maka melibatkan sejumlah

unsur yang saling bersinergi antara satu dengan lainnya. Artinya

tanpa unsur-unsur tersebut, maka dakwah tidak dapat eksis di

tengah-tengah umat. Unsur-unsur dakwah adalah komponen -

komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah.7

5
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta:
Prenadamedia, 2006), h. 5-6.
6
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah,…, h. 7.
7
M. Munir dan Wahyu Ilahi ,Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana,
2006), h. 21.
27

Dalam proses kegiatan dakwah, banyak unsur yang

terlibat, baik secara langsung, maupun tidak langsung. Mengingat

posisi dan peran kegiatan dakwah sangat urgent, maka

dibutuhkan pemahaman yang mendalam dan komprehensif,

sehingga dapat menunjang dalam setiap proses dakwah. 8

Ketetapan dan keberhasilan dakwah akan dapat terwujud

dengan baik apabila unsur-unsur dakwah sudah terpenuhi. Unsur-

unsur inilah yang menjadi titik berlangsungnya kegiatan dakwah,

karena antara satu komponen dengan komponen lainnya saling

berkorelasi dalam kesuksesan dakwah. Adapun komponen -

komponen tersebut yaitu:

a. Da’I (Subyek Dakwah)

Da’I adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik

dengan lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan secara

individu, kelompok, atau melalui organisasi/lembaga. Da’I sering

juga disebut dengan mubaligh, yakni orang yang menyampaikan

ajaran Islam. Namun sebutan Mubaligh ini konotasi nya sangat

sempit karena masyarakat cenderung mengartikan nya sebagai

8
Abdul Wahid, Gagasan Dakwah Pendekatan Komunikasi
Antarbudaya, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 25.
28

orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti

penceramah, Khotib dan sebagainya.

Seorang da’i dituntut untuk mengetahui segala unsur yang

tercakup dalam pelaksanaan dakwah: isi dakwah, unsur manusia

yang dihadapi, unsur kondisi (ruang dan waktu), unsur bentuk

dan cara dakwah yang sesuai.

Seorang da’I harus pula memiliki tiga (3) faktor yang

melekat pada dirinya. Pertama, imannya harus kuat dan mantap

supaya orang lain tidak ragu-ragu menerima dakwah nya. kedua,

pribadi da’I harus bisa menjadi contoh. Ketiga, da’I harus peka

terhadap alam sekitar, di samping harus terampil dalam menilai

situasi medan, dan terampil pula dalam memilih atau

menyampaikan dakwah nya sesuai dengan tempat, waktu dan

massa.9

b. Mad’u (Objek Dakwah)

Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u yaitu manusia

yang menjadi saran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik

individu maupun kelompok, baik manusia yang beragama Islam

9
Rubiyanah dan Ade Masturi, “Pengantar Ilmu Dakwah”, (Ciputat:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.71-73.
29

atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Firman Allah

dalam Al-Qur’an Surat Saba’ ayat 28, yaitu:

ِ ‫ااس بَ ِش ًريا َونَ ِذ ًيرا َوَٰلَ ِك ان أَ ْكثَ َر ٱلن‬


‫ااس ََّل يَ ْعلَ ُمو َن‬ ِ ‫ك إِاَّل َكافاةً لِّلن‬
َ َ‫َوَما أ َْر َسْلَٰن‬
“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan umat

manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan

sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”.

Mad’u (Objek dakwah) terdiri dari berbagai macam

golongan manusia, oleh karena itu menggolongkan mad’u sama

dengan menggolongkan manusia itu sendiri.

Mad’u bisa dibagi-bagi berdasarkan agama, status sosial,

profesi, ekonomi dan seterusnya. Penggolongan mad’u tersebut

antara lain sebagai berikut :

1) Dari segi sosiologis, ada masyarakat terasing, pedesaan, kota

besar, dan kota kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari

kota besar.

2) Dari segi struktur kelembagaan, ada masyarakat pemerintah

dan keluarga.
30

3) Dari segi sosial kultur, ada golongan priyayi, santri, terutama

pada masyarakat jawa.

4) Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja dan

golongan orang tua.

5) Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman,

buruh, pegawai negeri.

6) Dari segi tingkatan hidup sosial ekonomi, ada golongan kaya,

menengah dan miskin.

7) Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.

8) Dari segi khusus, ada masyarakat tuna susila, tunawisma, tuna

karya, narapidana dan sebagainya.10

Pengetahuan tentang mad’u secara keseluruhan ini perlu

diketahui oleh setiap da’i sebelum melaksanakan dakwah nya,

sebab pengetahuan ini sangat membantu dalam menentukan

pendekatan dan metode dakwah.11

10
Mohammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah,
(Surabaya: Pena salsabila, 2013), h. 66-68.
11
Mohammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah…, h. 70.
31

c. Maddah (materi Dakwah/ Pesan Dakwah)

Materi dakwah/pesan dakwah adalah isi pesan yang

disampaikan da’i kepada mad’u. Pada dasarnya pesan dakwah itu

adalah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber pada Al - Qur’an

dan Al - Hadits. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3

yaitu:

1) Pesan Aqidah

Aqidah secara etimologi ialah ikatan, atau sangkutan. Dalam

pengertian istilahnya aqidah yaitu Iman atau keyakinan.

Karenanya aqidah Islam disatukan dengan rukun Iman yang

menjadi azas seluruh ajaran agama Islam. 12

Aqidah dalam Islam bersifat I‟tiqad bathaniyah, mencakup

masalah yang erat hubungannya dengan rukun Iman. Meliputi

iman kepada Allah SWT, malaikat, Kitab-kitab, Rasul-

rasulnya, hari akhir (hari kiamat), dan iman kepada Qadha dan

qadar.13 Tetapi, tidak hanya itu menurut Hasan Al- Banna

dalam Majmu‟at al-Rasail menyatakan bahwa pembahasan

12
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983), h. 60.
13
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Remaja Rosadakarya,
2010), h. 20.
32

mengenai aqidah tidak hanya tertuju pada masalah-masalah

yang wajib diimani saja, tetapi juga meliputi masalah-masalah

yang dilarang dan diperbolehkan di dalam agama Islam. 14

2) Pesan Syariah

Syariah dalam Islam berhubungan dengan amal yang nyata

dalam rangka menaati semua peraturan dan hukum Allah

SWT, guna mengatur hubungan antara manusia dengan

tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antar manusia.

Masalah-masalah syariah bukan hanya terbatas pada ibadah

kepada Allah SWT saja, akan tetapi masalah-masalah yang

berkaitan dengan pergaulan sesama manusia. Seperti hukum

jual beli, berumah tangga, warisan, kepemimpinan, dan amal -

amal baik lainnya. Demikian juga larangan seperti meminum

minuman keras, berzina, mencuri, dan sebagainya termasuk

pula masalah-masalah yang menjadi materi dakwah Islam

(nahi munkar).

14
Muhammad Hanif Fuadi, Pesan Dakwah Hasan Al-Banna Dalam
Buku Majmu‟at Al-Rasail, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 11 No. 2 (Oktober-
Desember, 2017), STIT At-Taqwa Gegerkalong Bandung, h.335.
33

3) Pesan Akhlak

Akhlak ialah bentuk jamak dari kata Khuluq yang berarti budi

pekerti, tingkah laku, perangai, atau tabiat. Akhlak dapat

berarti positif dan juga negative.15 Selain itu akhlak

merupakan sebuah tindakan yang bersifat diusahakan dengan

bebas, merdeka dan penuh dengan pertimbangan. Perbuatan

yang bersumber rasional, tujuannya untuk mencapai keridhaan

Allah melalui daya pikir. Akhlak ini mencakup akhlak

terhadap Allah SWT, akhlak terhadap makhluk mencakup

manusia, diri sendiri, tetangga dan Masyarakat lainnya, akhlak

terhadap makhluk lainnya seperti Flora, Fauna, dan

sebagainya.16 kajian akhlak juga menekankan pentingnya

Amar Ma‟ruf nahi Munkar bersumber pada tanggung jawab

sosial yang diutamakan dalam masyarakat atas hak

individunya sebagai asas kemanfaatan dan pemberdayaan

dalam persaudaraan, tolong menolong (Ta‟awun), empati dan

rasa saling mencintai terhadap sesama muslim.17

15
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,…, h. 60-62.
16
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah,…, h. 20.
17
Muhammad Hanif Fuadi, Pesan Dakwah Hasan Al-Banna Dalam
Buku Majmu‟at Al-Rasail,…, h.338.
34

d. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru

dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam.

Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat

penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi

disampaikan dengan lewat metode yang tidak benar, maka pesan

itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Ketika membahas

tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada

AlQur’an Surat An-Nahl ayat 125:

ِ ‫ْح ْكم ِة والْمو ِعظَ ِة الْحسنَ ِة وج‬


‫ادل ُْهم بِالَّتِي ِه َي‬ ِ َ ِّ‫يل رب‬
ََ َ َ ْ َ َ َ ‫ك بِال‬ ِ ٰ ‫ا ْدعُ إِل‬
َ ِ ‫َى َسب‬
ِ ِ ِِ ِ َ ‫ك ُه َو أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬
َ َّ‫َح َس ُن إِ َّن َرب‬
َ ‫ض َّل َعن َسبيله َو ُه َو أَ ْعلَ ُم بال ُْم ْهتَد‬
‫ين‬ ْ‫أ‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan

cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk ”.
35

Dalam ayat ini metode dakwah ada tiga, yaitu: bi al-

hikmah, mau‟idzatil hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan.

Secara garis besar ada tiga pokok metode (Thariqoh) dakwah,

yaitu :

1) Al-hikmah

Al-Hikmah berasal dari Bahasa Arab yang berarti

kebenaran yang mendalam. Al-Hikmah yaitu berdakwah dengan

memerhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah yang menitik

beratkan kepada kemampuan mereka, sehingga dalam

menjalankan ajaran - ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi

merasa terpaksa atau keberatan.18 Dalam proses berdakwah di

dalam masyarakat untuk mengajak dan memberdayakan

masyarakat maka al-hikmah memiliki 3 model, yaitu:19

a) Melalui studi komparatif, melalui studi komperatif ini metode

dakwah di tujukan agar dai mampu memberikan materi atau

pesan dakwah dengan melihat perbandingan dalam ayat-ayat

18
M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah,…..h. 33-34.
19
Masrul Efendi, Metode Pemberdayaan Berbasis Dakwah,…, h.
153-160.
36

Al-Qur’an sebagai motivasi bagi masyarakat untuk dapat

melakukan kebaikan.

b) Melaui Amsal (Perumpamaan), tujuan menggunakan Amsal ini

agar manusia dapat memikirkan antara satu contoh dengan

contoh yang lain, dan dengan demikian diharapkan dapat

mengambil pembelajaran dan menjadi amalan praktek untuk

menjalankan kehidupannya.

c) Melalui kisah/sejarah, pada umumnya di dalam Al-Qur’an

banyak menggambarkan tentang kisah dengan menampilkan

problematika-problematika yang terjadi di masa lalu, bukan

hanya sebagai upaya menarik perhatian saja, melainkan agar

manusia setelahnya dapat mengambil pelajaran dari kisah-

kisah tersebut.

2) Mau‟idzatil hasanah

Yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat - nasihat

atau penyampaian ajaran - ajaran Islam dengan rasa kasih sayang,

sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat

menyentuh hati mereka.20 Pengajaran dan juga nasihat yang

20
M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah,…, h. 33-34
37

diberikan harus dapat menyesuaikan dengan keadaan dan situasi

serta kondisi masyarakat yang ada, maka dengan begitu dalam

metode Mau‟idzatil hasanah ini terdapat 3 model dakwah yang

dapat dilakukan di dalam masyarakat yaitu:21

a) Pendidikan dan pengajaran, atau lebih tepatnya yaitu

memberikan nasihat yang bertujuan agar timbul kesadaran

pada orang yang dinasihati, sehingga mereka dapat sadar

terhadap kewajibannya. Maka dengan begitu memberikan

nasihat merupakan metode penyampaian Syiar Islam kepada

para masyarakat ataupun mad’u agar dapat menjalankan yang

ma’ruf dan menjauhi yang munkar.

b) Bimbingan dan penyuluhan, dalam metode yang berkaitan

dengan bimbingan dan penyuluhan ini yaitu ada istilah kata

Tabsyir (kabar gembira) dan juga Tandhir (peringatan),

diantara tujuan tabsyir sendiri yaitu untuk menguatkan dan

memperkokoh keimanan serta memberikan harapan,

menumbuhkan semangat untuk beramal dan juga

menghilangkan sifat ragu dalam dirinya. Tujuan ini diharapkan

21
Masrul Efendi, Metode Pemberdayaan Berbasis Dakwah,…, h.
160-164.
38

dapat menjadi motivasi dalam melaksanakan ajaran-ajaran

agama.

c) Uswah wa al-tahbiq (teladan yang baik), kata uswah sendiri

yaitu berarti suri teladan hal ini dapat dipahami sebagai

panutan yang baik untuk setiap amaliyah. Keteladanan yang

baik bukan hanya dalam bertutur kata atau berkomunikasi,

tetapi bagaimana hal tersebut dapat diinternalisasikan dalam

kehidupan yang nyata, baik dalam perkataan, perbuatan

maupun sikap dan tingkah laku dalam keseharian untuk

menjadi panutan di lingkungannya.

3) Mujadalah billati hiya ahsan,

Yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan

membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak

memberikan tekanan - tekanan yang memberatkan pada

komunitas yang menjadi sasaran dakwah.22 metode Mujadalah

billati hiya ahsan ini yaitu sebuah cara untuk mengajak orang

kepada Islam dengan cara berdiskusi yang dilandasi dengan

argumentasi yang berbeda dengan mempergunakan dalil yang

22
M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah,…..h. 33-34
39

kompleksitas dan juga dapat memberikan petunjuk kepada orang

kafir.

Dalam metode Mujadalah billati hiya ahsan jika dilihat

dalam pembahasan pemberdayaan atau sosial di masyarakat

terdiri dari 3 bentuk diskusi, yaitu:

a) Musyawarah (Focus Group Discussion) atau diskusi

kelompok yang terarah.

Bentuk dari metode ini ialah Al-asilah wa al-ajwibah

(metode tanya jawab), metode ini yaitu menyatakan

mengenai hal-hal yang belum diketahui sebelumnya oleh

lawan bicaranya kepada orang yang dianggap mengetahui

dan sekaligus bisa memberikan jawaban-jawaban yang dapat

memuaskan hatinya. Metode ini sudah ada sejak di zaman

Rasulullah SAW, terutama di kalangan para sahabat yang

menanyakan mengenai masalah keagamaan yang dihadapi,

terutama masalah aqidah, hukum, maupun pelaksanaannya

dan masalah lain yang berhubungan dengan urusan di

kehidupan dunia. Bagi seorang da’i ataupun fasilitator dalam

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, ataupun


40

berbagai masalah yang berkembang di dalam masyarakat,

maka dari metode Al-Asilah wa al-ajwibah ini muncul

beberapa konsep serta beberapa komponen yang perlu

diperhatikan yaitu: pertama, jika pertanyaan yang

berkembang di dalam masyarakat terkait masalah aqidah,

maka jawaban yang diberikan harus dijawab segera dan

dengan tuntas. Kedua, jika masalah yang ditanyakan terkait

masalah hukum (fiqh) yang perlu diubah, maka

perubahannya harus melalui pembinaan secara bertahap dan

berencana, dan Ketiga, jika masalah yang ditanyakan terkait

mengenai masalah sosial dan kemasyarakatan, maka

penyelesaiannya harus segera dan terperinci, ditujukan agar

hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.23

b) Muzakarah (Participatory Learning and Action), atau proses

belajar dan praktek secara partisipasi.

Muzakarah atau lebih dikenal dengan Hiwar (dialog) berasal

dari bahasa Arab yang berarti perdebatan yang memerlukan

23
Masrul Efendi, Metode Pemberdayaan Berbasis Dakwah, Jurnal
Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Vol 3 No.1, (Desember 2020),
h. 164-166.
41

jawaban.24 Dengan kata lain hiwar dapat berarti bertukar

pikiran antara objek dakwah dan proses dakwah terhadap

masalah yang diketahui terlebih dahulu yang akan

didiskusikan. Metode ini dapat menjadi tanda bahwa sebelum

da’I melakukan kegiatan di dalam masyarakat seperti

pemberdayaan atau dakwah, maka dai harus aktif terhadap

apa yang sedang berkembang di dalam masyarakat. Sehingga

pada saat diskusi atau timbul pertanyaan maka perlu

diberikan jawaban yang sesuai dengan kemampuan objek

atau mitra dakwah yang menerima atau menanyakannya dan

dapat memuaskan hatinya. 25

c) Mubahatsah (Farmers Field School) sekolah lapangan.

Sekolah lapangan atau Mubahatsah ini merupakan metode

dakwah yang diterapkan dengan konsep non formal. Metode

ini menjadi keterbukaan antara da’i dengan mad’u tidak ada

rasa takut untuk mengeluarkan pendapatnya mengenai suatu

hal. Konsep dakwah ini dalam masyarakat sangat penting

24
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia,
(Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1997), cet Ke-4, h. 306.
25
Masrul Efendi, Metode Pemberdayaan Berbasis Dakwah,…, h. 167.
42

peranannya, karena dakwah di paksa untuk dapat lebih dekat

dalam memahami lingkungan, mengidentifikasi, menentukan

tujuan-tujuan yang ingin dicapai serta memutuskan alternatif

pilihan, mengevaluasi proses, hasil serta dampak dari

kegiatan yang dilakukan. Maka, sekolah lapangan ini

merupakan bentuk modifikasi baru dalam proses dakwah.

Sehingga pada perjalanannya tidak ada guru yang menggurui

ataupun tidak ada murid yang digurui, maka peserta sekolah

lapangan ini menjadi subjek perubahan bagi permasalahan

dalam kehidupan sendiri setidaknya mereka (mad’u) mampu

untuk menggali informasi dari penelusuran bersama untuk

dapat bangkit dan berubah. Da’I sendiri bertugas untuk

menciptakan suatu kesepakatan agar masyarakat dapat

belajar sendiri dan menemukan solusi sendiri.26

Dalam proses menyeru kepada kebaikan dan menjauhi

kemungkaran. Dakwah tidak hanya sebatas menyampaikan hal-

hal tauhid saja, tetapi dakwah mencakup hal luas dari seluruh

aspek agama Islam. Tak terkecuali pada kaitannya dengan

26
Masrul Efendi, Metode Pemberdayaan Berbasis Dakwah,…, h. 168.
43

Aqidah, syariah, akhlak dan lain-lain. Seperti halnya perkara

dalam hal jual beli, riba, tolong menolong dan lain sebagainya.

Maka dakwah berperan penting dalam proses memberikan

pemahaman terhadap apa saja yang dilarang dan diharamkan.

e. Wasilah (Media) Dakwah

Unsur dakwah yang kelima adalah Wasilah (media)

dakwah yaitu, alat yang dipergunakan untuk menyampaikan

maddah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan

ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai

Wasilah. Dr. Hamzah Ya’qub membagi Wasilah dakwah menjadi

5 macam yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual dan akhlak.

1) Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan suara. Dakwah dengan wasilah ini

dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan

penyuluhan dan lain sebagainya.

2) Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyurat

(korespondensi), spanduk, flash card dan sebagainya.

3) Lukisan, gambar, karikatur, permainan dan sebagainya.


44

4) Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indera

pendengaran atau penglihatan ataupun kedua-duanya, seperti

radio, televisi, film, slide, OHP dan sebagainya.

5) Akhlak, yaitu perbuatan - perbuatan nyata yang mencerminkan

ajaran Islam dan dapat diamati serta dimengerti oleh mad’u.

Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai

wasilah yang dapat merangsang indra - indra manusia serta dapat

menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin cepat

dan efektif wasilah yang dipakai semakin efektif pula upaya

pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran

dakwah.27

B. Permainan Sebagai Media Dakwah

1. Pengertian Permainan

Permainan adalah berbagai kegiatan yang sebenarnya

dirancang dengan maksud agar anak dapat meningkatkan

beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar.

Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunia nya dari

27
Mohammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah,
(Surabaya: Pena Salsabila, 2013), h. 76-77.
45

yang tidak anak kenal sampai pada yang anak ketahui dan dari

yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. 28

Graham mendefinisikan bermain merupakan perilaku

motivasi intrinsik yang dipilih secara bebas dan berorientasi pada

proses yang disukai. Sementara Sukintaka menyatakan dengan

bermain anak-anak dapat mewujudkan potensi dalam bentuk

gerakan, sikap, dan perilaku. Dari berbagai teori dan pandangan

dapat diidentifikasi bahwa bermain adalah kemajuan anak untuk

aktivitas fisik, secara sukarela untuk mengekspresikan dan

memperoleh kekuatan dan kesegaran.29

Bermain adalah sebuah kegiatan yang pasti dilakukan

oleh setiap orang dalam satu titik di hidupnya. Frekuensi bermain

seseorang mungkin berbeda dibandingkan orang lain, ada yang

suka sekali bermain dan ada juga yang hanya sesekali. Bermain

sendiri dapat dilakukan secara mandiri, tanpa adanya alat dan

28
Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan
Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Index, 2008), h. 9-10.
29
Jusuf Blegur dan Rambu P Wasak, permainan kecil teori dan
aplikasi, (Nusa Tenggara Timur: Jusuf Aryani Learning, 2012), cet. 2, h. 4.
46

benda tertentu untuk bermain, namun ada juga permainan yang

melibatkan banyak objek-objek tertentu.30

Dalam kegiatan bermain salah satu instrumen yang dapat

membantu memfasilitasi kegiatan bermain itu adalah sebuah

mainan. Saat ini terdapat banyak sekali mainan - mainan edukatif,

di mana hal ini tentu dapat membantu anak-anak maupun orang

dewasa untuk beraktivitas dan mempelajari hal baru. Namun

tidak sedikit juga mainan edukatif tersebut yang terlihat tidak

menarik dan tidak menginspirasi orang untuk memainkannya. 31

Ketika bermain seseorang dapat melakukan sesuatu yang

ia sukai secara berulang-ulang dan juga dengan tingkat

konsentrasi yang baik dan tinggi dibandingkan dengan kegiatan

yang tidak ia sukai. Hal ini membuat kegiatan bermain dilihat

sebagai suatu metode atau pendekatan yang dapat membuat

orang-orang mempelajari hal-hal baru dengan efektif, karena

30
Brian Alfin Hananto dan Jenifer Audiah, Analisa Visual Dari
Elemen Permainan Kartu “The Art Of Batik”, Jurnal Bahasa Rupa Vol 2 No. 2
(April, 2019) Universitas Pelita Harapan, h. 136-137.
31
M. Schlichting, Understanding Kids, Play, and Interactive Design:
How to Create Games Children Love, (California: Let’s Play Press, 2016), h.
5.
47

pada dasarnya sebuah permainan adalah salah satu media

pembelajaran yang harusnya menarik dan menyenangkan. 32

2. Karakteristik Permainan

Dalam sebuah permainan terdapat karakteristik yang

menjadi ciri suatu kegiatan permainan. Pada dasarnya

karakteristik tersebut dibedakan pada model permainan dan juga

masa orang bermain. Bermain pada masa anak-anak mempunyai

karakteristik tertentu yang membedakan dengan permainan orang

dewasa. Sehingga karakteristik pun disesuaikan dengan usia dan

perilaku saat seseorang bermain.

Menurut Brown dan Faughan bermain merupakan

aktivitas primer dan menggembirakan dengan karakteristik atau

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat sukarela

b. Menarik

c. Bebas dari batasan waktu

d. Dapat berimprovisasi

32
Petrus Sokibi Sukanto dan Ketut Widhi Adnyana, game edukasi
RPG Seal Breaker Menggunakan RPG Maker MV Berbasis Android, jurnal
Bahasa rupa, Vol 2 No. 1 (Oktober, 2018), STMIK STIKOM Indonesia
Denpasar Bali, h. 68-79.
48

e. Dapat mengulangi permainannya lagi

Dalam proses bermain Brown dan Faughan juga

menggambarkan rangkaian proses bermain seperti lingkaran roda

yang meliputi 6 tahap, yaitu:

a. Anticipation (menunggu dengan penuh harap apa yang akan

terjadi, agak cemas, mungkin karena menunggu sesuatu yang

tidak pasti meskipun resiko nya tidak akan besar dan bahkan

menyenangkan). Keadaan ini akan membawa pada tahap

berikutnya yaitu,

b. Surprise (sesuatu yang mengejutkan, sebuah penemuan baru,

sensasi, ide baru atau pandangan baru). Hal ini akan

menghasilkan,

c. Pleasure (perasaan yang menyenangkan). Berikutnya akan

diperoleh,

d. Understanding (memperoleh pengetahuan baru, menyatukan

konsep tentang perbedaan dan pemisahan, mengumpulkan

ide-ide baru yang sebelumnya asing). Pemahaman ini akan

menghasilkan,
49

e. Strength (menguasai sebuah kemampuan yang datang dari

pengalaman dan pemahaman, pemberdayaan melalui

keberhasilan terhindar dari pengalaman yang menakutkan,

tau lebih banyak tentang bagaimana dunia kerja mereka).

Akhirnya akan menghasilkan,

f. Poise (longgar, puas, tenang, dan perasaan seimbang dalam

kehidupan).33

Bermain dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis,

meliputi:

a. Permainan sensorimotor, yaitu perilaku yang diperlihatkan

oleh bayi untuk memperoleh kenikmatan dari melatih

perkembangan (skema) sensorimotor mereka.

b. Permainan pura-pura/simbolis, yaitu permainan yang terjadi

ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke dalam

suatu simbol.

c. Permainan sosial, permainan yang melibatkan interaksi sosial

dengan teman-teman sebaya.

33
Is Winarti, Permainan Tradisional; Prosedur Dan Analisis Manfaat
Psikologis, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2017), h. 1-2.
50

d. Permainan konstruktif, yaitu permainan yang

mengkombinasikan kegiatan sensorimotor/praktis yang

berulang dengan representasi gagasan - gagasan simbolis.

Permainan konstruktif terjadi ketika anak melibatkan diri

dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu

pemecahan masalah ciptaan sendiri.

e. Games, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk

memperoleh kenikmatan yang melibatkan aturan dan

seringkali dilakukan dalam bentuk kompetisi dengan satu

atau lebih orang.34

C. Permainan Kartu Sebagai Media Pengenalan Islam

Dakwah merupakan salah satu kegiatan dalam proses

penyebaran Islam. Dakwah Islam pada dasarnya sudah ada sejak

zaman nabi Muhammad SAW. Namun bentuk dan cara

penyampaianya saja yang berlainan, yaitu disesuaikan dengan

situasi dan kondisi masyarakat sekitar. Dakwah dapat

34
Iswinarti, Permainan Tradisional,… , h. 2-3.
51

dilaksanakan dengan berbagai bentuk, seperti: ceramah, diskusi,

dan tanya jawab.35

Perkembangan Islam sebagai agama besar tidak lepas dari

penyelenggaraan pengenalan - pengenalan terhadap Islam itu

sendiri, dan dari cara-cara pengenalan Islam itu sendiri tidak

terlepas dari peran dakwah. Thomas W Alnord mengatakan

bahwa Islam ini dikenalkan dan dikembangkan melalui dakwah.

Dakwah adalah upaya yang sangat efektif dalam rangka

mengenalkan agama Islam, karena melalui dakwah seluruh

pesan-pesan syariat disampaikan kepada manusia. Dalam

penerapannya dakwah melibatkan berbagai aspek dan teknik

yang tidak dapat dilepaskan dari aturan dan moralitas yang

dianutnya, artinya penerapan dakwah dengan segenap aspek dan

tekniknya bukan dimaksudkan untuk mengajak orang, justru

sebaliknya dakwah dalam Islam sebenarnya memberikan arahan

dan sikap keberagaman yang dewasa dan bukan dalam rangka

memaksa kepercayaan lain untuk masuk Islam.

35
Rini Setiawati, Ilmu Dakwah, (Bandar Lampung: Pusikamla, 2009),
h. 56.
52

Namun, demikian dalam praktiknya penerapan dakwah

bukan tanpa hambatan, hal ini terbukti dari berbagai pandangan

yang mencurigai peran dakwah yang masih dianggap sebagai

upaya paksaan untuk memasuki agama tertentu. Selain itu kondisi

sosial, politik, budaya dan ekonomi juga sering mempengaruhi

pola penerapan dakwah.

Oleh karena itu, untuk mengatasi hambatan dakwah

diperlukan hal yang dapat meluruskan kembali peran dan fungsi

dakwah serta teknik penyajian yang relevan dengan tuntutan

situasional jaman yang ada. Mengenai sasaran dakwah dijelaskan

bahwa sasaran dan orientasi utama dari dakwah ke arah

kemanusiaan dalam tingkah laku pribadi dan dalam tingkah laku

antar sesama.36

Menyampaikan informasi kepada masyarakat dan

menuntut gerakan dakwah harus memanfaatkan hasil sains,

teknologi dan informasi modern untuk mencapai tujuan dakwah,

yaitu dengan memperluas jangkauan pengaruh dakwah. Ayat-ayat

Iqra’ yakni wahyu pertama yang sangat revolusioner itu, berisi

36
Miftakhul Muthoharoh, Peran Pengenalan Dalam Islam, Jurnal
Tasyri Vol. 22 No. 2, (Oktober, 2015), STAI Ihya Ulum Gresik, h. 191-192.
53

perintah baca tulis kepada manusia yang saat itu sebagiannya

justru “Anti-huruf”, itulah yang kemudian menjadi ruh

kebangkitan Islam. Objek bacaan dalam hal ini umum diartikan

sebagai alam raya (kauniyah) dan teks (qauliyah). Perintah tuhan

untuk membaca teks dan alam ini semakin menunjukkan bahwa

Research and Development itu penting. Riset, analisis, refleksi

dan temuan merupakan serangkaian proses pencarian, penemuan,

dan pengembangan ilmu pengetahuan, yang pada gilirannya

mewujudkan peran manusia sebagai khalifah diatas bumi.37

Dakwah Bil Qalam memiliki keunggulan sebagai media

cetak antara lain sebagai berikut: pertama, lebih dalam

pengaruhnya dari gelombang suara lisan ahli pidato. Kedua,

tulisan atau sari pena seorang pengarang cukup berbicara satu

kali dan akan melekat terus menerus dalam hati, serta bisa jadi

buah tutur setiap hari. Ketiga, bahasa tulisan lewat media cetak

lebih rapi dan lebih teratur daripada bahasa lisan, karena menulis

adalah berpikir dengan teratur. Keempat, pembaca dapat

37
Rulli Nasrullah Dan Novita Intan Sari, Komik Sebagai Media
Dakwah: Analisis Semiotika Kepemimpinan Islam Dalam Komik “Si Ujang”,
Jurnal Ilmu Dakwah Vol 6 No. 19 (Januari-Juni, 2012), UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, H. 26.
54

membaca secara berulang-ulang hingga meresapi. Kelima, lebih

mengutamakan jalinan atau persaksian.38

Dalam berdakwah tidak selalu harus menggunakan media

mimbar dalam penyampaianya, karena media penyampaian pesan

terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Sebuah

bentuk permainan dapat menjadi alat atau media yang dapat

membantu dalam proses penyebaran Islam. Hal ini bahkan sudah

digunakan sejak di zaman “Walisongo”. Walisongo merupakan

tokoh penting dalam proses Islamisasi di tanah Jawa. Kesuksesan

dakwah tersebut tidak terlepas dari kepiawaian membaca situasi

dan kondisi demografi masyarakat setempat. Walisongo yang

memiliki misi untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia

khususnya di Jawa dalam penyampaiannya selalu memasukan

unsur permainan dan juga kesenian yang bermaksud agar tidak

membuat masyarakat jenuh dan bosan dalam menerima ajaran

keislaman.

Unsur-unsur permainan dan kesenian yang dibawakan

Walisongo memang sederhana. Namun, memiliki arti yang kuat

38
Suf. Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip
Dakwah Bi Al-Qalam Dalam Al-Qur’an, (Teraju, 2004), h. 128.
55

dengan pesan moral dan etika syar’I yang memiliki multidimensi,

baik spiritual maupun sosial. Seperti halnya Sunan Giri dalam

berdakwah nya dan media dakwahnya. Sunan Giri telah mendidik

anak-anak dengan amat bijaksana, beliau menciptakan permainan

anak-anak yang mengandung makna dan manfaat. Permainan

ciptaan Sunan Giri diantaranya adalah jethungan, jamuran, dan

cublek cublek suweng selain itu beliau juga mengajarkan nyanyi -

nyanyian untuk anak-anak yang mengandung ajaran agama Islam

seperti padang bulan dan lir ilir.

Pada dasarnya bermain merupakan hal yang sangat

penting, bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Para ahli

sepakat bahwa anak-anak harus bermain agar dapat mencapai

perkembangan yang optimal. Bermain adalah aktivitas yang

menyenangkan dan sudah melekat dalam diri setiap anak. Dengan

demikian anak dapat belajar berbagai keterampilan dengan

gembira, tanpa merasa terpaksa atau dipaksa untuk

mempelajarinya. Di dalam bermain terdapat kegiatan yang akan

dilakukan agar tujuan dari bermain dapat dicapai secara optimal,


56

maka penting untuk memilih kegiatan dalam bermain sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.39

Dalam proses pengenalan islam hal yang perlu

diperhatikan yaitu bagaimana dakwah kita dapat diterima serta

pesan atau maddah yang disampaikan dapat dimengerti oleh

mad’u. Salah satu inovasi yang dapat digunakan untuk

mengajarkan anak-anak dan juga remaja dalam mengetahui dan

mengenal lebih jauh tentang agama Islam adalah dengan

menggunakan media permainan kartu UNO Syariah.

Kartu UNO Syariah ini dimodifikasi khusus yang berbeda

dengan kartu UNO lain pada umumnya. Modifikasi UNO Syariah

ini meliputi dalam hal aturan bermain dan jenis penggunaan

kartunya. Di dalam permainan kartu UNO Syariah ini terdapat

ajaran - ajaran keislaman yang meliputi Syariah, fiqh, muamalah,

dan lain-lain. Sehingga pada saat seseorang memainkan

permainan kartu UNO Syariah, mereka juga mendapat ilmu

tambahan mengenai aturan kehidupan dalam beragama Islam.

39
Khofidhotur Rofiah, Bermain UNO Modifikasi Terhadap
Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Autis, Jurnal Pendidikan
Khusus, (2016) Universitas Negeri Surabaya, h. 4.
57

Dengan melihat aspek dari kemajuan zaman saat ini,

media permainan menjadi hal yang sesuai dengan kehidupan para

anak-anak dan remaja saat ini, sehingga mereka dapat mengenal

Islam serta dapat mengajak teman-teman lainnya untuk bermain

yang didalamnya berisikan hal yang mendidik. Dengan begitu

dari permainan ini, kita dapat melihat bahwasanya dakwah tidak

hanya dapat disampaikan di mimbar saja, melainkan juga dapat

dikreasikan dengan hal yang menarik dan modern.


58

Anda mungkin juga menyukai