“Metode Dakwah”
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelas PAI. J/Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang tak dapat dipisahkan
dari budaya. Budaya itu yang kemudian membedakan antar satu komunitas
dengan komunitas yang lain. Budaya berpengaruh pula terhadap adat kebiasaan,
pola pikir serta sikap setiap individu yang tergabung di dalamnya. Orang sunda
berbeda dengan orang batak dari berbagai sisi, mulai bahasa, etika serta standar
kepribadiannya. Begitu pula dengan etnis-etnis lain yang ada di Indonesia
bahkan di dunia.
Di era Nabi Muhammad, masyarakat Arab kala itu tersusun atas klan-klan
suku. Nabi Muhammad terlahir dan besar di tengah suku yang terpandang di
jazirah Arab kala itu, yakni Quraisy. Islam datang sebagai agama yang
“menuntun” masyarakat Arab agar melaksanakan perintah Tuhan Allah, serta
meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka yaitu dewi-dewi banatullah
Al-Latta, Al-Uzza dan Al-Mannat. Dakwah Nabi ini tidak mudah sebab setiap
klan tidak menyetujui ajaran monotheisme yang diajarkan Nabi Muhammad.
Dengan kegigihannya, Islam pun berkembang hingga saat ini.
Dakwah memerlukan metode agar pesan yang dibawa tersampaikan dengan
baik. Metode-metode yang terkandung di dalam nash-nash ini perlu dikaji dan
diterapkan di dalam aktifitas dakwah. Begitupun, secara historis da’i perlu
melihat perjuangan Rasul agar dakwah dapat diterima dengan baik. Oleh karena
itu di makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai standar kriteria pemilihan
metode dakwah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemahaman Metode Dakwah dalam Surat An-Nahl: 125?
2. Bagaimana Pemahaman Da’i Terhadap Mad’u?
3. Bagaimana Menentukan Metode dalam Berdakwah?
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
Merujuk kepada firman Allah SWT dalam surat An-Nahl/16 ayat 125 dapat
diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
1. Al-Hikmah
Sebagaimana dakwah itu salah satunya harus dilakukan dengan
hikmah. Hikmah menurut Imam ‘Ali As-Sabuni adalah al-uslub al-hakim
(metode atau cara-cara yang bijak), penuh dengan kelembutan, yang mampu
memberikan dampak positif terhadap sasaran dakwah, bukan dengan
mencaci maki dan ucapan-ucapan yang kasar. Ayat ini ditujukan kepada
Rasul-Nya dan seluruh umat yang hidup pada generasi setelah beliau. Ayat
ini menjelaskan manhaj dakwah, yaitu menggunakan hikmah yang
menyentuh logika dan nasihat baik yang menggungah perasaan. Dua langkah
ini biasanya diterapkan kepada orang-orang yang sepakat dengan ajakan kita.
Sementara kepada orang-orang yang menentang, metode dakwah kepada
mereka yaitu dialog dengan cara yang baik atau debat yang dilakukan dengan
sangat baik.1
2. Al-Mau’idza Al-Hasanah
Secara bahasa mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’idzah
dan hasanah. Mau’idzah yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan
1
Yusuf Qardhawi, Fiqih of Jihad terj. Azyumardi Azra (Bandung: Mizan, 2009), 365.
2
3
2
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), 37.
3
Ali Al-Jarisyah, Adab Al-Khaiwar wa Al-Mudhoroh (Al-Munawarah: Dar Al-Wifa,
1989), 19.
4
4
Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah (Jakarta: Kencana, 2016), 290-291.
5
2. Menyajikan Islam secara utuh baik dalam bidang akidah, ibadah, akhlak,
adab, hukum, maupun peradabannya.
3. Ajaran Islam, hukum dan nilai-nilainya diambil dari sumber yang bersih
yaitu Al-Qur’an dan sunnah atau hadist shahih.
4. Berpegang pada sifat wasathiyah
5. Mempertahankan prinsip memudahkan, bukan menyulitkan
6. Memadukan orisinalitas dan modernitas
7. Tidak fanatik terhadap pendapat lama dan pikiran baru
8. Memperlakukan manusia sampai para penentang sekalipun dengan cara
lemah lembut bukan dengan cara kasar atau kekerasan.
9. Memadukan keilmiahan dalam isi dan teknik penyajian yang menarik
perhatian masyarakat dunia.
10. Melakukan pengulangan atau penggandaan jika dibutuhkan dan bekerja
sama dengan para aktivis Islam.
Kemudian berbagai macam latar belakang jama’ah menuntut da’i untuk
berperan sebagai orang yang bisa mempengaruhi jama’ah dalam pemahaman
pesan dakwah dengan menerapkan komunikasi persuasif melalui aspek-aspek
psikologis. Salah satu cara agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan
sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Pelaksanaan
dilakukan berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi seperti
komunikator, pesan, saluran dan komunikan. Apabila komponen tersebut sudah
ditetapkan maka tahapan selanjutnya adalah penataan pesan. Komunikasi dalam
proses dakwah juga tidak hanya memberikan pengertian, mempengaruhi sikap,
membina hubungan yang baik, tetapi tujuan utama dalam komunikasi adalah
mendorong mad’u untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama. Hal
utama yang dilakukan oleh para da’i untuk melakukan komunikasi persuasif
dalam meberikan pemahaman pesan dakwah kepada mad’u adalah dengan cara
menciptakan perhatian (attention).5
5
Wamy, Etika diskusi (Blora: Era Inter Media, 2001), 21.
6
6
Hasanuddin, Hukum Dakwah, 39.
7
realisasi dari firman Allah dalam surat Al-Ma’un 1-3, “Tahukah kamu
(orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang menghardik anak
yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. Karena
pribadi Rasulullah sendiri mengandung suri tauladan. Dalam Al-Qur’an
ditegaskan, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al-Ahzab
ayat 21)
Seluruh pribadi Rasulullah juga dihiasi dengan akhlak mulia. Karena
itu seluruh sikap dan perilakunya dalam semua aspek kehidupan menjadi suri
tauladan bagi umat Islam. Menutup dari bagian ini perlu ditegaskan bahwa
semua metode dakwah, kecuali metode lisan dengan humor yang terlalu
mengedepankan kelucuan sehingga menghilangkan tujuan dakwah. Untuk
itu perlu kemampuan yang baik, kesabaran dalam melakukannya serta
keuletan dalam penerapannya. Sudah barang tentu penerapan suatu atau
beberapa metode dalam suatu kegiatan dakwah harus mempertimbangkan
situasi dan kondisi, tempat dan waktu serta faktor psikologis objek dakwah.7
BAB III
PENUTUP
7
Ibid, 40.
8
Kesimpulan
1. Pemahaman metode dakwah dalam Surat An-Nahl: 125 yaitu pertama dakwah
itu bil hikmah (cara-cara yang bijak), kemudian nasehat-nasehat yang baik juga
ketika dalam berdebat juga dengan cara yang baik
2. Pemahaman da’i terhadap mad’u yaitu dengan melalui komunikasi dalam
proses dakwah tidak hanya memberikan pengertian, mempengaruhi sikap,
membina hubungan yang baik, tetapi tujuan utama dalam komunikasi adalah
mendorong mad’u untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama. Hal
utama yang dilakukan oleh para da’i untuk melakukan komunikasi persuasif
dalam meberikan pemahaman pesan dakwah kepada mad’u adalah dengan cara
menciptakan perhatian (attention).
3. Penentuan metode dakwah kita bisa menggunakan sebuah metode yaitu
sebagai berikut metode Bi Lisanil Maqal, metode Bi Lisanil Maktub dan
metode Bi Lisanil hal.
DAFTAR PUSTAKA
8
9