Anda di halaman 1dari 28

TEORI SOSIAL KONTEMPORER YANG BERPENGARUH PADA

PENGEMBANGAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Filsafat BKI Kontemporer yang
diampu oleh Dr. H. Isep Zaenal Arifin, M.Ag dan Dr. Hajir Tajiri, M.Ag.

Disusun Oleh

Rama Zatriya Galih Panuntun (2023020985)

Susi Erliani (2023020209)

Syifaul Atqiya (2023020785)

PASCASARJANA BIMBINGAN KONSELING ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya-lah, tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan melalui
berbagai macam rintangan. Saya sadar bahwa segala kesulitan dan kemudahan yang terjadi
selama penyusunan karya tulis ini tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya.
Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kepada Dr. H. Isep Zaenal Arifin, M.Ag
dan Dr. Hajir Tajiri, M.Ag. selaku dosen pengampu saya persembahkan makalah ini sebagai
tanda bakti seorang murid kepada gurunya. Tanpa bimbingan beliau, rasanya mustahil
makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh rekan dan tim kelompok 3 yang
telah bekerjasama dalam penyelesaian makalah ini. Kami percaya tidak ada ilmu yang sia-sia,
dan kami yakin akan tiba saatnya dimana kami dapat mengamalkan ilmu yang kami dapatkan
dalam perkuliahan ke masyarakat.
Akhir kata, kembali kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala
karunia yang telah Ia berikan kepada kita semua. Saya sadar betul bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika masih ditemukan adanya
kekurangan pada makalhah ini.

Bandung, 21 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................................2
D. MANFAAT....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Definisi Teori Sosial Kontemporer................................................................................4
B. Macam – Macam Teori Sosial Kontemporer.................................................................5
1. Teori Fungsional........................................................................................................5
2. Teori Kritis................................................................................................................6
3. Teori Feminis.............................................................................................................7
4. Fenomenologi............................................................................................................8
5. Globalisasi...............................................................................................................10
6. Konspirasi................................................................................................................10
C. Pengaruh Teori Sosial Kontemporer terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi
Islam.............................................................................................................................12
1. Pengaruh Teori Fungsional terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam...
12
2. Pengaruh Teori Kritis terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam........14
3. Pengaruh Teori Feminis terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam....15
4. Pengaruh Fenomenologi terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam. . .17
5. Pengaruh Globalisasi terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam........19
6. Pengaruh Konspirasi terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam.........21
BAB III PENUTUP..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan konseling Islam
dan psikoterapi islam telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan, keilmuan
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam di institusi pendidikan pada umumnya maupun di
masyarakat pada khususnya. Pembahasan keilmuan bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam tidak hanya tentang proses bantuan terhadap individu melalui penggunaan teknik dan
keterampilan ilmu bimbingan konseling dan psikoterapi Islam juga untuk membantu individu
dalam meyelesaikan berbagai permasalahan, tetapi juga membahas tentang konsep keilmuan
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam yang ideal, terutama untuk perkembangan
keilmuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dikarenakan bimbingan konseling dan
psikoterapi Islam berlandaskan ajaran Al-Qur’an dan hadits yang secara praktis menelusuri
alam religius dan bersifat empirik atau bisa dikatakan memasuki alam dunia dan akhirat.
Salah satu fenomena menarik dalam diskursus keilmuan saat ini adalah berkaitan
dengan posisi dan peta keilmuan bimbingan konseling dan psikoterapi Islam. Bimbingan
konseling dan psikoterapi Islam merupakan disiplin keilmuan yang erat kaitannya dengan
keilmuan psikologi, pendidikan, komunikasi dan dakwah. Keterkaitannya dengan psikologi
dikarenakan masih adanya ketersinggungan teori-teori psikologi yang digunakan dalam
bimbingan dan konseling Islam. Keterkaitan bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
dengan ilmu pendidikan terutama karena meskipun bimbingan konseling Islam bergerak ke
masyarakat secara luas, namun tampaknya dunia pendidikan masih menjadi area utama
pengabdian keilmuan bimbingan dan konseling Islam. Bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam juga berkaitan dengan ilmu komunikasi sebab praktik Bimbingan dan Konseling mau
tidak mau mensyaratkan kepiawaian dalam komunikasi. Sementara itu, bimbingan konseling
dan psikoterapi Islam juga berkaitan dengan keilmuan dakwah. Menurut Hamdani Bakran
Adz-Dzaky (2008), keterkaitan bimbingan konseling Islam dengan dakwah karena proses
pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam mengacu pada prinsip-prinsip etika berdakwah
yaitu bi al-hikmah, al-mauidhah hasanah, dan al-mujadalah.
Sedangkan dalam penelitian Sri Suwartini (2015) Setelah melakukan kajian teoritis
secara mendalam, diketahui bahwa bimbingan konseling dan psikoterapi Islam bukan ilmu
yang statis namun ilmu yang terus berproses, terbuka dan mampu menerima pengaruh dari
luar. Sehingga tidak perlu dipersoalkan apakah bimbingan konseling dan psikoterapi Islam

1
harus berada di bawah rumpun ilmu pendidikan, atau psikologi, ataupun komunikasi. Karena
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam merupakan disiplin ilmu yang fleksibel.
Sedangkan berkaitan dengan landasan filosofisnya, penelitian kepustakaan Komarudin
(2015), mengemukakan status keilmuan suatu ilmu tidak lagi harus ditempatkan sejajar
dengan doktrin suci, sehingga bersifat taken for granted. Begitu pula dengan keberadaan
bimbingan konseling Islam, sudah sepantasnya tidak ditempatkan lebih tinggi di atas teori-
teori konseling yang lain, atau disiplin-disiplin keilmuan konseling lainnya. Proses konseling
yang merupakan bagian dari aktifitas kemanusiaan, bila dijadikan sebagai salah satu obyek
kajian keilmuan, seharusnya melahirkan suatu disiplin keilmuan yang bersifat histories. Oleh
karena itu, pendekatan yang semestinya tepat untuk kajian mengenai hal itu lebih cocok
bersifat humanistic-transendental, daripada teologis-transendental. Berdasarkan kajian
ontologisnya, antara konseling Islam dengan disiplin konseling lainnya, tidak memiliki
perbedaan landasan ontologis yang signifikan. Di antara keduanya hanya dibedakan dari
aspek status konselornya dan spirit moralitas yang dijadikan sebagai payung aktifitas
konseling.
Dari latar belakang diatas bahwa bimbingan konseling dan psikoterapi Islam bukan
ilmu yang statis namun ilmu yang terus berproses, terbuka dan mampu menerima pengaruh
dari luar. Maka penyusun makalah akan membahas mengenai teori sosial kontemporer
yang berpengaruh pada pengembangan bimbingan konseling dan psikoterapi islam.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka penyusun membatasi rumusan masalah makalah ini
pada:
1. Bagaimana definisi teori sosial kontemporer?
2. Apa saja macam – macam teori sosial kontemporer?
3. Apakah teori sosial kontemporer dapat mempengaruhi perkembangan bimbingan
konseling dan psikoterapi islam?

C. TUJUAN
Tujuan dari dibuatnya makalah ini, yaitu untuk :
1. Menjelaskan definisi teori sosial kontemporer
2. Mejelaskan macam – macam teori sosial kontemporer.

2
3. Memaparkan pengaruh teori sosial kontemporet terhadap perkembangan bimbingan
konseling dan psikoterapi islam.

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Bagi penyusun, makalah diharapkan bisa dijadikan dan dikembangkan menjadi
tesis yang lebih berkualitas sehingga jadi jalan penyusun untuk lulus.
2. Bagi pembaca atau penyusun selanjutnya, makalah ini diharapkan bisa menjadi
referensi yang baik dan diperbaiki agar lebih sempurna.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Sosial Kontemporer


Titik berangkat untuk memahami pengertian teori sosial kontemporer bisa dimulai
dalam melihat bagaimana rahim teori sosial kontemporer itu terbentuk. Teori sosial
kontemporer terbentuk dari bergulirnya terus menerus interaksi sosial yang terjadi di dalam
eskalasi masyarakat tertentu dan tak terputus hingga melahirkan konflik sosial. Dimana
menurut Dahrendorf dalam Zuldin (2019) bahwa konflik dan konsensus sosial merupakan hal
yang niscaya adanya di tengah masyarakat1.
Kemudian dengan dinamikanya sedimikian rupa dalam berbagai kelas hingga strata
sosial, hingga kajian dan pengetahuan sosial tengah berlangsung sebelum sosial atau
masyarakat itu sendiri melahirkan banyak jenis atau macam teori-teori sosial lainnya. Dalam
buku yang berjudul Pemikiran Sosiologi Kontemporer oleh Sukidin Pudjo Suharso (2015)
menyebutkan bahwa Hobbes mengartikan sosiologi (yang berasal dari dua suku kata
sosio;social;sosial dan logos) adalah cabang ilmu yang mempelajari masyarakat. Masyarakat
yang dimaksud ialah kondisi hidup bersama dalam kedamaian dalam kedaulatan politik yang
memaksa untuk menyatukan berbagai gagasan atau pemikiran yang berkembang dalam
masyarakat (kecil) dan negara (besar).
Berbeda dengan Durkheim, masyarakat yang menjadi pelaku utama dalam kajian
sosiologi sebagai suatu tatanan normatif dan moral sebagai bentuk kenyataan psikis dalam
kesadaran (kolektif). Karl Marx pun memberikan pengertian masyarakat sebagai kumpulan
hubungan sosial (himpunan interaksi-interaksi sosial).
Maka dari itu memahami pengertian sosial (baca: masyarakat) yang menjadi kajian
utama sosiologi dari ketiga tokoh ini terdapat kesamaan persepsi bahwa masyarakat adalah
kumpulan orang (manusia), masyarakat sebagai sebuah kelompok yang terbentuk oleh
tatanan yang mencakup pola-pola interaksi antar manusia yang berulang dan berlangsung
secara konstan.
Dan jika selanjutnya kontemporer dimaknai secara pengertian waktu, menurut Kamus
Besar Bahasa Inddonesia versi Online suatu kondisi yang merujuk pada waktu yang sama;
semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini.2 Sekaligus menyadur Hidayat (2019) yang
menyatakan dalam masyarakat kontemporer memiliki sumber pengetahuan dan kebenaran
1
Zuldin, Muhamad, 2019 Dalam Artikel “Ketimpangan Sebagai Penyebab Konflik: Kajian Atas Teori Sosial Kontemporer”
Temali: Jurnal Pembangunan Sosial, Volume 2 Nomor 1, P. 157
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online); Kontemporer; Diakses 28 September 2023

4
pengetahuan tidak lagi tunggal. Realitas kontemporer tidak lagi homolog (homo: satu, dan
logi: tertib nalar), melainkan paralog (para: beragam, dan logi: tertib nalar) (dalam Awuy,
1995). Pengetahuan dan kebenaran kini menyebar dan plural3.
Maka dari itu pengertian teori sosial kontemporer dalam makalah ini ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari masyarakat, dari pola-pola terbentuknya masyarakat hingga
kajian mendalam tentang bagaimana dinamika yang terjadi dimasyarakat masa kini yang
melahirkan beberapa teori sosial seperti teori funsional, teori kritis, teori kritis, kajian
fenomenologi (yang mengaji dari sudust dekat), globalisasi (yang mengaji secara universal)
dan konspirasi (yang menguji asumsi-asumsi tentang masyarakat) yang terjadi pada hari ini.

B. Macam – Macam Teori Sosial Kontemporer


1. Teori Fungsional
Fungsionalisme adalah teori filsafat yang menganggap fenomena mental dalam
kesatuan dinamis sebagai suatu sistem dari fungsi untuk pemuasan kebutuhan yang
sifatnya biologis. Fungsionalisme adalah sebuah pemikiran yang tidak menolak
substansi imaterial, tetapi menyatakan bahwa pada akhirnya semua substansi bersifat
material.Fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa
bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya.Satu bagian tidak bisa dipahami
terpisah dari keseluruhan.Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada
beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah
sistem sosial bisa bertahan.
Penganut paham ini memandang setiap elemen masyarakat memberikan fungsi
terhadap elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu bagian
masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian yang lain pula. Perubahan
dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan itu berhenti pada
saat perubahan tersebut telah diintegrasikan kedalam kebudayaan (menjadi cara hidup
masyarakat). Oleh sebab itu menurut paham ini unsur kebudayaan baru yang memiliki
fungsi bagi masyarakat akan diterima, sebaliknya yang disfungsional akan ditolak.
Dalam khsanah ilmu antropologi dan Ilmu sosial umumnya, teori fungsionalisme
yang dirintis oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) merupakan teori klasik yang
begitu berpengaruh pada awal perkembangan ilmu Antropologi pada abad ke-19.
Namun demikian, meskipun teori itu dikenal sebagai teori klasik, sebagai sebuah grand
3
Hidayat, Medhy Aginta, 2019, Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern: Sejarah, Pemikiran, Kritik Dan Masa Depan
Postmodernisme, Journal Of Urban Sociology | Volume 2 / No. 1, P. 52

5
theory yang sangat berpengaruh dalam perkembangan teori antropologi kontemporer,
teori tersebut masih banyak dijadikan landasan konseptual para ilmuwan sosial masa
kini dalam berbagai kajian masyarakat dan kebudayaan. Demikian halnya dalam studi
tentang sistem religi, dalam banyak hal teori ini masih relevan untuk menjadi sebuah
acuan teoretis dalam melakukan telaah antropologis terhadap fenomena sosial
keagamaan. Tulisan berikut mengurai kembali asumsi dasar dan landasan konseptual
yang dibangun oleh Malinowski dalam mengembangkan teori fungsionalisme dan
implikasinya terhadap kajian agama-agama.4
2. Teori Kritis
Seperti kita ketahui bahwa misi Teori Kritis adalah membuat filsafat dan ilmu
pengetahuan sebagai praksis emansipatoris. Artinya, bahwa filsafat dan ilmu
pengetahuan harus menjadi kekuatan dapat yang membebaskan manusia dari segala
bentuk dominasi atau kekangan struktur-struktur dominasi, termasuk mitos. Pendirian
ini menyiratkan pengertian bahwa Teori Kritis tentu saja digagas dalam sebuah
masyarakat, yaitu masyarakat kapitalisme di mana eksploitasi manusia atas manusia
terjadi di dalamnya. Para borjuis memeras buruh untuk kepentingan akumuasi modal.
Teori Kritis ingin mengubah keadaan yang dianggap tidak adil ini.

Sampai di situ, tampaklah bahwa Teori Kritis memiliki hubungan dengan


pemikiran Marx. Seperti diketahui, Marx adalah seorang filsuf yang amat menaruh
perhatian pada perubahan keadaaan produksi kapitalisme yang bukan saja eksploitatif,
tetapi juga membuat manusia teralienasi, baik dengan dirinya sendiri mau pun dengan
sesamanya. Bagi Marx, satu-satunya cara untuk mengubah situasi ini adalah melalui
perjuangan kelas. Kelas buruh harus Bersatu untuk melawan kaum borjuis.Singkat kata,
kalau mau lepas dari penindasan yang ada harus ada revolusi kelas yaitu revolusi
proletariat. Pada intinya, generasi pertama Teori Kritis masih mengikuti pemikiran
Marx tersebut. Maka, filsafat atau ilmu pengetahuan menjadi praxis ketika filsafat dan
atau ilmu mengetahuan harus melahirkan revolusi dalam masyarakat. Seperti gayung
bersambut, gagasan Teori Kritis awal ini segera menjadi ‘kitab suci’ gerakan
mahasisiwa di kala itu. Bahkan salah satu tokoh Teori Kritis awal, yaitu Herbert
Marcuse bahkan dianggap sebagai nabi oleh para aktivis (mahasiswa) gerakan kiri baru
yang terkenal itu. Gejala ini bagi Horkheimer dan Adorno terlihat sebagai pengkultusan
gagasan. Teori Kritis menjadi mitos baru, yaitu suatu gagasan yang dianggap memiliki

4
Saputra, Soni. "Teori Fungsionalisme (Antropologi Hukum)." (2021).

6
kebenaran absolut. Gejala ini berarti pula bahwa praxis emansipatoris yang coba
diperjuangkan oleh Teori Kritis awal menjadi sia-sia. Teori Kritis justru menjadi
dominasi baru yang tidak membuat orang tidak lagi berpikir kritis karena suatu gagasan
yaitu Teori Kritis sudah dianggap sebagai kebenaran.5

3. Teori Feminis
Gerakan feminisme merupakan gerakan konflik sosial yang dimotori oleh para
pelopor feminisme dengan tujuan mendobrak nilai-nilai lama (patriarkhi) yang selalu
dilindungi oleh kokohnya tradisi struktural fungsional. Gerakan feminism modern di
Barat dimulai pada Tahun 1960-an yaitu pada saat timbulnya kesadaran perempuan
secara kolektif sebagai golongan tertindas (Skolnick 1987; Porter 1987). Menurut
Skolnick: Some feminists denounced the family as a trap that turned women into slaves
(beberapa feminis menuduh keluarga sebagai perangkap yang membuat para
perempuan menjadi budak-budak). Gerakan feminisme yang berdasarkan model konflik
berkembang menjadi gerakan-gerakan feminism liberal, radikal, dan sosialis atau
Marxisme (Anderson 1983).

Berdasarkan berbagai literatur dapat disimpulkan bahwa filsafat feminism sangat


tidak setuju dengan budaya patriarkhi. Budaya patriarki yang berawal dari keluargalah
yang menjadi penyebab adanya ketimpangan gender di tingkat keluarga yang kemudian
mengakibatkan ketimpangan gender di tingkat masyarakat. Laki-laki yang sangat diberi
hak istimewa oleh budaya patriarki menjadi sentral dari kekuasaan di tingkat keluarga.
Hal inilah yang menjadikan ketidaksetaraan dan ketidakadilan bagi kaum perempuan
dalam kepemilikian properti, akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan akhirnya
kurang memberikan manfaat secara utuh bagi eksistensi perempuan. Penghapusan
sistem patriarki atau struktur vertikal adalah tujuan utama dari semua gerakan
feminisme, karena sistem ini yang dilegitimasi oleh model struktural-fungsionalis,
memberikan keuntungan laki-laki daripada perempuan. Kesetaraan gender tidak akan
pernah dicapai kalau sistem patriarkat ini masih terus berlaku. Oleh karena itu, ciri khas
dari Gerakan feminisme adalah ingin menghilangkan institusi keluarga, atau paling
tidak mengadakan defungsionalisasi keluarga, atau mengurangi peran institusi keluarga
dalam kehidupan masyarakat (Megawangi 1999). Untuk memahami konsep feminisme
berikut diuraikan berdasarkan sejarah berkembangnya gerakan feminisme yang
mencakup dua gelombang:
5
Iwan, Iwan. "Menelaah Teori Kritis Jürgen Habermas." Edueksos Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi 3.2 (2016).

7
a. Gerakan Gelombang Pertama lebih pada gerakan filsafat di Eropa yang dipelopori
oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet yang pada Tahun
1785, suatu perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali
didirikan di Middelburg (Selatan Belanda). Seorang aktivis sosialis utopis bernama
Charles Fourier pada Tahun 1837 memunculkan istilah feminisme yang kemudian
tersebar ke seluruh Eropa dan Benua Amerika. Publikasi John Stuart Mill dari
Amerika dengan judul The Subjection of Women pada Tahun 1869 yang
melahirkan feminism Gelombang Pertama.
b. Feminisme Gelombang Kedua dimulai pada Tahun 1960, dengan terjadinya
liberalisme gaya baru dengan diikutsertakannya perempuan dalam hak suara di
parlemen. Era Tahun 1960 merupakan era dengan mulai ditandainya generasi
“baby boom” (yaitu generasi yang lahir setelah perang dunia ke-2) menginjak masa
remaja akhir dan mulai masuk masa dewasa awal. Pada masa inilah, masa bagi
perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut dalam kancah politik
kenegaraan.

4. Fenomenologi
Dalam buku Rorong, Michael Jibrael. Fenomenologi. Deepublish, 2020.
Fenomenologi pada dasarnya melihat dan memandang segala bentuk fenomena yang
menghadirkan fenomena tersebut dalam dunia, terlebih dalam dunia kesadaran.
Permasalahan yang unik dan memiliki gejolak adalah fenomena tersebut hadir dalam
setiap kesadaran manusia itu sendiri. “hadir dan menghadirkan". Fenomena berasal dari
bahasa “Yunani yaitu “phainomenon” yang artinya “apa yang terlihat, sedangkan dalam
kamus bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai, gejala alam, serta kejadian-kejadian
yang dapat di rasakan dan dilihat dengan panca indera, hal ini memberikan arti bahwa
fenomena adalah sesuatu yang dapat dilihat, diamati dan dimaknai sebagai bagian dari
kehidupan manusia.
Tulisan yang dibuat oleh Turchin (1977), mendeskripsikan fenomena sebagai suatu
sajian yang dituliskan atau ditampilkan oleh alam semesta sebagai bagian dari ciptaan
sang maha kuasa, yang dibentuk melalui atom dan molekul-molekul hal inilah yang
menghadirkan fenomena sehingga tercipta gejala-gejala secara nyata dalam kehidupan
manusia. Pandangan individu dalam ranah konstruktivisme dalam pemikiran Turchin
(1977) memandang bahwa fenomena terbentuk dalam konstruksi pemikiran manusia
yang menghadirkan kesepakatan bersama di mana hal ini mempertunjukkan tingkat

8
pencapaian tertinggi dari suatu manusia dan kesadaran diri yang berkembang lebih jauh
menjadi apa yang sering disebut dengan intelektual, khususnya dalam pengetahuan
ilmiah.
Pemikiran Turchin (1977) juga menjabarkan bahwa dalam memandang suatu
fenomena ada aspek pengontrol yang lebih tinggi dalam tulisannya menyatakan hal ini
dengan transisi yang muncul pada kesadaran seseorang yang dipandang sebagai bagian
dari pengalaman orang tersebut, di sinilah kemunculan ilmu pengetahuan sebagai
bagian dari kehidupan manusia. Melihat pemahaman tersebut sebagai satu bagian ilmu,
The Oxford English Dictionary melihat fenomenologi dalam dua bagian penting yaitu:
a. The science of phenomena as distinct from being hal ini merujuk pada ontologi
dari fenomena itu sendiri, sehingga memiliki pemahaman bahwa setiap fenomena
hadir dalam kesadaran dan manusia melihat hal tersebut sebagai bagian dari
keberadaan.
b. Division of any science which describes and classifies its phenomena merjuk pada
kajian ilmu yang memungkinkan fenomena tersebut untuk dapat dipelajari dari
berbagai sudut pandang.
Melihat dasar dari yang mendasari fenomena tersebut, fenomenologi adalah ilmu
yang melihat dan mempelajari fenomena yang telah tampak dan hadir dalam tengah-
tengah kehidupan manusia dengan pandangan yang terarah pada manusia itu sebagai
bagian dari pengalaman hidup manusia sebagai bagian dunia yang memiliki interaksi
dengan kehidupan sosialnya. Tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk melihat dan
memperjelas dan mencerahkan bagaimana seseorang memperjelas dan memahami
suatu fenomena untuk menciptakan makna berdasarkan pengalaman hidup seseorang
(Lester, 1999).
Manusia dalam melihat fenomena memiliki perspektif yang berbeda, hal ini
dikarenakan pengalaman manusia memiliki bentuk interpretasi yang berbeda sehingga
dalam fenomenologi dapat membantu mengumpulkan berbagai macam bentuk
informasi yang terjadi di dalam satu fenomena secara terperinci, melalui berbagai
macam pendekatan, yang disajikan dengan melihat hadirnya fenomena tersebut dalam
kehidupan manusia, fenomenologi melihat bentuk-bentuk yang nyata dari kesadaran
dalam tatanan pengalaman manusia.6

6
Rorong, Michael Jibrael. Fenomenologi. Deepublish, 2020.

9
5. Globalisasi
Globalisasi merupakan fenomena khusus mengenai koneksi global, ekonomi,
politik, dan budaya, yang mana sekarang sudah merasuki sendisendi peradaban
manusia dan mengarah ke seluruh berbagai arah di penjuru dunia. Dengan demikian
globalisasi mempunyai ciri bahwa setiap individu di dunia sudah tidak ada batasan oleh
wilayah. Tradisi budaya dalam arus globalisasi sering diposisikan dalam dua sesi yaitu:
antara tergilas oleh globalisasi atau ikut mengglobal bersama pengaruh globalisasi
tersebut.7 Globalisasi adalah fenomena pada abad sekarang yang memberi implikasi
luas bagi masyarakat di dunia. Dengan adanya teknologi komunikasi dan transportasi
yang canggih, dampak globalisasi akan sangat luas dan kompleks.8
Teori globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat kita hindari kehadiranya
dalam kehidupan kita. Dimana cakupannya bersifat mendunia, kehadiran globalisasi
tentunya membawa dua sisi pengaruh yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif,
pengaruh globalisasi bisa dirasakan diberbagai bidang kehidupan salah satunya dalam
bidang kebudayaan atau tradisi. Oleh sebab itu segala sesuatu yang terjadi secara lokal,
termasuk kemajuan atau bencana membawa dampak keseluruh penjuru dunia.
Globalisasi mampu membawa dampak terhadap masyarakat tradisional hingga
menimbulkan perubahan budaya yakni, berubah dimana dulu masyarakatnya bersifat
tertutup menjadi masyarakat yang bersifat terbuka, mulai dari nilai yang sifatnya
homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial. Arus globalisasi sudah
mempengaruhi perkembangan suatu budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan bangsa
yang ada lebih condong mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia
sehingga manusia ikut terlibat secara keseluruhan. Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi akhirnya berdampak pada melemahnya antusiasme untuk melestarikan
budaya lokal.9
6. Konspirasi
Konspirasi adalah tindakan atau perbuatan, sementara teori konspirasi adalah
penjelasan yang ditawarkan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, di mana menyebut
kelompok kecil tertentu sebagai pelaku utama (conspirators) bergerak secara rahasia
untuk keuntungan diri sendiri, dengan maksud jahat (Uscinski, 2016). Teori konspirasi
7
Untuk pengertian tradisi yang lebih luas khususnya tradisi masyarakat Jawa, lihat Laksono, Tradisi Dalam Struktur
Masyarakat Jawa Kerajaan dan pedesaan: Alih Ubah Model berpikir, (Yogyakarta: Kepel, 2009), 1-95. Lihat juga
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta:Balai Pusataka, 1994), 302.
8
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), 87.
9
Sri Suneki, ”Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Daerah“, Jurnal Ilmiah CIVIS,
1(Januari, 2012), 317.

10
belum bisa dibuktikan kebenarannya, jadi teori konspirasi adalah kemungkinan,
mungkin benar mungkin salah. Dengan demikian, teori konspirasi sebagai wacana
untuk menemukan jawaban secara spekulatif dari peristiwa yang terjadi dengan tujuan
menyelamatan golongan tertentu. Teori-teori konspirasi sudah berkembang sejak lama,
popularitasnya terdeteksi mulai pada era Revolusi Prancis 1789. Sekitar 50 tahun
terakhir ini, teori konspirasi telah menjadi cara yang sangat umum untuk menjelaskan
kompleksitas peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia (Hodapp & Kannon, 2008).
Dengan adanya teknologi internet saat ini, teori-teori konspirasi bisa dengan mudah
disebarkan dan dikembangkan. Dengan bahasa yang lebih mudah, internet
dimanfaatkan oleh sebagai kelompok sebagai media untuk menyebarkan konspirasi
yang dilakukan. Dengan demikian, media berperan serta dalam melanggengkan dan
melancarkan eksistensi teori konspirasi.
Teori konspirasi merupakan sekumpulan teori yang mencoba menerangkan tentang
penyebab utama dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa sejarah,
sosial, politik) adalah sebuah rahasia, dan sering kali memperdaya, direncanakan diam-
diam oleh sekelompok orang atau organisasi yang sangat memiliki kuasa dan pengaruh.
Teori konspirasi lahir dari prakonsepsi, asumsi, praduga, atau bahkan imajinasi yang
sudah terbangun mendahului fakta. Hal seperti ini sangat tidak mudah untuk
dipertanggungjawabkan. Teori konspirasi menjadi masalah besar bagi kebenaran ketika
masuk pada tiga area. Pertama, ketika konspirasi mengarah kepada apa yang disebut
sebagai paranoia within reason yaitu ketakutan atau keinginan yang berlebihan, yang
selalu mengikuti akal manusia. Kedua, ketika konspirasi masuk ke dalam sebuah
systematically distortion of information, atau informasi yang telah mengalami
penyimpangan sedemikian rupa secara sistematis sehingga sulit untuk
dipertanggungjawabkan. Layaknya kebohongan yang diulang seribu kali akan menjadi
sebuah kebenaran. Ketiga, ketika konspirasi mengarah kepada terrorizing of the truth,
artinya disaat sebuah kebohongan sangat sulit dibuktikan, maka hal tersebut justru
menjadi sebuah kebenaran (Sinaga, 2010).
Fenomena terbaru pada awal tahun 2017 tentang teori konspirasi ialah
berhubungan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang beretnis Cina dan beragama
Kristen, yaitu jika terpilih menjadi RI 3, maka Indonesia akan dikuasai oleh non-
muslim. Pencalonan Ahok sebagai Gubernur Jakarta hanya sebagai batu loncat untuk
menuju RI 1 atau presiden, karena Ahok dianggap sebagai simbol kekuatan etnis Cina
yang potensial untuk meraup suara, mengingat Ahok mempunyai kompetensi dalam
11
bidang pemerintahan dan dianggap kredibel. Pada saat yang sama, pencalonan Ahok
menjadi sumber untuk melemahkan posisi FPI di media sosial, karena perseteruan yang
terjadi antara dua kubu akan memperburuk cintra FPI di Media. Teori konspirasi ini
digunakan dalam rangka pemenangan Ahok di pilkada Jakarata, karena Media massa
dituding menjadi agen pelaksana konspirasi dengan hanya menyiarkan berita saat FPI
terlihat jelek (Deasy, 2015; Prakoso, 2016).
Penyebaran teori konspirasi di media tidak hanya dilakukan masyarakat kalangan
bawah atau berpendidikan rendah, tetapi juga dilakukan oleh orang berpendidikan
tinggi. Fenomena yang mencengangkan ialah kecenderungan untuk mempercayai dan
menyebarkan teori konspirasi lebih familiar di kalangan orang yang berpengetahuan
(knowledgeable people). Hal ini disebabkan oleh adanya termotivasi untuk menantang
kepercayaan yang tidak konsisten terhadap informasi. Hasilnya, walaupun individu-
individu yang berpengetahuan dan berpendidikan paling sedikit kemungkinannya untuk
mempercayai teori konspirasi, hubungan yang diprediksi ini dapat berbalik arah dalam
kelompok seperti partai politik di mana kepercayaan terhadap konspirasi tertentu
merupakan sesuatu yang lazim (John, 2016).

C. Pengaruh Teori Sosial Kontemporer terhadap Bimbingan Konseling dan


Psikoterapi Islam
1. Pengaruh Teori Fungsional terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi
Islam
Bimbingan konseling dan psikoterapi adalah bidang yang berkembang pesat dalam
dunia psikologi modern. Namun, pengaruh teori fungsional dalam konteks Islam telah
menjadi topik yang semakin menarik dan relevan dalam upaya untuk menyatukan
konsep-konsep psikologi dengan ajaran Islam. Pengaruh teori fungsional terhadap
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam dengan mempertimbangkan enam poin
penting:

a. Integrasi Nilai-nilai Islam: Salah satu aspek penting dari pengaruh teori fungsional
adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam praktik
bimbingan konseling dan psikoterapi. Teori fungsional memungkinkan konselor
dan terapis untuk memahami bagaimana nilai-nilai Islam, seperti keadilan, kasih
sayang, dan kesederhanaan, dapat membentuk pandangan dan tindakan individu.10

10
Febrini, D. (2011). Bimbingan dan Konseling. Bengkulu :CV. Brimedia Global

12
b. Pemahaman Terhadap Fungsi Psikologi Individu: Teori fungsional menekankan
pentingnya memahami fungsi psikologi individu, termasuk emosi, motivasi, dan
perilaku. Dalam konteks bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, pemahaman
ini dapat digunakan untuk membantu individu mengatasi konflik internal, seperti
perasaan bersalah atau ketidakpastian, dengan bantuan prinsip-prinsip Islam 11
c. Pengembangan Keterampilan Berkomunikasi: Teori fungsional juga
memperhatikan pentingnya komunikasi yang efektif dalam membantu individu
mencapai perubahan positif. Dalam bimbingan konseling Islam, ini dapat
digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara konselor atau terapis dengan
klien mereka, sehingga mereka dapat saling memahami dengan lebih baik.
d. Adaptasi Teknik Konseling: Pengaruh teori fungsional juga mendorong adaptasi
teknik konseling dan psikoterapi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Hal ini
dapat mencakup penggunaan doa, meditasi, atau refleksi dalam sesi konseling
untuk membantu individu merasa lebih terhubung dengan keyakinan dan
spiritualitas mereka.12
e. Penanganan Trauma dan Kesehatan Mental: Teori fungsional dapat membantu
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam dalam penanganan trauma dan
kesehatan mental. Dengan memahami bagaimana pengalaman traumatis
memengaruhi fungsi psikologis individu, konselor dan terapis dapat memberikan
dukungan yang lebih baik untuk mereka yang mengalami trauma dan masalah
kesehatan mental.
f. Pengembangan Resiliensi Spiritual: Teori fungsional juga dapat digunakan untuk
mengembangkan resiliensi spiritual pada individu. Ini melibatkan penggunaan
prinsip-prinsip Islam dalam membantu individu mengatasi stres, tekanan, dan
tantangan dalam hidup mereka dengan memperkuat iman dan hubungan mereka
dengan Tuhan.
Pengaruh teori fungsional terhadap bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas layanan konseling dan terapi yang
diberikan kepada individu Muslim. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam,
11
Rahmat, P. S. (2021). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
12
Ayu, A. (2018). Model Creative Art Dalam Konseling Untuk Meningkatkan Quality Of Work Life Dan Coping Stress
Pada Karyawan Di Politeknik LP3I Kampus Medan Baru (Doctoral dissertation, Universitas Medan Area).

13
pemahaman tentang fungsi psikologi individu, dan teknik yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam, praktik-praktik ini dapat membantu individu mencapai kesejahteraan
mental, emosional, dan spiritual yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam.
2. Pengaruh Teori Kritis terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam
Pengaruh teori kritis dalam bidang bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
adalah bagian integral dari upaya untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam
tentang aspek-aspek sosial, budaya, dan politik dalam membantu individu mencapai
kesejahteraan mental dan spiritual. Teori kritis merupakan pendekatan yang kritis
terhadap ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan perubahan sosial dalam masyarakat.
Teori kritis merupakan salah satu aliran pemikiran yang memiliki pengaruh
signifikan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk bidang bimbingan konseling dan
psikoterapi. Dalam konteks Islam, pengaruh teori kritis membawa kontribusi penting
yang mencerminkan pemahaman yang lebih kritis terhadap aspek-aspek sosial, budaya,
dan politik yang memengaruhi kesejahteraan psikologis individu Muslim. Pengaruh
teori kritis dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam dengan
mempertimbangkan enam poin penting:
a. Pemahaman Kritis Terhadap Konteks Sosial dan Budaya: Teori kritis mengajarkan
pentingnya memahami konteks sosial dan budaya dalam membimbing dan
memberikan terapi kepada individu. Dalam bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam, ini berarti mempertimbangkan peran agama, budaya, dan norma sosial
dalam memahami tantangan dan masalah yang dihadapi oleh klien Muslim.13
b. Pemahaman Terhadap Ketidaksetaraan dan Keadilan Sosial: Teori kritis menyoroti
isu-isu ketidaksetaraan dan keadilan sosial. Dalam konteks Islam, ini dapat
diterapkan untuk memahami dampak ketidaksetaraan sosial dan ekonomi terhadap
kesejahteraan psikologis individu Muslim. Konselor dan terapis dapat membantu
klien mengatasi dampak negatif dari ketidaksetaraan ini.14
c. Pemahaman Terhadap Konflik Budaya dan Identitas: Teori kritis memandang
konflik budaya dan identitas sebagai isu penting. Di lingkungan multikultural,
individu Muslim sering menghadapi konflik identitas. Pemahaman ini membantu
konselor dan terapis memahami bagaimana klien mereka dapat mengintegrasikan
identitas Islam dengan identitas budaya mereka.

13
Kusnawan, H. A., & Bahri, S. (2021). Bimbingan dan Penyuluhan Anti Korupsi: dari berpikir kritis terhadap korupsi
hingga studi kasus. Inara Publisher (Kelompok Intrans Publishing).
14
Utaminingsih, A. (2017). Gender dan wanita karir. Malang: Universitas Brawijaya Press

14
d. Pengembangan Kesadaran Politik: Teori kritis mendorong pengembangan
kesadaran politik pada individu. Dalam bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam, ini dapat berarti membantu klien memahami dampak kebijakan publik,
diskriminasi, dan stereotip terhadap kesejahteraan mereka.
e. Kritik Terhadap Kekuasaan dan Pengaruh: Teori kritis mengajarkan kritik terhadap
struktur kekuasaan dan pengaruh yang ada dalam masyarakat. Dalam konteks
Islam, ini dapat diterapkan untuk memahami peran kekuasaan dalam hubungan
keluarga, komunitas, atau masyarakat yang dapat memengaruhi kesejahteraan
psikologis individu Muslim.
f. Promosi Empowerment dan Aksi Sosial : Teori kritis mendorong individu untuk
mengambil tindakan sosial yang positif. Dalam bimbingan konseling dan
psikoterapi Islam, ini dapat berarti membantu klien mengidentifikasi cara mereka
dapat berkontribusi pada perubahan positif dalam komunitas mereka, baik melalui
pekerjaan sosial atau advokasi.15
Pengaruh teori kritis dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
memberikan kerangka kerja yang kaya dan bermakna untuk memahami dan membantu
individu Muslim mengatasi masalah mereka. Ini membantu konselor dan terapis untuk
lebih berorientasi pada konteks sosial, budaya, dan politik yang memengaruhi
kesejahteraan psikologis klien mereka. Dengan pendekatan yang lebih kritis, praktik
bimbingan dan psikoterapi Islam dapat memberikan dukungan yang lebih baik kepada
individu Muslim dalam mengatasi tantangan dan mencapai kesejahteraan yang lebih
baik.

3. Pengaruh Teori Feminis terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi


Islam
Teori feminis telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang
bimbingan konseling dan psikoterapi. Meskipun awalnya berkembang dalam konteks
masyarakat Barat, pengaruh teori feminis dapat diterapkan dengan bijak dalam
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam. Pengaruh teori feminis dalam bidang ini
dengan mempertimbangkan enam poin penting:
a. Pemahaman Kritis Terhadap Ketidaksetaraan Gender: Teori feminis menekankan
pemahaman yang kritis terhadap ketidaksetaraan gender yang ada dalam

15
Nasution, H. S., & Abdillah, A. (2019). Bimbingan Konseling: Konsep, Teori Dan Aplikasinya.

15
masyarakat. Dalam konteks Islam, hal ini dapat berarti mengidentifikasi bagaimana
peran gender dan norma-norma patriarki dapat memengaruhi individu Muslim
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan, pekerjaan, dan identitas.
b. Promosi Empowerment Wanita: Salah satu fokus utama teori feminis adalah
pemberdayaan wanita. Dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, ini
berarti membantu wanita Muslim merasa lebih kuat dan percaya diri dalam
menghadapi tantangan yang mereka hadapi. Ini bisa mencakup pengembangan
keterampilan komunikasi, peningkatan kepercayaan diri, atau dukungan dalam
mencapai tujuan mereka.16
c. Pemahaman Terhadap Trauma Gender: Teori feminis juga membawa pemahaman
mendalam tentang trauma gender, termasuk pelecehan seksual dan kekerasan
dalam rumah tangga. Dalam konteks Islam, ini penting karena dapat membantu
konselor dan terapis dalam memberikan dukungan yang lebih baik kepada klien
yang mungkin telah mengalami trauma semacam itu.17
d. Pengakuan Terhadap Keanekaragaman Pengalaman Wanita: Teori feminis
mengakui bahwa pengalaman wanita sangat beragam, dan tidak ada satu ukuran
yang cocok untuk semua. Dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, ini
berarti menghormati keanekaragaman pengalaman wanita Muslim, termasuk yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya, ekonomi, dan pendidikan.18
e. Penggalian Perspektif Agama dalam Konteks Feminis: Teori feminis dalam
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam dapat membantu dalam menggali dan
memahami perspektif agama terkait gender. Ini mencakup pemahaman yang lebih
mendalam tentang bagaimana ajaran Islam memperlakukan dan mendukung hak-
hak wanita, serta bagaimana hal ini dapat diintegrasikan dalam bimbingan dan
terapi.
f. Pengembangan Pemahaman Terhadap Konsep Kesejahteraan Wanita Muslim:
Teori feminis membawa pemahaman yang lebih baik tentang konsep kesejahteraan
wanita. Dalam konteks Islam, ini mencakup aspek-aspek seperti hubungan

16
Aziz, A. (2021). Eksistensi masjid sebagai pusat dakwah dalam resiliensi semangat beragama: studi kasus pada remaja
dikawasan pariwisata Senggigi, Lombok Barat (Doctoral dissertation, UIN Mataram).
17
Susilowati, S. (2018, August). Feminist Therapy Sebagai Alternatif Pencegahan Sexual Harassment Pada Wanita.
In Prosiding Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling (Vol. 2, No. 1, pp. 213-220).
18
Prihwanto, P., Maturidi, K., Renny, C. A., Humairah, S., Fadliansyah, A., & Da, R. (2021). Konseling Lintas Agama dan
Budaya: Strategi Konseling di Era Modern. Guepedia.

16
keluarga yang sehat, kesetaraan dalam perkawinan, partisipasi dalam kehidupan
sosial, dan pengejaran aspirasi pribadi yang positif. Bimbingan konseling dan
psikoterapi dapat membantu wanita Muslim mencapai kesejahteraan ini dengan
mengatasi hambatan dan tantangan yang ada.19
Pengaruh teori feminis dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
membawa dimensi penting yang berkaitan dengan gender, kesetaraan, dan
kesejahteraan wanita Muslim. Ini membantu konselor dan terapis untuk
menggabungkan perspektif yang lebih inklusif dan mendalam dalam praktik mereka,
sehingga mereka dapat memberikan dukungan yang lebih baik kepada klien mereka,
terutama dalam menghadapi isu-isu gender dan peran dalam masyarakat Islam. Dengan
demikian, teori feminis membantu memperkaya dan memperluas wawasan dalam
bidang bimbingan konseling dan psikoterapi Islam.

4. Pengaruh Fenomenologi terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi


Islam
Pengaruh fenomologi dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam adalah
tentang pemahaman yang lebih dalam terhadap pengalaman dan persepsi individu
dalam konteks nilai-nilai dan ajaran Islam. Fenomologi adalah pendekatan filosofis
yang menekankan pemahaman tentang dunia subjektif individu, bagaimana mereka
mengalami realitas, dan bagaimana mereka memberikan makna pada pengalaman
mereka. Integrasi fenomologi dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
menciptakan kerangka kerja yang memungkinkan para profesional untuk lebih
memahami pandangan dunia klien mereka dan mengintegrasikan nilai-nilai agama
dalam proses konseling.
Fenomologi adalah salah satu pendekatan filosofis dan psikologis yang telah
memberikan kontribusi penting dalam perkembangan bimbingan konseling dan
psikoterapi. Pendekatan ini, yang berfokus pada pemahaman pengalaman subjektif
individu, dapat memiliki aplikasi yang signifikan dalam konteks Islam. 20 Pengaruh
fenomologi dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam dengan
mempertimbangkan enam poin penting:
a. Pemahaman Mendalam Terhadap Pengalaman Pribadi: Salah satu aspek utama
fenomologi adalah mengeksplorasi dan memahami pengalaman pribadi individu
19
Sadli, S. (2010). Berbeda tetapi setara: pemikiran tentang kajian perempuan. Jakarta: PT. Media Kompas Nusantara.

20
Saifuddin, A. (2019). Psikologi agama: implementasi psikologi untuk memahami perilaku agama. Jakarta: Kencana.

17
dengan cermat. Dalam konteks bimbingan konseling dan psikoterapi Islam,
pendekatan ini memungkinkan konselor dan terapis untuk memahami lebih baik
bagaimana keyakinan, nilai-nilai, dan pengalaman spiritual individu Muslim
memengaruhi perasaan, pemikiran, dan perilaku mereka,21
b. Penghormatan Terhadap Subjektivitas: Fenomologi menekankan penghormatan
terhadap subjektivitas individu, yang berarti menghargai pengalaman mereka
sebagai sesuatu yang unik dan pribadi. Dalam bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam, hal ini relevan karena membantu menciptakan lingkungan yang aman dan
terbuka di mana klien merasa didengar dan dihormati dalam ekspresi perasaan
mereka.
c. Integrasi Nilai-nilai dan Spiritualitas: Fenomologi memungkinkan untuk
mengintegrasikan nilai-nilai dan spiritualitas individu dalam proses bimbingan dan
terapi. Dalam konteks Islam, ini berarti memungkinkan individu Muslim untuk
mengeksplorasi dan memahami bagaimana keyakinan agama mereka memengaruhi
cara mereka memandang dunia, diri sendiri, dan hubungan dengan orang lain.22
d. Pemahaman Terhadap Konflik Internal dan Eksternal: Pendekatan fenomologi
membantu konselor dan terapis untuk mendalami konflik internal dan eksternal
yang mungkin dialami oleh klien Muslim. Ini bisa termasuk konflik antara nilai-
nilai agama dan nilai-nilai budaya, atau konflik dalam hubungan antara individu
dan komunitas mereka.
e. Pengembangan Kesadaran Diri: Fenomologi dapat digunakan untuk
mengembangkan kesadaran diri yang lebih baik pada individu. Dalam bimbingan
konseling dan psikoterapi Islam, ini mencakup membantu klien untuk lebih
memahami bagaimana pengalaman masa lalu, keyakinan, dan nilai-nilai pribadi
mereka memengaruhi kehidupan dan hubungan mereka saat ini.23
f. Pemahaman Mendalam Terhadap Hubungan Konselor-Klien: Pendekatan
fenomologi juga relevan dalam mengembangkan pemahaman mendalam tentang
hubungan antara konselor dan klien. Ini membantu dalam menciptakan hubungan
terapeutik yang kuat dan memungkinkan klien untuk merasa lebih nyaman dalam
berbicara tentang isu-isu pribadi dan spiritual.

21
Ulfiah, M. S. (2020). Psikologi Konseling Teori & Implementasi. Jakarta: Prenada Media.
22
Samsualam, S. (2023). Buku Referensi: Keperawatan Holistik. Purbalingga: Eureka Media Aksara.
23
Failasufah, F. (2016). Implementasi Psikoterapi Islam Di Madrasah. Studia Didaktika: Jurnal Ilmiah Bidang
Pendidikan, 10(01), 40-51.

18
Pengaruh fenomologi dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
memberikan pendekatan yang mendalam dan sensitif terhadap pengalaman individu
Muslim. Hal ini membantu konselor dan terapis untuk lebih baik memahami aspek-
aspek yang unik dalam kehidupan klien mereka dan membantu mereka dalam mencapai
perubahan positif. Dengan fokus pada penghormatan terhadap subjektivitas, integrasi
nilai-nilai, dan pengembangan kesadaran diri, pendekatan fenomologi membantu
memperkaya dan memperdalam praktik bimbingan dan terapi Islam.

5. Pengaruh Globalisasi terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam


Pengaruh globalisasi terhadap bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
menciptakan tantangan dan peluang yang signifikan dalam upaya untuk membantu
individu mencapai kesejahteraan mental dan spiritual dalam dunia yang semakin
terhubung dan beragam. Pengaruh Globalisasi terhadap Bimbingan Konseling dan
Psikoterapi Islam

Globalisasi adalah fenomena yang telah mengubah berbagai aspek kehidupan


manusia, termasuk bimbingan konseling dan psikoterapi. Dalam konteks Islam,
pengaruh globalisasi membawa tantangan dan peluang yang signifikan dalam praktik-
praktik ini.24 Pengaruh globalisasi terhadap bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
dengan mempertimbangkan enam poin penting:

a. Multikulturalisme dan Keanekaragaman: Globalisasi telah membawa arus migrasi


besar-besaran dan pertukaran budaya yang lebih intens. Ini menghasilkan
munculnya masyarakat yang semakin multikultural dan beragam. Dalam
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, konselor dan terapis perlu memahami
dan menghargai keanekaragaman budaya, bahasa, dan keyakinan agama klien
mereka. Mereka harus memiliki sensitivitas terhadap perbedaan dalam pandangan
dunia dan nilai-nilai yang membentuk pengalaman individu.
b. Akses ke Teknologi dan Informasi: Globalisasi telah memberikan akses yang lebih
besar terhadap teknologi dan informasi. Ini dapat digunakan dalam bimbingan
konseling dan psikoterapi Islam untuk memperluas layanan ke wilayah yang lebih
luas dan memberikan sumber daya tambahan untuk klien, seperti konseling online
atau akses ke literatur dan sumber daya psikologis.

24
Ulfiah, M. S., & Jamaluddin, H. (2022). Bimbingan Dan Konseling: Teori dan Praktik. Jakarta: Prenada Media.

19
c. Tantangan Identitas: Globalisasi sering kali memicu pertanyaan tentang identitas.
Individu Muslim yang terlibat dalam interaksi global mungkin mengalami konflik
identitas antara nilai-nilai lokal dan global. Bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam harus dapat membantu individu Muslim menavigasi tantangan ini dengan
memahami dan memperkuat identitas agama dan budaya mereka.25
d. Pengaruh Budaya Populer dan Media Sosial: Media sosial dan budaya populer
yang mendunia memiliki pengaruh yang signifikan dalam masyarakat saat ini.
Dalam praktik bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, konselor dan terapis
perlu menyadari bagaimana pengaruh ini dapat memengaruhi persepsi diri dan
pandangan dunia klien mereka. Mereka juga perlu membantu klien memahami
bagaimana media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental mereka.26
e. Pembangunan Jaringan Global: Globalisasi juga memungkinkan untuk membangun
jaringan global yang kuat dalam bidang bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam. Ini berarti konselor dan terapis memiliki akses ke berbagai sumber daya,
informasi terbaru, dan pandangan yang beragam dari sesama profesional di seluruh
dunia. Ini dapat membantu meningkatkan standar layanan dalam praktik mereka.
f. Kesehatan Mental dalam Lingkungan Global: Dalam era globalisasi, individu
Muslim mungkin menghadapi stres, tekanan, dan masalah kesehatan mental yang
unik. Faktor-faktor seperti perubahan budaya, ketidakpastian ekonomi, dan konflik
identitas dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Bimbingan
konseling dan psikoterapi Islam harus beradaptasi untuk mengatasi masalah-
masalah ini dengan menggunakan prinsip-prinsip agama Islam yang relevan.27
Pengaruh globalisasi terhadap bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
menciptakan lingkungan yang lebih kompleks dan beragam bagi praktisi dalam bidang
ini. Sambil memahami dan menghargai keanekaragaman, konselor dan terapis Islam
harus bekerja untuk memastikan bahwa praktik-praktik mereka sesuai dengan nilai-nilai
agama dan budaya klien mereka. Selain itu, mereka perlu memanfaatkan teknologi dan
sumber daya global untuk memperbaiki layanan mereka. Dalam situasi global yang

25
Masri, S. (2020). Multicultural Awareness, Teknik Cinemeducation, Dan Bibliotherapy. Sulawesi: Aksara Timur.
26
Danumurti, K., Sutarto, S., & Sumarto, S. (2023). Analisis Konseling Yang Telah Dilakukan Rasulullah Shalallahu alaihi
wasallam Dalam Menyikapi Permasalahan Umat (Studi Intrrpretatif Terhadap Buku Sirah Nabawiyah Karya Syekh
Syafiurrahman al-mubarakfuri1 (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Curup).
27
Kartikasari, M. N. D., Fitria, Y., Damayanti, F. E., Prabu, S., Fatsena, R. A., Kusumawaty, I., ... & Budi, Y. S.
(2022). Kesehatan mental. Sumatra: Global Eksekutif Teknologi.

20
terus berubah, fleksibilitas dan adaptasi menjadi kunci dalam menjalankan bimbingan
konseling dan psikoterapi Islam yang efektif.

6. Pengaruh Konspirasi terhadap Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam


Pengaruh konspirasi adalah fenomena yang semakin relevan dalam masyarakat
modern, terutama melalui penyebaran teori konspirasi yang beredar luas melalui media
sosial dan komunikasi digital. Dalam konteks bimbingan konseling dan psikoterapi
Islam, pengaruh konspirasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan
mental individu Muslim. Pengaruh konspirasi terhadap bimbingan konseling dan
psikoterapi Islam dengan mempertimbangkan enam poin penting:

a. Pemahaman Terhadap Dampak Psikologis: Konspirasi sering kali menciptakan


ketidakpastian, kebingungan, dan kecemasan pada individu yang terpengaruh.
Dalam praktik bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, konselor dan terapis
harus memiliki pemahaman mendalam tentang dampak psikologis yang mungkin
dialami klien akibat terpapar teori konspirasi. Ini dapat mencakup perasaan
ketakutan, ketidakamanan, atau kepercayaan diri yang terganggu.
b. Pendekatan Terhadap Kecemasan dan Obsesi: Terkadang, individu yang
terpengaruh oleh teori konspirasi dapat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi
atau bahkan obsesi terhadap konspirasi tersebut. Dalam bimbingan konseling dan
psikoterapi Islam, penting untuk membantu klien mengelola kecemasan ini dengan
menggunakan teknik-teknik seperti kognitif-behavioral therapy (CBT) atau teknik
relaksasi.28
c. Membantu Klien Mempertimbangkan Sumber Informasi: Salah satu aspek utama
dari teori konspirasi adalah ketidakpercayaan terhadap sumber-sumber informasi
resmi. Dalam praktik bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, konselor dan
terapis dapat membantu klien mengembangkan kemampuan kritis untuk menilai
sumber informasi dan memahami peran penting sumber informasi yang dapat
dipercaya dalam pembentukan pandangan dunia yang sehat.
d. Konflik dalam Hubungan Keluarga dan Sosial: Terpapar teori konspirasi dapat
menyebabkan konflik dalam hubungan keluarga dan sosial. Individu yang percaya
pada teori konspirasi dapat merasa terasing atau tidak dipahami oleh orang-orang
di sekitar mereka. Dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam, konselor dan

28
Khoirudin, A. (2021). Menemukan Makna Hidup. Sukabumi: CV Jejak (Jejak Publisher).

21
terapis dapat membantu klien mengatasi konflik ini dan membangun hubungan
yang lebih sehat dengan orang-orang terdekat mereka.29
e. Pengembangan Kesadaran Kritis: Salah satu pendekatan yang penting adalah
membantu klien mengembangkan kesadaran kritis terhadap teori konspirasi dan
memahami pentingnya metode ilmiah dan pengujian klaim. Ini membantu klien
meragukan keyakinan konspirasi mereka sendiri dan lebih terbuka terhadap
perspektif yang berbeda.
f. Integrasi Nilai-nilai Islam: Dalam bimbingan konseling dan psikoterapi Islam,
penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam membantu klien mengatasi
dampak teori konspirasi. Ini dapat mencakup pemahaman tentang pentingnya
keadilan, kejujuran, dan kewaspadaan terhadap fitnah dan berita palsu dalam ajaran
Islam.30
Pengaruh konspirasi terhadap bimbingan konseling dan psikoterapi Islam
menunjukkan pentingnya konselor dan terapis untuk menghadapi tantangan baru yang
muncul dalam masyarakat modern. Mereka harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang fenomena ini dan mampu membantu klien mengatasi dampak
psikologis dan sosialnya. Selain itu, pendekatan yang berpusat pada kemampuan kritis
dan integritas nilai-nilai Islam dapat membantu klien mengembangkan perspektif yang
lebih sehat dan seimbang dalam menghadapi teori konspirasi. Dengan demikian,
bimbingan konseling dan psikoterapi Islam dapat berperan dalam membantu individu
mengatasi dampak negatif teori konspirasi dan mencapai kesejahteraan mental yang
lebih baik.

29
Kurniawan, S. (2021). Panta Rhei Ragam Ekspresi, Krisis yang Dialami dan Tantangan yang Dihadapi Umat Beragama.
Kalimantan: Samudra Biru.
30
Wardani, W. (2021). Pentingnya Memahami Makna Hidup yang Esensial dan Membangun Optimisme di Tengah
Pandemi: Refleksi Psikologis Atas Al-Quran (2: 28).

22
BAB III PENUTUP

Titik berangkat untuk memahami pengertian teori sosial kontemporer bisa dimulai
dalam melihat bagaimana rahim teori sosial kontemporer itu terbentuk. Teori sosial
kontemporer terbentuk dari bergulirnya terus menerus interaksi sosial yang terjadi di dalam
eskalasi masyarakat tertentu dan tak terputus hingga melahirkan konflik sosial. Dimana
menurut Dahrendorf dalam Zuldin (2019) bahwa konflik dan konsensus sosial merupakan hal
yang niscaya adanya di tengah masyarakat.

Teori sosial kontemporer dalam makalah ini ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat, dari pola-pola terbentuknya masyarakat hingga kajian mendalam tentang
bagaimana dinamika yang terjadi dimasyarakat masa kini yang melahirkan beberapa teori
sosial seperti teori funsional, teori kritis, teori kritis, kajian fenomenologi (yang mengaji dari
sudust dekat), globalisasi (yang mengaji secara universal) dan konspirasi (yang menguji
asumsi-asumsi tentang masyarakat) yang terjadi pada hari ini.

Teori sosial kontemporer berpengaruh terhadap proses bimbingan konseling hal ini
penting untuk menunjukkan pentingnya konselor dan terapis untuk menghadapi tantangan
baru yang muncul dalam masyarakat modern. Mereka harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang fenomena ini dan mampu membantu klien mengatasi dampak psikologis
dan sosialnya. Selain itu, pendekatan yang berpusat pada kemampuan kritis dan integritas
nilai-nilai Islam dapat membantu klien mengembangkan perspektif yang lebih sehat dan
seimbang dalam menghadapi teori konspirasi. Dengan demikian, bimbingan konseling dan
psikoterapi Islam dapat berperan dalam membantu individu mengatasi dampak negatif teori
konspirasi dan mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, A. (2018). Model Creative Art Dalam Konseling Untuk Meningkatkan Quality Of Work
Life Dan Coping Stress Pada Karyawan Di Politeknik LP3I Kampus Medan
Baru (Doctoral dissertation, Universitas Medan Area).
Aziz, A. (2021). Eksistensi masjid sebagai pusat dakwah dalam resiliensi semangat
beragama: studi kasus pada remaja dikawasan pariwisata Senggigi, Lombok
Barat (Doctoral dissertation, UIN Mataram).
Danumurti, K., Sutarto, S., & Sumarto, S. (2023). Analisis Konseling Yang Telah Dilakukan
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam Dalam Menyikapi Permasalahan Umat (Studi
Intrrpretatif Terhadap Buku Sirah Nabawiyah Karya Syekh Syafiurrahman al-
mubarakfuri1 (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Curup).
Failasufah, F. (2016). Implementasi Psikoterapi Islam Di Madrasah. Studia Didaktika: Jurnal
Ilmiah Bidang Pendidikan, 10(01), 40-51.
Febrini, D. (2011). Bimbingan dan Konseling. Bengkulu :CV. Brimedia Global
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), 87.
Hidayat, Medhy Aginta, 2019, Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern: Sejarah,
Pemikiran, Kritik Dan Masa Depan Postmodernisme, Journal of Urban Sociology |
Volume 2 / No. 1, P. 52
Iwan, Iwan. "Menelaah Teori Kritis Jürgen Habermas." Edueksos Jurnal Pendidikan Sosial &
Ekonomi 3.2 (2016).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online); Kontemporer; diakses 28 September 2023
Kartikasari, M. N. D., Fitria, Y., Damayanti, F. E., Prabu, S., Fatsena, R. A., Kusumawaty, I.,
... & Budi, Y. S. (2022). Kesehatan mental. Sumatra: Global Eksekutif Teknologi.
Khoirudin, A. (2021). Menemukan Makna Hidup. Sukabumi: CV Jejak (Jejak Publisher).
Kurniawan, S. (2021). Panta Rhei Ragam Ekspresi, Krisis yang Dialami dan Tantangan
yang Dihadapi Umat Beragama. Kalimantan: Samudra Biru.
Kusnawan, H. A., & Bahri, S. (2021). Bimbingan dan Penyuluhan Anti Korupsi: dari
berpikir kritis terhadap korupsi hingga studi kasus. Inara Publisher (Kelompok Intrans
Publishing).
Masri, S. (2020). Multicultural Awareness, Teknik Cinemeducation, Dan Bibliotherapy.
Sulawesi: Aksara Timur.
Nasution, H. S., & Abdillah, A. (2019). Bimbingan Konseling: Konsep, Teori Dan
Aplikasinya.

24
Prihwanto, P., Maturidi, K., Renny, C. A., Humairah, S., Fadliansyah, A., & Da, R.
(2021). Konseling Lintas Agama dan Budaya: Strategi Konseling di Era Modern.
GUEPEDIA.
Rahmat, P. S. (2021). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rorong, Michael Jibrael. Fenomenologi. Deepublish, 2020
Sadli, S. (2010). Berbeda tetapi setara: pemikiran tentang kajian perempuan. Jakarta: PT.
Media Kompas Nusantara.
Saifuddin, A. (2019). Psikologi agama: implementasi psikologi untuk memahami perilaku
agama. Jakarta: Kencana.
Samsualam, S. (2023). Buku Referensi: Keperawatan Holistik. Purbalingga: Eureka Media
Aksara.
Saputra, Soni. "Teori Fungsionalisme (Antropologi Hukum)." (2021).
Sri Suneki, ”Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Daerah“, Jurnal Ilmiah CIVIS,
(Januari, 2012), 317.
Susilowati, S. (2018, August). Feminist Therapy sebagai alternatif pencegahan sexual
harassment pada wanita. In Prosiding Seminar Nasional Bimbingan Dan
Konseling (Vol. 2, No. 1, pp. 213-220).
Ulfiah, M. S. (2020). Psikologi Konseling Teori & Implementasi. Jakarta: Prenada Media.
Ulfiah, M. S., & Jamaluddin, H. (2022). Bimbingan Dan Konseling: Teori dan Praktik.
Jakarta: Prenada Media.
Utaminingsih, A. (2017). Gender dan wanita karir. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Wardani, W. (2021). Pentingnya Memahami Makna Hidup yang Esensial dan Membangun
Optimisme di Tengah Pandemi: Refleksi Psikologis Atas Al-Quran (2: 28).
Zuldin, Muhamad, 2019 Dalam Artikel “Ketimpangan Sebagai Penyebab Konflik: Kajian
Atas Teori Sosial Kontemporer” Temali: Jurnal Pembangunan Sosial, Volume 2 Nomor
1, P. 157

25

Anda mungkin juga menyukai