Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIKIH MUAMALAH
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:
Dr.Hj.Ai Surtika Dewi,MM

Disusun Oleh:

Angga Maulana Syabani (1201423012)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


STIE WIBAWA KARTA RAHARJA
PURWAKARTA (2023)
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah
dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Terlepas dari semua itu,
saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Fikih Muamalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Purwakarta, 28 Oktober 2023

( Angga Maulana Syabani )


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
2.1 PENGERTIAN MUAMALAH ..................................................................................................... 5
2.2 RUANG LINGKUP MUAMALAH ............................................................................................. 6
2.3 ASAS-ASAS MUAMALAH ........................................................................................................ 7
2.4 LANDASAN TEORITIS .............................................................................................................. 8
2.5 LANDASAN TEOLOGIS ............................................................................................................ 9
2.6 SECARA ETIMOLOGI ................................................................................................................ 9
2.7 MENURUT ALQUR’AN ............................................................................................................. 9
2.8 BERDASARKAN ILMU FIQIH ................................................................................................ 10
2.9 KEDUDUKAN MUAMALAH DALAM ISLAM ..................................................................... 10
2.10 SUMBER HUKUM MUAMALAH ........................................................................................... 10
AL QUR’AN ....................................................................................................................................... 10
HADITS .............................................................................................................................................. 11
IJTIHAD ............................................................................................................................................. 11
2.11 PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH ............................................................................................. 12
Prinsip Umum ..................................................................................................................................... 12
Prinsip Khusus .................................................................................................................................... 12
Sedangkan yang dilarang dalam muamalah antara lain: ..................................................................... 13
BAB III....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Fiqih muamalah merupakan aturan yang membahas tentang hubungan manusia dengan
manusia lainnya dalam sebuah masyarakat. Di dalamnya termasuk kegiatan perekonomian
masyarakat. Salah satu jenis transaksi ekonomi yang dibahas di dalam fiqih muamalah ialah
ijarah. Ijarah merupakan salah satu bentuk transaksi muamalah yang banyak dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalam pelaksanaan ijarah ini, yang menjadi obyek
transaksi adalah manfaat yang terdapat pada sebuah zat. Ijarah sering disebut dengan ‘upah’ atau
‘imbalan’. Ijarah yang sering kita kenal dengan persewaan, sangat sering membantu kehidupan,
karena dengan adanya ijarah ini, seseorang yang terkadang belum bisa membeli benda untuk
kebutuhan hidupnya, maka bisa diperbolehkan dengan cara menyewa. Sebagaimana transaksi
umum, maka ijarah memiliki aturan-aturan tertentu. Kebanyakan para pelaku ijarah saat ini
melakukan transaksi ini hanya berdasarkan kebiasaan saja, tanpa tahu dasar hukum dan aturan-
aturan yang berlaku.

Salah satu perwujudan hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosialnya
adalah melalui akad (perjanjian). Akad mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat. Ia
merupakan dasar dari sekian banyak aktifitas keseharian kita. Akad memfasilitasi setiap orang
dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa
bantuan dan jasa orang lain. Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad (perjanjian)
merupakan sarana sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia untuk mendukung
kehidupannya sebagai makhluk sosial.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini ialah:
1 .Bagaimana praktik sewa menyewa ruko yang belum dibangun di Kampung Bongas
Kecamatan Purwakarta ?
2 Apa saja faktor-faktor yang mendukung adanya praktik sewa menyewa ruko yang belum
dibangun di Kp. Bongas?
3 Apa hukum sewa menyewa ruko yang belum dibangun dalam Persfektif Mazhab Syafi’i ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Untuk mengetahui apa itu fikih muamalah
2 Untuk mengetahui apa saja asas asa yang ada didalam ilmu fikih muamalah.
3 Untuk mengetahui prinsip prinsip yang ada didalam ilmu fikih muamalah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MUAMALAH

Islam adalah agama yang sempurna. Agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia; baik aqidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah. Salah satu ajaran yang sangat penting
adalah bidang muamalah (Ekonomi Islam). Para ulama yang merupakan pewaris para nabi tidak
pernah mengabaikan kajian muamalah dalam kitab-kitab fikih mereka dan dalam kajian-kajian
keislaman mereka.

Namun dalam rangkaian waktu yang panjang, materi muamalah (ekonomi Islam)
cenderung diabaikan kaum muslimin, padahal ajaran muamalah bagian penting dari ajaran Islam,
akibatnya,terjadilah kajian Islam yang sepotong-sepotong. Padahal orang-orang beriman
diperintahkan untuk memasuki Islam secara kaffah. Akibatnya banyak kaum muslimin yang
melanggar prinsip muamalah dalam mencari nafkah hidupnya, seperti riba, maysir, gharar,
haram, batil, dan sebagainya.

Muamalah dikatakan penting, karena di dalamnya terdapat ajaran yang mengatur


hubungan antara individu dan masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Karena itu syariah ilahiyah
datang untuk mengatur muamalah di antara manusia dalam rangka mewujudkan tujuan syariah
dan menjelaskan hukumnya kepada mereka. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam
aktivitas muamalah, karena itu hukum mempelajarinya wajib (fardhu) bagi setiap muslim.

Seorang muslim berkewajiban memahami bagaimana dia bermuamalah sebagai


kepatuhan kepada syariat Allah. Jika dia tidak memahami muamalah maliyah ini, maka dia akan
terperosok kepada sesuatu yang diharamkan atau syubhat, tanpa dia sadari. Seorang muslim yang
bertakwa dan takut kepada Allah swt, harus berupaya keras menjadikan muamalahnya sebagai
amal shalih dan ikhlas untuk Allah semata. Memahami hukum muamalah maliyah wajib bagi
setiap muslim, namun untuk menjadi ahli dalam bidang ini hukumnya fardhu kifayah.

Apa itu muamalah?Secara bahasa muamalah diambil dari kata ‫ ُمعَا َم َلة‬،َ‫ يُعَامِ ل‬،َ‫عامِ ل‬
َ yang
berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal.Sehingga muamalah hanya dapat
dilakukan jika di dalamnya ada unsur interaksi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok atau kelompok dengan kelompok yang lainnya. Secara istilah muamalah adalah
aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
kaitanya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda.Aktivitas seorang muslim
yang berkaitan dengan benda; seperti jual beli bukan hanya ditujukan untuk memperoleh
keuntungan semata tetapi juga untuk mencapai ridha Allah konsekuensinya dia harus mentaati
tata cara jual-beli yang telah ditentukan oleh Allah
2.2 RUANG LINGKUP MUAMALAH

• Al-Muamalah Al-Adabiyah
Dalam hal ini, yang menjadi lingkup Al-Muamalah AlAdabiyah ialah ijab qabul,
tidak ada paksaan, saling ridha, hak dan kewajiban, pemalsuan, peniupuan, kejujuran
bedagang, serta segala hal yang berasal dari indera manusia yang mempunyai kaitan
dengan harta

• Al-Muamalah Al-Madiyah
Ruang lingkup muamalah setidaknya meliputi hal-hal berikut:
1. Jual Beli (al-ba‟i)
2. Jaminan/tanggungan (kafalah)
3. Gadai (rahn)
4. Batas bertindak (al-hajru)
5. Pemindahan utang (hiwalah)
6. Perseroan (al-syirkah)
7. Jatuh bangkit (taflis)
8. Perseroan harta (al-mudharabah)
9. Sewa menyewa (al-ijarah)
10. Pinjaman uang (qiradh)
11. Pinjaman barang („ariyah)
12. Gugatan (al-syuf‟ah)
13. Upah (ujral al-amah)
14. Pembagian kekayan bersama (al-qisamah)
15. Pembebasan (al-ibra‟)
16. Pemberian (al-hibbah)
17. Sayembara (al-ji‟alah)
2.3 ASAS-ASAS MUAMALAH

1. Asas Taba’dul Manafi


Bahwa segala sesuatu bentuk kegiatan mumalat harus memberikan keuntungan dan
manfaat bersama bagi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini menunjukan bahwa manusia
bukanlah pemilik mutlak melainkan hanya sebagai pemilik hak manfaatnya saja.
2. Asas Pemerataan
Asas ini adalah penerapan prinsip keadilan dalam bidang muamalah yang menghendaki
agar harta tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang sehingga harta itu harus
terdistribusikan secara merata di antara masyarakat baik kaya maupun miskin, oleh
karena itu dibuatlah hukum zakat, shadaqah, infaq dan sebagainya
3. Antaradhin
Asas ini menyatakan bahwa setiap bentuk muamalat antar muslim atau antar pihak, harus
berdasarkan kerelaan masing-masing. Kerelaan di sini dalam arti kerelaan melakukan
suatu bentuk muamalah atau kerelaan dalam menyerahkan benda yang dijadikan obyek
perikatan dan bentuk muamalah lainnya.
4. Adamul Gharar
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas antaradhin. Asas adamul gharar berarti bahwa
setiap bentuk mu’malat tidak boleh ada tipu daya atau yang menyebabkan sesuatu pihak
merasa dirugikan oleh pihak lain sehingga mengakibatkan hilangnya unsur kerelaan salah
satu pihak dalam melakukan suatu transaksi atau perikatan.
5. Al-Bir Wa Taqwa
Asas ini menyatakan bahwa setiap bentuk muamalat yang dilakukan oleh umat muslim
adalah untuk tolong-menolong antar sesama manusia dalam rangka al-bir wa taqwa yakni
kebajikan dan ketakwaan dalam berbagai bentuknya.
6. Musyarakah
Asas ini menghendaki bahwa setiap bentuk muamalah adalah musyarakah yakni kerja
sama antar pihak yang saling menguntungkan, bukan saja yang terlibat melainkan juga
bagi seluruh masyarakat manusia.
2.4 LANDASAN TEORITIS

Menurut Ulama fikih, mereka sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi muamalah
adalah diperbolehkan (mubah), kecuali ada sebuah nash yang melarangnya. Maka dari itu,
manusia tidak boleh mengatakan bahwa sebuah transaksi atau akad dilarang sebelum/tidak
terdapat nash yang melarang akad tersebut. Berbeda dengan ibadah, hukum asalnya adalah
dilarang. Kita tidak bisa melakukan sebuah ibadah jika memang tidak ditemukan nash yang
memerintahkannya atau dengan kata lain ibadah kepada Allah tidak bisa dilakukan jika tidak
terdapat syariat dariNya. Kaidah ini menjadikan fiqh muamalah fleksibel, tidak kaku, dan tidak
ketinggalan zaman sehingga dapat menjawab persoalan fikih kontemporer saat ini..
Adapun fiqh muamalah secara istilah dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara umum dan secara
khusus. Fikih muamalah secara luas dijelaskan oleh ulama dengan definisi berikut:

• Menurut Ad-Dimyati: “Aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan


keberhasilan masalah ukhrawi.”

• Menurut Muhammad Yusuf Musa: “Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.”
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa fiqh muamalah adalah aturan-aturan (hukum)
Allah SWT., yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau
urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan. Adapun definisi fiqh
muamalah dalam arti khusus dapat ditemukan pada definisi yang dikemukakan oleh ulama
berikut:

• Menurut Hudhari Beik: “Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia
saling menukar manfaat.”
• Menurut Idris Ahmad: “Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang paling baik.”
• Menurut Rasyid Ridha: “Muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang
bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.”

Menurut definisi di atas, dapatlah dipahami bahwa fiqh muamalah dalam arti
sempit menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan
untuk mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperoleh, mengatur,
mengelola, dan mengembangkan mal (harta benda). Perlu dipahami bahwa pengertian
fiqh muamalah tersebut tidak mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan harta, seperti
cara mengatur tirkah (harta warisan), sebab masalah ini telah diatur dalam disiplin ilmu
itu tersendiri, yaitu dalam Fiqh Mawaris.
2.5 LANDASAN TEOLOGIS

Muamalah adalah cabang dari ilmu syariah dalam cakupan ilmu fiqih. Secara garis besar
kegiatan muamalah mencakup aspek adabiyah dan madiyah.

Didalam aspek adabiyah meliputi kegiatan muamalah yang berkaitan dengan kegiatan adab
dan akhlak, misalnya menghargai sesama, saling meridhoi, hak dan kewajiban, kejujuran,
kesopanan, penipuan serta lainya.

Sedangkan aspek madiyah adalah aspek yang berkaitan dengan kebendaan, misalnya benda
yang halal, haram dan subhat untuk dimiliki, diupayakan dan diperjualbelikan, benda yang bisa
mengakibatkan kemaslahatan, kemudharatan, dan lain sebagainya.

2.6 SECARA ETIMOLOGI

Menurut segi bahasa muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang artinya
saling melakukan, saling bertindak atau saling mengamalkan. Dengan demikian arti muamalah
melibatkan lebih dari satu orang dalam prakteknya, sehingga akan timbul adanya hak dan
kewajiban.

Sedangkan dari segi istilah, pengertian muamalah berdasarkan fiqih mempunyai dua arti,
yaitu pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit.

Muamalah dalam arti yang luas adalah aturan allah yang mengatur tentang masalah
hubungan manusia dan usaha mereka dalam mendapatkan kebutuhan jasmani dengan jalan yang
terbaik. Sedangkan dalam arti sempit muamalah adalah kegiatan tukar menukar suatu barang
yang bermanfaat dengan menggunakan cara cara yang sesuai aturan islam.

2.7 MENURUT ALQUR’AN

Ayat Alquran tentang muamalah yang sesuai:

An Nisa’ ayat 29.

‫اض‬ ٍ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل ا ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ََّل ت َأ ْك ُ ل ُ وا أ َ ْم َو ا ل َ ك ُ ْم ب َ ي ْ ن َ ك ُ ْم ب ِ ا ل ْ ب َ ا ِط ِل إ ِ اَّل أ َ ْن ت َك ُو َن ت ِ َج ا َر ة ً ع َ ْن ت َ َر‬


‫ِم ن ْ ك ُ ْم ۚ َو ََّل ت َق ْ ت ُل ُ وا أ َن ْ ف ُ س َ ك ُ ْم ۚ إ ِ ان ا‬
‫َّللا َ ك َا َن ب ِ ك ُ ْم َر ِح ي ًم ا‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yg berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu.
Muamalah dalam Islam adalah aturan-aturan dan hukum yang mengatur tata cara
memenuhi kebutuhan dunia dengan cara yang benar menurut syariat islam. Muamalah dapat
membantu kita mengetahui mana yang haram dan mana yang halal. Maka kita harus mempelajari
apa saja syarat dan rukunnya, sehingga upaya kita dalam memenuhi kebutuhan dunia tidak
melanggar aturan dan hukum Islam.

2.8 BERDASARKAN ILMU FIQIH

Sedangkan pengertian muamalah menurut ilmu fiqih yaitu ilmu yang berkaitan dengan
muamalah, yaitu kegiatan atau transaksi yang berdasarkan aturan-aturan dan hukum-hukum
syariat, yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya dan didasari oleh dalil-
dalil Islam secara rinci. Ruang lingkup fiqh muamalah adalah meliputi seluruh kegiatan
muamalah manusia yang berupa perintah-perintah maupun larangan-larangan dalam
bermuamalah, berdasarkan hukum-hukum Islam seperti wajib, sunnah, halal, haram, makruh
dan mubah.

2.9 KEDUDUKAN MUAMALAH DALAM ISLAM

Islam menetapkan aturan-aturan yang fleksibel dalam bidang muamalah, karena bidang
tersebut sangat dinamis dan mengalami perkembangan. Meskipun bersifat fleksibel, Islam
memberikan ketentuan agar perkembangan di bidang muamalah tidak menimbulkan
kemudharatan atau kerugian dalam masyarakat.

Meskipun bidang muamalah berkaitan dengan kehidupan duniawi, namun dalam prakteknya
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan ukhrawi, sehingga dalam ketentuan-ketentuannya
mengandung aspek halal, haram, sah, batal, dan sebagainya.

2.10 SUMBER HUKUM MUAMALAH

Sumber hukum fiqih muamalah secara umum berasal dari tiga sumber utama, yaitu Al
Quran dan Hadits, dan ijtihad.

AL QUR’AN

Seperti yang telah diketahui bahwa Al Qur’an merupakan referensi utama yang memuat
pedoman dasar bagi umat manusia. Khususnya dalam menemukan dan menarik suatu perkara
dalam kehidupan. Sudah seharusnya setiap muslim selaluberpegang teguh kepada hukum-hukum
yang terdapat di dalam Al Qur’an sebagai petunjuk agar menjadi manusia yang taat kepada Allah
SWT, yaitu mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Ayat tentang
muamalah antara lain :
1. QS An Nisa’ Ayat 58 yang artinya:

Sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pihak yang berhak
menerimanya dan “menyuruh kamu” jika menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat

2. QS Al Muthaffifin ayat 1-6 yang artinya :

1)Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang), 2) (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3) dan
apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi, 4) Tidakkah
orang-orang itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, 5) pada suatu hari
yang besar, 6) (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.“

3. QS Ali Imran ayat 3 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada allah agar kamu mendapatkan keberuntungan.

HADITS

Seperti yang telah diketahui bahwa Hadits merupakan sumber hukum bagi umat Islam yang
kedua setelah Al Qur’an. yang digunakan oleh umat Islam sebagai panduan dalam melaksanakan
berbagai macam aktivitas, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun urusan akhirat.
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan
(sabda), perbuatan, maupun ketetapan yang dijadikan sebagai landasan syari’at Islam. Hadits
tentang muamalah antara lain :

“Sesungguhnya apabila allah mengharamkan atas suatu kaum memakan sesuatu, maka allah
mengharamkan pula hasil penjualannya” (HR. Abu Daud)

“Janganlah kalian berbuat zhalim, ingatlah tidak halal harta seorang kecuali dengan keridhoan
darinya” (HR al-Baihaqi).

Dari Abdullah bin mas’ud r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : Riba itu terdiri 73 pintu.
Yang paling ringan diantarannya adalah seperti seseorang laki-laki yang berzina dengan ibunya,
dan sehebat-hebattnya riba adalah merusak kehormatan seorang muslim. (HR. Ibnu Majah).

IJTIHAD

Sumber hukum yang ketiga setelah Al Qur’an dan hadits adalah ijtihad, yaitu proses menetapkan
suatu perkara baru dengan akal sehat dan pertimbangan yang matang, dimana perkara tersebut
tidak dibahas dalam Al Qur’an dan hadits.
Ijtihad adalah sumber yang sering digunakan dalam perkembangan fiqih muamalah sebagai
solusi terhadap suatu permasalahan yang harus diterapkan hukumnya,akan tetapi tidak
ditemukan dalam Al Qur’an maupun Hadits.

2.11 PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH

Hakikat diturunkannya syari’at Islam adalah mendatangkan kemaslahatan dan


menghindarkan kerusakan, yang tercermin dalam bentuk perintah dan larangan dari Allah SWT
dan Rasul-Nya.

Setiap bentuk perintah yang mesti dikerjakan, pasti di situ juga mengandung kemaslahatan
bagi manusia. Sebaliknya, setiap bentuk larangan yang mesti ditinggalkan, pasti juga
mengandung kemudharatan bagi manusia. Walaupun seringkali hikmah dari perintah dan
larangan tersebut terungkap jauh setelah dalilnya diturunkan.

Demikian pula dengan ketentuan dalam muamalah, yaitu jelas untuk kemaslahatan manusia
secara umum. Ketentuan-ketentuan muamalah secara syari’at islam yang tidak akan
mengabaikan aspek penting dalam kesinambungan hidup manusia.

Prinsip Umum

Dalam prinsip umum muamalah terdapat 4 hal yang utama, yaitu:

• Hukum asal dalam muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
• Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan kemaslahatan / manfaat dan
menghindarkan mudharat dalam masyarakat.
• Pelaksanaan muamalah didasarkan dengan tujuan memelihara nilai keseimbangan dari
berbagai segi kehidupan, antara lain meliputi keseimbangan antara pembangunan
material dan spiritual, pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.
• Muamalah dilakukan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur-unsur
kedzaliman.

Prinsip Khusus

Sedangkan prinsip khusus muamalah dibagi menjadi dua, yaitu yang diperintahkan dan yang
dilarang:

• Objek transaksi harus yang halal, artinya dilarang melakukan aktivitas ekonomi atau
bisnis terkait yang haram.
• Adanya keridhaan semua pihak terkait muamalah tersebut, tanpa ada paksaan.
• Pengelolaan dana / aset yang amanah dan jujur.

Sedangkan yang dilarang dalam muamalah antara lain:

• Riba, merupakan setiap tambahan / manfaat yang berasal dari kelebihan nilai pokok
pinjaman yang diberikan peminjam. Riba juga sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan
eksploitasi dan ketidakadilan yang secara ekonomi menimbulkan dampak sangat
merugikan masyarakat
• Gharar yaitu mengandung ketidakjelasan, spekulasi, taruhan, bahaya, cenderung pada
kerusakan.
• Tadlis atau penipuan, misalnya penipuan dalam transaksi jual beli dengan
menyembunyikan terdapatnya kecacatan barang yang diperjualbelikan.
• Berakad dengan orang-orang yang tidak pandai dalam hukum, seperti orang gila, anak
kecil, terpaksa dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam seperti yang
lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan, hukum perdata, hukum
jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum penggunaan harta, dan hukum
pemerintahan
Ruang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan
hokum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti
wajib,sunnah,haram,makruh dan mubah.hokum-hukum fiqih terdiri dari hokum-hukum yang
menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertikal antara manusia dengan
Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Ruang linkup fiqh muamalah terdiri dari
dua yaitu fiqh muamalah yang bersifat adabiyah dan adiniyah
Kaidah fiqih muamalah adalah “al ashlu fil mua’malati al ibahah hatta yadullu ad daliilu ala
tahrimiha” (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang
mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang berhubungan dengan muamalah yang
tidak ada ketentuan baik larangan maupun anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Al-Qur’an
maupun Al-Hadist), maka hal tersebut adalah diperbolehkan dalam Islam.
Dalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut
suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa. kegiatan usaha jasa yang timbul
karena manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa atau tidak mau dilakukannya sesuai
dengan fitrahnya manusia harus berusaha mengadakan kerjasama di antara mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan hadist: An Nisa’ ayat 29 . QS An Nisa’ Ayat 58 . QS Al Muthaffifin ayat 1-6 . QS

Ali Imran ayat 3 . (HR. Abu Daud) . (HR al-Baihaqi).

http://repository.uinsu.ac.id/17816/2/BAB%20I%20Taufikah.pdf

http://etheses.iainkediri.ac.id/2377/3/931203915%20bab2.pdf

https://repositori.uin-alauddin.ac.id/349/1/ANDI%20INTAN%20CAHYANI.pdf

https://fungsi.co.id/pengertian-muamalah/

https://www.ilmuips.my.id/2020/01/makalah-tentang-fiqih-muamalah.html

Anda mungkin juga menyukai