Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MEWUJUDKAN MODERASI BERAGAMA DI LINGKUNGAN


KAMPUS

Disusun oleh :

Akbar Nugraha
012214059
IKM Tingkat I

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA

UNIVERSITAS NURUL HASANAH


KUTACANE, 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kutacane, Januari 2023.

2
DAFTAR ISI

JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2

DAFTAR ISI
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3

BAB I PENDAHULUAN
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

LATAR
BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

MODERASI SECARA
BAHASA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

MODERASI DALAM ISLAM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


4

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6

BERSIKAP MODERAT DI LINGKUNGAN


KAMPUS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6

TOLAK UKUR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


8

KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai sebuah negara yang memuat banyak sekali keberagaman yang terdiri
dari keberagaman suku, bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama, dewasa ini seringkali diterpa
isu tentang radikalisme. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan kelompok tertentu ini semakin
hari semakin tumbuh dan secara terang-terangan menyuarakan ideologi mereka. Aksi teror,
penculikan, penyerangan, bahkan pengeboman pun kian marak terjadi.

Dari berbagai macam keberagaman yang dimiliki sebuah Universitas maupun di negara
Indonesia itu sendiri, keberagaman agama menjadi yang terkuat dalam membentuk radikalisme
di kehidupan perkuliahan maupun di Indonesia secara keseluruhan. Munculnya kelompok-
kelompok ekstrem yang kian hari semakin mengembang sayapnya difaktori berbagai hal seperti
sensitifitas kehidupan beragama, masuknya aliran kelompok ekstrem dari luar lingkungan
kampus itu sendiri, bahkan permasalahan politik dan pemerintahan pun turut mewarnai. Maka
ditengah hiruk-pikuk permasalahan radikalisme ini, muncul sebuah istilah yang disebut
“Moderasi beragama”.

2. MODERASI SECARA BAHASA


Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio, yang berarti kesedangan (tidak
kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat
kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2. penghindaran keekstreman.
Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar,
biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.

Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah,
yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan tawazun
(berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa
Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata yang dipakai,
semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti
memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.
Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata ‘wasit’ yang
memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis); 2)
pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih; dan 3) pemimpin di pertandingan.
Menurut para pakar bahasa Arab, kata wasath itu juga memiliki arti “segala yang baik
sesuai dengan objeknya”. Misalnya, kata “dermawan”, yang berarti sikap di antara kikir dan
boros, atau kata “pemberani”, yang berarti sikap di antara penakut (al-jubn) dan nekad (tahawur),
dan masih banyak lagi contoh lainnya dalam bahasa Arab.

3. MODERASI DALAM ISLAM


Pertama, moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan
tidak radikal (tatharruf). Q.s. al-Baqarah: 143 yang dirujuk untuk pengertian moderasi di sini
menjelaskan keunggulan umat Islam dibandingkan umat lain.
Dalam hal apa saja? Al-Qur’an mengajarkan keseimbangan antara hajat manusia akan
sisi spritualitas atau tuntutan batin akan kemahadiran Tuhan, juga menyeimbangkan tuntutan
manusia akan kebutuhan materi.

5
Disebutkan dalam hadits, ada sekelompok orang mendatangi Nabi Muhammad untuk
menunjukkan bahwa mereka adalah orang kuat beribadah, sampai tidak menikah. Nabi
menjawab, yang benar adalah keseimbangan antara ibadah dan pemenuhan materi. Itulah sunnah
beliau.
Dalam hal moral, al-Qur’an mengajarkan juga keseimbangan, sikap tidak berlebihan juga
ditekankan. Seseorang tidak perlu terlalu dermawan dengan menyedekahkan hartanya sehingga
dia sendiri menjadi bangkrut. Tapi, ia juga jangan kikir, sehingga ia hanya menjadi kaya sendiri,
harta yang terkonsentrasi di kalangan orang-orang berpunya. Demikian, pesan ini disarikan dari
ayat al-Qur’an sendiri.
Kedua, moderasi adalah sinergi antara keadilan dan kebaikan. Inti pesan ini ditarik dari
penjelasan para penafsir al-Qur’an terhadap ungkapan ummatan wasathan. Menurut mereka,
maksud ungkapan ini adalah bahwa umat Islam adalah orang-orang yang mampu berlaku adil
dan orang-orang baik.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. BERSIKAP MODERAT DI LINGKUNGAN KAMPUS


Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang, kapanpun baik di lingkungan
kampus atau dimanapun dan kepada siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan
keberagaman, tetapi untuk menyikapi keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir
ditengah-tengah kita agar harkat, derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan
terlindungi.
Oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling
merendahkan dan meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senatiasa
menebarkan kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga,
menjaga hati, dan menjaga perilaku diri.
Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun
ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya
hubungan antarumat beragama.

2. TOLAK UKUR
Kemajemukan di Lingkungan Kampus tidak bisa hanya disikapi dengan prinsip keadilan,
melainkan juga dengan prinsip kebaikan. Keadilan adalah keseimbangan dan ketidakberpihakan
dalam menata kehidupan dengan asas hukum dan kepastian di dalamnya. Akan tetapi, keadilan
atas adanya hukum formalitas hitam-putih secara rigid juga tidak cukup jika tidak dibarengi
dengan kebaikan, yaitu unsur yang juga melandasi prinsip keadilan.
Hukum bisa saja hanya menyentuh aspek permukaan dan tidak memenuhi rasa keadilan
sesungguhnya, sehingga perlu ada sentuhan kebaikan. Keadilan adalah dimensi hukum,
sedangkan kebaikan adalah dimensi etik. Dalam QS. al-Baqarah: 143, dijelaskan bahwa Allah
menyatakan bahwa kaum muslimin dijadikan ummatan wasathan.

‫ا ِإاَّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن‬RRَ‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا ْالقِ ْبلَةَ الَّتِي ُك ْنتَ َعلَ ْيه‬ ِ َّ‫ك َج َع ْلنَا ُك ْم ُأ َّمةً َو َسطًا لِتَ ُكونُوا ُشهَدَا َء َعلَى الن‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
ِ َّ‫انَ ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا َ بِالن‬RR‫ي َع ِإي َم‬R ‫ُض‬
‫اس‬ ِ ‫انَ هَّللا ُ لِي‬RR‫ا َك‬RR‫دَى هَّللا ُ ۗ َو َم‬R َ‫ي َرةً ِإاَّل َعلَى الَّ ِذينَ ه‬RRِ‫َت لَ َكب‬
ْ ‫ان‬RR‫ ِه ۚ َوِإ ْن َك‬R‫و َل ِم َّم ْن يَ ْنقَلِبُ َعلَ ٰى َعقِبَ ْي‬R ‫َّس‬
ُ ‫ ُع الر‬R ِ‫يَتَّب‬
ٌ
‫ل َر ُءوف َر ِحي ٌم‬ َ

Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”. (QS. al-
Baqarah: 143)

Berikut adalah tolak ukur moderasi beragama di lingkungan kampus yaitu :


a. Seberapa kuat kembalinya penganut agama kembali pada inti pokok ajaran, yaitu nilai
kemanusiaan. Melalui kemanusiaan maka perbedaan agama di tengah lingkungan kampus
bukan menjadi persoalan mengganggu keharmonisan perkuliahan.

7
b. Kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan bersama menunjukkan kerja sama di dalam
lingkungan kampus yang beragam. Karena bagaimanapun manusia memiliki keterbatasan
sehingga keragaman itu akan saling menutupi kekurangan. Keragaman diciptakan Tuhan
Yang Maha Esa untuk membuat sesama manusia saling menyempurnakan. Keragaman
itu adalah kehendak Tuhan karena manusia yang beragam membutuhkan kesepakatan.
Inti pokok ajaran agama bagaimana setiap kita tunduk dan taat terhadap kesepakatan
bersama.

c. Ketertiban umum. Manusia yang beragam latar belakang agar bisa tertib yang bisa
memicu suasana beragama yang moderat di dalam kehidupan perkuliahan. Tujuan agama
dihadirkan agar tercipta ketertiban umum di tengah kehidupan kampus yang beragam.

8
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan
berarti cenderung terbuka dan mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada anggapan bahwa
seseorang yang bersikap moderat di dalam lingkungan kampus berarti tidak memiliki militansi,
tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh, dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Oleh karena pentingnya keberagamaan yang moderat bagi kita umat beragama, serta
menyebarluaskan gerakan ini. Jangan biarkan sebuah Universitas menjadi tempat yang penuh
dengan permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat beragama maupun
antarumat beragama adalah modal dasar bagi Universitas menjadi tempat yang kondusif dan
maju.

Anda mungkin juga menyukai