Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ANTHROPOLOGI

“Norma-Norma Dalam Kehidupan Masyarakat”

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Wira Heppy Nidia, S.Kep., MKM.

DISUSUN OLEH :

(KELOMPOK 10)

SUKMA WIYURI TIFFANI


223310998

TINGKAT I B
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini yaitu “Norma-Norma Dalam Kehidupan Masyarakat”.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada bapak Ns. Wira Heppy Nidia, S.Kep., MKM. selaku dosen mata kuliah
Anthropologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Padang, 25 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

............................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR

............................................................................................................................................................

ii

DAFTAR ISI

............................................................................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN

............................................................................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG

......................................................................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH

......................................................................................................................................................

1.3 TUJUAN PEMBELAJARAN

......................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
............................................................................................................................................................

2.1 PENGERTIAN NORMA, MORAL, DAN ETIKA

......................................................................................................................................................

2.2 MACAM-MACAM NORMA

......................................................................................................................................................

2.3 ARTI PENTING NORMA

......................................................................................................................................................

2.4 HAKIKAT NORMA, KEBIASAAN, ADAT ISTIADAT YANG BERLAKU DI

MASYARAKAT

......................................................................................................................................................

2.5 HUBUNGAN ANTAR NORMA

......................................................................................................................................................

10

BAB III PENUTUP

............................................................................................................................................................

11
3.1 KESIMPULAN

......................................................................................................................................................

11

3.2 SARAN

......................................................................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA

............................................................................................................................................................

12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupan sehari-hari itu selalu hidup berkelompok dan saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya (bermasyarakat), baik karena
dikehendakinya atau tidak mereka saling bergaul yang disebut dengan interaksi sosial.
Hubungan antar anggota masyarakat tersebut merupakan hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong menolong.

Dalam interaksi sosial, hukum menampilkan suatu jaringan yang kompleks meliputi
dan menerima kehadiran komunitas yang sangat majemuk dan oleh karena itu interaksi sosial
juga semakin kompleks dan majemuk pula. Dalam berhubungan tersebut, terjadilah interaksi
sosial yang dinamis yang lama kelamaan karena pengalaman menjadi nilai-nilai sosial, yaitu
konsep-konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota kelompok
sosial tersebut.

Nilai-nilai tersebut merupakan hal-hal yang dianggap baik dan jelek di dalam
pergaulan hidup. Nilai-nilai sosial yang telah mencapai kemantapan di anggap sebagai
pedoman tata kelakuan anggota kelompok sosial. Nilai-nilai yang abstrak tersebut mendapat
bentuk yang konkrit di dalam norma atau kaidahkaidah sosial, termasuk di dalamnya norma
hukum.

Dalam melakukan interaksi sosial yang berupa pergaulan itu, manusia mempunyai
kebutuhan dan kepentingan. Kebutuhan itu dapat bersifat jasmaniah dan kebutuhan rohaniah,
sedangkan kepentingankepentingan itu dapat digolongkan kepentingan sendiri (individu) dan
kepentingan bersama (kelompok sosial).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian norma, moral, dan etika?


2. Apa saja macam-macam norma?
3. Apa arti penting dari norma?
4. Bagaimana hakikat dari norma, kebiasaan, adat istiadat yang berlaku di masyarakat?
5. Bagaimana hubungan antar norma?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian norma, moral dan etika.


2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam norma.
3. Untuk mengetahui apa arti penting dari norma.
4. Untuk mengetahui apa saja hakikat norma, kebiasaan, adat istiadat yang berlaku di
masyarakat.
5. Untuk mengetahui apa hubungan antar norma
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Norma, Moral, dan Etika

2.1.1 Norma
Norma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) berarti aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, yang dipakai sebagai panduan,
tatanan, dan penegendali tingkah laku yang sesuai dan diterima. norma adalah kaidah atau
aturan yang disepakati dalam memberikan pedoman tingkah laku bagi para anggotanya dalam
mewujudkan sesuatu yang dianggap baik, benar, dan diinginkan. Singkatnya norma
adalah kaidah atau pedoman dalam mewujudkan suatu nilai. kaidah atau aturan itu biasanya
berwujud perintah dan larangan. Norma dapat dihasilkan dengan sesuatu ukuran yang harus
dipatuhi oleh seseorang dalam lingkungannya dengan sesama atau lingkungannya (Sri
Haryati. dkk, 2009:33). Norma dalam bahasa Arab sering disebut kaedah, dan dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan istilah pedoman.

Setiap norma mengandung perintah atau mengandung larangan untuk melakukan. Hal
itu diwujudkan dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis oleh lembaga yang berwenang untuk
membentuknya. Pada sisi masyarakat, lembaga itu berupa kebiasaan- kebiasaan/ moral/
sopan-santun dan norma kesusilaan dan norma agama atau kepercayaan lembaga itu adalah
Tuhan. Sedangkan untuk norma hukum, lembaga itu adalah lembaga yang berwenang untuk
membentuk hukum itu, di Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat dan sebagainya
tergantung bentuk peraturan atau hukum tersebut.

2.1.2 Moral
Kata moral bersal dari latin mores yang artinya kebiasaan-kebiasaan, adab istiadat
yang kemudian berarti kaedah- kaedah tingkah laku. Seseorang (individu) yang tingkah
lakunya menaati kaedah-kaedah yang berlaku dalam masyarakat disebut baik secara moral,
dan jika sebaliknya jika tidak baik adalah amoral (immoral) (L. Pramuda. 1995:15). Sebagai
salah satu tokoh adalah Hans Kelsen sangat terpengaruh pandangan Immanuel Kant (Dardji
Darmodihardjo, 1976:55) Kant menjelaskan antara legalitas (norma hukum) dan
moralitas. Legalitas yang dipahami Kant sebagai kesesuaian atau ketidaksesuaian semata-
mata suatu tindakan dengan hokum atau norma lahiriah belaka. Kesusaian dan tidak
kesesuaian ini pada dasarnya sendiri belum bernilai moral, sebab dorongan batin sama sekali
tidak diperhatikan. Nilai moral baru diperoleh di dalam moralitas yang dimaksud Kant
dengan moralitas adalah kesusaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum
batiniah kita yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita.

Pengertian moral sering disamakan dengan susila. Jadi moralitas disamakan


dengan kesusilaan. Penyamaan ini sebaiknya tidak digunakan karena akan mengancaukan
pemahaman kita dengan norma kesusilaan sebagai salah satu jenis norma. Moral jauh lebih
luas dari pada susila. Moral adalah hasil penilaian tentang baik buruk seseorang atau suatu
masyarakat. Penilaian disini berarti suatu tindakan terhadap seseorang atau masyrakat. Apa
yang dinilai adalah keseluruhan pribadi orang atau masyarakat itu. Dengan perkataan lain
moral berkaitan dengan integritas manusia, dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Di atas disebutkan tentang masyarakat. Maksudnya, bahwa moral dengan begitu tidak hanya
ada moral pribadi tetapi juga terdapat moral masyarakat.

Kita dapat menyatakan moral bapak guru itu baik, tentu bukan karena bukan sekedar
kepandaiannya mengajar dikelas atau karena penguasaan ilmunya yang luas, tetapi penilaian
bahwa moralnya baik karena integritas pribadi bapak guru itu (secara keseluruhan) memang
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia yang baik.

2.1.3 Etika
Setiap orang sudah pasti mempunyai moral, tetapi belum tentu setiap orang
mengadakan pemikiran secara kritis tentang moralnya. Pemikiran yang kritis tentang moral
inilah yang disebut etika. Istilah “Etika” berasal dari bahasa Yunani berasal dari kata “Ethos”
yang berarti kebiasaan, perilaku, kelakuan. Etika adalah ilmu pengetahuan filsafat tentang
perilaku manusia, dapat disebut ilmu kesusilaan atau ilmu akhlak (Listyo Sukamto, 1994:4).
Hampir senada pendapat ini menurut Prof. Drs. Sumarjo Wreksosuhardjo dalam bukunya
yang berjudul Pancasila Sebagai Etika Politik hal 1) menyatakan Etika adalah cabang filsafat
yang membicarakan masalah perilaku/ perbuatan manusia untuk dinilai dari segi baik-
buruknya. Studi filosofik atas manusia sebagai keutuhan menimbulkan cabang filsafat yang
dinamakan manusia atau philosophical anthropology.

Mengenai manusia ini apabila ditinjau secara filosofik aspek kognitif/ rasionalitasnya
menimbulkan cabang filsafat yang dinamakan epistimologi dan logika, apabila ditinjau
secara filosofik aspek emosionalitasnya menimbulkan cabang filsafat yang dinamakan
estetika, dan apabila ditinjau secara filosofik aspek konasi atau kemauannya menimbulkan
cabang filsafat yang dinamakan etika. Jadi persoalan etika itu adalah persoalan kemauan
manusia. Orang sanggup berbuat baik atau tidak itu erat kaitannya dengan masalah
keamauan, sebaliknya orang yang kemauannya kuat cenderung untuk tidak melakukan hal-
hal yang baik itu memerlukan perjuangan, maka dari tanpa adanya kemauan untuk berjuan,
seorang manusia (sebagai warga negara) tidak akan melaksanakan sesuatu yang berkaitan
dengan segi kemanusiaan.

Karena etika melakukan pemikiran kritis tentang moral, maka dapat dikatakan
bahwa moral adalah bagian dari cabang filsafat yang bernama etika itu. Sedangkan pengkaji
moral, etika selalu mendudukkan dirinya pada sudut yang netral. Ia tidak akan berpihak pada
salah satu tipe moral. Kendati demikian etika akan berusaha menerangkan karakteristik tiap-
tiap moral yang dikajinya, selanjutnya terserah kepada masing-masing individu atau pihak
masyarakat tertentu untuk memilihnya.

2.2 Macam-macam Norma


Berdasarkan kekuatan mengikatnya norma dibedakan atas empat yaitu :
2.2.1 Cara ( Usage ) yaitu jenis perbuatan yang bersifat perorangan. Daya ikatnya
lemah, penyimpangan terhadap cara hukumannya tidak berat, tetapi hanya berupa
celaan. contoh cara berpakaian, cara berdandan, cara makan, cara menelpon.

2.2.2 Kebiasaan( folkways ) yaitu perbuatan yang dilakukan berulang-ulang


dengan pola yang sama dan tetap karena dianggap baik. Dibanding dengan cara,
daya ikat kebiasaan jauh lebih kuat. contoh mengetuk pintu saat bertamu atau saat
memasuki ruangan orang lain dan memberi sesuatu dengan tangan kanan adalah
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan sopan. Sanksi yang diberikan jika melanggar
kebiasaan umumnya masih tergolong ringan yaitu berupa sindiran, atau ejekan.
dibanding dengan Cara saknsinya jauh lebih berat.

2.2.3 Tata Kelakuan ( Mores ) yaitu perilaku yang ditetapkan oleh masyarakat
sebagai perilaku yang baik dan diterima sebagai norma pengatur dan pengawas
anggota-anggotanya. Sanksi terhadap tata kelakuan tergolong berat. contoh seorang
pembentu rumah tangga melakukan perbuatan yang tidak pantas terhadap nyonya
majikannya. sanksinya bisa dipecat/diberhentikan.

2.2.4 Adat - istiadat ( custom ) yaitu pola-pola perilaku yang diakui sebagai hal
yang baik dan dijadikan sebagai hukum tidak tertulis dengan sanksi yang berat.
sanksi diberikan oleh orang yang tahu tentang seluk-beluk adat seperti masyarakat
dikenal istilah " tabu " atau " Pantangan " berarti sesuatu yang tidak boleh dilanggar,
seandainya tabu itu dilanggar berarti akan ada bencana menimpa kepada seluruh
warga dan sipelaku akan dikenakan sanksi yang berat.

Macam-macam Norma dan Sanksinya


1) Norma Agama adalah petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan yang disampaikan
melalui utusan-Nya ( Rasul/Nabi ) yang berisi perintah, larangan, atau anjuran-
anjuran.
Contoh norma agama beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya
beramal sholeh dan berbuat kebajikan menjauhi perbuatan maksiat, keji, dan
kemungkaran. pelanggaran terhadap norma agama tidak langsung, artinya
pelanggarnya akan menerima sanksi nanti di akhirat kelak berupa adzab ( siksaan ).

2) Norma Kesusilaan adalah aturan yang bersumber dari hati nurani manusia tentang
baik dan buruknya suatu perbuatan.
Contoh norma kesusilaan berlaku jujur bertindak adil menghargai orang lain sanksi
bagi pelanggar norma kesusilaan tidak tegas karena hanya diri sendiri yang
merasakan, yaitu merasa bersalah, menyesal, malu dan sebagainya.
3) Norma Kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan
sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan
sehari-hari masyarakat. norma kesopanan relatif artinya apa yang dianggap sebagai
norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
Contoh norma kesopanan menghormati orang yang lebih tua menerima sesuatu
selalu dengan tangan kanan tidak berkata-kata kotor, kasr, dan sombong tidak
meludah di sembarang tempat sanksi bagi pelanggar norma kesopanan tidak tegas,
hanya berupa cemoohan, celaan, hinaan, atau dikucilkan dan diasingkan dari
pergaulan.
4) Norma Hukum adalah pedoman hidup yang dibuat oleh lembaga negara atau
lembaga politik suatu masyarakat/ bangsa tujuan utama norma hukum adalah
menciptakan suasana aman dan tentram dalam masyarakat.
Contoh norma hukum harus tertib harus sesuai prosedur dilarang mencuri,
merampok, membunuh, dan lain-lain. sanksi bagi pelanggar norma hukum tegas,
nyata, mengikat, dan bersifat memaksa. mereka yang melanggar norma hukum akan
ditindak tegas oleh aparat penegak hukum dan diproses melalui persidangan di
pengadilan dan dikenai hukuman sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

2.3 Arti Penting Norma

2.3.1 Mewujudkan keadilan


Keadilan berasal dari kata adil, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adil berarti
suatu tindakan yang tidak berat sebelah, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Keadilan
menegaskan bahwa setiap manusia harus diperlakukan sesuai dengan hak-haknya, tidak boleh
diperlakukan sewenang-wenang. Keadilan mengharuskan seseorang untuk memperoleh
sesuatu yang menjadi haknya dan diperlakukan sebagaimana mestinya. Bagaimana cara
mewujudkan keadilan? Mewujudkan keadilan merupakan tujuan dari hukum. Keadilan
merupakan roh dari setiap norma hukum. Karena itu cara mewujudkan keadilan dalam
masyarakat adalah dengan menjaga tetap tegaknya norma hukum.
Gambar: Pengadilan

Setiap pelanggaran hukum harus mendapatkan sanksi agar terwujud keadilan. Dan
setiap
putusan hukuman harus didasarkan atas rasa keadilan yang dipertanggungjawabkan di
hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu dalam setiap putusan pengadilan ada
“irah-irah” putusan atau kepala kalimat yang mengawali putusan yang dibacakan hakim,
bunyi irah-irah tersebut adalah ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa ...” Hal ini mengandung makna bahwa putusan yang diambil adalah putusan yang
bijaksana, dan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Maka dalam
memutuskan suatu perkara, hakim tidak boleh sembarangan harus benar-benar berdasarkan
keadilan.

Keadilan dalam masyarakat akan terwujud jika seluruh warganya mematuhi norma-
norma yang berlaku, baik norma agama, kesusilaan, kesopanan, maupun norma hukum.
Norma hukum memiliki sifat memaksa yaitu wajib dipatuhi. Barang siapa melanggar
hukum akan dikenakan sanksi atau hukuman. Hukuman atau sanksi yang dikenakan pada
pelaku pelanggaran dibedakan menurut berat ringannya pelanggaran. Ada sanksi yang
berupa teguran atau peringatan, pengurangan hak-hak tertentu, pembatasan kebebasan
(penjara), denda, dan sanksi pidana, bahkan sampai pidana mati. Sifat norma hukum yang
memaksa, sanksinya jelas dan tegas, serta pelaku pelanggaran segera ditindak oleh aparat
penegak hukum, menjadikan norma hukum cenderung lebih ditakuti dibanding norma-
norma lain yang berlaku.

Keadilan dalam masyarakat diwujudkan dengan cara melindungi hak-hak warga


negara, serta adanya sanksi atau hukuman yang tegas bagi pelanggar hukum. Anggota
masyarakat yang melanggar hukum harus dikenai hukuman karena perbuatannya yang
merugikan dan merampas hak-hak anggota masyarakat lainnya. Pemberian sanksi atau
hukuman bagi pelanggar hukum, dilakukan oleh lembaga peradilan. Masyarakat tidak boleh
main hakim sendiri. Karena tindakan main hakim sendiri adalah pelanggaran norma hukum.

Lalu apa yang harus dilakukan jika seseorang mengetahui adanya pelanggaran hukum
dalam masyarakat? Sebagai warga masyarakat dan warga negara yang baik, tentu kita tidak
boleh berdiam diri, tetapi juga tidak boleh main hakim sendiri. Tindakan main hakim
sendiri jelas merupakan suatu pelanggaran hukum. Jika kita mengetahui seseorang
melakukan pelanggaran hukum, kita wajib melapor kepada pihak yang berwajib yaitu
kepolisian. Selanjutnya polisi yang akan bertindak menangani kasus pelanggaran hukum
tersebut. Tindakan warga masyarakat melaporkan peristiwa pelanggaran hukum maupun
kejahatan kepada pihak yang berwajib sangat membantu aparat penegak hukum. Hal ini
merupakan bentuk partisipasi warga masyarakat dalam upaya menegakkan hukum, dan
keadilan. Sebaliknya, jika warga masyarakat acuh tak acuh, tidak peduli terhadap peristiwa
pelanggaran hukum yang terjadi di lingkungannya, mengetahui tetapi berdiam diri, maka
sikap seperti ini menunjukkan tidak adanya partisipasi dalam upaya penegakan hukum,
untuk mewujudkan keadilan.

Pemberian hukuman kepada pelaku penggaran atau kejahatan hanya dapat dilakukan
setelah me- lalui proses persidangan di lembaga peradilan yaitu pengadilan. Lembaga
peradilan memegang peranan penting dalam menciptakan keadilan di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat, ber- bangsa, dan bernegara. Melalui lembaga peradilan, anggota
masyarakat yang merasa hak-hak- nya dilanggar dapat memperjuangkan hak-haknya
tersebut. Hal itu perlu dilakukan agar orang yang telah melanggar hak-hak orang lain
menerima hukuman yang setimpal sesuai dengan pelanggarannya.

2.4 Hakikat Norma, Kebiasaan, Adat Istiadat yang berlaku di masyarakat

Manusia, Masyarakat, dan Ketertiban Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu


senantiasa melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lainnya. Dalam interaksi
sosial tersebut, setiap individu bertindak sesuai dengan kedudukan, status sosial, dan peran
yang mereka masing-masing. Tindakan manusia dalam interaksi sosial itu senantiasa didasari
oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Manusia dilahirkan dan hidup tidak
terpisahkan satu sama lain, melainkan berkelompok. Hidup berkelompok ini merupakan
kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam hidup berkelompok itu terjadilah interaksi antar manusia. Interaksi yang kalian
lakukan pasti ada kepentingannya, sehingga bertemulah dua atau lebih kepentingan.
Pertemuan kepentingan tersebut disebut “kontak“. Menurut Surojo Wignjodipuro, ada dua
macam kontak, yaitu :
1) Kontak yang menyenangkan, yaitu jika kepentingankepentingan yang bertemu
saling memenuhi. Misalnya, penjual bertemu dengan pembeli.
2) Kontak yang tidak menyenangkan, yaitu jika kepentingan-kepentingan yang
bertemu bersaingan atau berlawanan. Misalnya, pelamar yang bertemu dengan
pelamar yang lain, pemilik barang bertemu dengan pencuri.

Mengingat banyaknya kepentingan, terlebih kepentingan antar pribadi, tidak mustahil


terjadi konflik antar sesama manusia, karena kepentingannya saling bertentangan. Agar
kepentingan pribadi tidak terganggu dan setiap orang merasa merasa aman, maka setiap
bentuk gangguan terhadap kepentingan harus dicegah. Manusia selalu berusaha agar tatanan
masyarakat dalam keadaan tertib, aman, dan damai, yang menjamin kelangsungan hidupnya.
Menurut Aristoteles, manusia itu adalah Zoon Politikon, yang dijelaskan lebih lanjut oleh
Hans Kelsen “man is a social and politcal being” artinya manusia itu adalah mahluk sosial
yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya dalam masyarakat, dan
mahluk yang terbawa oleh kodrat sebagai mahluk sosial itu selalu berorganisasi.

Kehidupan dalam kebersamaan (ko-eksistensi) berarti adanya hubungan antara


manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Hubungan yang dimaksud dengan
hubungan sosial (social relation) atau relasi sosial. Yang dimaksud hubungan sosial adalah
hubungan antar subjek yang saling menyadari kehadirannya masing-masing. Dalam
hubungan sosial itu selalu terjadi interaksi sosial yang mewujudkan jaringan relasi-relasi
sosial (a web of social relationship) yang disebut sebagai masyarakat. Dinamika kehidupan
masyarakat menuntut cara berperilaku antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu
ketertiban. Ketertiban didukung oleh tatanan yang mempunyai sifat berlain-lainan karena
norma-norma yang mendukung masing-masing tatanan mempunyai sifat yang tidak sama.
Oleh karena itu, dalam masyarakat yang teratur setiap manusia sebagai anggota masyarakat
harus memperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan hidup yang ada dan hidup dalam
masyarakat.

2.4.1 Pengertian Norma, Kebiasaan, Adat-istiadat dan Peraturan


Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu
atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma
yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Masyarakat yang
menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa gangguan, maka bagi tiap manusia perlu
adanya suatu “tata”. Tata itu berwujud aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi segala
tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat
terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban
masingmasing. Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa Arab) atau norma (berasal
dari bahasa Latin) atau ukuran-ukuran.

Norma-norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud perintah
dan larangan. Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan kewajiban bagi
seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Ada bermacam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat, yaitu:

a. Norma Agama ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai
perintahperintah, larangan-larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan
Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan
Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat.

Contoh norma agama ini diantaranya ialah:


↔ “Kamu dilarang membunuh”.
↔ “Kamu dilarang mencuri”.
↔ “Kamu harus patuh kepada orang tua”.
↔ “Kamu harus beribadah”.
↔ “Kamu jangan menipu”.

b. Norma Kesusilaan ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari
manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat
penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh
seluruh umat manusia.

Contoh norma ini diantaranya ialah :


↔ “Kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”.
↔ “Kamu harus berlaku jujur”.
↔ “Kamu harus berbuat baik terhadap sesamamanusia”.
↔ “Kamu dilarang membunuh sesama manusia”.

c. Norma Kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dalam pergaulan antar
manusia dalam masyarakat. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela
sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan
itu sendiri. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata
krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat
dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi
segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan
masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian.

Contoh norma ini diantaranya ialah :


↔ “Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus dan
lain-lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi”.
↔ “Jangan makan sambil berbicara”.
↔ “Janganlah meludah di lantai atau di sembarang tempat” dan.
↔ “Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.

Kebiasaan merupakan norma yang keberadaannya dalam masyarakat diterima sebagai


aturan yang mengikat walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah. Kebiasaan adalah
tingkah laku dalam masyarakat yang dilakukan berulang-ulang mengenai sesuatu hal
yang sama, yang dianggap sebagai aturan hidup. Adat istiadat adalah
kebiasaankebiasaan sosial yang sejak lama ada dalam masyarakat dengan maksud
mengatur tata tertib. Ada pula yang menganggap adat istiadat sebagai peraturan sopan
santun yang turun temurun Pada umumnya adat istiadat merupakan tradisi. Adat
bersumber pada sesuatu yang suci (sakral) dan berhubungan dengan tradisi rakyat
yang telah turun temurun, sedangkan kebiasaan tidak merupakan tradisi rakyat.

d. Norma Hukum ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga
kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa berupa
peraturan perundangundangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama.
Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya
berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-
peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan
dari luar, yaitu kekuasaan negara.

Contoh norma ini diantaranya ialah :


↔ “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/ nyawa orang lain,
dihukum karena membunuh dengan hukuman setingi-tingginya 15 tahun”.
↔ “Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan
mengganti kerugian”, misalnya jual beli.
↔ “Dilarang mengganggu ketertiban umum”.

Hukum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis, atau disebut juga
perundang-undangan. Perundang-undangan baik yang sifatnya nasional maupun
peraturan daerah dibuat oleh lembaga formal yang diberi kewenangan untuk
membuatnya. Oleh karena itu, norma hukum sangat mengikat bagi warga negara.

2.5 Hubungan Antar Norma


Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur oleh
norma-norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-
kaidah sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana kaidah itu
berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah-kaidah social lainnya itu saling mengisi
artinya kaidah sosial mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat dalam hal-hal hukum
tidak mengaturnya. Selain saling mengisi, juga saling memperkuat. Suatu kaidah hukum,
misalnya “kamu tidak boleh membunuh” diperkuat oleh kaidah sosial lainnya.

Kaidah agama, kesusilaan, dan adat juga berisi suruhan yang sama. Dengan
demikian, tanpa adanya kaidah hukum pun dalam masyarakat sudah ada larangan untuk
membunuh sesamanya. Hal yang sama juga berlaku untuk “pencurian”, “penipuan”, dan
lain-lain pelanggaran hukum. Hubungan antara norma agama, kesusilaan, kesopanan dan
hukum yang tidak dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing-masing memiliki sumber
yang berlainan. Norma Agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Norma kesusilaan sumbernya suara hati. Norma kesopanan sumbernya keyakinan
masyarakat yang bersangkutan dan norma hukum sumbernya peraturan perundang-
undangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Nilai adalah sikap manusia dalam menilai segala sesuatu yang ada disekitarnya agar dapat
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk sehingga dapat membantu dalam mengam
bil keputusan. Norma dibuat untuk melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang
dianggap benar. Agar norma dipatuhi oleh masyarakat, norma dilengkapi dengan sanksi. Den
gan adanya norma dapat menciptakan kehidupan yang tertib dan teratur di dalam kehidupan
masyarakat.

Di dalam kehidupan masyarakat terdapat norma-norma (aturan-aturan) yang


mengatur  perilaku anggota masyarakat, yaitu norma kesopanan, norma kesusilaan, norma hu
kum, dan norma agama. Hubungan nilai dan norma dalam mendorong dan menekan anggota
masyarakat untuk memenuhi atau mencapai hal-hal yang dianggap baik dalam masyarakat.

Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma
dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai
dengan aturan sosial yang telahterbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di
antara manusia dalam masyarakatdapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Norma juga tidak boleh dilanggar.
 
Oleh karena itu, norma begitu penting untuk diterapkan di masyarakat, baik norma
kesopanan, norma kesusilaan, norma hukum dan agama.

3.2 SARAN

Sebagai mahasiswa dan sebagai generasi penerus bangsa, alangkah baiknya jika kita
terus menjaga nilai dan norma baik dalam norma kesopanan, kesusilaan, hukum maupun
agama. Peran orang tua sangatlah penting untuk memberikan motivasi dan perhatian. Orang
tua hendaknya memberikan saran agar anak tidak terjerumus dalam hal-hal yang bersifat
negatif. Komunikasi juga berperan penting untuk memperlancar hubungan keterbukaan agar
anak dapat dituntun kearah yang benar. Lembaga-lembaga pendidikan juga disarankan untuk
meningkatkan pendidikan moral, etika, dan karakter agar seseorang dapat menyaring
pengaruh-pengaruh buruk,dan bisa membedakan antara yang benar dan salah serta apa yang
seharusnya mereka lakukan dan tidak lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Drastawan, A.N. (2021). Kedudukan norma agama, kesusilaan, dan kesopanan dengan
norma hukum pada tata masyarakat Pancasila. Journal Komunitas Yustisia
Universitas Pendidikan Ganesha, 4 (3). 928-939.

Listyo Sukamto. 1994. Etika Pancasila dan 36 Butir P.4. Surakarta: UNS Press.

Pramuda. L. 1995. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Surakarta: UNS.


Saodah dkk. (2020). Implementasi nilai-nilai norma dalam pembelajaran ppkn sd.
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2 (1). 117-128.

Sri Haryati. dkk. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta: PSG Rayon 13.

Sumarjo Wreksosoehardjo. 2004. Pancasila sebagai Etika Politik. Surakarta: UNS.

Winarno, S.Pd, M.Si. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.


Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai