Dosen Pengampu:
Suci Maisyarah Nasution, S. ST., MKM.
Disusun Oleh:
Kelompok 11
Bunga Putri Arora 2211211034
Dina Sartika 2211211040
Nurul Hikmah Syafitri 2211212046
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami selaku kelompok penyusun dapat menyelesaikan
makalah “Manusia, Nilai, Moral dan Hukum” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Ibuk Suci Maisyarah Nasution, S. ST.,
MKM. selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan kekurangan, maka
saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dari semua pihak untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai acuan pembuatan makalah yang sama dikemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
2.1 Pengertian Nilai, Moral, dan Hukum.................................................................................7
2.1.1 Pengertian Nilai.............................................................................................................7
2.1.2 Pengertian Moral............................................................................................................7
2.1.3 Pengertian Hukum.........................................................................................................7
2.2 Fungsi Nilai, Moral, dan Hukum........................................................................................8
2.2.1 Fungsi Nilai...................................................................................................................8
2.2.2 Fungsi Moral..................................................................................................................8
2.2.3 Fungsi Hukum...............................................................................................................8
2.3 Problematika Nilai, Moral, dan Hukum............................................................................9
2.3.1 Pelanggaran Etik............................................................................................................9
2.3.2 Pelanggaran Hukum.....................................................................................................10
2.4 Isu-isu Terkait Etika Kemanusiaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat (Health
Ethics, Bioethics)............................................................................................................................11
2.5 Studi Kasus Nilai, Moral, dan Hukum.............................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
2. Untuk mengetahui fungsi nilai, moral, dan hokum.
3. Untuk mengetahui problematika nilai, moral, dan hokum.
4. Untuk mengetahui isu-isu terkait etika kemanusiaan dalam bidang kesehatan
masyarakat.
5. Untuk mengetahui kasus bterkait nilai, moral, dan hukum yang ada di lingkungan
sekitar.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana
yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum
menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi
manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka
yang akan dipilih. Sehingga hukum dapat diartikan sebagai himpunan peraturan-
peraturan atau perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengurusi tata tertib
suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyrakat tersebut. Dengan kata lain,
bahwa hukum berisi perintah-perintah dan larangan-larangan serta sanksi yang
tegas bagi mereka yang melanggar peraturan-peraturan tersebut.
8
adalah sebagai kontrol sosial dan sebagai sarana untuk melakukan perubahan
masyarakat. Fungsi hukum dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat yaitu
sebagai berikut:
j. Sebagai alat pengatur tata tertib dalam hubungan bermasyarakat.
k. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.
l. Sebagai sarana penegak pembangunan, sebagai alat untuk membawa
masyarakat ke arah yang lebih maju.
m. Sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya, persengketaan harta waris
dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam
hukum perdata.
9
b. Kurangnya iman dari individu tersebut.
c. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik pada
setiap bidang, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak prepesi
sendiri.
d. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari orang tersebut.
e. Tidak adanya kesadaran etis dan moralitas dari orang tersebut.
f. Kebutuhan individu.
g. Tidak ada pedoman hidup dari individu tersebut.
h. Perilaku dan kebiasaan individu yang buruk sehingga menjadi sebuah
kebiasaan.
i. Lingkungan tidak etis mempengaruhi individu tersebut melakukan sebuah
pelanggaran.
j. Kurangnya sanksi yang keras atau tegas di Negara kita tentang pelanggaran
kode etik.
10
hukum harus memenuhi kaidah hukum. Gustav Radburch (ahli filsafat Jerman)
menyampaikan adanya tiga kaidah (ide dasar) hukum yang harus dipenuhi dalam
membuat norma hukum. Ketiga kaidah itu adalah sebagai berikut:
a. Gerechtigheint (unsur keadilan),
b. Zeckmaessigkeit (unsur kemanfaatan), dan
c. Sicherheit (unsur kepastian).
2.4 Isu-isu Terkait Etika Kemanusiaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat (Health
Ethics, Bioethics)
Masalah etika dalam bidang kesehatan masyarakat merupakan hal yang sudah
diperbincangan sejak dulu. Etika kesehatan masyarakat umumnya berhubungan dengan
proses pengambilan keputusan. Salah satu contohnya adalah konflik kepentingan yang
dialami dokter okupasi atau klinisi yang telah bekerja bertahun-tahun di industri yang
berisiko tinggi (misalnya industri asbes). Biasanya dokter perusahaan berada dalam
kondisi “serba salah”. Di satu sisi harus mengikuti keinginan manajemen perusahaan
agar tidak terlalu mengekspos informasi bahaya kepada karyawan agar tidak
mengganggu proses produksi. Di sisi lain, ada pertentangan hati nurani dalam dokter
karena setiap karyawan memiliki hak untuk mengetahui informasi tentang bahaya kerja
dan tentu saja bertentangan kode etik profesi jika tidak menyampaikan risiko/bahaya
kesehatan (Jameston, 1995).
Etika kesehatan masyarakat juga berkaitan dengan ketidaksesuaian atau
pertentangan antara kewenangan pemerintah (sebagai pengelola sistem pelayanan
kesehatan) dengan kebebasan individu. Misalnya kajian ahli kesehatan masyarakat
menunjukkan bahwa pemberian vaksinasi harus dengan jadwal yang ketat, perlu
diberikan fluorida dalam air minum dan melarang anak sekolah minum air tinggi kadar
glukosa. Pada kenyataannya, masih terdapat kebijakan pemerintah yang bertentangan
dengan ketiga hal tersebut (Schmidt, 2013). Sebenarnya menurut Baylis, etika kesehatan
masyarakat harus dimulai dengan merekomendasikan nilai-nilai inti dari kesehatan
masyarakat, bukan memodifikasi nilai-nilai yang akan digunakan dalam proses interaksi
dalam pelayanan kesehatan.
Terdapat Etika dalam kesehatan masyarakat yaitu:
1. Mencagah Penyakit dan cedera.
2. Memperhatikan manfaat sosial, komunitas, dan populasi.
3. Menghormati masyarakat sebagai warga negara yang otonom dan independen.
4. Tugas ahli kesmas menyelesaikan kesehatan yang tidak dapat diselesaikan secaran
individu melainkan kolektif.
5. Kewenangan ditentukan berdasarkan hukum sebagai alat bagi kebijakan kesmas untuk
menciptakan regulasi kesehatan.
6. Informed consent diperoleh dari komunitas dan konsensus bersama yang dibangun
melalui dialog dan kolaborasi masyarakat.
11
7. Masalah keadilan berpusat pada keadilan sosial terutama dalam kesehatan dan
kesamaan dalam mendapatan pelayanan kesehatan.
a. Kronologi Kasus
12
Seorang anak di Kota Padang, AK (12 tahun) dikabarkan mengalami
masalah penglihatan usai menjalani serangkaian pengobatan mata di Puskesmas
Ulak Karang, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat. Belakangan
muncul tudingan kondisi yang terjadi pada AK lantaran tenaga kesehatan (nakes)
salah memberikan obat.
Peristiwa itu bermula saat AK yang mendatangi Puskesmas Ulak Karang
bersama orang tuanya karena merasa gatal pada mata bagian kiri. AK memperoleh
obat tetes dengan merek tertentu. Namun gatal dan gejala lainnya yang diderita AK
tak kunjung sembuh setelah pemakaian tiga hari berturut-turut.
Melihat situasi itu, orang tuanya mendatangi salah satu apotek di Kota
Padang. Berniat menukar obat tersebut dengan jenis obat yang lebih baik, orang tua
AK malah terkejut ketika apotek menjelaskan bahwa obat yang digunakannya
tersebut merupakan obat tetes telinga. Atas saran apoteker, orang tua korban yang
berinisial M (43) mendatangi Ketua RT setempat untuk membantunya dalam
meminta pertanggungjawaban pihak yang bersangkutan.
Kuasa Hukum LBH Padang, Alfi Syukri mengatakan ketika orang tua
korban mendatangi puskesmas, para nakes yang berada di puskesmas mengakui
kesalahan, dan segera menggantinya dengan obat tetes mata yang benar. Namun
sehari kemudian, gejala yang ditunjukkan pada korban tidak berkurang sama
sekali.
Menurutnya RS Hermina mendiagnosis korban menderita penyakit keratitis
epitelial os atau penyakit pada kornea mata akibat infeksi, cedera atau paparan zat
iritatif pada mata. AK harus menjalani perawatan intensif dan melakukan tindakan
terapi Floxa ed, herviss eo dan cenfresh ed sejak 6 April hingga 18 Mei 2021 di
sana. Melihat keadaan tak kunjung membaik, Alfi mengatakan pihak RS Hermina
kembali merujuk korban ke rumah sakit khusus mata, Padang Eye Center dua hari
setelahnya. Korban dirawat sejak tanggal 20 Mei hingga 2 September 2021. Biaya
pengobatan sepenuhnya ditanggung oleh pihak puskesmas.
Ia mengatakan orang tua korban kembali meminta agar anaknya ditangani
oleh pihak yang lebih profesional di RSUP M Djamil. Namun, pihak puskesmas
tidak memenuhi permintaan tersebut sehingga pengobatan terpaksa dihentikan.
Kini, menurutnya AK tidak bisa bersekolah dan masih mengalami beberapa
gangguan di bagian matanya. Mulai dari pandangan buram, panas pada area sekitar
mata, dan menderita tekanan secara psikis sehingga tidak mau kembali bersekolah.
Alfi menyebut pihaknya mengatakan orang tua korban sudah melaporkan
kasus tersebut ke Ombudsman Perwakilan Sumbar. Dari hasil pengaduan itu, orang
tua korban sudah melakukan konsiliasi dengan pihak yang bersangkutan, namun
tidak tercapai kesepakatan karena puskesmas tidak mau bertanggung jawab secara
penuh pada pengobatan korban.
13
Kemudian, orang tua korban juga telah melaporkan kasus tersebut ke
Polresta Padang. Pihaknya mendesak kasus ini segera dinaikkan statusnya ke
proses penyidikan. Alfi mengatakan pihak Puskesmas diduga melanggar Pasal 84,
ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Setiap Tenaga
Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima
Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga
tahun. Selain itu, juga melanggar Pasal 360 ayat (1) KUHP yang menyebut
barangsiapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka berat, dipidana dengan
pidana selama lamanya lima tahun atau pidana kurungan selama lamanya satu
tahun.
Kepala Puskesmas Ulak Karang, dr Celsia Krisa Darsun menyebut
pihaknya sudah menjalankan proses pengobatan dengan prosedur yang sesuai.
Namun, pada akhir September pihak orang tua memutuskan untuk tidak mau lagi
melakukan pengobatan kepada anaknya sehingga pengobatan terpaksa dihentikan.
Celsia menyebut jika adanya rujukan tanpa persetujuan dari dokter yang merawat,
pengobatan akan dimulai kembali dari nol. Kemudian, Celsia mengonfirmasi pihak
puskesmas belum terbukti apakah obat tersebut benar dari pihaknya atau tidak.
Pihaknya masih melakukan klarifikasi kepada apotek apakah ada kesesuaian nomor
batch dan kode pasien. Dia mengatakan terdapat berbagai kemungkinan jika obat
tersebut tidak seutuhnya berasal dari Puskesmas Ulak Karang. Dia justru
menyayangkan tiba-tiba pihak keluarga menghentikan proses pengobatan,
meskipun sudah hampir selesai.
b. Solusi Terhadap Kasus
Seharusnya pihak puskesmas memeriksa pasien dengan teliti. Dan jika dari
puskesmas tidak dapat memfasilitasi pemeriksaan, sebaiknya memberikan pasien
rujukan ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas memadai. Selain itu, seharusnya
pihak puskesmas lebih bertanggung jawab terhadap tindakan yang sudah diambil.
Awalnya mereka menanggung biaya pengobatan korban tetapi tidak sampai korban
sembuh yang mengakibatkan korban tidak dapat melanjutkan sekolah dan masih
mengalami gangguan pada matanya
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Nilai adalah sumber
kekuatan dalam menegakkan ketertiban dan keteraturan sosial. Norma sebagaii patokan
perilaku manusia mengalami perubahan makna, namun moral tetap menjadi landasan
bagi perilaku manusia. Moral membuat manusia menjalani kehidupan dalam norma
kehidupan yang humanis dan religius. Kemudian kekuatan hokum menjadi control dalam
mengatur keadilan hak dan kewajiban setiap manusia dalam menjalankan peran di
kehidupan.
Pendidikan karakter sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Dibutuhkan
dukungan dari keluarga, sekolah, masyarakat, serta negara. Membangun karakter
menjadi kebutuhan bersama agar adanya kekuatan dalam mengatasi krisis karakter.
3.2 Saran
Untuk kesejahteraan bersama alangkah baiknya kita menjunjung tinggi nilai,
moral, dan hukum dalam kehidupan sehari-hari. Serta saling mengingatkan dalam
bertindak.
15
DAFTAR PUSTAKA
16