Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR

“Manusia, Nilai, Moral Dan Hukum”

Dosen Pengampu:
Suci Maisyarah Nasution, S. ST., MKM.

Disusun Oleh:
Kelompok 11
Bunga Putri Arora 2211211034
Dina Sartika 2211211040
Nurul Hikmah Syafitri 2211212046

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami selaku kelompok penyusun dapat menyelesaikan
makalah “Manusia, Nilai, Moral dan Hukum” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Ibuk Suci Maisyarah Nasution, S. ST.,
MKM. selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan kekurangan, maka
saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dari semua pihak untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai acuan pembuatan makalah yang sama dikemudian hari.

Padang, 20 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
2.1 Pengertian Nilai, Moral, dan Hukum.................................................................................7
2.1.1 Pengertian Nilai.............................................................................................................7
2.1.2 Pengertian Moral............................................................................................................7
2.1.3 Pengertian Hukum.........................................................................................................7
2.2 Fungsi Nilai, Moral, dan Hukum........................................................................................8
2.2.1 Fungsi Nilai...................................................................................................................8
2.2.2 Fungsi Moral..................................................................................................................8
2.2.3 Fungsi Hukum...............................................................................................................8
2.3 Problematika Nilai, Moral, dan Hukum............................................................................9
2.3.1 Pelanggaran Etik............................................................................................................9
2.3.2 Pelanggaran Hukum.....................................................................................................10
2.4 Isu-isu Terkait Etika Kemanusiaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat (Health
Ethics, Bioethics)............................................................................................................................11
2.5 Studi Kasus Nilai, Moral, dan Hukum.............................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kasus Pelanggaran Hukum.................................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan nilai, moral dan
hukum dalam masyarakat maupun bernegara. Manusia memberikan nilai kepada sesuatu,
karena sesungguhnya nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Dengan nilai
diharapkan manusia dapat terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu dapat
terwujud dalam kehidupannya. Moral erat kaitannya dengan akhlak atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Moral merupakan bagian dari nilai, yaitu
nilai moral. Hukum merupakan bagian dari suatu norma, yaitu norma hukum. Norma
hukum merupakan aturan-aturan yang berasal dari negara dan sifatnya memaksa. Dengan
mematuhi hukum maka akan terciptalah suatu keadilan. Tujuan dari Negara Indonesia
adalah terpenuhinya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dapat diketahui
dalam pembukaan UUD 1945 maupun pancasila.
Sesuai dengan pembukaan UUD 1945 maka negara Indonesia adalah negara yang
adil dan bertujuan menciptakan keadilan sosial. Pesan yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 itu hendaknya menjadi pedoman dan semangat bagi para
penyelenggara negara bahwa tugas utama pemerintah adalah menciptakan keadilan.
Dilihat dari kenyataan yang ada, Indonesia sebagai negara hukum memang sudah
terwujud terbukti dengan adanya Undang-Undang yang mengatur kehidupan bernegara.
Tetapi pada penerapannya didalam kehidupan bernegara itu sendiri belum terlaksana
dengan baik. Terbukti dengan banyaknya pelanggaran-pelanggaran hukum yang
dilakukan namun hukum tidak berjalan dengan semestinya. Hukum pada saat ini lebih
memihak kepada mereka yang memiliki kedudukan. Seharusnya Indonesia sebagai
negara hukum dalam menjalankan kehidupan bernegara benar-benar dalam koridor yang
telah ditentukan, menegakkan keadilan seadil-adilnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan nilai, moral, dan hukum?
2. Apa fungsi dari nilai, moral, dan hukum?
3. Apa saja problematika nilai, moral, dan hukum?
4. Apa saja isu-isu terkait etika kemanusiaan dalam bidang kesehatan masyarakat?
5. Apa contoh kasus terkait nilai, moral, dan hukum yang ada di lingkungan sekitar?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian nilai, moral, dan hukum.

5
2. Untuk mengetahui fungsi nilai, moral, dan hokum.
3. Untuk mengetahui problematika nilai, moral, dan hokum.
4. Untuk mengetahui isu-isu terkait etika kemanusiaan dalam bidang kesehatan
masyarakat.
5. Untuk mengetahui kasus bterkait nilai, moral, dan hukum yang ada di lingkungan
sekitar.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai, Moral, dan Hukum


2.1.1 Pengertian Nilai
Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa
yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi perilaku sosial
dari orang yang memiliki nilai itu. Sedangkan menurut Pepper, sebagaimana
dikutip oleh Munandar, menyatakan bahwa batasan nilai dapat mengacu pada
berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan,
keamanan, keengganan dan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan dan
orientasi seleksinya.
Menurut Frakena, nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata
benada abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness)
dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau
melakukan penilaian. Dalam konteks sosiologi, nilai berarti segala hal yang
dianggap baik (positif) dan buruk (negatif) di tengah masyarakat. Nilai menjadi
kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu yang dapat menjadi dasar penentu
tingkah laku seseorang.
Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu nilai material, nilai
vital, dan nilai kerohanian. Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau nilai moral,
dan nilai religius.
2.1.2 Pengertian Moral
Kata moral berasal dari bahasa Yunani sama dengan ethos yang berarti
etika. Moral adalah perbuatan atau tingkah laku serta ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. Seseorang yang melakukan sesuatu itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Jadi moral adalah tata aturan norma-
norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan
perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi
manusia yang baik. Jenis moral yang diguanakn untuk menentukan baik dan
buruknya perilaku manusia ada dua yakni moral deskriptif dan moral normative.
2.1.3 Pengertian Hukum
Hukum di dalam masyarakat sebagai tuntunan, serta mengingatkan kita
bahwa di dalam masyarakat pasti ada aturan. Hukum adalah sistem yang
terpenting dalam pelaksanaan kekuasaan kelembagaan dari bentuk
penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam
berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial

7
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana
yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum
menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi
manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka
yang akan dipilih. Sehingga hukum dapat diartikan sebagai himpunan peraturan-
peraturan atau perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengurusi tata tertib
suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyrakat tersebut. Dengan kata lain,
bahwa hukum berisi perintah-perintah dan larangan-larangan serta sanksi yang
tegas bagi mereka yang melanggar peraturan-peraturan tersebut.

2.2 Fungsi Nilai, Moral, dan Hukum


2.2.1 Fungsi Nilai
Sesuatu yang dianggap bernilai apabila memiliki nilai dan berharga serta
berguna dalam kehidupan manusia. Menurut Drs. Suprapto fungsi nilai dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat sebagai berikut:
a. Sebagai faktor pendorong. Maksudnya nilai berhubungan dengan cita-cita
dan harapan.
b. Sebagai petunjuk arah. Maksudnya nilai berkaitan dengan cara berpikir,
berperasaan, bertindak serta menjadi paduan dalam menentukan pilihan.
c. Nilai sebagai alat solidaritas. Nilai dapat dijadikan alat untuk menjaga
solidaritas di kalangan masyarakat.
d. Dapat mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku.
e. Nilai sebagai benteng perlindungan. Nilai disini berfungsi untuk menjaga
stabilitas budaya dalam suatu kelompok dan masyarakat.

2.2.2 Fungsi Moral


Moral berfungsi sebagai landasan dan patokan dalam bertindak bagi
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Adapun fungsi moral lainnya adalah
sebagai berikut:
f. Untuk memotivasi manusia agar bersikap dan bertindak dengan penuh
kebaikan dan kebajikan yang didasari atas kesadaran dan dilandasi dengan
moral.
g. Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antar manusia, karena moral
menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama.
h. Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi seseorang.
i. Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada manusia, baik sanksi
sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga manusia akan penuh
pertimbangan sebelum bertindak.

2.2.3 Fungsi Hukum


Hukum sangat penting dan memang harus ada dalam sebuah masyarakat
ataupun negara. Menurut Lawrence M. Friedman fungsi hukum yang pokok

8
adalah sebagai kontrol sosial dan sebagai sarana untuk melakukan perubahan
masyarakat. Fungsi hukum dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat yaitu
sebagai berikut:
j. Sebagai alat pengatur tata tertib dalam hubungan bermasyarakat.
k. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.
l. Sebagai sarana penegak pembangunan, sebagai alat untuk membawa
masyarakat ke arah yang lebih maju.
m. Sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya, persengketaan harta waris
dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam
hukum perdata.

Fungsi kritis hokum maksudnya adalah hukum tidak hanya mengawasi


masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi para pejabat
pemerintah, para penegak hukum maupun aparatur pengawasan sendiri.

2.3 Problematika Nilai, Moral, dan Hukum


Perilaku atau perbuatan manusia, baik secara pribadi maupun hidup bernegara
terikat pada norma moral dan norma hukum. Secara ideal, seharusnya manusia  taat pada
norma moral dan norma hukum yang tumbuh dan tercipta dalam hidup sebagai upaya
mewujudkan kehidupan yang damai, aman, dan sejahtera. Namun dalam kenyataannya
terjadi berbagai pelanggaran, baik terhadap norma moral maupun norma hukum.
2.3.1 Pelanggaran Etik
Kode etik merupakan bentuk aturan (code) tertulis secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada. Masyarakat profesi
secara berkelompok membentuk kode etik profesi. Contohnya kode etik guru,
kode etik insinyur, kode etik wartawan, dan sebagainya. Kode etik profesi berisi
ketentuan-ketentuan normatif etik yang seharusnya dilakukan oleh anggota
profesi. Kode etik profesi dibutuhkan untuk menjaga martabat serta kehormatan
profesi, dan disisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan
maupun penyalahgunaan keahlian.
Meskipun telah memiliki kode etik, masih terjadi pelanggaran terhadap
profesinya sendiri. Contohnya: seorang dokter melanggar kode etik kedokteran.
Pelanggaran kode etik tidak akan mendapat sanksi lahiriah atau yang bersifat
memaksa. Pelanggaran etik biasanya mendapatkan sanksi etik seperti menyesal,
malu, dan rasa bersalah. Bila seorang profesi melanggar kode etik profesinya
maka ia mendapatkan sanksi etik dari lembga profesi seperti teguran, dicabut
keanggotaannya, atau tidak diperbolehkan lagi menjalani profesi tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan/mendorong seseorang melakukan
pelanggaran etika adalah sebagai berikut :
a. Tidak berjalannya control dan pengawasan dari masyarakat.

9
b. Kurangnya iman dari individu tersebut.
c. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik pada
setiap bidang, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak prepesi
sendiri.
d. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari orang tersebut.
e. Tidak adanya kesadaran etis dan moralitas dari orang tersebut.
f. Kebutuhan individu.
g. Tidak ada pedoman hidup dari individu tersebut.
h. Perilaku dan kebiasaan individu yang buruk sehingga menjadi sebuah
kebiasaan.
i. Lingkungan tidak etis mempengaruhi individu tersebut melakukan sebuah
pelanggaran.
j. Kurangnya sanksi yang keras atau tegas di Negara kita tentang pelanggaran
kode etik.

2.3.2 Pelanggaran Hukum


Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum memberikan petujuk pada
kita mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang bila dilakukan akan
mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Perbuatan yang bertentangan dengan
hukum dianggap melanggar hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.
Poblema hukum yang yang banyak terjadi saat ini adalah masih
rendahnya kesadaran hukum masyarakat. Akibatnya, banyak tarjadi pelanggaran
hukum. Bahkan, pada hal-hal kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.
Misalnya, secara sengaja tidak membawa SIM dengan alasan hanya untuk
sementara waktu. Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggaran
terhadap perundang-undangan negara, karena hukum oleh negara dimuatkan
dalam peraturan perundang-undangan. Kasus tidak membawa SIM berarti
melanggar perturan, yaitu Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas.
Kasus-kasus pelanggaran hukum banyak terjadi dimasyarakat kita mulai dari
kasus kecil seperti pencurian dan perjudian sampai kasus besar seperti korupsi
dan aksi teror.
Sanksi atas pelanggaran hukum adalah sanksi pidana dari negara yang
bersifat lahiriah dan memaksa. Masyarakat secara resmi berhak memberi sanksi
bagi warga negara yang melanggar hukum. Negara tidak berwewenang menjatuhi
hukuman pada pelaku pelanggaran etik, kecuali pelanggaran itu sudah merupakan
pelanggaran hukum.
Problema hukum yang lain adalah hukum dapat digunakan sebagai alat
kekuasaan. Dalam negara seharusnya hukumlah yang menjadi panglima. Semua
institusi dan lembaga negara tunduk pada hukum yang berlaku. Namun sering
terjadi untuk melayani kekuasaan dalam negara. Dengan alih-alih telah
berdasarkan hukum, tetapi peraturan yang dibuat justru menyengsarakan rakyat,
menciptakan ketidakadilan dan menumbuhsuburkan KKN. Contohnya Keppres-
Keppres yang telah dibuat pada masa lalu. Oleh karena itu, dalam membuat

10
hukum harus memenuhi kaidah hukum. Gustav Radburch (ahli filsafat Jerman)
menyampaikan adanya tiga kaidah (ide dasar) hukum yang harus dipenuhi dalam
membuat norma hukum. Ketiga kaidah itu adalah sebagai berikut:
a. Gerechtigheint (unsur keadilan),
b. Zeckmaessigkeit (unsur kemanfaatan), dan
c. Sicherheit (unsur kepastian).

2.4 Isu-isu Terkait Etika Kemanusiaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat (Health
Ethics, Bioethics)
Masalah etika dalam bidang kesehatan masyarakat merupakan hal yang sudah
diperbincangan sejak dulu. Etika kesehatan masyarakat umumnya berhubungan dengan
proses pengambilan keputusan. Salah satu contohnya adalah konflik kepentingan yang
dialami dokter okupasi atau klinisi yang telah bekerja bertahun-tahun di industri yang
berisiko tinggi (misalnya industri asbes). Biasanya dokter perusahaan berada dalam
kondisi “serba salah”. Di satu sisi harus mengikuti keinginan manajemen perusahaan
agar tidak terlalu mengekspos informasi bahaya kepada karyawan agar tidak
mengganggu proses produksi. Di sisi lain, ada pertentangan hati nurani dalam dokter
karena setiap karyawan memiliki hak untuk mengetahui informasi tentang bahaya kerja
dan tentu saja bertentangan kode etik profesi jika tidak menyampaikan risiko/bahaya
kesehatan (Jameston, 1995).
Etika kesehatan masyarakat juga berkaitan dengan ketidaksesuaian atau
pertentangan antara kewenangan pemerintah (sebagai pengelola sistem pelayanan
kesehatan) dengan kebebasan individu. Misalnya kajian ahli kesehatan masyarakat
menunjukkan bahwa pemberian vaksinasi harus dengan jadwal yang ketat, perlu
diberikan fluorida dalam air minum dan melarang anak sekolah minum air tinggi kadar
glukosa. Pada kenyataannya, masih terdapat kebijakan pemerintah yang bertentangan
dengan ketiga hal tersebut (Schmidt, 2013). Sebenarnya menurut Baylis, etika kesehatan
masyarakat harus dimulai dengan merekomendasikan nilai-nilai inti dari kesehatan
masyarakat, bukan memodifikasi nilai-nilai yang akan digunakan dalam proses interaksi
dalam pelayanan kesehatan.
Terdapat Etika dalam kesehatan masyarakat yaitu:
1. Mencagah Penyakit dan cedera.
2. Memperhatikan manfaat sosial, komunitas, dan populasi.
3. Menghormati masyarakat sebagai warga negara yang otonom dan independen.
4. Tugas ahli kesmas menyelesaikan kesehatan yang tidak dapat diselesaikan secaran
individu melainkan kolektif.
5. Kewenangan ditentukan berdasarkan hukum sebagai alat bagi kebijakan kesmas untuk
menciptakan regulasi kesehatan.
6. Informed consent diperoleh dari komunitas dan konsensus bersama yang dibangun
melalui dialog dan kolaborasi masyarakat.

11
7. Masalah keadilan berpusat pada keadilan sosial terutama dalam kesehatan dan
kesamaan dalam mendapatan pelayanan kesehatan.

Adapun isu-isu terkait masalah etika kemanusian dalam kesehatan masyarakat


dapat kita lihat pada saat wabah Covid-19 yang melanda dunia, beberapa dampak Covid-
19 diantaranya penurunan ekonomi, masalah kesehatan dan Covid-19 berdampak pada
meningkatnya masalah kesenjangan sosial. Hal yang menjadi permasalahan akibat
pandemi Covid-19 adalah polemik tidak adanya sistem kesehatan masyarakat dan hanya
memiliki sistem untuk keuntungan pribadi. Beberapa masyarakat belum tentu memiliki
jaminan kesehatan, belum memiliki pengujian yang sistematis, dan berujung virus yang
terus menyebar. Hal ini membuktikan bahwa pandemi menyebabkan ketidaksetaraan
bagi kemanusiaan.
Padahal seharusnya sikap yang dapat kita ambil dapa saat Covid-19 ini terjadi
adalah melakukan solidaritas sosial seperti kerja sama, gotong royong dan saling
menguatkan satu sama lain. Serta peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan pada saat
covid-19, terutama pada level masyarakat untuk melakukan komunikasi risiko dan
edukasi masyarakat terkait protokol kesehatan untuk melawan Covid-19.

2.5 Studi Kasus Nilai, Moral, dan Hukum

Gambar 1 Kasus Pelanggaran Hukum

Sumber : CNN Indonesia

a. Kronologi Kasus

12
Seorang anak di Kota Padang, AK (12 tahun) dikabarkan mengalami
masalah penglihatan usai menjalani serangkaian pengobatan mata di Puskesmas
Ulak Karang, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat. Belakangan
muncul tudingan kondisi yang terjadi pada AK lantaran tenaga kesehatan (nakes)
salah memberikan obat.
Peristiwa itu bermula saat AK yang mendatangi Puskesmas Ulak Karang
bersama orang tuanya karena merasa gatal pada mata bagian kiri. AK memperoleh
obat tetes dengan merek tertentu. Namun gatal dan gejala lainnya yang diderita AK
tak kunjung sembuh setelah pemakaian tiga hari berturut-turut.
Melihat situasi itu, orang tuanya mendatangi salah satu apotek di Kota
Padang. Berniat menukar obat tersebut dengan jenis obat yang lebih baik, orang tua
AK malah terkejut ketika apotek menjelaskan bahwa obat yang digunakannya
tersebut merupakan obat tetes telinga. Atas saran apoteker, orang tua korban yang
berinisial M (43) mendatangi Ketua RT setempat untuk membantunya dalam
meminta pertanggungjawaban pihak yang bersangkutan.
Kuasa Hukum LBH Padang, Alfi Syukri mengatakan ketika orang tua
korban mendatangi puskesmas, para nakes yang berada di puskesmas mengakui
kesalahan, dan segera menggantinya dengan obat tetes mata yang benar. Namun
sehari kemudian, gejala yang ditunjukkan pada korban tidak berkurang sama
sekali.
Menurutnya RS Hermina mendiagnosis korban menderita penyakit keratitis
epitelial os atau penyakit pada kornea mata akibat infeksi, cedera atau paparan zat
iritatif pada mata. AK harus menjalani perawatan intensif dan melakukan tindakan
terapi Floxa ed, herviss eo dan cenfresh ed sejak 6 April hingga 18 Mei 2021 di
sana. Melihat keadaan tak kunjung membaik, Alfi mengatakan pihak RS Hermina
kembali merujuk korban ke rumah sakit khusus mata, Padang Eye Center dua hari
setelahnya. Korban dirawat sejak tanggal 20 Mei hingga 2 September 2021. Biaya
pengobatan sepenuhnya ditanggung oleh pihak puskesmas.
Ia mengatakan orang tua korban kembali meminta agar anaknya ditangani
oleh pihak yang lebih profesional di RSUP M Djamil. Namun, pihak puskesmas
tidak memenuhi permintaan tersebut sehingga pengobatan terpaksa dihentikan.
Kini, menurutnya AK tidak bisa bersekolah dan masih mengalami beberapa
gangguan di bagian matanya. Mulai dari pandangan buram, panas pada area sekitar
mata, dan menderita tekanan secara psikis sehingga tidak mau kembali bersekolah.
Alfi menyebut pihaknya mengatakan orang tua korban sudah melaporkan
kasus tersebut ke Ombudsman Perwakilan Sumbar. Dari hasil pengaduan itu, orang
tua korban sudah melakukan konsiliasi dengan pihak yang bersangkutan, namun
tidak tercapai kesepakatan karena puskesmas tidak mau bertanggung jawab secara
penuh pada pengobatan korban.

13
Kemudian, orang tua korban juga telah melaporkan kasus tersebut ke
Polresta Padang. Pihaknya mendesak kasus ini segera dinaikkan statusnya ke
proses penyidikan. Alfi mengatakan pihak Puskesmas diduga melanggar Pasal 84,
ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Setiap Tenaga
Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima
Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga
tahun. Selain itu, juga melanggar Pasal 360 ayat (1) KUHP yang menyebut
barangsiapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka berat, dipidana dengan
pidana selama lamanya lima tahun atau pidana kurungan selama lamanya satu
tahun.
Kepala Puskesmas Ulak Karang, dr Celsia Krisa Darsun menyebut
pihaknya sudah menjalankan proses pengobatan dengan prosedur yang sesuai.
Namun, pada akhir September pihak orang tua memutuskan untuk tidak mau lagi
melakukan pengobatan kepada anaknya sehingga pengobatan terpaksa dihentikan.
Celsia menyebut jika adanya rujukan tanpa persetujuan dari dokter yang merawat,
pengobatan akan dimulai kembali dari nol. Kemudian, Celsia mengonfirmasi pihak
puskesmas belum terbukti apakah obat tersebut benar dari pihaknya atau tidak.
Pihaknya masih melakukan klarifikasi kepada apotek apakah ada kesesuaian nomor
batch dan kode pasien. Dia mengatakan terdapat berbagai kemungkinan jika obat
tersebut tidak seutuhnya berasal dari Puskesmas Ulak Karang. Dia justru
menyayangkan tiba-tiba pihak keluarga menghentikan proses pengobatan,
meskipun sudah hampir selesai.
b. Solusi Terhadap Kasus

Seharusnya pihak puskesmas memeriksa pasien dengan teliti. Dan jika dari
puskesmas tidak dapat memfasilitasi pemeriksaan, sebaiknya memberikan pasien
rujukan ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas memadai. Selain itu, seharusnya
pihak puskesmas lebih bertanggung jawab terhadap tindakan yang sudah diambil.
Awalnya mereka menanggung biaya pengobatan korban tetapi tidak sampai korban
sembuh yang mengakibatkan korban tidak dapat melanjutkan sekolah dan masih
mengalami gangguan pada matanya

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nilai mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Nilai adalah sumber
kekuatan dalam menegakkan ketertiban dan keteraturan sosial. Norma sebagaii patokan
perilaku manusia mengalami perubahan makna, namun moral tetap menjadi landasan
bagi perilaku manusia. Moral membuat manusia menjalani kehidupan dalam norma
kehidupan yang humanis dan religius. Kemudian kekuatan hokum menjadi control dalam
mengatur keadilan hak dan kewajiban setiap manusia dalam menjalankan peran di
kehidupan.
Pendidikan karakter sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Dibutuhkan
dukungan dari keluarga, sekolah, masyarakat, serta negara. Membangun karakter
menjadi kebutuhan bersama agar adanya kekuatan dalam mengatasi krisis karakter.
3.2 Saran
Untuk kesejahteraan bersama alangkah baiknya kita menjunjung tinggi nilai,
moral, dan hukum dalam kehidupan sehari-hari. Serta saling mengingatkan dalam
bertindak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Heryana, A. (2019). Pengantar Etika dan Hukum Kesehatan Masyarakat. Researchgate.Net,


October, 3–6. Diakses pada 19 Februari 2023.
Indonesia, CNN. 2022. Puskesmas Padang Dipolisiskan Diduga Beri Obat Teliga untuk
Tetes Mata. Diakses pada 19 Februari 2023.c
Rizky, Ria Nuvita. 2016. Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum. Diakses pada 19 Februari 2023.
Setiadi, Elly M. Hakam, Kama A, dkk. 2017. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: PT
Fajar Interpratama Mandiri. Diakses melalui https://doku.pub/download/ba-ilmu-
sosial-budaya-dasar-elly-m-setiadi-dkk-1pdf-g0r917nz760k. Diakses pada 19
Februari 2023.

16

Anda mungkin juga menyukai