Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU : DR. HALIM, SH, MH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PRODI ADMINISTRASI BISNIS SEKTOR PUBLIK

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan lindungan-nya. Akhirnya
makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan agama. Selain itu Kami menyusun makalah ini untuk menambah wawasan
untuk memahami.

Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karena kami masih dalam tahap
pembelajaran, Oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritikan dari segala pihak agar
makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini saya membahas
tentang “ PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA” Semoga makalah yang Kami buat ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.

Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang
berkenan kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Makassar, November 2022

ii
DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
a) LATAR BELAKANG....................................................................................................................4
b) RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................5
c) TUJUAN.......................................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................................6
a. Pengertian Etika..........................................................................................................................6
B.       Pengertian Nilai, Norma dan Moral..............................................................................................6
C.      Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis                 1. Nilai Dasar........................7
D. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika................................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................2
KESIMPULAN.........................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................3

3
BAB I

PENDAHULUAN

a) LATAR BELAKANG

Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem nilai
yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan nyata 
dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian
menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
 Norma moral     : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
baik dan   buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila
       Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat
dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum.  Dalam pengertian itulah Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika
yang merupakan sumber norma.

4
b) RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa pencasila sebagai etika turun di negara ini?


2. Bagaimana perwujudan Pancasila sebagai sistem etika?
3.
c) TUJUAN

1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika.
2. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai
        dengan Sila dalam Pancasila.

5
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian Etika

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.
Kedua kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus.
 Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan
dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung didalamnya.
 Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik  sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu Etika Individual
dan Etika Sosial.
 Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan
kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap
Tuhannya.
 Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubungannya
dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.

B.       Pengertian Nilai, Norma dan Moral


1.      Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu
wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya.

Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :


a.      Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dalam
enam macam, yaitu :
1). Nilai teori
2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai sosial
5). Nilai politik dan
6). Nilai religi
b.      Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanian
6
c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerokhanian
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia
berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai  suatu keyakinan dan kepercayaan
yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi, dan
sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai
untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma agama, norma filsafat,
norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi
karena adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
 Norma agama              : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber-
sumber pada agama.
 Norma kesusilaan        : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati
nurani, moral atau filsafat hidup.
 Norma hukum             : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku
dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu.
 Norma sosial                : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
hubungan antara manusia dalam masyarakat.

Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku
dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya
yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang
benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan
norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C.      Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


                1. Nilai Dasar

Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra manusia,
namun dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku manusia. Setiap meiliki
nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut.
Nilai dasar berifat universal karena karena menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu.
Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar itu bersifat
mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai dasar yang berkaitan
dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada hakikat kemanusiaan yang
dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Dan
apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan

7
waktu) maka nilai dasar itu juga dapat disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam
kehidupan yang praksis. Nilai Dasr yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

2 Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia diantaranya:

Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara

Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga menurunkan sikap
toleransi dan menghambat integrase nasional

Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara

Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya kaum
marginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan

Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia

Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.

Mendeskripsikan Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika


Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Hakikat Pancasila sebagai system etika terletak pada hal-hal sebagai berikut :
1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai
penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan
atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama. Setiap prinsip moral yang
berlandaskan pada norma agama, maka prinsip tersebut memiliki kekuatan untuk
dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.
2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusai yang
mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini,
yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi
moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin
tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan
yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga
bangsa yang mementingkan masalah bangsa diatas kepentingan individu atau kelompok.
System etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas social akan
melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah
bangsa.
4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat,. Artinya,
menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.
5. Hakikat sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari
sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata atau menekankan pada
tujuan belaka, tetapi lebih menonjolkan keutamaan yang terkandung dalam nilai keadilan
itu sendiri.
8
Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem
penyelenggaraan negara. Bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara
tidak ada sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara
negara, niscaya negara akan hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem
etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-
hal sebagai berikut:

Pertama, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki
rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat
membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and
bad). Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan
buruk (bad). Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk
merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan
manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. Ketika
seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk
(korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, simpulan Archie
Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm, 1998: 58).

Kedua, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda
sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak
mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda
Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu
terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-
nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara lainpenyalahgunaan
narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orang tua, menipisnya rasa
kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan
nilai moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem
etika diperlukan kehadirannya sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di
sekolah-sekolah.

9
Ketiga, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di
Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.
Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan
terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak
yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai sistem etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan
sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam
peraturan perundang-undangan tentang HAM.

Keempat, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan


manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang,
global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum
mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini
cenderung memutuskan tindakan berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri,
keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya.
Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau sehingga menimbulkan kabut
asap. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan
perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi
maupun perusahaan yang terlibat.
BAB III

KESIMPULAN

Pendukung dari Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang


peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan
dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti
tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan
beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun
etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat
dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat, bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai