Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU : DR.YUSUF TAHIR

KEPEMIMPINAN, KEADILAN, DAN KERUKUNAN

DISUSUN OLEH :
DIDIMUS OCHTOVIANUS MASKIKIT (S022022020)
FAJAR HAMZAH (S022022016)
ANDINI (S022022009)
NURQAMMAR AAN SETIAWAN (S022022023)
MELYA SAPUTRI (S022022017)
AHMAD WAJDI AL-GIFARI (S022022008)

PRODI ADMINISTRASI BISNIS SEKTOR PUBLIK

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan lindungan-nya. Akhirnya
makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan agama. Selain itu Kami menyusun makalah ini untuk menambah wawasan
untuk memahami.

Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karena kami masih dalam tahap
pembelajaran, Oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritikan dari segala pihak agar
makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini saya membahas tentang
“pemimpinan, Keadilan, dan Kerukunan” Semoga makalah yang Kami buat ini bisa bermanfaat
bagi pembaca.

Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang berkenan
kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, Oktober 202

ii
DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................2
A.1 Latar belakang.............................................................................................................................2
A.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
A.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
ILMU PENGETAHUNA DALAM ANTARA INDRA ,AKAL DAN WAHYU..................................................5
IPTEK DALAM ALQURAN....................................................................................................................7
PERKEMBANGAN IPTEK DI DUNIA ISLAM..........................................................................................8
ISLAM DAN PERMASALAHAN IPTEK KONTEMPORER.........................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................................................11

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.1 Latar belakang

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau membebaskan pemimpin melalui


Ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan sederet penjabaran mengenai pandangan Islam
yang tercantum dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an dan berkenaan dengan ilmu pengetahuan
modern, diantaranya:

Teori Big Bang[sunting | sunting sumber]


“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu
pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan
langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Garis edar planet[sunting | sunting sumber]


“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam
garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

Langit yang mengembang (Expanding Universe)[sunting | sunting sumber]


Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang,
mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya.”
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu
pengetahuan masa kini.

2
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus
dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya
alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala
tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan
teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia,
George Lemaitre, secara teoretis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta
senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan
bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.

Gunung yang Bergerak[sunting | sunting sumber]


“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan.”
14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam
Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada.
Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad
ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred
Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-
masa awal bumi, tetapi kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah
ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni
50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam
sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan
yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea.
Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya
bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah
Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama
150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan
yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada
permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini

3
juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di
Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal
abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas
lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa
lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini
bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya.
Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-
lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi
bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar.
[6]
 Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah
menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini,
Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung
dari benua” untuk gerakan ini.[7]

A.2 Rumusan Masalah

4
1. Bagaiamna tentang ilmu pengetahuan akal dan wahyu dalam islam
2. Bagaimana IPTEK antara dalam alquran?
3. Bagaiman perkembangan IPTEKdi dunia?
4. Apa saja permasalahan iptek komtemporer?

A.3 Tujuan

1. Mengenal lebih lanjut tentang tentang ilmu pengetahuan akal dan wahyu dalam
islam
2. Mengenal PTEK antara dalam alquran
3. Mengetahui perkembangan IPTEKdi dunia
4. Memecahkan permasalahan iptek komtemporer

BAB II

ISI
ILMU PENGETAHUNA DALAM ANTARA INDRA ,AKAL DAN WAHYU
Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan teori pengetahuan,
yang mempelajari tentang hakikat pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.
Maka epistemologi adalah makna ilmu, antonimnya, pokok dan cabang-cabangnya, serta
cara-cara mendapatkan dan mengamalkan setiap ilmu itu dengan benar. [1] Dalam Islam,
istilah epistemologi berubah menjadi istilah pemikiran (akal) dan memiliki kaitan erat

5
dengan struktur makulat yang telah tersusun sejalan dengan wahyu, hadits, akal,
pengalaman, dan intuisi. [2] Maka epistemologi Islam berbicara tentang konsep, disiplin, dan
bagaimana cara pandang dalam ilmu keislaman, dengan formulasi yang sudah pakem yaitu
wahyu.
Konsep realitas sangat mempengaruhi epistemologi. Bagi mayoritas ilmuwan dan pemikir
pada peradaban barat modern, rasionalisme menjadi fondasi ilmu-ilmu pengetahuan yang
bercorak antroposentris sebagai antitesis terhadap filsafat abad pertengahan yang
bercorak teosentris. Dalam antrposentrisme, manusia menjadi pusat realitas, moralitas,
sosial, dan pengetahuan, sehingga terjadi kontradiksi dengan teosentrisme yang menjadikan
wahyu Tuhan sebagai pusat realitas.[3][4] Maka artikel ini berusaha untuk menjawab
persoalan akademik seputar apa hubungan wahyu Tuhan dengan akal manusia ? sehingga
penggunaan akal yang sebenarnya akan menjadi jelas bukan untuk menjadi fondasi
keilmuan melainkan memiliki kaitannya yang erat terhadap wahyu Tuhan.
Hubungan antara Wahyu dan Akal
Imam Al-Ghazali membagi kebenaran dalam pengetahuan menjadi dua, kebenaran
pengetahuan mu’amalah yaitu kebenaran konkret yang dapat diobservasi dengan al-
hiss (panca indra) dan dapat dinalar oleh akal, dan kebenaran
pengetahuan mukasyafah yaitu kebenaran abstrak yang terdapat pada pemikiran,
transenden, nyata adanya, dan one and only way untuk memahami pengetahuan tersebut
adalah wahyu.[6]
Hakikat wahyu menurut Imam Al-Ghazali sesuai dengan fungsi yang dibawakan oleh wahyu
tersebut, yaitu firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi sebagai pedoman yang
menuntun seluruh umat manusia untuk meniti kehidupan sampai akhir zaman sesuai
dengan hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Oleh karena fungsi tersebut wahyu
bersifat universal, final, dan utuh (terjaga). [7] Sedangkan akal menurut Imam Al-Ghazali
adalah tempat aktifitas logika, yaitu tempat pengetahuan yang mengolah pengetahuan yang
diperoleh dari indera sesuai dengan spesifikasi pengetahuan tersebut. Menurut Imam Al-
Ghazali Interaksi antara indera pada suatu objek memberikan informasi mendasar (konsep
sederhana) terhadap sesuatu yang disebut pengetahuan tashawwur, kemudian hasil
menghubungkan antar konsep-konsep sederhana tersebut adalah pengetahuan tashdiq.[8]
Imam Al-Ghazali menempatkan akal pada posisi yang tinggi terutama untuk mendapatkan
pengetahuan melalui akal pikiran, bukan hanya pada proses berakal atau berpikir, tapi juga
kemampuannya untuk mengembangkan berbagai pengetahuan dari satu atau beberapa
pengetahuan tersebut. Dengan akal manusia mampu menemukan kebenaran yang yakin,
maka akal adalah sumber pengetahuan yang tinggi dan factual. Namun demikian, dasar
pembenaran akal itu pasti ada dan atas dasar itulah lahirnya keyakinan pada akal terhadap
suatu yang menjadi objek pemikirannya. Ketika akal belum mampu memberikan keyakinan
terhadap kebenaran, maka batas kedudukan akal hanya mendapatkan pengetahuan
inderawi, oleh karenanya Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan
tertinggi bukanlah indera melainkan intuisi, sebab intuisi memiliki kapasitas dan potensi

6
nalar yang mampu memberi keyakinan pada kebenaran (membenarkan) terhadap segala
sesuatu yang berada diuar realitas rasional (metafisis) yaitu wahyu Tuhan

IPTEK DALAM ALQURAN

Kata ilmu, secara etimologis, berakar dari bahasa Arab al-„ilm yang berarti
mengetahui hakekat sesuatu dengan sebenarnya.4 Dalam bahasa Inggris, dikenal sebagai
science dan sepadan dengan kata al-ma‟rifah yang berarti pengetahuan (knowledge).
Namun, antara al-„ilm dengan al-ma‟rifat biasanya dibedakan penggunaannya dalam
kalimat. Al-„ilm digunakan untuk mengetahui sesuatu yang bersifat universal (al-kulli),
sedang al-ma‟rifat digunakan untuk mengetahui sesuatu yang bersifat partikular (al-juz‟i)5 .
Dari kata „ilm terkandung pula makna-makna sebagai berikut: al-ma‟rifat (pengertian),
alsyu‟ur (kesadaran), al-idrak (persepsi), al-tashawwur (daya tangkap), al-hifd
(pemeliharaan, penjagaan, pengingat), al-tazakkur (pengingat), al-fahm (intelektual), al-
dirayah dan al-riwayah (perkenalan, pengetahuan, dan narasi), al-hikmah (kearifan), al-
badiihah (intuisi), al-farasah (kecerdasan), al-khibrah (pengalaman), al-ra‟yu (pikiran atau
opini), dan al-nazar (pengamatan). Juga muncul dalam makna, al-„allamah (lambang) dan al-
simah (tanda), pemisah antara dua tempat, sesuatu yang dipancangkan di jalan (rambu-
rambu) untuk menuntun seseorang. Atas dasar pemahaman ini, al-khalqa (ciptaan) disebut
dengan nama alam (alam semesta), karena hal ini tersebut adalah sebuah tandan dan bukti
akan eksistensi Tuhan.6 Al-Attas mengatakan bahwa semua ilmu datang atau berasal dari
Allah dan diinterpretasikan oleh jiwa melalui fakultas-fakultas spiritual dan fisik. Dia
mengartikulasikan definisi ilmu melalui dua konteks. Pertama, mengacu kepada Tuhan
sebagai sumber dari semua ilmu. Kedua, mengacu pada jiwa sebagai penafsirnya.7 Ada
beberapa pengertian tentang ilmu (science) yang didefinisikan oleh para pakar, diantaranya:
1. Menurut Sondang P. Siagian, ilmu adalah suatu objek ilmiah yang memiliki sekelompok
prinsip, dalil, rumus, yang melalui percobaan sistematis dan dilakukan berulang kali, telah
teruji kebenaranya; prinsip-prinsip, dalil-dalil, rumus-rumus mana dapat diajarkan dan
dipelajari.
2. Menurut Soerjono Soekanto, ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan
ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya.
3. Menurut Van Poelje, ilmu adalah setiap kesatuan pengetahuan dimana masing-masing
bagian bergantungan satu sama lain yang teratur secara pasti menurut azas-azas tertentu.
4. Menurut The Liang Gie, ilmu sebagai sekelompok pengetahuan teratur yang membahas
sesuatu sasaran tertentu dengan pemusatan perhatian kepada satu atau segolongan
masalah yang terdapat pada sasaran itu untuk memperoleh keterangan-keterangan yang
mengandung kebenaran.8

7
5. Menurut Ali Anwar Yusufilmu adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan
melalui suatu proses pengkaijan secara empirik dan dapat diterima oleh rasio.9 Sehingga
Pengetahuan (knowledge) yang dapat dikenali (identify), dapat diterangkan (explain), dapat
dilukiskan (describe), dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis (diagnosis) dan dapat
diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science).10

PERKEMBANGAN IPTEK DI DUNIA ISLAM


Islam sangat mendukung umatnya untuk menemukan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek). Dalam hal pengembangan Iptek, umat Islam dapat
mempelajarinya dari orang-orang no-Islam, disamping juga dapat mengembangkan Iptek
dari spirit ajaran Islam sendiri. Oleh karena produk keilmuan yang datang dari orang-orang
non-Islam –secara umum- bersifat sekuleristik, maka setelah dipelajari, sebelum diadopsi
dan diterpkan di dunia Islam, penting untuk terlebih dahulu diberikan nilai-nilai keislaman,
agar tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran hukum Islam. Ajaran hukum Islam secara
normatif dan empirik sangat memulyakan orang-orang yang beriman dan berilmu dengan
beberapa derajat. Dalam ajaran hukum Islam, ditegaskan bahwa tidak sama antara orang
yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu jelas lebih baik dan
lebih utama daripada orang yang tidak berilmu. Dengan demikian, pengembagan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan ragam modelnya (misal dengan bahasa Islamisasi Iptek)
sangat dianjurkan oleh ajaran hukum Islam.

ISLAM DAN PERMASALAHAN IPTEK KONTEMPORER


Dalam surat Al-'alaq, menceritakan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Allah SWT menguasai seluruh alam semesta beserta isinya. Dia juga mengetahui semua yang
tidak manusia ketahui. Allah SWT menciptakan alam semesta agar manusia dapat mengerti
dan mempelajari apa yang telah diciptakan Nya. Tidak hanya beribadah kepada Nya, tetapi
Allah SWT juga menyuruh hambaNya untuk menimba ilmu, yang mana mengejar ilmu
adalah bagian dari ibadah.

Sebelum mendalami materi yang disebutkan, marilah kita mengetahui apa makna dari
materi tersebut. Paradigma berarti sebuah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang
memengaruhinya dalam berpikir. Sedangkan IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan
teknologi. Paradigma Qur'ani terhadap perkembangan IPTEK berarti sebuah pandangan
menurut Al-qur'an terhadap perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
Seperti yang kita ketahui, IPTEK akan selalu berkembang seiring berjalannya zaman.
Bagaimana sih pandangan Al-qur'an terhadap perkembangan IPTEK? Apa saja peran Al-
qur'an terhadap IPTEK?

8
Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang menyinggung tentang ilmu pengetahuan
secara mendasar. Manusialah yang nantinya akan menggali dan mencari lebih dalam serta
mengembangkan pengetahuan - pengetahuan yang tidak diketahui sebelumnya.
Terdapat berbagai macam pertentangan atas hubungan agama dan sains. Di mana, para
ilmuwan barat mengatakan agama dan sains sangat bertentangan. Sebagai contoh, dalam
Islam kita meyakini bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia dari segumpal darah dan
tanah, serta manusia pertama yang berada di bumi adalah Nabi Adam. Sedangkan menurut
ilmu sains, manusia tercipta dari proses organisme dan manusia pertama di bumi adalah
kera yang nantinya akan berevolusi membentuk manusia yang sempurna.
Pada dasarnya, Al-Qur'an merupakan kitab yang sempurna yang menjadi petunjuk bagi
umat manusia yang beragama Islam maupun yang tidak. Haruslah bagi para ilmuwan,
terutama ilmuwan muslim untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman atas pengetahuan
- pengetahuan yang akan dikembangkan. Pandangan Islam tidak pernah bertentangan
dengan perkembang IPTEK hingga sekarang. Bahkan, di dalam Al-Qur'an tersebutlah telah
disediakan semua apa yang tidak manusia ketahui. Sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu
segalanya.
Menurut pandangan saya sebagai seorang muslimin, Allah SWT telah menciptakan Al-Qur'an
agar umat Nya akan menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk jalannya. Banyak sekali ilmu-
ilmu yang telah tertera di dalam Al-Qur'an. Manusia dituntut untuk membaca dan
memahami isi dari Al-Qur'an tersebut niscaya manusia akan mengetahui apa yang tidak
diketahuinya.
Kesimpulannya adalah pandangan Islam terhadap teknologi sudah hal yang lumrah. Bahkan,
para ilmuwan Islam sudah mendalami tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sejak
dahulu. Dalam perkembangan IPTEK juga harus didasarkan asas yang terdapat dalam Islam.
Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pedoman dalam menyebarkan ilmu apapun itu.

9
BAB III

KESIMPULAN

Dalam Islam kedudukan wahyu adalah sebagai dalil naqliy (nash) dan kedudukan akal adalah
sebagai dalil ‘aqly (aqly), maka dalam penempatannya akal haruslah tunduk dan bisa
menalarkan wahyu dengan indera dan intuisi. Ulama‟ klasik telah menyampaikan hal
tersebut secara tertulis: taqdimu an-nash ala al-aqly bukan taqdimu al-aqly ala an-nash,
artinya “Dahulukanlah teks (wahyu) daripada akal (nalar), bukan mendahulukan akal (nalar)
daripada teks (wahyu).”

Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya
jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau menghasilkan manfaat sesaat memenuhi kebutuhan manusia
(Arsyam, M. 2020).
Hakikat iptek dari sudut pandang islam yaitu pengkajian terhadap sunnatullah secara
obyektif, memberi pemahaman kepada umat manusia, dan yang terpenting adalah harus
sejalan dengan nilai-nilai ke-islaman.

10
BAB IV

SUMBER

http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/141

https://www.pa-unaaha.go.id/artikel-hukum/konsep-keadilan-menurut-al-quran/2970

http://graduate.uinjkt.ac.id/?p=17323

https://kumparan.com/adelia-khairani-1630374528471744875/bagaimana-pandangan-
islam-terhadap-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-1wSV8fhkACB/full

11

Anda mungkin juga menyukai