Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ KONSEP ALAM DAN MANUSIA ”

Disusun Oleh :
Bagus Nur Fajar Riski 2109116033
Muhammad Fachrezi Putra Palapa 2101026168
Muhammad Nauvaldi Caesar 2142130040
Zaki Baridwan Sauqi 2109116036
Ahmad Abdul Rahman 2101026178

FAKULTAS TEKNIK & FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Konsep
alam dan manusia” ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan maksud penyelesaian ini agar memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Dr.
H Nurdin,S. HI., M. ED selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
keterbatasan yang kami miliki, apabila ada kesalahan dan kekurangan kami siap untuk
menerima kritikan dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Dengan demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis.

Balikpapan, 10 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Penulisan 2
1.4. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Kejadian Alam Semesta (Pendekatan Sains) 3
2.2. Kejadian Alam Semesta (Pendekatan Islam) 7
2.3. Asal-Usul Manusia (Menurut Teori Darwin) 11
2.4. Asal-Usul Manusia (Menurut Perspektif Islam) 14
2.5. Fungsi dan Peran Manusia 15
BAB III PENUTUP 20
3.1. Kesimpulan 20
3.2. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk Allah yang bertugas sebagai
khalifah di bumi. Allah telah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan
menciptakan manusia yang diserahi tugas menjadi khalifah, sebagaimana yang tersurat dalam
al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30. Di samping manusia sebagai khalifah, mereka juga
termasuk makhluk paedagogik yaitu makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat
dididik dan mendidik
“Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka”. (QS. Ali Imran, 3;190-191).
Sifat manusia selalu ingin tahu apa yang ditangkap oleh indranya, minimal setelah
indranya menangkap sesuatu, dia akan bertanya; apa itu? Dari mana asalnya? Bagaimana
sehingga ada? Dan bagaimana kesudahannya?. Demikian halnya dengan alam, pertanyaan
yang terlintas; apa itu alam? bagaiamana sehingga ia ada? dan bagaimana ujung dari alam
ini? Pertanyaan tersebut telah berusaha untuk dijawab oleh para filosof, di antara mereka
terjadi perbedaan tentang asal-usul alam.Sehingga pertanyaan tidak Sebatas tentang alam
saja, tetapi pertanyaan-pertanyaan lain pun berdatangan sehingga sampai pada pertanyaan
yang berhubungan dengan hakekat “wujud” atau “ada”.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan
dijabarkan adalah sebagai berikut
1. Bagaimana alam semesta terbentuk (Pendekatan Sains)
2. Bagaimana alam semesta terbentuk (Pendekatan Islam)
3. Darimana asal-usul manusia (Menurut Teori Darwin)
4. Darimana asal-usul manusia (Menurut Perspektif Islam)
5. Apa fungsi dan peran manusia

1
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan, maka didapat tujuan penulisan makalah
ini, yaitu:
1. Mengetahui bagaimana alam semesta terbentuk (Pendekatan Sains)
2. Mengetahui Bagaimana alam semesta terbentuk (Pendekatan Islam)
3. Mengetahui Darimana asal-usul manusia (Menurut Teori Darwin)
4. Mengetahui Darimana asal-usul manusia (Menurut Perspektif Islam)
5. Mengetahui Apa fungsi dan peran manusia

1.4. Manfaat Penulisan


Dengan tujuan penulisan diatas, maka manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar dapat mengetahui bagaimana alam semesta terbentuk (Pendekatan Sains)
2. Agar dapat mengetahui bagaimana alam semesta terbentuk (Pendekatan Islam)
3. Agar dapat mengetahui barimana asal-usul manusia (Menurut Teori Darwin)
4. Agar dapat mengetahui barimana asal-usul manusia (Menurut Perspektif Islam)
5. Agar dapat mengetahui apa fungsi dan peran manusia

2
BAB II PEMBAHASAAN

2.1. Kejadian Alam Semesta (Pendekatan Sains)


Menurut prinsip Kosmologi modern, dasar terbentuknya alam semesta dapat dikelompokkan
ke dalam tiga teori :

1. Teori Keadaan Tetap “Alam semasta sama di manapun atau bilamanapun atau dengan kata
lain alam semesta sama di mana-mana setiap saat.” Hipotesis ini disebut Kosmologi
Keadaan Tetap (Steady-State Cosmology). Namun teori ini tergoyahkan karena alam
semesta cenderung mengembang dan tidak tetap.
2. Teori Osilasi “Materi alam semesta bergerak saling menjauhi kemudian akan berhenti,
lalu akan mengalami pemampatan demikian seterusnya secara periodik.” Teori ini
mengemukakan bahwa alam semesta sekarang sedang mengembang karena sebelumnya
telah terjadi penyusutan. Dalam proses ini tidak ada materi yang rusak atau hilang ataupun
tercipta, hanya mampat atau merenggang.
3. Teori Dentuman Besar / Big Bang “Seluruh materi dan energi dalam alam semesta
pernah bersatu membentuk sebuah bola raksasa. Kemudian bola raksasa ini meledak
sehingga seluruh materi mengembang karena pengaruh energi ledakan yang sangat
besar.” Tahapan terjadinya Dentuman Besar :
1) Segera setelah terjadi dentuman besar, alam semesta mengembang dengan cepat
hingga kira-kira 2000 kali matahari.
2) Sebelum berusia satu detik, semua partikel hadir dalam keseimbangan. Satu detik
setelah dentuman, alam semesta membentuk partikel-partikel dasar, yaitu elektron,
proton, neutron, dan neutrino pada suhu 10 miliar kelvin.
3) Kira-kira 500 ribu tahun setelah terjadi ledakan, lambat laun alam semesta
menjadi dingin hingga mencapai suhu 3000K. Partikel-partikel dasar membentuk
benih kehidupan alam semesta.
4) Gas hidrogen dan helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang tak
teratur. Dalam kelompok-kelompok tersebut mulai terbentuk protogalaksi.
5) Antar satu dan dua miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar, protogalaksi-
protogalaksi melahirkan bintang-bintang yang lambat laun berkembang menjadi
raksasa merah dan supernova yang merupakan bahan baku kelahiran bintang-
bintang baru dalam galaksi.

3
6) Satu di antara miliaran galaksi ytang terbentuk adalah galaksi Bimasakti. Di
dalam galaksi ini terdapat tata surya kita, dengan matahri adalah bintang yang terdekat
dengan bumi.
Satu Kronologi Alam Semesta Distribusi radiasi CMB meyakinkan ilmuwan bahwa
jauh di masa lampau telah terjadi kesetimbangan termal di alam semesta. Karena alam
semesta terus berkembang hingga kini, masuk akal jika temperatur saat itu
diperkirakan sangat tinggi. Para ilmuwan menggunakan hukum-hukum fisika untuk
memperkirakan sifat-sifat alam semesta di awal terciptanya, bahkan ekstrapolasi
dapat dilakukan hingga mendekati Big Bang. Meski demikian, karena temperatur saat
ledakan (pada usia 0 detik) sangat tinggi, menuju nilai tak berhingga, hukum-hukum fisika
tidak lagi valid di sini. Dalam matematika keadaan seperti ini dinamakan keadaan
singular. Karena matematika tidak dapat sepenuhnya berurusan dengan bilangan tak
berhingga, hukum-hukum fisika yang diformulasikan dalam matematika tidak lagi
memiliki arti pada kondisi singularitas. Pada awal terciptanya, alam semesta memiliki
ukuran tak berhingga kecil (menuju nol) namun kerapatan materinya sangat tinggi. Baru
setelah 10-43 detik (satu per sepuluh juta triliun triliun triliun detik) dari ledakan
situasi jagad raya dapat diakses dengan menggunakan teori-teori fisika mutakhir.
Diperkirakan pada saat itu temperatur jagad raya mencapai 1032 K atau sepuluh triliun
triliun kali lebih tinggi dari temperatur inti matahari. Periode yang dimulai pada usia 0
hingga 10-43 detik dikenal sebagai periode (masa) Planck yang hingga saat ini masih
merupakan misteri bagi sains. Para ilmuwan mengimpikan sebuah teori yang dapat
menggabungkan teori kuantum dengan teori gravitasi yang diharapkan dapat
menguak apa yang terjadi pada masa Planck. Teori yang dinamakan teori gravitasi
kuantum ini tentulah sangat sulit mengingat bahwa domain kuantum (daerah dimana efek
kuantum dominan) berukuran mikroskopik maksimal sebesar atom atau molekul,
sedangkan gaya gravitasi terlihat superior pada skala planet atau galaksi. Meski
demikian, usaha ke arah sana sudah banyak dilakukan, misalnya melalui gagasan teori
Superstring yang mempostulasikan ruang dengan dimensi 10 atau 26 pada masa Planck.
Dimensi-dimensi tersebut berkontraksi setelah masa Planck dan menyisakan hanya 3
dimensi ruang serta satu dimensi waktu saat ini. Setelah masa Planck alam semesta
memasuki masa Penggabungan Agung (Grand Unification). Pada masa ini semua
gaya fundamental kecuali gaya gravitasi sama kuatnya. Saat itu alam semesta masih
belum berisi apa-apa kecuali sup plasma dengan temperatur lebih dari seratus ribu
triliun triliun Kelvin. Periode ini tidak berlangsung lama dan alam semesta

4
mengalami inflasi (pengembangan secara cepat) yang diakhiri dengan pemisahan gaya
lemah dan gaya elektromagnetik. Setelah kedua macam gaya tersebut terbedakan, sup
plasma panas berubah menjadi sup elektron-quark beserta partikel-partikel pembawa gaya
elektrolemah yaitu partikel W dan Z. Partikel-partikel tersebut eksis di alam semesta
bersama anti partikel mereka yang jika bergabung akan bertransformasi menjadi
radiasi dan sebaliknya radiasi yang ada dapat segera berubah menjadi partikel dan anti-
partikel. Seperseratus ribu detik setelah ledakan temperatur alam semesta turun menjadi 10
triliun Kelvin atau sekitar seribu kali lebih panas dari temperatur pusat matahari. Pada
saat ini sup quark berkondensasi menjadi proton dan netron yang merupakan
komponen dasar dari nukleus atau inti atom.

Sekitar tiga menit kemudian temperatur terus menurun menjadi satu milyar Kelvin.
Energi kinetik yang dihasilkan temperatur sebesar ini sudah tidak mampu lagi
menahan gaya nuklir kuat antara proton dan netron yang selanjutnya bergabung menjadi
nucleus-nukleus ringan. Proses ini dinamakan sebagai proses nukleosintesis. Proton dan
netron bergabung menjadi nukleus deuterium. Deuterium kemudian menangkap sebuah
netron membentuk inti tritium. Selanjutnya Tritium bergabung dengan sebuah proton
menjadi inti Helium. Proses ini berlanjut terus hingga mencapai inti atom Lithium, namun
dengan peluang yang semakin kecil. Dengan demikian teori Big Bang meramalkan
kelimpahan Hidrogen dan Helium di dalam alam ini. Konfirmasi ramalan ini diperoleh
melalui spektrum bintang-bintang serta galaksi yang dapat diamati dari bumi.

Setelah 3 menit pertama berlalu tidak banyak perubahan yang terjadi kecuali
temperatur terus menurun dan alam semesta semakin besar hingga usia jagad raya
mencapai 300.000 tahun. Di usia ini alam semesta telah mendingin menjadi 3000
Kelvin, suatu kondisi temperatur yang masih mampu melelehkan kebanyakan logam
yang kita kenal. Walaupun temperatur ini masih sangat tinggi, energi kinetik yang
dimiliki oleh elektron tidak mampu lagi menahan gaya tarik menarik Coulomb antara
elektron dan nukleus. Elektron kemudian bergabung dengan nukleus membentuk
atom sehingga seluruh sup plasma tadi akhirnya berubah menjadi atom-atom. Mulai saat
ini radiasi tidak lagi bertransformasi menjadi partikel dan anti-partikel, sehingga dikatakan
bahwa alam semesta mulai terlihat transparan oleh radiasi. Radiasi foton selanjutnya
dapat bergerak bebas bersama mengembangnya alam semesta. Dengan demikian,
radiasi CMB yang teramati oleh para ilmuwan adalah fosil radiasi yang berasal dari
300.000 tahun setelah terjadinya Big Bang.

5
Dalam beberapa jam setelah Big Bang pembentukan Helium serta elemen-
elemen ringan lainnya berhenti. Alam semesta terus berkembang dan mendingin, namun
dibeberapa lokasi yang memiliki kerapatan jauh lebih besar dibandingkan di tempat lain
proses pengembangan tersebut agak lambat akibat gaya tarik menarik gravitasi yang
relatif lebih besar. Bahkan di tempat-tempat tertentu di alam semesta proses
pengembangan berhenti sama sekali dan elemen-elemen yang ada di tempat itu mulai
merapat. Karena gaya gravitasi semakin bertambah, gas-gas Hidrogen dan Helium
mulai ber rotasi untuk mengimbangi tarikan gravitasi. Proses ini selanjutnya
melahirkan galaksi-galaksi yang berputar dan memiliki berbagai macam bentuk
seperti cakram dan elips, bergantung pada kecepatan rotasi serta gaya gravitasinya.
Selanjutnya gas-gas Hidrogen dan Helium dalam galaksi akan pecah menjadi awan-
awan yang lebih kecil dan juga mengalami proses kontraksi karena masing-masing
memiliki gaya gravitasi sendiri. Karena atom-atom di dalam awan-awan tersebut
saling bertumbukan, tarikan gravitasi mengakibatkan tekanan bertambah dan
temperatur terus meningkat yang pada akhirnya sanggup untuk menyulut reaksi
nuklir fusi. Reaksi ini akan mengubah Hidrogen menjadi Helium dan berlangsung
relatif lama karena persediaan Hidrogen yang berlimpah dan terjadi keseimbangan
antara gaya gravitasi dengan gaya ledakan nuklir. Helium kemudian diubah menjadi
elemen-elemen yang lebih berat melalui proses fusi hingga menjadi Karbon dan Oksigen.
Tahapan selanjutnya menghasilkan bintang-bintang di dalam galaksi yang sebagian
meledak sambil melemparkan bahan bakar untuk membentuk bintang-bintang
generasi baru. Matahari kita adalah salah satu contoh dari bintang jenis generasi baru
ini. Sebagian kecil pecahan ledakan yang mengandung element-elemen lebih berat
tidak lagi sanggup untuk menyalakan reaksi fusi nuklir karena elemen-elemennya relatif
sudah stabil dan temperaturnya tidak cukup tinggi. Bagian ini akhirnya membentuk planet-
planet yang mengorbit bintang seperti bumi kita yang mengorbit matahari.

Pada saat bumi terbentuk, sekitar 5 milyar tahun yang lalu, temperaturnya sangat
tinggi dan tidak memiliki atmosfir. Setelah agak lama barulah temperatur bumi menurun
dan atmosfir mulai terbentuk karena adanya emisi gas dari batu-batuan di atas
permukaan bumi. Namun, atmosfir pertama ini bukanlah atmosfir yang dapat mendukung
kehidupan seperti saat ini, karena atmosfir bumi mula-mula terdiri dari gas-gas
beracun seperti Hidrogen Sulfida. Untungnya beberapa makhluk primitif yang ada
saat itu membutuhkan gas-gas tersebut untuk bernafas dan menghasilkan Oksigen

6
sebagai gas buangan ke permukaan bumi, sehingga permukaan bumi akhirnya dipenuhi
oleh gas Oksigen. Karena gas Oksigen sendiri merupakan racun bagi makhluk primitif ini,
sebagian besar dari mereka akhirnya punah secara alami, sedangkan sebagian lagi dapat
menyesuaikan diri dengan mengkonsumsi Oksigen sebagai kebutuhan hidupnya.

2.2. Kejadian Alam Semesta (Pendekatan Islam)


Dalam sejarah perkembangan filsafat Islam, terdapat dua doktrin yang berbeda dalam
menjelaskan bagaimana alam dijadikan. Pertama, doktrin penciptan (alkhalq/creation).
Kedua, doktrin emanasi (al-fayd/emanation). Pada kedua kelompok ini telah terjadi
perdebatan dan kontroversi di sepanjang sejarah perkembangan teologi dan filsafat Islam.
Dengan doktrin ini pula telah melibatkan hampir semua tokoh teolog dan filosof Islam, sebab
terjadi perbedaan penafsiran terhadap keagungan dan kebesaran Tuhan.

Teori penciptaan merupakan pemikiran ahli teologi terutama para ahli dalam aliran
Asy’ariyah. Aliran ini berpendapat bahwa Allah menjadikan alam melalui sifat- Nya seperti
‘ilm, iradah, qudrah dan sebagainya. Dalam kajian teologi, pembahasan terhadap kejadian
alam menjurus kepada kajian sifat-sifat Allah dan kesan-kesan dari sifat-sifat tersebut.
Menurut aliran ini, alam ini mempunyai dua unsur yaitu unsur Jauhar dan unsur ‘aradh
(substansi dan accidents). Demikian juga dengan teori emanasi yang merupakan pemikiran
para filosof Islam. Mereka mengolah pemikiran para ahli teologi terutama tentang sifat af’al
Allah dalam konteks keberadaan alam. Para filosof Islam berpendapat bahwa penciptaan (al-
khalq/creation) sebenarnya adalah suatu proses yang yang lahir daripada konsep akibat yang
semestinya, melalui tindakan berfikir yang dilakukan oleh pencipta maka alam sebagai objek
pikiran Pencipta wujud yang semestinya. Teori emanasi ini menjelaskan bahwa alam ini
abadi (qadim/eternal).

Filosof Islam pertama yang dipandang memperkenalkan teori ini adalah al-Farabi.
Menurutnya, alam semesta ini dijadikan secara melimpah (al-faidh), teori ini diambil dari
Neo-Platonisme yang mengatakan bahwa alam ini terjadi karena limpahan dari yang
Esa.Wujud pertama yang melimpah adalah satu yakni akal. Dengan demikian, keanekaan
alamiah itu tidak secara langsung dimulai dari Tuhan. Tetapi dari akal pertama yang
melimpah mengandung keanekaan potensial sebagai sebab langsung bagi keanekaan aktual di
alam empiris. Berdasarkan teori ini, Tuhan terpelihara keutuhan zat-Nya dari keanekaan,
karena Tuhan bukan langsung dari wujud empiris. Teori yang dikemukakan al-Farabi ini
adalah untuk menjelaskan hakikat-hakikat yang terlibat dalam proses emanasi. Hakikat-

7
hakikat tersebut dijelaskan dalam uraian prinsip-prinsip kewujudan. Al-Farabi membagi
prinsip-prinsip ini kepada kewujudan yang bukan jisim dan kewujudan yang berada di dalam
jisim. Jisim-jisim tidaklah dengan sendirinya dianggap sebagai prinsip kewujudan.

Dalam al-Qur’an, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan alam semesta
yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-Qur’an menekankan bahwa
Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi. Allah pencipta
segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain-
Nya. Sebagai pencipta, al-Qur’an menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khaliq, al-
Bari’, al-Mushawwir, dan al-Badi’. Oleh karena itu, umat Islam sepakat bahwa Allah adalah
pencipta (al-Khaliq) dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya (Makhluq). Al-Qur’an juga
banyak menjelaskan tentang fenomena alam semesta dan ciptaan- Nya yang bisa dilihat
dengan mata kepala seperti kejadian siang dan malam, matahari, bulan dan planet-planet.
Meskipun demikian, informasi tentang penciptaan alam semesta dalam al-Qur’an tidak
tersusun secara sistematis seperti yang dikenal dalam buku ilmiah. Masalah ini tidak
terhimpun pada satu kesatuan, tetapi diungkapkan dalam berbagai ayat yang tergelar dalam
beberapa surat al-Qur’an. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah menciptakan alam
semesta tidak hanya menggunakan kata khalaqa, tetapi juga menggunakan kata-kata lain
seperti ja’ala, bada’a, fathara, shana’a, amara, nasya’a, dan bada`a3 yang arti lahiriyah nya
sama tetapi maksudnya berbeda.

Pembicaraan al-Qur’an tentang proses penciptaan alam semesta dapat ditemukan dari
ayat-ayat yang tersebar dalam beberapa surat. Akan tetapi, informasi itu hanya bersifat garis
besar atau prinsip-prinsip dasar saja, karena al-Qur’an bukanlah buku kosmologi atau buku
ilmu pengetahuan yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Sehingga
memunculkan banyak interpretasi dari para mufasir maupun filosof terhadap kandungan ayat-
ayat dimaksud. Dalam al-Qur’an, untuk menyebut alam semesta digunakan ungkapan
“samawati wa al-ardhi wa ma bainahuma”. Ungkapan ini terulang sebanyak 21 kali dalam 15
surat yang berbeda, kesemuanya dapat diartikan seluruh alam, baik yang fisik maupun non
fisik. Kata “samawati wa al-ardhi” yang diartikan dengan langit dan bumi – yang dijelaskan
pada QS al-Anbiya’/21: 30 - pada mulanya keduanya adalah satu kesatuan (ratqan).
Kemudian Allah pisahkan menjadi dua, yang satu diangkat-Nya ke atas yang disebut langit,
dan yang satu lagi dibiarkan terhampar di bawah disebut dengan bumi. Karena adanya
pemisahan antara langit dan bumi itu, maka terciptalah ruang kosong bernama awang-awang
yang diungkapkan dengan kata wa ma bainahuma.

8
Pada QS. al-Anbiya’/21: 30 juga menunjukkan bahwa air (al-ma’) telah ada sebagai
salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Menurut Madjid Ali Khan dengan mengutip
Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa Ilmu Biologi kontemporer menunjukkan semua
kehidupan dimulai dari air. HG. Sarwar dalam bukunya Philosophy of Qur’an mengatakan
bahwa air adalah komponen terpenting bagi kehidupan. Hal ini sebagai perluasan yang sangat
mendukung teori kimia fisika.

Ada beberapa teori-teori ilmiah yang sesuai dengan al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Sebelum dijadikan langit dan bumi, hanya terdapat zarrah-zarrah yang menyerupai kabut
dan air yang menjadi unsur pokok terjadinya alam ini.
2. langit dan bumi mulanya adalah suatu paduan, kemudian Allah memisahkannya. Lalu
Allah menjadikan udara di antara keduanya yang menghilangkan panas bumi agar
manusia dapat hidup di atasnya. Udara yang bergerak dan terus berpindah-pindah itulah
yang menyebabkan turunnya hujan yang membentuk laut dan sungai.
3. Yang dinamakan langit bukanlah planet, tetapi ruang yang tidak terbatas dan hanya Allah
sendiri yang mengetahuinya dan ruang itulah yang menjadi tempat beredarnya seluruh
bintang-bintang. Dapat dikatakan bahwa yang dikehendaki dengan tujuh petala langit
ialah “tujuh kelompok gugusan bintang” yang masing-masing beredar menurut garis
edarnya.

Pada QS. Fushshilat/41: 9-12 Allah menjelaskan bahwa dalam proses penciptaan alam
semesta terdiri dari dua tahap. Pertama, alam semesta diciptakan dalam bentuk asap
(dukhan). Ibnu Katsir menafsirkan dukhan dengan sejenis uap air. Kedua, terpecahnya asap
menjadi berbagai benda-benda langit. Penjelasan ini sama seperti yang diakui oleh
kebanyakan pakar astrofisika saat ini, yakni teori ledakan besar.

Masih menurut QS. Fushshilat/41: 9-12, bumi diciptakan dalam dua hari, selama empat
hari lagi Allah menciptakan hiasan-hiasannya seperti disebutkan di atas, menciptakan segala
bahan makanan, bahan pakaian dan sebagainya yang sangat dibutuhkan oleh seluruh
makhluk-Nya. Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan segala isinya
dalam empat tahapan yaitu, “Satu tahap untuk memadatkan materi bumi setelah asalnya
berupa gas, setahap lagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi selebihnya, termasuk
di antaranya bahan-bahan mineral yang ada padanya, setahap lagi untuk menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan serta tahap terakhir untuk pembentukan binatang.

9
Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan proses penciptaan bumi terlebih dahulu, setelah
itu disebutkan penciptaan langit dengan segala isinya. Sedangkan pada ayat-ayat lain,
biasanya terlebih dahulu diceritakan penciptaan langit, kemudian penciptaan bumi. Menurut
al-Maraghi, pengungkapan dalam bentuk demikian karena manusia memperhatikan keadaan
bumi yang ada di sekelilingnya, maka penyebutan tentang bumi didahulukan.

Di dalam ayat QS. al-Sajdah/32: 4 ada kata samawat yang diartikan dengan langit
setidaknya memiliki tiga pengertian yaitu: Pertama, berarti awan (sahab) seperti terdapat
dalam QS. al-Baqarah/2: 164, yang kedua langit bermakna “benda” seperti yang terdapat
pada QS. al-Insyiqaq/84: 1, dan yang ketiga, langit juga bisa berarti “sesuatu yang di atas”.
Sementara itu, penyebutan kata samawat dalam bentuk jamak karena langit diciptakan dalam
tujuh tingkat atau tujuh lapis.Tujuh lapis ini diulang dalam lima ayat (QS. al-Baqarah/2: 29,
QS. al-Mukminun/23: 17, QS. al-Thalaq/65: 12, QS.al-Mulk/67:3, dan al-Naba’/78: 12)
dilengkapi dengan menyebut tanda-tanda zodiak tentang matahari dan bulan, dan bintang-
bintang yang indah dan menjadi alat pelempar setan (QS. al-Mulk/67: 5).

Adapun ardhi adalah bumi yang menjadi tempat hidup, tempat berkembang biak, dan
tempat mencari rezeki semua makhluk Allah. Bumi inilah yang diperintah Allah untuk
dimakmurkan dan dilarang merusaknya, yang diberi beban tanggungjawab untuk memimpin
dan memakmurkannya adalah khalifah-Nya yang mulia, yaitu manusia. Manusia adalah
ciptaan Allah yang paling mulia. Tetapi, setelah Allah menciptakan manusia dalam rupa yang
terbaik, lalu merendahkannya ke tingkat yang serendahrendahnya, kecuali mereka yang
beriman dan beramal shaleh (QS. al-Tin/95: 5-6).

Mengenai jangka waktu terjadinya penciptaan alam semesta, al-Qur’an mengatakan


dalam banyak ayat bahwa Allah menciptakan alam semesta, baik langit maupun bumi selama
enam hari (fi sittati ayyam). Kata ayyam merupakan bentuk jamak dari yaum bermakna min
thulu’ al-syams ila gharibiha (dari terbit fajar sampai tenggelam matahari). Kata sittati ayyam
sebagaimana disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi adalah hari-hari akhirat, yang tiap-tiap hari
lamanya 1.000 tahun. Sementara menurut Mujahid, Imam Ahmad dan Ibnu ‘Abbas, hari yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah hari dunia yang dimulai dari hari Ahad dan berakhir
hari Jumat (6 hari). Ungkapan bahwa Allah menciptakan alam semesta selama enam hari (fi
sittati ayyam) terulang dalam al-Qur’an sebanyak 6 kali, yaitu QS. al-A’raf/7: 54, QS.
Yunus/10: 3, QS. Hud/11: 7, QS. al-Furqan/25: 59, QS. Qaf/50: 38, dan QS. al-Hadid/57: 4.
Ayat-ayat tersebut memiliki redaksi dan susunan kalimat yang sama kecuali dalam QS. al-

10
Furqan/25: 59 dan QS. Qaf/50: 38 di mana dalam kedua ayat tersebut tersisip kata wa ma
bainahuma sebelum kata fi sittati ayyam. Mengenai terjadinya alam semesta dalam enam
hari, terdapat ayat yang menjelaskan bahwa hari Allah sama dengan 1.000 tahun “sehari
dalam pandangan Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari perhitunganmu” (QS. al-Haj/22:
47 dan QS. al-Sajdah/32: 5). Oleh karena itu, menurut al-Qur’an, penciptaan telah tejadi
dalam enam ribu tahun. Akan tetapi, beberapa mufasir berpendapat bahwa kata tahun dalam
konteks ini digunakan bukan dalam pengertian biasa, tetapi secara kiasan, yang berarti suatu
kurun waktu. Namun, mufasir lain berpendapat bahwa penafsiran tersebut nampaknya tidak
dapat dibenarkan mengingat adanya penggunaan kata secara seksama dalam ayat-ayat yang
bersangkutan dinyatakan dengan tegas bahwa sehari dalam pandangan Allah seperti seribu
tahun dari perhitungan manusia (fi yaimin kana miqdaruhu alfa sanatin mimma ta’uddun).

Kebanyakan ulama mazhab tekstual menafsirkan “enam hari” sama dengan hari di planet
bumi di mana satu hari adalah 24 jam, waktu yang dibutuhkan bumi untuk berotasi
mengelilingi matahari. Sebaliknya, mazhab kontekstual mengatakan bahwa “satu hari” dalam
al-Qur’an tidak otomatis berarti 24 jam, tetapi dapat berarti 1.000 tahun atau bahkan 50.000
tahun (QS. al-Sajdah/32: 5, QS. al-Ma’arij/70: 4). Mazhab kontekstual lebih suka
menafsirkan “enam hari” menjadi “enam periode”, bukan “enam hari”.

Dalam hal ini, penulis sepakat dengan mazhab kontekstual bahwa hitungan “enam hari”
dalam penciptaan alam semesta tidak dapat disamakan dengan hitungan enam hari hitungan
di bumi. Sebab, ketika langit dan bumi sedang diciptakan Allah, hitungan hari, bulan dan
tahun belum dikenal. Barulah setelah alam selesai diciptakan dan ada penghuninya, hitungan
hari, bulan dan tahun itu ada dan dikenal oleh manusia. Namun, yang perlu digarisbawahi
adalah dengan menyebut enam hari atau enam periode tersebut tidak lebih hanya sekedar
penyebutan waktu belaka, bukan berarti Allah tidak kuasa menciptakan alam semesta kurang
dari kurun waktu tersebut. Al-Qurthubi mengatakan bahwa jika Allah mau, Dia dapat
menciptakan (alam semesta) dalam waktu sekejap saja. Bahkan cukup dengan mengatakan
kun fayakun. Hikmah dibalik proses penciptaan yang cukup panjang tersebut adalah Allah
mengajarkan kepada manusia bahwa melaksanakan sesuatu harus secara bertahap dan tidak
tergesa-gesa agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2.3. Asal-Usul Manusia (Menurut Teori Darwin)


Teori evolusi adalah sebuah teori yang digagas oleh Charles Darwin pada 1859 silam
melalui bukunya yang fenomenal berjudul On the Origin of Species. Di sini, Darwin

11
menjelaskan bahwa evolusi merupakan perubahan frekuensi alel (genetik) pada sifat-sifat
terwariskan yang ada pada suatu generasi ke generasi berikutnya. Live Science dalam
lamannya menjelaskan bahwa perubahan-perubahan ini diakibatkan oleh—setidaknya—tiga
proses kombinasi utama, yakni reproduksi, variasi, dan seleksi alam. Nah, proses perubahan
dalam evolusi inilah yang mengakibatkan munculnya banyak spesies makhluk hidup di dunia.
Hal ini terjadi akibat spesiasi (lonjakan keragaman spesies). Adaptasi juga merupakan faktor
penting dalam evolusi makhluk hidup, contohnya adanya perbedaan minor antara orang-
orang yang tinggal di pantai dengan orang yang tinggal di pegunungan. Jumlah sel darah
merah orang gunung lebih banyak daripada sel darah merah orang pantai. Ini adalah proses
adaptasi alami yang terjadi dalam tubuh manusia secara minor. Semua makhluk hidup pasti
memiliki spesies yang berbeda dan perbedaan spesies tersebut merupakan bukti bahwa teori
evolusi memang benar-benar terjadi di alam. Perbedaan spesies dapat terjadi akibat adaptasi
ketat, kondisi geografis wilayah, mutasi genetik, dan seleksi alam.

Sebenarnya, informasi mengenai manusia yang berevolusi dari kera muncul karena
teori evolusi manusia menurut Charles Darwin. Dalam buku “The Origin of Species” yang
mengemukakan tentang teori evolusi ditulis oleh Charles Darwin, menyimpulkan semua
makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama (common ancestor) dan berhubungan
antara satu sama lainnya. Menurut Darwin dalam buku tersebut, proses mutasi genetik dari
nenek moyang yang sama mengakibatkan terjadinya proses evolusi dan munculnya berbagai
spesies baru. Darwin membayangkan evolusi manusia seperti pohon. Batang pohon yang
tunggal dan akarnya merupakan nenek moyang makhluk hidup. Sedangkan ranting dan daun
pohon menjadi spesies baru yang lahir karena proses mutasi genetik. Proses mutasi genetik
tersebut dapat terjadi karena seleksi alam dalam waktu yang lama. Dari seleksi alam itu,
Darwin kemudian membagi proses evolusi menjadi mikroevolusi dan makroevolusi.
Mikroevolusi adalah perubahan yang terjadi pada spesies dengan cara kecil. Misalnya,
perubahan warna atau ukuran pada suatu populasi selama beberapa generasi. Sementara
makroevolusi adalah perubahan karena seleksi alam yang mampu menciptakan spesies yang
baru. Misalnya, perubahan dinosaurus menjadi burung, mamalia amfibi menjadi ikan paus,
dan nenek moyang kera menjadi manusia.

Pernyataan Darwin tentang apa yang dimaksud dengan teori evolusi manusia itulah
yang kemudian menimbulkan kontroversi. Sebenarnya, teori Darwin tentang manusia tidak
pernah menyimpulkan secara pasti bahwa manusia berevolusi langsung dari kera lho,
Pahamifren. Ia hanya berpendapat bahwa semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang

12
yang sama. Terbukti, dari kemiripan DNA manusia dengan primata sebesar 97%. Tapi, teori
evolusi manusia tersebut sudah terlanjur menjadi perdebatan. Kaum esensialisme dan para
umat beragama menolak teori tersebut secara tegas. Mereka percaya bahwa manusia sudah
diciptakan sesuai dengan bentuk dan kodratnya seperti sekarang oleh Tuhan. Sebagian orang
juga menganggap teori Darwin tidak bisa menjelaskan urutan yang hilang (missing link) pada
proses evolusi manusia. Urutan evolusi manusia yang hilang berupa penghubung antara
generasi berbulu dan berekor seperti kera dengan makhluk hidup berakal dan cerdas seperti
manusia. Belum ditemukannya fosil manusia yang berbentuk setengah manusia dan setengah
kera lah yang dianggap menjadi missing link untuk menjelaskan urutan evolusi manusia ini,
Pahamifren. Fosil tersebut dianggap diperlukan untuk menjadi bukti sah kalau manusia
memang berevolusi dari seekor kera. Sekalipun teori evolusi menimbulkan kontroversi, tapi
kamu bisa melihat bukti kuat mengenai kebenaran teori evolusi ini. Misalnya, kamu bisa
melihat perbedaan ras yang ada pada manusia merupakan bagian dari proses adaptasi ketat
yang terjadi pada homo sapiens di masa purba. Atau, kamu bisa melihatnya dari kekebalan
bakteri dan mikroba terhadap antibiotik tertentu yang terjadi karena proses perubahan
genetik.

Evolusi didefinisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan dari sederhana


menjadi kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Proses perubahan atau
perkembangannya dari satu tahap ke tahap lain. Menurut Saifuddin (2005) dalam bukunya
Antropologi Kontemporer, ia mengemukakan beberapa pokok argumentasi Darwin:

1. Ia menyaksikan bahwa organisme itu bervariasi, bahkan ciri yang sangat dekat sekali
pun akan berbeda pada tingkat atau batas tertentu.
2. Kedua, Meski ia beranggapan bahwa variasi disebabkan oleh perubahan, ia
berpendapat bahwa variasi benar-benar mengandung konsekuensi penting karena
memengaruhi kesesuaian (fitness) antara individu dan lingkungan lokalnya. Sebagian
individu yang beruntung mungkin menyimpang dari norma sedemikian sehingga
menbantunya untuk tetap hidup dan bereproduksi.
3. Ketiga, Ia mensinyalir bahwa apabila organisme benar-benar bereproduksi, organisme
cenderung mewariskan ciri apapun yang mereka miliki kepada keturunannya.

Darwin menyimpulkan bahwa jika ketiga pengamatan di atas sahih, maka ciri-ciri yang
disukai alam akan lebih umum ditemukan pada generasi-generasi ketimbang ciri yang tidak
disukai alam. Ciri-ciri yang tidak disukai alam akan hilang. Organisme akan beradaptasi

13
dengan baik terhadap lingkungannya karena varian yang sukara beradaptasi akan
meninggalkan sedikit keturunan, dan ciri-ciri mereka akan hilang. (Saifuddin: 2005). Hal
inilah yang disebut dengan seleksi alam. Menurut Darwin, evolusi merupakan akibat dari
seleksi alam.

2.4. Asal-Usul Manusia (Menurut Perspektif Islam)


Asal usul manusia menurut pandangan agama Islam sangat bertentangan dengan apa
yang telah dikemukakan oleh para pencetus dan pendukung teori evolusi. Charles Darwin
sebagai pencetus teori evolusi berpendapat bahwa mahluk hidup termasuk juga manusia,
adalah berasal dari evolusi atau perubahan-perubahan mahluk sebelumnya yang memiliki
kemampuan sederhana. Perubahan-perubahan tersebut membuat kemampuan manusia
menjadi lebih sempurna. Pendapat ini ditunjang oleh ditemukannya beberapa fakta ilmiah
seperti fosil dari manusia purba seperti Meghanthropus dan Pitheccanthropus di berbagai
daerah. Di sisi lain, hampir dari semua agama didunia menentang pendapat ini.

Penentangan itu terjadi karena pemikiran mereka didasarkan pada berita-berita dan
informasi dalam kitab sucinya masing-masing. Salah satu dari kitab suci tersebut adalah Al-
Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam menyebutkan beberapa proses kejadian
manusia yang lebih rinci dan jelas.3 Kejadian dan Asal-Usul Manusia Menurut Islam Al-
Quran menjelaskan beberapa tahapan dalam proses kejadian dan asal-usul manusia secara
rinci. Ketiga tahapan tersebut antara lain kejadian dan asal usul manusia pertama, kedua, dan
ketiga. Berikut ini penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut.

1. Kejadian dan Asal-usul Manusia Pertama Kejadian dan asal-usul manusia pertama
yang berarti pula proses penciptaan Adam diawali oleh pembentukan fisik dengan
membuatnya langsung dari tanah yang kering yang kemudian ditupkan ruh ke
dalamnya sehingga ia hidup.
2. Keterangan tersebut sesuai dengan hadis riwayat Tirmidzi, dimana Nabi SAW
bersabda:
 “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam as dari segenggam tanah yang diambil dari
seluruh bagian bumi, maka anak cucu Adampun seperti itu, sebagian ada yang baik
dan buruk, ada yang mudah (lembut) dan kasar dan sebagainya.”
3. Kejadian dan Asal-usul Manusia Kedua Alloh menciptakan segala sesuatu secara
berpasang-pasangan. Begitupun dengan manusia, Adam yang diciptakan hendak
dipasangkan oleh Alloh dengan lawan jenisnya yang diciptakan dari tulang rusuk

14
Adam, yaitu Siti Hawa. Keterangan tersebut sesuai dengan firman Alloh QS. An-
Nisa, ayat 1 berikut “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari jiwa yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya;
dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
4. Kejadian dan Asal-usul Manusia Ketiga Kejadian dan asal usul manusia ketiga terkait
dengan proses kejadian seluruh umat keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa (Kecuali
Isa, AS.) proses kejadian manusia yang disebutkan dalam Al-Qur,an ternyata setelah
dewasa ini dapat dipertanggung jawabkan secara medis.

Dalam Al-Qur’an, asal-usul manusia secara biologi dijelaskan dalam Surat Al-
Mu’minuun : 12-14 berikut ini: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang
Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun : 12-14).

2.5. Fungsi dan Peran Manusia


Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dan lain-lainnya. Dengan tidak mengurangi keimanan kita ,pendapat-pendapat lain
sepatutnya kita jadikan pula sebagai pembanding sehingga umat islam bias memilih, mana di
antara pendapat itu yang sesuai dengan jalan pikirannya.
1. Pengertian Manusia Menurut Para Ahli
a. Erbe Sentanu
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk
yang lain.
b. I Wayan Watra
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan
karsa.

15
c. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

2. Pengertian Manusia Menurut Agama Islam


Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain :
a. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa.
b. Al-naas berarti manusia (jama’).
c. Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah.
d. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu
Al-quran dan realita yang tampak pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-
ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat.Tujuan penciptaan manusia
adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh
diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin salam
solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia
dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam
semesta dan manusia). Allah menciptakan manusia untuk mengenal-Nya. Jika kita mengenal
Allah kita akan ikhas beribadah kepada-Nya, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun
pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
1. QS. Az-Zariyat ayat 56-58

‫ ُد أَن‬U ‫ا أُ ِري‬UU‫ق َو َم‬


ٍ ‫ ُد ِم ْنهُم ِّمن ِّر ْز‬U ‫ا أُ ِري‬UU‫﴾ َم‬٥٦﴿ ‫ ُدو ِن‬U ُ‫نس إِال لِيَ ْعب‬
َ ‫ت ْال ِج َّن َوا ِال‬
ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
ُ ِ‫ق ُذو ْالقُ َّو ِة ْال َمت‬
٥٨﴿ ‫ين‬ ْ ‫﴾ي‬
ُ ‫﴾ إِ َّن هَّللا َ هُ َو ال َّر َّزا‬٥٧﴿ ‫ُط ِع ُمو ِن‬
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha
pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”.
2. QS. Al-an’am ayat 162
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam”
3. QS. Al-Bayinnah ayat 5

16
“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan dengan dekimikian itulah agama yang
lurus”.
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.
Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan
pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta
yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.
Fungsi dan peranan manusia berpedoman kepada QS Al Baqarah ayat 30-36, maka
peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam
membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru
setelah itu kepada orang lain. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana
yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar
Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah
yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu
Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia
lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran. Allah berfirman dalam QS Al-
Baqarah ayat 31-39
3. Membudayakan ilmu
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi SAW yang tercantum dalam QS Al-Mukmin ayat 35.
Di dalam Al Quran disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia,
yaitu:
1. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada
nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau
melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah
Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum

17
dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu”

2. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa
hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari
akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang
tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini
tercantum dalam QS Al A’raf : 17
3. “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”.
Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
4. Manusia sebagai khalifah, Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang
harus di pertanggung jawabkan di hadapan-Nya.Tugas hidup yang di pikul manusia di
muka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di
muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.Khalifah berarti wakil atau
pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah, berarti manusia
memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi.Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya m,engolah dan mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah Agar
manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik. Allah telah mengajarkan
kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta
penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia
bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru
dalam alam kebudayaan.
Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan hamba merupakan
perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang sarat dengan
kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu hidup
seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti, sebab bekerja
bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia di muka bumi
sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan melainkan

18
suatu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah realisasi dari
pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya. Apabila terjadi ketidakseimbangan,
maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ke
tingkat yang paling rendah. Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan
satu kesatuan yang menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi
dan sekaligus menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada
keterbatasan.

19
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alam semesta menurut
al-Qur’an diciptakan Allah namun tidak dijelaskan secara rinci apakah diciptakan dari
sesuatu atau materi yang sudah ada atau dari ketiadaan (nihil). Proses penciptaan alam juga
mengalami perkembangan secara gradual (tadrij) sesuai dengan sunatullah. Alam semesta
ialah sesuatu yang ada atau yang dianggap ada yang nampak terlihat oleh manusia di dunia
ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya, yang merupakan suatu kesatuan system yang unik
dan misterius. Alam ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya alam ghaib dan alam
syahadah.
Penciptaan alam semesta menurut teori big bang bahwa alam semesta ini memiliki
permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan
besar. Adapun menurut pandangan al-Quran yang tercantum dalam surat Fushilat ayat 30
bahwasannya langit dan bumi merupakan suatu kesatuan, kemudian antara keduanya
dipisahkan. Dan diciptakannya semua makhluk hidup dari air. Alam semesta memiliki
karakteristik integral, diantaranya terbatas, berubah, ditentukan, bergantung dan relative.
Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan
tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam
diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi
adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya
alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih
mendekatkan diri pada Allah.

3.2. Saran
Penyusun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Penyusun berusaha untuk memperbaikinya dengan sumber
kritik yang membangun dari para pembaca. Beritahulah penyusun kesalahan dalam makalah
agar penyusun bisa memperbaikinya dan menjadi lebih baik lagi dalam menyusun makalah di
kemudian hari, Terima Kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://ghofursmart.blogspot.com/2016/11/konsep-islam-tentang-alam-manusia-dan.html

https://adoc.pub/bab-i-pendahuluan-dalam-pandangan-islam-manusia-adalah-makhl.html

https://adoc.pub/penciptaan-alam-semesta-di-tinjau-dari-sains-dan-agama-oleh-.html

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/tafse/article/download/8073/4719

http://studyinglathif.blogspot.com/p/blog-page_54.html

https://ourmuslem.blogspot.com/2017/02/asal-usul-manusia-menurut-islam.html

http://kurniawaalex.blogspot.com/2014/10/makalah-konsep-alam.html

21

Anda mungkin juga menyukai