Disusun untuk mata kuliah islam dan Sains yang diampu oleh
FAKULTAS TARBIYAH
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas-tugas penulisan makalah mata kuliah islam
dan sains tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam tercurah limpahkan kepada Rasulullah
SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak. Kami selaku penyusun makalah bagaimanapun
juga tak bisa memendam ucapan terimakasih kepada Bapak Badrus Soleh,M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah islam dan sains yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini. Adanya makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusun makalah di masa yang akan datang. Dan
kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun
dan para pembaca serta refrensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang akan
datang. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran .............................................................................................. 8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di
dunia ini, selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, di antaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan
perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur
dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains.
Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri
manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan
misterius.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Alam semesta dalam perspektif islam ?
2. Bagaimana penciptaan Alam semesta ?
3. Bagaimana pelestarian Alam semesta ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Alam semesta dalam persepektif islam
2. Untuk mengetahui penciptaan Alam semesta
3. Untuk mengetahui pelestarian Alam semesta
1
BAB 2
PEMBAHASAN
َض كَانَتَا َرتْقًا َففَت َ ْق ٰن ُه َم ۗا َو َجعَ ْلنَا مِ نَ ا ْل َم ۤاءِ ُك َّل ش َْيءٍ ح َۗي ٍ ا َ َف ََل يُؤْ مِ نُ ْون
َ ت َو ْاْلَ ْر َّ ا َ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْْٓوا ا َنَّ ال
ِ سمٰ ٰو
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari,
bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.
Menurut Prespektif islam ada tiga prinsip memperlakukan alam semesta :
1. Prinsip Tanggung Jawab
Manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan
integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestariannya. Setiap bagian dan
benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing,
terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu,
manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaga
dan melestarikannya.
2. Prinsip Solidaritas
Manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif
ekosentrisme, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan
semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia
perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk
hidup lain.
3. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam
Apabila sudah tertanam prinsip ini pada setiap hati manusia, maka pastilah yang ada
hanya rasa untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh
isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga
2
muncul dari kenyataan bahwa semua makhluk hidup mempunyai hak untuk
dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.1
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-
Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa
secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga
kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
س َم ۤا ُء ۚ بَ ٰنىه َۗا
َّ َءا َ ْنت ُ ْم اَشَد َخ ْلقًا ا َ ِم ال.
Artinya : “Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah
dibangun-Nya?”
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang
disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut , terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi
sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat
celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian
hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red.
Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang
dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi . Bintang-bintang dan gas terbentuk
dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan
void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas,
terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi awan debu (dukhan) yang
terbentuk akibat big bang hembusan angin bintang dari kedua kutubnya galaksi
yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya struktur
filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas.
1
Kementrian Agama RI. (2010). Penciptaan Bumi Dalam” Perspektif Al-quran & Sains”. Lajnah Pentashilan
Mushaf A
3
Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan
َ س ْم َكهَا َف
س ّٰوىهَا َ ر َف َع.
َ
Artinya : “Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,”
Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi reaksi nuklir
yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari
ج ض ُٰحىه َۖا
َ ش لَ ْيلَهَا َوا َ ْخ َر َ َوا َ ْغ.
َ ط
Artinya : “dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan
siangnya (terang benderang).”
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi
berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan
Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak
bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian
Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi
bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar
1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat
reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
4
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet ilustrasi komet
yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika
mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air
menjadi ada air.
Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer
Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi
dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun
sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio
Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet.
Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen
pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air
terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di
dalam air.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
gunung sebagai pasak Bumi
5
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya
manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif
masih sangat muda dalam skala waktu geologi.2
C. Pelestarian Alam Semesta
Dalam konteks penciptaan, manusia dan lingkungan hidup merupakan ciptaan
Allah. Manusia berperan sebagai agen realitas yang diberikan Allah
tanggungjawab (khalifah) penjagaan. Namun sebagian manusia menyalahgunakan
tanggungjawab dengan merusak lingkungan, bahkan manusia sering mengadakan
perlawanan dengan alam lingkungan hidupnya sendiri. Padahal al-Qur’an
mengingatkan manusia untuk tidak merusak lingkungan hidup meskipun al-
Qur’an sendiri menjelaskan bahwa kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
pada dasarnya disebabkan oleh aktifitas dan perbuatan tangan manusia itu sendiri.
ِ ْب مِ نَ ا ْل ُم ْح
َسنِ ْين ِ ّٰ َط َمعً ۗا اِنَّ َر ْح َمت
ٌ ّٰللا َق ِري َ ض بَ ْع َد اِص ََْلحِ هَا َوا ْدع ُْوهُ َخ ْو ًفا َّو
ِ اْل ْر ِ َو َْل ت ُ ْف
َ ْ سد ُْوا فِى
2
Dosen STAI, Nida El Adabi. Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-quran. Desember, 29, 2013. Bogor.
6
lingkungan hidup sudah mulai beralih kepada nilai-nilai universal agama sebagai
faktor yang sangat strategis dan solutif. Fenomena tersebut menunjukkan adanya
suatu kesadaran moral bahwa, kebebasan akal manusia justru memberikan
kemudharatan bagi manusia itu sendiri, bahkan mendatangkan berbagai
malapetaka lingkungan hidup. Para tokoh islamic ecotheology meyakini bahwa,
akar masalah munculnya krisis lingkungan hidup dimulai dari kemajuan sains dan
teknologi Barat modern yang berpijak pada asumsi-asumsi positivistik. Untuk
mengantisipasi (counter) pemikiran positivistik tersebut, harus dirancang
paradigma baru perlindungan atas alam yang lebih natural. Tawaran yang paling
rasional adalah, memformulasikan konsep Islam yang rahmatan li al-‘alamin
sebagai teori dasar perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Para
pengagum ilmu pengetahuan dan teknologi Barat bersikap arogan terhadap alam
tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan, mereka merasa sebagai
penguasa tunggal atas alam semesta, sumber daya alam dikuras secara besar-
besaran berdasarkan pertimbangan hawa nafsu semata, seakan-akan alam tidak
berhak untuk mempertahankan eksistensinya. Sementara umat Islam menyadari
bahwa, tidak ada satu pun di dunia ini yang menjadi milik manusia, akan tetapi
semuanya kepunyaan Allah swt,.3
3
Muslim Djuned: Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan
7
BAB 3
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di
dunia ini, selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, di antaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan
perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur
dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains.
Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri
manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan
misterius.
Menurut Prespektif islam ada tiga prinsip memperlakukan alam semesta :
1. Prinsip Tanggung Jawab
2. Prinsip Solidaritas
3. Prinsip Kasih saying dan kepedulian terhadap Alam
E. SARAN
Semoga dengan makalah ini, baik penulis maupun pembaca mendapatkan
manfaat. Kami jugan menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami mengharap kritik dan saran dari kalian semua demi
kesempurnaan makalah berikutnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama RI. (2010). Penciptaan Bumi Dalam” Perspektif Al-quran &
Sains”. Lajnah Pentashilan Mushaf A
Dosen STAI, Nida El Adabi. Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-quran. Desember,
29, 2013. Bogor.