Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ISLAM DAN SAINS

Islam dan Alam Semesta

Disusun untuk mata kuliah islam dan Sains yang diampu oleh

Bapak Badrus Soleh, M Pd.

Disusun oleh kelompok :

Moh Roihan Ali (22381041015)

Saifi Warzi (22381041023)

Moh Shofi (22381041026)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas-tugas penulisan makalah mata kuliah islam
dan sains tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam tercurah limpahkan kepada Rasulullah
SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak. Kami selaku penyusun makalah bagaimanapun
juga tak bisa memendam ucapan terimakasih kepada Bapak Badrus Soleh,M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah islam dan sains yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini. Adanya makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusun makalah di masa yang akan datang. Dan
kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun
dan para pembaca serta refrensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang akan
datang. Aamiin.

Pamekasan 3 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Alam Semesta dalam Perspektif Islam............................................. 2

B. Penciptaan Alam Semesta ................................................................ 3

C. Pelestarian Alam Semesta ................................................................ 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 8

A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran .............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di
dunia ini, selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, di antaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.

Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan
perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur
dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains.
Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri
manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan
misterius.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Alam semesta dalam perspektif islam ?
2. Bagaimana penciptaan Alam semesta ?
3. Bagaimana pelestarian Alam semesta ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Alam semesta dalam persepektif islam
2. Untuk mengetahui penciptaan Alam semesta
3. Untuk mengetahui pelestarian Alam semesta

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Alam semesta dalam Perspektif Islam


Penciptaan alam semesta merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah
SWT.Tidak sedikit ayat Al Qur’an mengajak kita untuk merenungkan ciptaan-Nya tak
terkecuali tentang alam semesta. Alam semesta adalah ruang dimana didalamnya
terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang
dapat diungkapkan oleh manusia.
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat
Al Anbiya ayat 30

َ‫ض كَانَتَا َرتْقًا َففَت َ ْق ٰن ُه َم ۗا َو َجعَ ْلنَا مِ نَ ا ْل َم ۤاءِ ُك َّل ش َْيءٍ ح َۗي ٍ ا َ َف ََل يُؤْ مِ نُ ْون‬
َ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬ َّ ‫ا َ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْْٓوا ا َنَّ ال‬
ِ ‫سمٰ ٰو‬

Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari,
bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.
Menurut Prespektif islam ada tiga prinsip memperlakukan alam semesta :
1. Prinsip Tanggung Jawab
Manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan
integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestariannya. Setiap bagian dan
benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing,
terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu,
manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaga
dan melestarikannya.
2. Prinsip Solidaritas
Manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif
ekosentrisme, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan
semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia
perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk
hidup lain.
3. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam
Apabila sudah tertanam prinsip ini pada setiap hati manusia, maka pastilah yang ada
hanya rasa untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh
isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga

2
muncul dari kenyataan bahwa semua makhluk hidup mempunyai hak untuk
dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.1

B. Penciptaan Alam Semesta


Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-
Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa
tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga
enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan
maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada
beberapa ayat Al-Qur’an.

Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-
Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa
secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga
kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:

Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali

‫س َم ۤا ُء ۚ بَ ٰنىه َۗا‬
َّ ‫ َءا َ ْنت ُ ْم اَشَد َخ ْلقًا ا َ ِم ال‬.
Artinya : “Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah
dibangun-Nya?”

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang
disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.

Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut , terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi
sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat
celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian
hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red.
Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang
dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi . Bintang-bintang dan gas terbentuk
dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan
void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas,
terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi awan debu (dukhan) yang
terbentuk akibat big bang hembusan angin bintang dari kedua kutubnya galaksi
yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya struktur
filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas.

1
Kementrian Agama RI. (2010). Penciptaan Bumi Dalam” Perspektif Al-quran & Sains”. Lajnah Pentashilan
Mushaf A

3
Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

َ ‫س ْم َكهَا َف‬
‫س ّٰوىهَا‬ َ ‫ر َف َع‬.
َ
Artinya : “Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,”

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan


”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam
semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit
terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang,
dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang
maka kismis tersebut pun akan semakin menjauhi model roti kismis untuk
menggambarkan mengembangnya alam semesta.

Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi,


pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses
pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler
sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu
sekitar 13.7 miliar tahun.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta


merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya
kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus
mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi reaksi nuklir
yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari

‫ج ض ُٰحىه َۖا‬
َ ‫ش لَ ْيلَهَا َوا َ ْخ َر‬ َ ‫ َوا َ ْغ‬.
َ ‫ط‬
Artinya : “dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan
siangnya (terang benderang).”

Surat An-Nazi’at ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang


gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan
sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi,
sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti
pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus.
Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya
lebih kecil.

Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi
berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan
Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak
bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian
Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi
bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar
1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat
reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.

4
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi

‫اْل ْرضَ بَ ْع َد ٰذ ِلكَ د َٰحىه َۗا‬


َ ْ ‫ َو‬.
Artinya : “Dan setelah itu bumi Dia hamparkan.”

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai


pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi. Masa III hingga Masa
IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,[i]
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi
dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Daratan Pangaea yang merupakan asal
mula semua daratan di Bumi.

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet ilustrasi komet
yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi

‫ج مِ ْنهَا َم ۤا َء َها َو َم ْر ٰعىه َۖا‬


َ ‫ا َ ْخ َر‬.
Artinya : “Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya”.

Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika
mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air
menjadi ada air.
Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer
Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi
dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun
sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio
Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet.
Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen
pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air
terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di
dalam air.

Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
gunung sebagai pasak Bumi

‫وا ْل ِجبَا َل ا َ ْر ٰسىهَا‬.


َ
Artinya : “Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh”.

‫ َمتَاعًا لَّ ُك ْم َو ِ َْل ْنعَامِ ُك ۗ ْم‬.


Artinya : “(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan
ternakmu”.

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan


teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan,
pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk
dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.

5
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya
manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif
masih sangat muda dalam skala waktu geologi.2
C. Pelestarian Alam Semesta
Dalam konteks penciptaan, manusia dan lingkungan hidup merupakan ciptaan
Allah. Manusia berperan sebagai agen realitas yang diberikan Allah
tanggungjawab (khalifah) penjagaan. Namun sebagian manusia menyalahgunakan
tanggungjawab dengan merusak lingkungan, bahkan manusia sering mengadakan
perlawanan dengan alam lingkungan hidupnya sendiri. Padahal al-Qur’an
mengingatkan manusia untuk tidak merusak lingkungan hidup meskipun al-
Qur’an sendiri menjelaskan bahwa kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
pada dasarnya disebabkan oleh aktifitas dan perbuatan tangan manusia itu sendiri.

Allah swt berfirman

ِ ‫ْب مِ نَ ا ْل ُم ْح‬
َ‫سنِ ْين‬ ِ ّٰ َ‫ط َمعً ۗا اِنَّ َر ْح َمت‬
ٌ ‫ّٰللا َق ِري‬ َ ‫ض بَ ْع َد اِص ََْلحِ هَا َوا ْدع ُْوهُ َخ ْو ًفا َّو‬
ِ ‫اْل ْر‬ ِ ‫َو َْل ت ُ ْف‬
َ ْ ‫سد ُْوا فِى‬

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah


(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-A’raf/7: 56).

Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan keseimbangan alam hukumnya wajib


bagi setiap manusia (fardhu ‘ain), sebab merusak lingkungan hidup berarti
mendatangkan kemudaratan bagi generasi kini dan akan datang. Melakukan
eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam secara berlebihan dapat mengundang
bencana alam yang lebih besar, perbuatan seperti itu dapat digolong dalam
perbuatan perampasan hak orang lain dan hak generasi mendatang. Pemanfaatan
sumber daya alam bukan dengan merusak habitatnya, akan tetapi sekedar untuk
memenuhi kemaslahatan dan kelangsungan hidup bersama. Oleh karena itu, setiap
orang berkewajiban mengelola alam atas pertimbangan kemaslahatan itu.
Di samping itu manusia wajib melestarikan lingkungan hidup, membendung laju
kerusakan, dan menjaga yang rusak, serta memperbaiki yang tersisa. Kata
‫ظهر‬dalam surat al-Rûm ayat (41) menunjukkan arti segala sesuatu yang nampak
dipermukaan bumi dan berkonotasi negatif. Apabila dikatakan seseorang telah
dinampakkan sesuatu pada dirinya, berarti nampat terang dan diketahui dengan
jelas oleh orang lain, sehingga membuat ia malu. Sedangkan kata ‫ الفساد‬berarti
keluar sesuatu (apa saja) dari keseimbangan, baik sedikit maupun banyak. Dalam
konteks lingkungan hidup, kata ‫ ظهر‬dan ‫ الفساد‬menunjukkan makna kerusakan dan
pencemaran di darat dan laut itu benar-benar jelas nampak disebabkan ulah
perbuatan tangan (kekuatan dan kekuasaan) manusia, sehingga alam ini hilang
keseimbangan, keserasian, kesesuaian dan kelestarian, karena itu seharusnya
manusia itu malu melakukan kerusakan dan pencemaran tersebut.
Perkembangan terakhir perhatian para ahli dan pemerhati lingkungan hidup,
terutama dalam penanggulangan berbagai bencana alam dan pencemaran

2
Dosen STAI, Nida El Adabi. Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-quran. Desember, 29, 2013. Bogor.

6
lingkungan hidup sudah mulai beralih kepada nilai-nilai universal agama sebagai
faktor yang sangat strategis dan solutif. Fenomena tersebut menunjukkan adanya
suatu kesadaran moral bahwa, kebebasan akal manusia justru memberikan
kemudharatan bagi manusia itu sendiri, bahkan mendatangkan berbagai
malapetaka lingkungan hidup. Para tokoh islamic ecotheology meyakini bahwa,
akar masalah munculnya krisis lingkungan hidup dimulai dari kemajuan sains dan
teknologi Barat modern yang berpijak pada asumsi-asumsi positivistik. Untuk
mengantisipasi (counter) pemikiran positivistik tersebut, harus dirancang
paradigma baru perlindungan atas alam yang lebih natural. Tawaran yang paling
rasional adalah, memformulasikan konsep Islam yang rahmatan li al-‘alamin
sebagai teori dasar perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Para
pengagum ilmu pengetahuan dan teknologi Barat bersikap arogan terhadap alam
tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan, mereka merasa sebagai
penguasa tunggal atas alam semesta, sumber daya alam dikuras secara besar-
besaran berdasarkan pertimbangan hawa nafsu semata, seakan-akan alam tidak
berhak untuk mempertahankan eksistensinya. Sementara umat Islam menyadari
bahwa, tidak ada satu pun di dunia ini yang menjadi milik manusia, akan tetapi
semuanya kepunyaan Allah swt,.3

3
Muslim Djuned: Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan

7
BAB 3
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di
dunia ini, selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, di antaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan
perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur
dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains.
Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri
manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan
misterius.
Menurut Prespektif islam ada tiga prinsip memperlakukan alam semesta :
1. Prinsip Tanggung Jawab
2. Prinsip Solidaritas
3. Prinsip Kasih saying dan kepedulian terhadap Alam
E. SARAN
Semoga dengan makalah ini, baik penulis maupun pembaca mendapatkan
manfaat. Kami jugan menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami mengharap kritik dan saran dari kalian semua demi
kesempurnaan makalah berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama RI. (2010). Penciptaan Bumi Dalam” Perspektif Al-quran &
Sains”. Lajnah Pentashilan Mushaf A
Dosen STAI, Nida El Adabi. Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-quran. Desember,
29, 2013. Bogor.

Muslim Djuned: Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai