Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FISIKA ILMU & TAUHID

HUBUNGAN ANTARA MANUSIA SEBAGAI MIKROCOSMOS DAN


ALAM SEMESTA SEBAGAI MAKROCOSMOS

Disusun Oleh :
Popy Oktavia
(2010209010)

Dosen Pengampu : Suhadi, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Puji syukur senantiasa kami persembahkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah
mekanika mengenai materi “Hubangan antara manusia sebagai mikrocosmos dan
alam semesta sebagai makrocossmos”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam pembuatan makalah, karena makalah ini tidak akan selesai
jika tidak ada bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta kesehatan kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak Suhadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah fisika & ilmu
tauhid.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Manusia.................................................................................................3
B. Alam Semesta.......................................................................................4
C. Makrokosmos dan Mikrokosmos.........................................................5
D. Hubungan antara manusia sebagai microcosmos.................................7
E. Hubungan antara manusia sebagai macrocosmos.................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................11


A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks. Para filosuf dan
sarjana telah banyak memberikan perhatian serius tentang keberadaannya.
Kajian mereka tentang manusia tidak pernah tuntas. Manusia menurut
sebagian mereka, ilmuan hanya dikaji secara instrument dan terbatas dalam
mengkaji manusia, dan belum ke dalam substansi pokoknya. Alam semesta
terdiri dari mikrokosmos dan makrokosmos. Menurut (sudjatinah, 2010)
mikrokosmos merupakan semua benda-benda yang berbentuk kecil yang ada
dibumi khususnya benda yang hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Benda yang termasuk mikrokosmos ialah sel, atom, dan juga electron.
Sedangkan makrokosmos ialah semua benda yang berbentuk besar yang ada di
bumi seperti, bintang, galaksi, dan planet.
Mikrosmos dan makrokosmos sering menjadi pokok pembicaraan yang
sangat penting. Dari berbagai kalangan yang mengetahui tentang
mikrokosmos dan makrokosmos lebih cenderung berasumsi yang bukan-
bukan, maka perlu pemahaman lebih tentang mikrokosmos dan makrokosmos
yang . Dengan kata lain banyak hal yang harus diteliti lebih lanjut hubungan
antara mikrokosmos dan makrokosos ini, apabila ditinjau dari hubungan
dengan masa sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian manusia dalam prespektif islam?
2. Bagaimana pengertian alam semesta?
3. Apa yang dimaksud dengan microcosmos dan macrocosmos
4. Bagaimana hubungan antara manusia dengan microcosmos?
5. Bagaimana hubungan antara alam semesta dengan macrocosmos?

iv
C. Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1. Dapat menjelaskan pengertian manusia dalam prespektif islam
2. Dapat menjelaskan pengertian alam semesta
Dapat menjelaskan yang dimaksud dengan microcosmos dan macrocosmos
3. Dapat menjelaskan hubungan antara manusia dengan microcosmos
4. Dapat menjelaskan hubungan antara alam semesta dengan macrocosmos?

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan istimewa di antara
seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Manusia diberikan akal,
kecerdasan, dan kemampuan untuk beribadah kepada Allah SWT serta
menguasai dan memanfaatkan alam semesta. Dalam Al-Quran, Allah SWT
berfirman bahwa manusia diciptakan dengan bentuk yang paling baik (Q.S.
At-Tin: 4) dan diberikan kepercayaan untuk menjadi khalifah di bumi (Q.S.
Al-Baqarah: 30). Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab moral
untuk menjaga dan memelihara bumi serta makhluk-makhluk di dalamnya.
Islam mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki hak-hak yang sama
di hadapan Allah SWT dan tidak ada diskriminasi berdasarkan ras, warna
kulit, atau latar belakang budaya. Selain itu, Islam juga menekankan
pentingnya keadilan dan keseimbangan dalam hubungan sosial antar-manusia
serta perlunya menghormati hak-hak orang lain.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Manusia diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah, lalu
menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang
paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu,
manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT
(Syahidin, 2009 : 23).
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-
tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat
di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan
perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan
kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan
semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari
Allah SWT (Hasan Langgulung, 2004 :4).

vi
B. Alam Semesta
Alam semesta adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
seluruh ruang, waktu, materi, dan energi yang ada. Ini mencakup segala
sesuatu yang dapat diamati, baik dalam bentuk benda langit seperti bintang,
planet, dan galaksi, maupun dalam bentuk partikel subatomik yang
membentuk materi.
Dalam pandangan ilmiah, alam semesta dianggap sebagai sistem yang
terorganisir, diatur oleh hukum-hukum fisika, dan terus berkembang sejak Big
Bang. Alam semesta terdiri dari berbagai galaksi yang terikat oleh gravitasi,
dan setiap galaksi memiliki sistem bintang, termasuk matahari kita sendiri di
dalam Galaksi Bima Sakti.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak
dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan
yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua
kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang
ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan
sistem yang unik dan misterius.
Dalam pandangan agama, termasuk Islam, alam semesta dipandang
sebagai hasil ciptaan Allah SWT. Al-Quran secara berulang-ulang
menyebutkan tanda-tanda kebesaran Allah dalam alam semesta, baik itu dalam
bentuk penciptaan langit, bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, dan
makhluk-makhluk hidup. Islam mengajarkan pentingnya manusia untuk
menghormati, menjaga, dan memanfaatkan alam semesta dengan bijaksana
sesuai dengan kehendak Allah.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. Bumi
sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan

vii
menurunkan air dari langit. “Dan Allah menurunkan dari langit air dan
dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.” (QS`An Nahl ; 65).

C. Microcosmos dan Makrokosmos


Microcosmos mengacu pada ide bahwa segala sesuatu di alam
semesta, termasuk manusia, mencerminkan atau mencerminkan struktur dan
prinsip yang sama seperti alam semesta secara keseluruhan. Dalam konteks
manusia, microcosmos merujuk pada gagasan bahwa manusia adalah
semacam "alam semesta kecil" yang mencerminkan tata cara dan keberadaan
alam semesta yang lebih besar. Misalnya, dalam tradisi filsafat Yunani kuno,
dikatakan bahwa manusia merupakan mikrokosmos yang mencerminkan
struktur kosmos yang lebih besar.
Macrocosmos, di sisi lain, merujuk pada alam semesta secara
keseluruhan, yang terdiri dari benda-benda langit, galaksi, dan segala sesuatu
yang ada di dalamnya. Ini adalah pandangan tentang alam semesta dalam
skala yang luas dan menyeluruh. Robert Hooke ilmuan Inggris pada tahun
1665, ia menemukan sel yang dilihatnya menggunakan mikroskop sederhana
ia melihat gabus yang terdiri dari struktur gelembung yang berongga
berbentuk lebah. Gelembung yang berongga tersebut dinamakan sel. Sel
merupakan bahan atau inti kehidupan yang kemudian diketahui melalui
mikroskop modern.
Frederich Miescher pada tahun 1869 seorang ahli beokimia telah
berhasil meneliti zat dari inti sel yang sekrang sudah berhasil misahkannya,
dan sudah diberi nama asam dioksiribonukleat atau biasa disebut dengan
DNA. DNA ini sudah menjadi mata rantai antara zat bernyawa dan tidak
bernyawa.
Pada tahun 1950 seorang ahli biofisika, Mourice Wilkins, berkat
bantuan kristolografi sinar x, wilknes telah berhasil meneliti sebuah rahasia
yang menyangkut sebuah kehidupan yang berkembang dan berusaha juga
untuk menyingkap struktur DNA.
Al-Qur‟an berulang kali menegaskan bahwa segala sesuatu adalah
tanda-tanda (al-āyah) Allah dalam artian bahwa segala sesuatu
menggambarkan hakekat dan realitas Allah.6 Akibatnya, banyak pemikir

viii
Muslim, khususnya para ahli kosmologi, melihat segala sesuatu di alam
semesta sebagai refleksi dari nama-nama dan sifat-sifat Ilahi. Nama-nama dan
sifat-sifat ini menggambarkan berbagai kualitas, seperti keagungan,
keindahan, kehidupan, pengetahuan, dan seterusnya. Oleh karena itu, dimensi
kualitatif segala sesuatu menjadi sangat menarik perhatian. Prinsip segala
sesuatu selain Allah adalah tanda-tanda Allah, sebagaimana diungkapkan oleh
al-Qur‟an. Diungkapkan pula dengan cara lain dalam sebuah hadis Qudsi yang
sangat populer di kalangan sufi dan dijadikan basis konseptualnya dalam
memandang hubungan-hubungan kosmologis. Hadis Qudsi itu berbunyi: Aku
pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal,
maka Kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal padaku.
Hadis tersebut jelas menunjukkan bahwa dunia, atau alam semesta,
atau ciptaan (makhluk) merupakan lokus di mana khazanah tersembunyi
diketahui oleh makhluk. Sebaliknya, ciptaan-ciptaan Allah atau alam semesta
itulah yang memberitahukan adanya khazanah tersembunyi, yaitu Allah.
Proses pengenalan diri Allah kepada makhluk dan melalui makhluk ini
disebut-sebut oleh banyak ahli kosmologi Islam dengan istilah al-zahir
(manifestasi) dan tajallī (pengungkapan diri) Allah, sekaligus untuk
menjelaskan hubungan alam semesta dengan Allah.
Manusia telah berusaha mengenal alam semesta dengan baik karna
berkembangnya astronomi , usaha yang dapat dilihat antara lain yaitu :
 Tentang kehidupan makhluk bumi yaitu telah berhasil memberi nama
benda angkasa, dan menghormatinya. seperti, cahaya dan tenaga
pemberian dari dewa matahari, dan dewi venus merupaan dewi
kecantikan.
 Para manusia dapat mengetahui gerak gerik langit, dan Telah
memperhatikan letak bintang, berubahnya tempat bulan dan matahari,
para petani, pengembala dan nelayan dapat menentukan musimnya
masing masing.
 Bumi merupakan sebuah planet yang sangat kecil diantara planet planet
yang ada disekitar, menurut seorang ahli mekanik dan dinamika
Gallileo (1564-1642) juga mengatakan bahwa ia hanya bisa melihat

ix
planet yupiter dikelilingi empat bulan, sedangkan bumi hanya memiliki
satu bulan dan hanya bisa dilihat menggunakan teleskop.
 Keppler (1571-1830) telah memperkuat ajaran heliocentris dengan
mengemukakan hukum keppler.

Hukum Keppler:
a. Matahari termasuk elips yang telah dikelilingi oleh orbit planet dan
didalamnya sebagian dari pusat orbit.
b. Matahari semakin jauh dari planet semakin lambat pula orbitnya.
c. Dua tempuh planet sama dengan pangkat tiga jarak planet ke
matahari.
 Hukum keppler telah dikembangkan oleh Isaac Newton dan
didevinisikan bahwa ada dua gaya yang telah bekerja dalam
planet ketika mengelilingi matahari,yaitu inersi dan gaya
gravitasi, dengan dilandasi hukum gravitasi semesta.
 Timbul hukum cahaya, gelombang elektro, fisika atom dan
kimia karna telah terdorong oleh masalah astronomi.

D. Hubungan Manusia Sebagai Microcosmos


Dalam konteks hubungan antar manusia sebagai microcosmos, konsep
tersebut menunjukkan bahwa hubungan antar individu mencerminkan atau
mencerminkan prinsip-prinsip yang sama seperti yang ada dalam alam
semesta secara keseluruhan. Dengan kata lain, cara manusia berinteraksi satu
sama lain mencerminkan dinamika yang ada dalam alam semesta yang lebih
luas.
Dalam pandangan ini, setiap individu dianggap sebagai "alam semesta
kecil" yang memiliki hubungan dengan individu lainnya dan dengan
keberadaan yang lebih besar. Dalam hubungan antar manusia, terdapat pola-
pola, tata cara, dan prinsip-prinsip yang mencerminkan tata cara dan prinsip-
prinsip yang ditemukan dalam alam semesta.
Misalnya, dalam filsafat dan spiritualitas, terdapat konsep saling
ketergantungan dan saling pengaruh antara individu. Seperti halnya dalam
alam semesta, di mana setiap bagian memiliki peran dan kepentingan yang

x
penting dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan keseluruhan, begitu
juga dalam hubungan antar manusia. Tindakan satu individu dapat memiliki
dampak yang signifikan pada individu lainnya dan pada masyarakat secara
keseluruhan.
Selain itu, dalam hubungan antar manusia sebagai microcosmos, juga
terdapat prinsip-prinsip seperti empati, kasih sayang, saling pengertian, dan
saling menghormati. Hal ini menggarisbawahi pentingnya memperlakukan
orang lain dengan baik dan menjalin hubungan yang positif dan bermakna.
Konsep ini menekankan bahwa cara kita berinteraksi dengan orang lain
mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang lebih besar dalam alam
semesta.
Dalam Islam, konsep ini juga dapat dilihat dalam ajaran bahwa semua
manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, sehingga memiliki persaudaraan
manusia yang mendasar. Islam menekankan pentingnya menciptakan
hubungan sosial yang baik, saling membantu, dan saling menghormati di
antara sesama manusia. Konsep ini mengingatkan kita untuk memperlakukan
orang lain dengan adil, menghormati hak-hak mereka, dan berupaya
menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh kasih sayang dalam
masyarakat.
Dalam kesimpulannya, konsep hubungan antar manusia sebagai
microcosmos menunjukkan bahwa hubungan antar individu mencerminkan
prinsip-prinsip yang sama seperti dalam alam semesta secara keseluruhan. Hal
ini mengajarkan pentingnya saling ketergantungan, empati, pengertian, dan
kasih sayang dalam interaksi manusia dengan sesama.

E. Hubungan Alam Semesta Sebagai Macrocosmos


Hubungan antara alam semesta sebagai macrocosmos mencerminkan
pemahaman bahwa manusia dan seluruh keberadaan di dalamnya merupakan
bagian yang terkait erat dengan alam semesta yang lebih besar. Alam semesta
dilihat sebagai entitas yang meliputi segala sesuatu yang ada, termasuk benda-
benda langit, galaksi, dan segala aspek materi dan energi.

xi
Dalam pandangan ini, manusia dianggap sebagai bagian integral dari
alam semesta yang lebih besar. Kehidupan kita, planet Bumi, dan sistem tata
surya kita hanya merupakan sebagian kecil dari alam semesta yang lebih luas.
Alam semesta memiliki hukum-hukum fisika, prinsip-prinsip yang mengatur
pergerakan benda langit, evolusi bintang, pembentukan planet, dan berbagai
fenomena yang terjadi di dalamnya. Manusia, dalam kapasitasnya yang
terbatas, berusaha memahami dan menjelajahi alam semesta. Ilmu
pengetahuan dan astronomi adalah upaya manusia untuk memahami struktur,
evolusi, dan hukum-hukum yang mengatur alam semesta. Dalam pandangan
ini, manusia adalah pengamat yang mencoba memahami keberadaannya dalam
konteks yang lebih besar.
Dalam pandangan agama, termasuk dalam Islam, alam semesta dilihat
sebagai ciptaan Allah SWT. Al-Quran secara berulang kali menyebutkan
tanda-tanda kebesaran Allah dalam alam semesta, dan manusia diajak untuk
merenungkan dan menghormati penciptaan-Nya. Manusia dianggap sebagai
khalifah atau wakil Allah di bumi, yang diberi tanggung jawab untuk menjaga
dan memanfaatkan alam semesta dengan bijaksana.
Pemahaman tentang alam semesta sebagai macrocosmos juga dapat
menginspirasi rasa kagum, kerendahan hati, dan rasa takjub terhadap
keajaiban dan keagungan alam semesta yang melampaui pemahaman kita.
Alam semesta yang luas dan kompleks ini mengingatkan kita akan kebesaran
Allah dan menunjukkan kepada kita kerendahan diri dan rasa hormat terhadap
penciptaannya.
Dalam pandangan agama, termasuk dalam Islam, alam semesta dilihat
sebagai ciptaan Allah SWT. Al-Quran secara berulang kali menyebutkan
tanda-tanda kebesaran Allah dalam alam semesta, dan manusia diajak untuk
merenungkan dan menghormati penciptaan-Nya. Manusia dianggap sebagai
khalifah atau wakil Allah di bumi, yang diberi tanggung jawab untuk menjaga
dan memanfaatkan alam semesta dengan bijaksana.
Secara keseluruhan, hubungan antara alam semesta sebagai
macrocosmos menekankan bahwa manusia adalah bagian yang terkait erat
dengan alam semesta yang lebih besar. Hal ini menginspirasi pemahaman,

xii
keterkaitan, rasa kagum, dan tanggung jawab kita terhadap alam semesta dan
penciptanya. alam pandangan ini, manusia adalah pengamat yang mencoba
memahami keberadaannya dalam konteks yang lebih besar.

xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Manusia diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah, lalu
menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang
paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. hubungan antar
manusia sebagai microcosmos menunjukkan bahwa hubungan antar individu
mencerminkan prinsip-prinsip yang sama seperti dalam alam semesta secara
keseluruhan. Hal ini mengajarkan pentingnya saling ketergantungan, empati,
pengertian, dan kasih sayang dalam interaksi manusia dengan sesama.
Alam semesta adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
seluruh ruang, waktu, materi, dan energi yang ada. Ini mencakup segala
sesuatu yang dapat diamati, baik dalam bentuk benda langit seperti bintang.
Hubungan antara alam semesta sebagai macrocosmos mencerminkan
pemahaman bahwa manusia dan seluruh keberadaan di dalamnya merupakan
bagian yang terkait erat dengan alam semesta yang lebih besar.

B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca dan rekan-rekan mahasiswa agar pembaca dapat yang
benar tersebut lebih baik dan menggunakan aturan dalam penulisan makalah,
maka dari kami mengahrapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian.

xiv
DAFTAR PUSTAKA
Arrazaq, Abdul.2020.Alam Semesta Menurut Pandangan Islam. Binus
University : Jakarta

Jamarudin, A. (2010). Konsep Alam Semesta Menurut Al-quran.


Rosyadi, I. (n.d.). Awal KejadianAlam Semesta. Telaah Melalui Penelusuran
Kata-kata Kunci) , 98.
Rudolf Allers, “Microcosmos: from Anaximandros to Paracelus,” Traditio,
Shahrastani, al-Milal wa al-Nihal, ed. ‘Abd al-‘Aziz Muhammad, vol. 3 (Cairo,
1968)
Ulhkusna, N. (2013). Konsep Penciptaan Alam Semesta.

xv

Anda mungkin juga menyukai