Anda di halaman 1dari 25

KOSMOLOGI ISLAM

Untuk memenuhi tugas Mata kuliah

FILSAFAT ISLAM

Dosen Pembimbing:

Dwi fitriwiyono S.Pd.I.,M,Pd

Disusun oleh:

1. Dewi roikhatul janah (21801011110)


2. Muhammad miftahul maulana (21801011118)
3. Sri Murni Indriani (21801011202)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Bismillah hirrahmanirrahim....
Syukur alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
telah mensyariatkan hukum islam kepada para umat manusia. Shalawat serta salam,
semoga tetap tercurahkan kepada Uswatun Hasanah baginda Muhammad SAW.
Yang merupakan sebagai pembawa syariat islam, untuk diimani, dipelajari,
dipahami, dan dihayati, serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari
sebagai hamba Allah SWT.

Berkat rahmat, hidayah, serta inayah Allah Swt. Yang telah memberikan
anugerah, kesempatan dan pemikiran kepada kami, sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah dengan Matakuliah filsafat islam tentang: ” kosmologi
islam”.

Dalam hal ini, kami menyadari ketidak sempurnaan Makalah ini, baik dalam
bentuk empiris maupun teoritisinya, oleh sebab itu, saya mengharapkan ada kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikkan makalah ini. Selanjutnya, kami terima
dengan senang hati. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
dalam upaya pembangunan ilmu pendidikan dan menumbuhkan karakteristik
khususnya bagi generasi muda, agar kelak menjadi generasi yang beriman,
bertakwa berilmu, dan berkarakter yang baik, dan memberikan manfaat bagi
agama, masyarakat, bangsa dan Negara. Aamiin.............

Malang, 1 Desember 2019

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... I


DAFTAR ISI.........................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Pengertian kosmologi Islam ..................................................................................... 3
B. Hakikat Alam Semesta ............................................................................................. 4
C. Tentang Penciptaan Alam ........................................................................................ 7
D. Mekanisme Alam .................................................................................................... 12
E. Ruang ....................................................................................................................... 15
F. Waktu ....................................................................................................................... 16
G. Gerakan .................................................................................................................... 17
BAB III ............................................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dan


menyadarkan orang untuk berpikir secara rasional dan mencoba membuktikan
fenomena ataupun teori yang ada untuk kemudian di buktikan secara ilmiah.
Berkaitan dengan hal ini fenomena alam semesta telah menjadi kajian bagi banyak
orang. Sehingga lahirlah kosmologi, yaitu salah satu bidang ilmu yang berkaitan
dengan alam semesta, seperti bagaimana alam ini terbentuk, komposisi apa yang
membentuk alam ini, tentang langit dan bumi, dan lain sebagainya.

Kosmologi dengan berdasar perpektif Al Qur’an akan sangat menarik


dibahas, bagaimana Al Qur’an membantu sains, karena Al Qur’an merupakan
literatur paling utama. Sebagai muslim tentu percaya Al Quran mutlak
kebenarannya, walau mungkin kemampuan kita belum cukup memahami
maknanya. Sementara kebenaran sains itu relatif, sebuah teori (dalam sains)
dianggap benar selama tidak ada teori yang membuktikan itu salah. Teori yang
dianggap benar sekarang bisa jadi usang 100 tahun lagi. Pemaparan literatur sains
yang dilakukan adalah sejauh pemahaman sains itu sendiri dan teknologi yang
menyertainya. Pengamatan kita tentang alam semesta ini dalam rangka
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Yakni dengan
menyaksikan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya melalui ayat –ayat
kauniyah-Nya yang terhampar luas di alam semesta.

Tidak ada cabang dari sains yang memiliki hubungan secara langsung
dengan kepercayaan agama selain kosmologi—ilmu yang berhubungan dengan
asal-usul dan pengembangan alam semesta. Namun, adanya hubungan langsung
itu sendiri masih membingungkan. Apa yang dimaksud dengan kosmologi pada
saat ini seluruhnya berbeda dengan yang dimaksud pada abad kedelapan.

Kosmologi, tentu saja mengalami perkembangan secara filosofi selama


periode Yunani, tradisi ilmiah Islam, dan bahkan sampai sekarang. Banyak data

1
eksperimental telah ditemukan yang menjadi fondasi langsung pada pertanyaan
tentang asal-usul kosmos, utamanya secara teoritis.\

Dalam perspektif Al-Quran tentang penciptaan alam fisik dapat diringkas


sebagai berikut: alam semesta diciptakan Tuhan untuk suatu tujuan. Setelah
menciptakan alam semesta dan semua yang terkandung di dalamnya, Tuhan tidak
meninggalkannya, karena kenyataannya seluruh ciptaan selalu membutuhkan
Tuhan, tanpa cinta-Nya kosmos tidak bisa eksis. Pada saat sebelum mewujudnya
suatu momen, kepastian pengetahuan tetap berada pada Tuhan. Segala sesuatu
yang ada di dunia akan binasa. Hal ini akan diikuti dengan kebangkitan dan
kehidupan jenis baru di bawah seperangkat hukum yang sama sekali baru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kosmologi?
2. Apa hakikat alam semesta?
3. Bagaimana dengan penciptaan alam?
4. Apa yang dimaksud dengan mekanisme alam?
5. Apa hakikat dari ruang?
6. Apa hakikat dari waktu?
7. Apa hakikat dari gerakan?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian kosmologi
2. Mengetahui dan memahami hakikat alam semesta
3. Mengetahui dan memahami penciptaan alam
4. Mengetahui dan memahami mekanisme alam
5. Mengetahui dan memahami hakikat ruang
6. Mengetahui dan memahami hakikat waktu
7. Mengetahui dan memahami hakikat gerakan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kosmologi Islam

Kosmologi adalah cabang ilmu yang berusaha mencari dan membahas


hakikat alam semesta, menyingkap tentang eksistensialnya yang tersembunyi
dibalik penampakan fisiknya. Yang mana artinya adalah, membahas apa hakikat
yang dilihat dari lingkungan alam besar yang hidup disekitarnya, seperti air.
Bukan air dalam lautan atau air minum digelas, bukan air sebagai bagian fisika
dalam pengertian ilmu, yaitu ilmu fisika atau ilmu alam yang mengatakan bahwa
air adalah H20. Oleh karena itu, maka kosmologi akan membahas secara
kefilsafatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ekstensi ilahi dalam
penampakan macro-cosmos dalam pengalaman kehidupan disekitar manusia.
Seperti konsep tentang ruang, bukan ruang pertemuan untuk seminar, waktu tetapi
bukan detik, hari dan tahun, gerak tetapi bukan gerakan mata berkedip, dan
apakah hakikat semuanya itu, karena ruang pertemuan untuk seminar hanyalah
bagian saja dari ruang semesta, hitungan detik, hari dan tahun yang juga hanya
bagian dari waktu semesta, demikian juga halnya gerakan kedipan mata.

Pertanyaan mengenai eksistensi ilahi pada penampakan alam semesta,


yang ada di sekitar kehidupan manusia, mungkin akan menjadi pertanyaan
pertama yang diajukannya. Karena secara individualitas, ia lahir dan berada dalam
lingkungan penampakan alam yang sudah ada terlebih dahulu. Kemampuan
bertanya pertama kali adalah bertanya tentang lingkungan penampakan alam yang
sudah ada terlebih dahulu. Kemampuan bertanya pertama kali adalah bertanya
tentang lingkungan empirik yang dilihat, didengar, dirasa dan dibaui disekitarnya.

Dunia konsep pada dasarnya adalah dunia ide, yang bagi plato adalah
kenyataan yang sesungguhnya. Sedangkan satuan kenyataan yang dilihat,
ditangkap, dan ditimbang adalah kenyataan yang semu saja karena turunan dan
tiruan dari dunia ide. Karena itulah maka manusia dapat mengenalinya, karena ia
diingatkan oleh kenyataan pada dunia idenya. Tanpa adanya kenyataan dalam
dunia ide sebelumnya, manusia tidak dapat mengenalinya, dan karenanya

3
dianggap tidak ada. Sebaliknya bagi aristoteles, kenyataan sesungguhnya adalah
satuan-satuan empirik yang dapat dilihat, ditangkap, dan ditimbang, yaitu
kenyataan bentuk. Sedangkan kenyataan yang lainnya adalah kenyataan benda.
Hakikat kenyataan tidak ada pada bendanya tetapi pada bentuknya, yang sudah
ada terlebih dahulu pada konsep bentuk, adanya satuan kenyataan-kenyataan
bentuk itulah yang memberikan makna dalam kehidupan di sekitarnya, seperti
batu sebagai benda tidak ada artinya bagi manusia, kecuali setelah ia menjadi
bangunan atau alat para demonstran untuk melawan dan melempari polisi huru-
hara.

Kenyataan alam semesta pada hakikatnya adalah kenyataan yang dibangun


dari kenyataan-kenyataan besar, macro-cosmos. Kenyataan besar itu sebagai
keseluruhan pada dasarnya sangat ghaib, metafisik, bersifat abstrak, yang pada
hakikatnya tersusun dari satuan kenyataan-kenyataan yang kecil yang dapat
dilihat, ditangkap serta ditimbang. Tetapi yang abstrak itu tidak berarti tidak ada,
karena bangunan dan dasar bangunannya memang berasal dari kenyataan ada dan
yang ada pada kenyataan kenyataan satuan kecil yang secara empirik dapat
dilihat, ditangkap dan ditimbang.

Dalam tahap ini, sesungguhnya ada dua kenyataan; yang pertama adalah
kenyataan yang besar, keseluruhan yang abstrak, metafisik, gaib, yang hanya
dimengerti melalui konsep dan kedua adalah kenyataan kecil, satuan empirik yang
dilihat, ditangkap dan ditimbng oleh peralatan indera fisik.

Dengan demikian, pembahasan kosmologi memperoleh posisi pengertian


yang lebih jelas, yang pada dasarnya mencoba membahas hakikat alam semesta
sebagai eksistensi ilahi, tentang kenyataan alam besar, suatu wujud keseluruhan
jenis, yang bersifat abstrak, yang dapat ditangkap dan dimengerti melalui konsep
filsafat.

B. Hakikat Alam Semesta

Dalam konsep fisafat islam, alam semesta adalah wujud atau ekstensi
tuhan dalam kehidupan ini. ia mencerminkan tanda-tanda kebesaran tuhan
ataupun ayat ayat-Nya. Alam semesta tidak bisa dilihat dengan mata kepala

4
manusia, karena penglihatan manuasia sangat terbatas, meskipun menggunakan
remote sensing sekalipun. Alam semesta tidak bisa ditimbang, karena tidak ada
timbangan yang memuatnya. Alam semesta tidak bisa ditangkap, karena tangan
manusia hanya sebagiannya, apalagi menangkap alam semesta, dimana manusia
sebagai keseluruhan alam besar, hanya bagian saja dari alam semesta.

Alam semesta sebagai ekstensi tuhan dalam kehidupa manusia ini,


meliputi langit, bumi, gunung, samudra dan lain sebagainya. Akan tetapi alam
semesta bukan hanya sekedar langit, bumi, gunung, samudra dan lain sebagainya.
Alam semesta sebagai ekstensi tuhan tidak diciptakan, yang diciptakan adalah
langit, bumi, gunung, samudra, dan lain sebagainya. Sebagai ciptaan maka langit,
bumi dan seisinya diciptakan melalui proses hukum penciptaan yang fundamental,
yaitu melalui proses yang mensyaratkan adanya pencipta, waktu, bahan, tujuan,
ukuran serta didalamnya ada mekanisme hukum yang bekerja otomatis yang
secara internal mengatur kehidupannya.

Alam sebagai ekstetensi tuhan tidak terbatas, yang terbatas adalah wujud-
wujud keseluruhan sejenis dari bagian alam langit, bumi, samudra dan gunung
serta manusia. Oleh karena itu wujud-wujud keseluruhan sejenis ini akan rusak,
bersifat sementara, berubah bahkan mati. Alam semesta sebagai ekstensi tuhan
hanya bisa dipahami melalui kemampuan intelek dalam dimensi spiritualisasinya,
yang dapat memahami tanda-tanda tuhan atau ayat-ayat tuhan yang terkandung
atau tersembunyi dalam semua wujud keseluruhan sejenis, yaitu langit, bumi, air,
udara, bahkan yang tersirat dalam firman-firman-Nya yang tertulis dalam kitab-
kitab suci.

Dalam perbincangan filsafat, terdapat perdebatan pendapat tentang


penciptaan alam semesta. Satu sisi pendapat yang menyatakan bahwa alam
semesta diciptakan, sedangkan pendapat yang lainnya adalah menyatakan alam
semesta tidak di ciptakan. Ibaratnya cahaya matahari, dimana matahari tidak
pernah menciptakan cahayanya. Jika alam semesta diciptakan bagimana proses
penciptaan itu terjadi, apakah tuhan sebagai penciptaanya, terikat oleh syarat-
syarat dalam hukum penciptaan, dan jika tuhan terikat oleh hukum-hukum
penciptaan, maka keterikatan ini tentu bertentangan dengan kekuasaan tuhan

5
sendiri. Bagaimana tuhan itu maha kuasa terikat dan tergantung pada hukum-
hukum penciptaan. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa ciptaan itu tidak
terikat pada hukum-hukum penciptaan. Dengan kata lain alam semesta tidak
diciptakan kejadiannya dimungkinkan melalui proses emanasi atau al-fadl atau
pancaran.

Pada dasarnya, persoalan pokoknya adalah pada apakah hakikat alam


semesta itu. Kalau alam semesta itu dipahami sebagai wujud-wujud keseluruhan
sejenis, seperti langit, bumi, air, udara dan bahkan manusia, maka semua itu
memang diciptakan. tuhan sendiri menjelaskan proses penciptaan itu. Akan tetapi
jika alam semesta dilihat dari kesemestaan dan keseluruhan sejenis, yang tidak
terbatas, gaib, abadi, maka alam semesta pada hakikatnya adalah ekstensi diri
tuhan sendiri, dan itu tidak di ciptakan, karena bagaiamana dia menciptakan Diri-
Nya?

Jika direnungkan sevara lebih mendalam, memang sesungguhnya dilihat


dari eksistensinya, ada tingkatan-tingkatan wujud yang bersifat struktural dan
hierarkis, yaitu wujud tertinggi adalah ekstensi diri tuhan sendiri. Ekstensi yang
menjadi awal dan akhir segala yang ada. Kemudian alam semesta sebagai wujud
eksistensi-Nya, yang metafisik, gaib, dan tak terbatas. Kemudian alam besar yang
menjadi kumpulan sejenis, yang abstrak yang dapat ditangkap melalui konsep,
sifatnya tebatas dan dapat dilihat terutapa pada satuan jenisnya, seperti manusia,
bumi, langit, air, udara, binatang, tetumbuhan. Kemudian alam kecil yang menjadi
satuan-satuan terkecil dari jenis yang faktual, yang nyata secara fisik. Seperti
manusia yang bernama si fulan, satu-satunya nama orang yang tinggal dijalan beo
Yogyakarta, atau ayam buras satu-satunya yang dimiliki si fulan itu. Kemudian
dibawahnya lagi alam budaya yang berdimensi fisik, dan kemudian dan kemudian
wayang kulit seperti wayang werkudara satu-satunya yang dibuat oleh si fulan itu,
yang kongkret dan bersifat sepenuhnya materi. Susunan hierarkis itu dapat
digambarkan sebagai berikut ini:

1. Tuhan
2. Ekstensi Tuhan, pencipta pertama: Alam Semesta
3. Alam Besar: kumpulan jenis: Air, udara, bumi, langit, manusia

6
4. Alam Kecil: satuan jenis: si Fulan, Udara panas, bumi tandus:satu-satunya
5. Eksistensi manusia,pencipta kedua: alam kreatif spiritualitas Nafs
6. Alam budaya besar: kumpulan jenis kebudayaan: ilmu, kesenian, teknologi
7. Alam budaya kecil: matematika, wayang kulit, komputer: satu-satunya

Al Qur’an sendiri menjelaskan bahwa Tuhan-lah yang maha tertinggi, seperti


yang diterangkang al Qur’an surat al-A’la 87:1-2:

‫اس َم َربِّكَ ۡاۡلَ ۡعلَى‬


ۡ ِّ‫سبِّح‬
َ

1. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha tinggi.

ۡ ‫الَّذ‬
َ َ‫ِّى َخلَقَ ف‬
‫س ّٰوى‬

2. Yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya).

Sedangkan bentuk tertinggi adalah satuan alam kecil yang bersifat keduniaan
yaitu produk budaya yang sifatnya jangka pendek, berubah, sangat terbtas, bahkan
seringkali menyesatkan. Pada umumnya berkaitan dengan alam budaya besar dan
alam budaya kecil, seperti ladan pertanian atau agrobisnis, kekayaan, perhiasaan
dan bentuk-bentuk kesenangan semu lainnya. Al-Qur’an srah al- Hadid (57:20)
mengatakan:

‫ا ْعلَ ُموا أَنَّ َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْنيَا لَعِّبٌ َولَ ْه ٌو َو ِّزينَةٌ َوتَفَا ُخ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوت َ َكاث ُ ٌر فِّي ْاْل َ ْم َوا ِّل َو ْاْل َ ْو َۡل ِّد ۖ َك َمث َ ِّل‬
ٌ‫شدِّيد‬ َ ٌ‫عذَاب‬ َ ِّ‫طا ًما ۖ َوفِّي ْاْل ِّخ َرة‬ َ ‫ون ُح‬ ُ ‫صفَ ًّرا ث ُ َّم يَ ُك‬ َ َّ‫ب ْال ُكف‬
ْ ‫ار نَبَاتُهُ ث ُ َّم يَ ِّهي ُج فَت ََراهُ ُم‬ َ ‫غيْث أ َ ْع َج‬ َ
ِّ ‫ع ْالغُ ُر‬
‫ور‬ ُ ‫ان ۖ َو َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْنيَا إِّ َّۡل َمت َا‬ َّ َ‫َو َم ْغ ِّف َرة ٌ ِّمن‬
ٌ ‫ّللاِّ َو ِّرض َْو‬

Artinya:

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan


suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

C. Tentang Penciptaan Alam

7
Dalam kosep filsafat islam, sesungguhnya dalam kehidupan ini hanya ada
dua pencipta, sebagai aktualisasi nafs keakuan, yaitu penciptaan mutlak,
penciptaan pertama yang tak terbatas dan penciptaan relatif dan juga penciptaan
kedua yang terbatas. Penciptaan mutlak sebagai ekstensi nafs, keakuan mutlak,
dan penciptaan relatif sebagai eksistensi nafs, keakuan mutlak, dan pencipta relatif
sebagai eksistensi nafs tuhan dan eksistensi nafs manusia.

Oleh karena itu, proses penciptaan pada hakikatnya hanya terjadi pada
alam hierarkis 3 samapi ke-6, di mana pada alam hierarkis 3 diciptakan oleh tuhan
sendiri, sedangkan alam hierarkis 4 tercipta oleh mekanisme hukum alam besar,
hierarkis 6 dan 7 ditentukan oleh kapasitas konseptual manusia. Proses-proses
penciptaan tersebut diatas, terikat oleh hukum-hukum penciptaan yang
mensyaratkan adanya beberapa faktor, yaitu pencipta, bahan waktu, model,
metode, proses, dan tujuan.

Adapun pendekatan untuk mencari jawaban tentang persoaan penciptaann


pada alam hierarkis 3 dan 4 ini yang paling tepat adalah melalui pendekatan
perenungan dan pemahaman terhadap firman-firman tuhan yang menyatakan
tentang penciptaan itu. Firman-firman yang dihimpun hanya dalam kitab suci,
yang dalam pembahasan ini adalah kitab suci Al-Qur’an. Kajian ilmiah untuk
mengetahui bagaimana tuhan menciptakan alam hierarkis 3 dan 4 adalah kurang
memadai, karena ada aspek yang berkaitan dengan eksistensi tuhan. Sedangkan
kajian ilmiah itu dilakukan hanya untuk mencari tahu bagaimana penciptaan alam
hierarkis 6 dan 7 karena penciptaan alam hierarkis ini sepenuhnya ditentukan oleh
kemampuan konseptual manusia.

Mengenai penciptaan keseluruhan sejenis, yaitu langit dan bumi serta apa
yang ada diantara keduanya, al-Qur’an surat as-Sajadah (32:4) mengatakan:

‫علَى ْال َع ْر ِّش ۖ َما لَ ُك ْم‬


َ ‫ض َو َما َب ْينَ ُه َما فِّي ِّست َّ ِّة أَيَّام ث ُ َّم ا ْست ََو ٰى‬
َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫ّللاُ الَّذِّي َخ َلقَ ال‬
ِّ ‫س َما َوا‬ َّ
َ‫ش ِّفيع ۖ أَفَ َل تَتَذَ َّك ُرون‬َ ‫ِّم ْن دُونِّ ِّه ِّم ْن َو ِّلي َو َۡل‬

Artinya:

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada

8
bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran ?

Jika langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya diciptakan
tuhan dalam enam hari, maka untuk bumi saja diciptakan dalam dua hari, al-
qur’an surat Fushilat (41:9) mengatakan:

َ‫ض فِّي يَ ْو َمي ِّْن َوتَجْ عَلُونَ لَهُ أ َ ْندَادًا ۖ ٰذَلِّكَ َربُّ ْالعَالَ ِّمين‬
َ ‫قُ ْل أَئِّنَّ ُك ْم لَت َ ْكفُ ُرونَ بِّالَّذِّي َخلَقَ ْاْل َ ْر‬

Artinya:

Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi


dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam"

Demikian juga untuk langit yang berjumlah tujuh tingkat diciptakan oleh allah
tuhan dalam dua hari, seperti yang ditegaskan oleh al-Qur’an surah Fushilat
(41:12) yang mengatakan:

‫فقضاهن سبع سماوات في يومين وأوحى في كل سماء أمرها وزينا السماء الدنيا بمصابيح‬
‫وحفظا ذلك تقدير العزيز العليم‬

Artinya:

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
Setiap-Setiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-
bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan senang-senang.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Akan tetapi hari (yaum) yang dipakai untuk penciptaan langit dan itu tidak 24
jam, dan ukurannya seribu tahun menurut perhitungan tahun manusia. Al-Qur’an
surat as-Sajadah (32;5) mengatakan:

ِّ ‫اء إِّلَى ْاْل َ ْر‬


ُ َ‫ض ث ُ َّم يَ ْع ُر ُج إِّلَ ْي ِّه فِّي يَ ْوم َكانَ ِّم ْقد‬
َ ُ‫اره‬ َّ ‫يُدَبِّ ُر ْاْل َ ْم َر ِّمنَ ال‬
ِّ ‫س َم‬

Artinya:

Dia bertanggung jawab dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik ke-Nya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

9
Adapun mengenai bahan yang dipakai dalam menciptakan langit, dimungkinkan
dari asap, seperti dijelaskan al-Qur’an surat fushilat (41:11):

َ ‫َان فَقَا َل لَ َها َو ِّل ََل َ ْر‬


‫ض‬ ٌ ‫ِّي دُخ‬
َ ‫اء َوه‬ َّ ‫ث ُ َّم ا ْست ََو ٰى ِّإلَى ال‬
ِّ ‫س َم‬

Artinya:

Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata tentang dan di bumi: "Datanglah kamu sesuai dengan permintaan-Ku
dengan suka hati atau gunakan". Ketika menjawab: "Kami datang dengan suka
hati"

Adapun tentang kehidupan atau daya hidup itu diciptakan tuhan dari air
tumbuhan, binatang dan manusia mendapatkan kehidupan untuk tumbuh dan
berkembang biak. Al-Qur’an surah al-Anbiya’ (21:30) mengatakan:

ِّ ‫ض َكانَت َا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما ۖ َو َجعَ ْلنَا ِّمنَ ْال َم‬
ْ ‫اء ُك َّل ش‬
‫َيء‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذِّينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ِّ ‫س َم َاوا‬
َ‫َحي ۖ أَفَ َل يُؤْ ِّمنُون‬

Artinya:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?

Penciptaan semua yang ada itu dilakukan dengan ukuran. Ukuran itu
adalah batas-batas yang terdapat didalamnya yang membuatnya tidak bisa keluar
dari batas-batas yang sudah ditentukan oleh penciptanya. Seperti yang dijelaskan
oleh al-Qur’an surat al-Qamar (54:49):

‫َيء َخلَ ْقنَاهُ ِّبقَدَر‬


ْ ‫ِّإنَّا ُك َّل ش‬
Artinya:

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

10
Dalam penciptaan alam hierarki 3 dan 4 itu di dalamnya ada mekanisme kontrol
yang bekerja secara otomatis untuk memelihara, memperbaiki, dan memperbarui
keadaan interbalnya. Seperti yang dijelaskan al-Qur’an surah al-A’raf (7:54):

‫علَى ْال َع ْر ِّش يُ ْغشِّي اللَّ ْي َل‬ َ ‫ض ِّفي ِّست َّ ِّة أَيَّام ث ُ َّم ا ْست ََو ٰى‬
َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِّ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ّللاُ الَّذِّي َخ َلقَ ال‬
َّ ‫إ ِّۖ َّن َربَّ ُك ُم‬
َ‫ارك‬ َ َ‫س َّخ َرات بِّأ َ ْم ِّر ِّه ۖ أ َ َۡل لَهُ ْالخ َْل ُق َو ْاْل َ ْم ُر ۖ تَب‬ َ ‫س َو ْالقَ َم َر َوالنُّ ُج‬
َ ‫وم ُم‬ َ ‫ش ْم‬ ْ َ‫ار ي‬
َّ ‫طلُبُهُ َحثِّيثًا َوال‬ َ ‫النَّ َه‬
َ‫ّللاُ َربُّ ْالعَالَ ِّمين‬
َّ

Artinya:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-
Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam.

Semua penciptaan langit, bumi dan seisinya tidak main-main, dan semuanya
diciptakan dengan kebenaran seperti yang ditegaskan al-Qur’an surah ad-Dukhaan
(43:38-39):

ِّ ‫) َما َخلَ ْقنَا ُه َما ِّإۡل بِّ ْال َح‬38( َ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما ۡل ِّع ِّبين‬
‫ق َولَ ِّك َّن أ َ ْكث َ َر ُه ْم ۡل‬ َ ‫اْلر‬
ْ ‫ت َو‬
ِّ ‫س َم َوا‬َّ ‫َو َما َخلَ ْقنَا ال‬
َ‫( َي ْع َل ُمون‬39)

Artinya:

Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dengan bermain-main: Dan Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan
hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Adapun mengenai penciptaan alam 6 dan 7 sepenuhnya terikat oleh


hukum-hukum penciptaan, dimana eksistensi manusia bertindak sepenuhnya
sebagai pencipta berdasarkan pada kemampuan konseptualnya. Kemampuan ini
kemudia membentuk bahan menjadi wujud budaya, dalam jangka waktu tertentu
menjadi model model budaya, yang bertujuan untuk mmenuhi kebutuhan

11
kehidupannya. Jika dalam alam 3 dan 4 di dalamnya tidak ada mekanisme yang
bekerja secara otomatis, sepenuhnya bergantung dan tergantung manusia.

D. Mekanisme Alam

Mekanisme alam adalah suatu sistem hukum-hukum yang mengatur kehidupan


yang ada dalam alam 3 dan 4 yang sudah ditetapkan tuhan sejak awal
penciptaannya. Mekanisme ini dapat bekerja secara otomatis untuk melakukan
kontrol kehidupannya dalam batas-batas yang sudah ditentukan-Nya, baik batas
waktu, batas ruang, batas fungsi, dan batas cara kembalinya kepada tuhan. Al-
Qur’an surat Yunus (10:3-4) mengatakan:

Ayat 3

‫علَى ْٱلعَ ْر ِّش ۖ يُدَبِّ ُر ْٱْل َ ْم َر‬ َ ‫ض فِّى ِّست َّ ِّة أَيَّام ث ُ َّم ٱ ْست ََو ٰى‬
َ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ ِّ ‫س ٰ َم ٰ َو‬َّ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِّى َخلَقَ ٱل‬
َّ ‫إِّ َّن َربَّ ُك ُم‬
َ‫ٱَّللُ َربُّ ُك ْم فَٱ ْعبُدُوهُ ۖ أَفَ َل تَذَ َّك ُرون‬َّ ‫ش ِّفيع إِّ َّۡل ِّمنۖ بَ ْع ِّد إِّ ْذنِّ ِّهۦ ۖ ٰذَ ِّل ُك ُم‬
َ ‫ۖ َما ِّمن‬

Artinya:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala
urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-
Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia.
Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

Ayat 4

ۖ‫ى ٱلَّذِّينَ َءا َمنُوا‬ َ ‫ٱَّللِّ َحقًّا ۖ ِّإنَّهۥُ يَ ْبدَؤُاۖ ْٱلخ َْلقَ ث ُ َّم يُ ِّعيدُهۥُ ِّليَجْ ِّز‬
َّ َ‫ِّإلَ ْي ِّه َم ْر ِّجعُ ُك ْم َج ِّميعًا ۖ َو ْعد‬
ۖ‫عذَابٌ أ َ ِّلي ٌمۖ بِّ َما َكانُوا‬
َ ‫ْط ۖ َوٱلَّذِّينَ َكفَ ُرواۖ لَ ُه ْم ش ََرابٌ ِّم ْن َح ِّميم َو‬ ِّ ‫ت ِّبٱ ْل ِّقس‬ َّ ٰ ‫ع ِّملُواۖ ٱل‬
ِّ ‫ص ِّل ٰ َح‬ َ ‫َو‬
َ‫يَ ْكفُ ُرون‬

Artinya:

Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar
daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya
kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar
Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang

12
mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan
minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.

Hukum – hukum itu mengandung kebenaran, karena memang diciptakan


tuhan dengan prinsip kebenaran, yang dapat digali manusia menjadi pengetahuan
konseptual untuk mengembangkan penciptaan alam 6 dan 7. Bahkan menjadi
pedoman untuk membangun konsep penciptaan alam 6 dan 7, sebagai turunan dan
tiruan dari penciptaan tuhan terhadap alam 3 dan 4. Al-Qur’an surat al-Hajj (22:5-
6) mengatakan:

Ayat 5

‫علَقَة ث ُ َّم‬ ْ ُّ‫ث فَإِّنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن ت ُ َراب ث ُ َّم ِّمن ن‬
َ ‫طفَة ث ُ َّم ِّم ْن‬ ِّ ‫اس إِّن ُكنت ُ ْم فِّى َريْب ِّمنَ ْٱلبَ ْع‬ ُ َّ‫يۖأَيُّ َها ٱلن‬
َٰ
‫س ًّمى ث ُ َّم‬ َ ‫غي ِّْر ُمخَلَّقَة ِّلنُبَيِّنَ لَ ُك ْم ۖ َونُ ِّق ُّر فِّى ْٱْل َ ْر َح ِّام َما نَشَاۖ ُء إِّلَ ٰىۖ أ َ َجل ُّم‬
َ ‫ضغَة ُّمخَلَّقَة َو‬ْ ‫ِّمن ُّم‬
‫شدَّ ُك ْم ۖ َو ِّمن ُكم َّمن يُت ََوفَّ ٰى َو ِّمن ُكم َّمن ي َُردُّ إِّلَ ٰىۖ أ َ ْرذَ ِّل ْٱلعُ ُم ِّر‬
ُ َ ‫نُ ْخ ِّر ُج ُك ْم ِّط ْف ًل ث ُ َّم ِّلت َ ْبلُغُوۖاۖ أ‬
‫ت‬ْ ‫علَ ْي َها ْٱل َماۖ َء ٱ ْهت ََّز‬
َ ‫َامدَة ً فَإِّذَاۖ أَنزَ ْلنَا‬ ِّ ‫ض ه‬ َ ‫شيْـًٔا ۖ َوت ََرى ْٱْل َ ْر‬ َ ‫ِّل َكي َْل يَ ْعلَ َم ِّمنۖ بَ ْع ِّد ِّع ْلم‬
ْ ‫ت َوأَنۖبَت‬
‫َت ِّمن ُك ِّل زَ ْوجۖ بَ ِّهيج‬ ْ َ‫َو َرب‬

Artinya:

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara
kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

13
Ayat 6

ْ ‫علَ ٰى ُك ِّل ش‬
ٌ ‫َىء قَد‬
‫ِّير‬ َّ ‫ٰذَلِّكَ ِّبأ َ َّن‬
َ ُ‫ٱَّللَ ُه َو ْٱل َح ُّق َوأَنَّهۥُ يُحْ ِّى ْٱل َم ْوت َٰى َوأَنَّۥه‬

Artinya:

Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan
sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Oleh karena itu, dalam proses penciptaan alam 6 dan 7 sebagai tiruan dan
turunan dari lam 3 dan 4, mausia harus menghindarkan diri serta menjauhkan diri
dari tindakan yang dapat melahirkan terjadinya proses pengerusakan alam 3 dan 4.
Karena tindakan demikian dianggap sebuah pelanggaran hukum-hukum
kebenaran, dan agama memandangnya sebagai kezaliman. Al-Qur’an surat at-
Thalaq (65:1) mengatakan:

َّ ‫صوا ْال ِّعدَّة َ ۖ َواتَّقُوا‬


‫ّللاَ َربَّ ُك ْم ۖ َۡل‬ ُ ْ‫ط ِّلقُو ُه َّن ِّل ِّعدَّتِّ ِّه َّن َوأَح‬ َ ِّ‫طلَّ ْقت ُ ُم الن‬
َ َ‫سا َء ف‬ َ ‫ي إِّذَا‬ُّ ِّ‫يَا أَيُّ َها النَّب‬
َّ ُ‫احشَة ُمبَيِّنَة ۖ َوتِّ ْلكَ ُحدُود‬
َّ‫ّللاِّ ۖ َو َم ْن يَتَعَد‬ ِّ َ‫ت ُ ْخ ِّر ُجو ُه َّن ِّم ْن بُيُوتِّ ِّه َّن َو َۡل يَ ْخ ُرجْ نَ ِّإ َّۡل أ َ ْن يَأ ْتِّينَ بِّف‬
‫ِّث بَ ْعدَ ٰذَلِّكَ أ َ ْم ًرا‬
ُ ‫ّللاَ يُحْ د‬ َّ ‫سهُ ۖ َۡل تَد ِّْري َلعَ َّل‬ َ ‫ظ َل َم نَ ْف‬
َ ‫ّللاِّ َف َق ْد‬
َّ َ‫ُحدُود‬

Artinya:

Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu


ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)
dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah
hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak
mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.

Dalam teori mengenai penciptaan ini, filsafat islam meletakkan arti


pentingnya kedudukan manusia sebagai khalifah, yaitu sebagai kedudukan yang
mulia dengan tugas untuk meneruskan penciptaan. Selain itu juga sebagai proses
meneruskan tugas penciptaan itu hanya dimungkinkan oleh penguasaan manusia
terhadap pengetahuan konseptualnya, sebagaimana yang sudah diajarkan tuhan

14
kepada adam ketika akan diangkat sebagai khalifah fil ardli tentang nama-nama
benda, pengetahuan yang bersifat kekuasaan. Karena dengan menguasai
pengetahuan konseptual, manusia menegaskan kekuasaannya di muka bumi. Al-
Qur’an surat ar-Rahman (55:33) mengatakan:

‫ض فَا ْنفُذُوا ۖ َۡل‬ ِّ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬


ِّ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ار ال‬ َ ‫ط ْعت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْنفُذُوا ِّم ْن أ َ ْق‬
ِّ ‫ط‬ ِّ ْ ‫يَا َم ْعش ََر ْال ِّج ِّن َو‬
َ َ ‫اْل ْن ِّس إِّ ِّن ا ْست‬
‫طان‬ َ ‫س ْل‬
ُ ِّ‫ت َ ْنفُذُونَ إِّ َّۡل ب‬

Artinya:

Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.

E. Ruang

Pembicaraan mengenai ruang, mesti di bedakan antara ruang yang tidak


terbatas dan ruang yang terbatas. Ruang yang tidak terbatas adalah ruang ilahi itu
sendiri, dimana segala yang ada, dan yang diciptakan berada di dalamnya, baik
ada yang gaib maupun ada yang nyata. Ruang ilahi tidak bisa diukur, karena tidak
ada alat ukurnya, dan juga karena tidak ada batas-batasnya. Sedangkan ruang yang
terbatas adalah batas-batas atau ukuran benda yang berada di luarnya, bukan di
dalam bendanya, kemudian membentuk batas-batas ruang di mana benda-benda
itu bertempat di dalamnya.

Ruang yang tak terbatas ada karena adanya ruang yang terbatas, karena
ruang yang terbatas itu sesungguhnya memerlukan ruang yang memungkinkan
ruang terbatas itu ada. Ruang tak terbatas harus ada sebagai tempat kembalinya
dari semua yang ada, karena jika ruang tak terbatas itu tidak ada, lantas kemana
kembalinya ruang yang terbatas. Oleh karena itulah, maka tuhan sendiri
menegaskan sirinya sebagai al-Muhith, yaitu yang meliputi segala sesuatu. Al-
Qur’an surat Fushilat (41:53-54) mengatakan:

15
Ayat 53

‫علَ ٰى‬ ِّ ‫ق َوفِّىۖ أَنفُ ِّس ِّه ْم َحت َّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُه ْم أَنَّهُ ْٱل َح ُّق ۖ أ َ َولَ ْم يَ ْك‬
َ ُ‫ف ِّب َر ِّبكَ أَنَّهۥ‬ ْ ‫سنُ ِّري ِّه ْم َءا ٰيَتِّنَا فِّى‬
ِّ ‫ٱل َءافَا‬ َ
ٌ‫ش ِّهيد‬َ ‫َىء‬ ْ ‫ُك ِّل ش‬
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?

Ayat 54

ْ ‫أ َ َۡلۖ ِّإنَّ ُه ْم فِّى ِّم ْريَة ِّمن ِّلقَاۖ ِّء َر ِّب ِّه ْم ۖ أ َ َۡلۖ ِّإنَّهۥُ ِّب ُك ِّل ش‬
ٌ ‫َىء ُّم ِّحي‬
ۖ‫ط‬

Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan


dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala
sesuatu.

F. Waktu

Sesungguhnya waktu adalah ukuran gerak, karena waktu yang akan dan
yang dapat mengukur adanya gerakan itu berlangsung. Jadi yang diukur adalah
kelangsungan suatu gerakan, bukan ukuran bendanya, tetapi gerakannya.
Sedangkan ukuran bendanya adalah ruang, sehingga ruang dan waktu pada
dasarnya menjadi sebuah keniscayaan bagi suatu yang ada dan yang diciptakan,
semuanya berada dalam waktu.

Dalam konsep waktu, sesungguhnya ada waktu yang tak terbatas dan
waktu yang terbatas. Adanya waktu yang terbatas mengharuskan adanya waktu
yang tak terbatas, sebagai pedoman bagi waktu-waktu yang terbatas itu ada untuk
mengukur adanya perubahan dan gerak keabadian. Ukuran gerak benda-benda
sudah jelas ukurannya, yaitu tentukan oleh perhitungan pergantian siang dan
malam. Al-Qur’an surat Yunus (10:5) mengatakan:

‫اب ۖ َما‬
َ ‫س‬َ ‫السنِّينَ َو ْال ِّح‬ َ ‫َاز َل ِّلت َ ْعلَ ُموا‬
ِّ َ‫عدَد‬ ِّ ‫ورا َوقَد ََّرهُ َمن‬ ً ُ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر ن‬ِّ ‫س‬ َ ‫ش ْم‬ َّ ‫ُه َو الَّ ِّذي َجعَ َل ال‬
ٰ َّ َ‫َخلَق‬
َ‫ت ِّلقَ ْوم يَ ْعلَ ُمون‬ِّ ‫ص ُل ْاْليَا‬ ِّ َ‫ق ۖ يُف‬ِّ ‫ّللاُ ذَلِّكَ إِّ َّۡل بِّ ْال َح‬
Artinya:

16
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-
Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Meskipun perhitungan waktu melalui pergantian siang dan malam, yang


diwujudkan dalam perhitungan detik, hari, bulan dan tahun itu bersifat objektif
dan pasti, akan tetapi waktu bagi individualitas pada hakikatnya sangat subjektif.
Karenanya, waktu dalam hubungannya dengan subjek individualitas yang berada
dalam proses komunikasi dan interaksi, yang ditetapkan sebagai ukuran gerak,
akhirnya menjadi tidak mutlak artinya relative. Seperti waktu sehari bagi orang
yang sedang menunggu kekasihnya datang terasa berlalu lama, sebaliknya, waktu
sehari bagi orang yang akan menjalani hukuman pengadilan terasa sangat pendek.
Dalam hal ini, relativitas panjang dan pendeknya waktu bagi seseorang akan
sangat dipengaruhi oleh situasi perasaan hatinya. Al-Qur’an surat al-Kahfi (18:19)
mengatakan:

ۖ ‫ض يَ ْوم‬َ ‫سا َءلُوا بَ ْينَ ُه ْم ۖ قَا َل قَائِّ ٌل ِّم ْن ُه ْم َك ْم لَبِّثْت ُ ْم ۖ قَالُوا لَبِّثْنَا يَ ْو ًما أ َ ْو بَ ْع‬ َ َ ‫َو َك ٰذَلِّكَ بَعَثْنَا ُه ْم ِّليَت‬
ُ ‫قَالُوا َربُّ ُك ْم أ َ ْعلَ ُم بِّ َما لَبِّثْت ُ ْم فَا ْبعَثُوا أ َ َحدَ ُك ْم بِّ َو ِّرقِّ ُك ْم ٰ َه ِّذ ِّه إِّلَى ْال َمدِّينَ ِّة فَ ْليَ ْن‬
َ ‫ظ ْر أَيُّ َها أ َ ْز َك ٰى‬
‫طعَا ًما‬
‫ف َو َۡل يُ ْش ِّع َر َّن بِّ ُك ْم أ َ َحدًا‬ َّ َ‫فَ ْليَأْتِّ ُك ْم بِّ ِّر ْزق ِّم ْنهُ َو ْليَتَل‬
ْ ‫ط‬

Artinya:

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah
kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau
setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa
lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk
pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat
manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu
untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun.

G. Gerakan

17
Gerak atau gerakan adalah ukuran kehidupan. Karena itu, sesuatu yang
bergerak dapat disebut sesuatu yang hidup. Tanpa ada gerakan tidak ada
kehidupan. Dalam kaitan ini, maka benda-benda mati yang bergerak disebut
hidup, seperti mesin yang bergerak dan menggerakkan disebut mesinnya hidup.
Bahkan lukisan bisa disebut lukisan hidup karena indahnya dapat menggetarkan
dan menggerakkan perasaan dan hati manusia menjadi lebih peka memahami
realitas keindahan

Sifat gerak kehidupan itu mencair dan mengalir. Mencair dalam pengertian
selalu mencari bentuk-bentuk sintetik, sedangkan mengalir adalah pergerakan
kehidupan yang menuju ke asal-usulnya. Oleh karena itu, al-Qur’an menegaskan
bahwa kehidupan dijadikan bermula dari air, bumi yang kering karena turun hujan
menjadi subur dengan tumbuhnya berbagai tanaman. Dengan air, semua makhluk
hidup di dunia ini tergantung kepadanya, bahkan manusia dan hewan juga
dijadikan dari sperma. Al-Qur’an surah al-Anbiya’ (21:30) mengatakan:

ِّ ‫ض َكانَت َا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما ۖ َو َج َع ْلنَا ِّمنَ ْال َم‬


ْ ‫اء ُك َّل ش‬
‫َيء‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم َي َر الَّذِّينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ِّ ‫س َم َاوا‬
َ‫َحي ۖ أَفَ َل يُؤْ ِّمنُون‬

Artinya:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?

Dalam konsep filsafat islam, pada hakikatnya gerak hidup adalah


menghidupkan. Gerakan yang tidak menghidupkan bertentangan dengan hakikat
kehidupan sendiri. Bumi yang hidup adalah bumi yang menghidupkan
tetumbuhan, yang menjadi dasar bagi kelangsungan kehidupan yang lainnya,
binatang dan juga manusia. Al-Qur’an surat al-A’raf (7:56-57) mengatakan:

َ‫ّللاِّ قَ ِّريبٌ ِّمن‬ َ ‫عوهُ خ َْوفًا َو‬


َّ َ‫ط َمعًا ۖ ِّإ َّن َرحْ َمت‬ ُ ‫ص َل ِّح َها َوا ْد‬ ِّ ‫َو َۡل ت ُ ْف ِّسدُوا فِّي ْاْل َ ْر‬
ْ ِّ‫ض َب ْعدَ إ‬
َ‫ْال ُمحْ ِّسنِّين‬

Artinya :

18
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik.

‫س ْقنَاهُ ِّلبَلَد َميِّت‬


ُ ‫س َحابًا ثِّقَ ًاۡل‬ َ ‫ت‬ ْ َّ‫ي َرحْ َمتِّ ِّه ۖ َحت َّ ٰى إِّذَا أَقَل‬ ْ َ‫الريَا َح بُ ْش ًرا بَيْنَ يَد‬ ِّ ‫َو ُه َو الَّذِّي ي ُْر ِّس ُل‬
َ‫ت ۖ َك ٰذَلِّكَ نُ ْخ ِّر ُج ْال َم ْوت َٰى لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرون‬ ِّ ‫فَأ َ ْنزَ ْلنَا بِّ ِّه ْال َما َء فَأ َ ْخ َرجْ نَا بِّ ِّه ِّم ْن ُك ِّل الث َّ َم َرا‬

Artinya :

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di
daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-
buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-
mudahan kamu mengambil pelajaran.

BAB III
PENUTUP

19
A. Kesimpulan

Kosmologi adalah cabang ilmu yang berusaha mencari dan membahas


hakikat alam semesta, menyingkap tentang eksistensialnya yang tersembunyi
dibalik penampakan fisiknya. Yang mana artinya adalah, membahas apa hakikat
yang dilihat dari lingkungan alam besar yang hidup disekitarnya.

Dalam konsep fisafat islam, alam semesta adalah wujud atau ekstensi
tuhan dalam kehidupan ini. ia mencerminkan tanda-tanda kebesaran tuhan
ataupun ayat ayat-Nya. Alam semesta tidak bisa dilihat dengan mata kepala
manusia, karena penglihatan manuasia sangat terbatas, meskipun menggunakan
remote sensing sekalipun. Didalam penciptaan alam yakni dimana proses
penciptaan pada hakikatnya hanya terjadi pada alam hierarkis 3 samapi ke-6, di
mana pada alam hierarkis 3 diciptakan oleh tuhan sendiri, sedangkan alam
hierarkis 4 tercipta oleh mekanisme hukum alam besar, hierarkis 6 dan 7
ditentukan oleh kapasitas konseptual manusia, mengenai penciptaan ini, filsafat
islam meletakkan arti pentingnya kedudukan manusia sebagai khalifah, yaitu
sebagai kedudukan yang mulia dengan tugas untuk meneruskan penciptaan. Selain
itu juga sebagai proses meneruskan tugas penciptaan itu hanya dimungkinkan oleh
penguasaan manusia terhadap pengetahuan konseptualnya.

Pembicaraan mengenai waktu, Sesungguhnya waktu adalah ukuran gerak,


karena waktu yang akan dan yang dapat mengukur adanya gerakan itu
berlangsung. Jadi yang diukur adalah kelangsungan suatu gerakan, bukan ukuran
bendanya, tetapi gerakannya. Sedangkan ukuran bendanya adalah ruang, sehingga
ruang dan waktu pada dasarnya menjadi sebuah keniscayaan bagi suatu yang ada
dan yang diciptakan, semuanya berada dalam waktu. Selain itu Gerak atau
gerakan adalah ukuran kehidupan. Karena itu, sesuatu yang bergerak dapat
disebut sesuatu yang hidup. Tanpa ada gerakan tidak ada kehidupan.

B. Saran

20
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu penulis berharap kritik yang membangun
untuk penyempurnaan penulisan di masa mendatang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asy'arie, Musa. 2017. FILSAFAT ISLAM Sunnah Nabi dalam Berfikir.


Yogyakarta: LESF

22

Anda mungkin juga menyukai