Anda di halaman 1dari 21

PENCIPTAAN DAN PERKEMBANGAN ALAM

SEMESTA DALAM ISLAM

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan Jurusan Biologi Semester 3 Kelas C)

Nama Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A.

Disusun Oleh :

Balqis Syifa Azahra (11190950000084)

Aulia Masyitoh (11190950000086)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 1441 H/2020 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, yang telah memberi kesempatan
serta ridho-Nya sehingga penulisan makalah ini berjalan dengan lancar. Sholawat serta salam
senantiasa tecurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
menderang dan penuh dengan rahmat ilmu pengetahuan seperi saat sekarang ini.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah
Islam dan Ilmu Pengetahuan. Kami mendapat salah satu tema dari beberapa tema di silabus
yaitu Penciptaan dan Perkembangan Alam Semesta Dalam Islam. Melalui kesempatan ini,
tidak lupa kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Islam
dan Ilmu Pengetahuan Program Studi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Bapak
Prof. Dr. H Zainun Kamaluddin Fakih, M.A. yang telah memberikan tugas ini dan
mengajarkan materi serta memberi bimbinganya.
Kami menyadari, bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan kami. Namun, kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna dalam rangka menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan, kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun
agar segala bentuk kekurangan dapat diperbaiki di masa mendatang.

Tangerang Selatan, 18 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................ .4
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................................5
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................................. ....5
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................................5
1.5 Tujuan Masalah ..........................................................................................................5
1.6 Manfaat Penulisan Makalah ....................................................................................... 5
1.7 Metode Penulisan Makalah ........................................................................................5
1.8 Sistematika Penulisan Makalah ..................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................7
2.1 Awal Penciptaan Alam Semesta ............................................................................ .....7
a) Teori-teori Penciptaan Alam Semesta.....................................................................7
b) Proses Tahapan Penciptaan Alam Semesta ............................................................9
c) Pandangan Al-Qura’an Tentang Penciptaan Alam Semesta .................................11
2.2 Akhir Alam Semesta .................................................................................................13
a) Pengertian Hari Kiamat ........................................................................................13
b) Pembagian Hari Kiamat .......................................................................................14
c) Tanda-tanda Hari Kiamat .....................................................................................15
d) Proses Terjadinya Hari Kiamat ............................................................................16
2.3 Bulan dan Bintang Dalam Islam ..............................................................................17
a) Bintang .................................................................................................................17
b) Bulan ....................................................................................................................18
BAB III PENUTUP ................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................20
3.2 Saran .........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..……………………………………………………………………...21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penciptaan alam semesta termasuk salah satu perkara penting, tidak hanya
termasuk pemikiran islam, akan tetapi juga dalam ilmu pengetahuan kosmologi. Dengan
memperlihatkan langit dan bumi, dapatlah manusia meyakinkan bahwa alam ini tidak di
jadikan Allah dengan main-main, melainkan untuk faedah yang mendalam dari segi
keimanan. Seluruh jagat raya berada dalam sebuah struktur yang kokoh dan terpadu tanpa
cacat. Ia bekerja menurut hukumnya sendiri yang bersumber dari Allah swt semua
kejadian itu membuat manusia baik yang non-ilmuan maupun yang ilmuan akan terpesona
dan takjub, sehingga membangunkan kesadaran mereka ats kebesaran, dan keperkasaan
Allah Swt dan menyadari pula atas kekecilan dan kelemahan manusia sebagai hamba-
hambaNya.1
Sejak dahulu, alam semesta yang begitu besar dan luas hingga tak terbatas
penglihatan manusia ini selalu menjadi objek beragam pertanyaan yang sulit
dijawab.Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi polemik di kalangan filusif muslim,
sedangkan para atheis mengklaim bahwa alam semesta tidak memerlukan pencipta, sebab
materi alam semesta menurut mereka bersifat azali, yaitu yang sudah ada sejak dulu tanpa
ada permulaan.2

Sepanjang sejarah, manusia telah memahami ketinggian gunung-gunung,


keindahan bintang-bintang dan bulan, kedalaman laut, kekayaan alam, dan luasnya langit
meski hanya menggunakan metode-metode pengamatan yang masih primitif. Adapun
kesimpulan mereka bahwa benda-benda tersebut akan ada selamanya. Akan tetapi, al-
Qur’an telah memberitakan kepada manusia bahwa alam semesta ini telah diciptakan dan
akan sampai pada titik akhirnya (Q.S. Al-Mukmin/ 40:59 dan Q.S. Al-Hajj/ 22:7). Segala
yang berawal maka akan berakhir, baik manusia, tumbuhan, hewan, alam semesta,
maupun malaikat semuanya akan mati, hanya Allah saja yang tidak berawal dan tidak
berakhir. Waktu yang ditetapkan dimana alam semesta dan segala makhluk di dalamnya
mulai dari mikroorganisme sampai makhluk yang paling indah bentuknya yaitu manusia,
termasuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi semuanya akan hancur pada hari dan jam

1
5Sirajuddin Zar, KOnsep Penciptaan Alam Semesta dalam Pemikiran Islam Sains dan Al- Qur`an, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994), hlm. 31
2
Yusuf Ahmad, Mawsu`ah al-I`jaz al-I`lmi fi al-Qur`an al-Karim wa Sunnah Mutahharah,..., hlm. 62
4
yang telah ditentukan oleh sang penciptanya dan hanya Dia yang mengetahuinya. Waktu
atau hari tersebut dikenal dengan nama hari kiamat.
Oleh karena itu, makalah ini ingin mendeskripsikan bagaimana proses penciptaan dan
perkembangan alam semesta dalam islam, serta akhir alam semesta.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahannya


adalah kurangnya pengetahuan serta wawasan tentang proses penciptaan dan
perkembangan alam semesta menurut islam dan lingkungan hidup, pengertian bintang
dan bulan dalam islam, serta akhir alam semesta.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar bahasan tidak terlalu jauh maka masalah dilakukan pembatasan masalah yang akan
dikaji dalam makalah ini, yaitu:

1. Penciptaan dan perkembangan alam semesta dalam islam

2. Bintang dan bulan dalam penngertian Al-Qur’an

3. Akhir alam semesta

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penciptaan dan perkembangan alam semesta dalam islam?

2. Bagaimana pengertian bintang dan bulan dalam Al-Qur’an?

3. Bagaimana akhir dari alam semesta?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penciptaan dan perkembangan alam semesta dalam islam.


2. Mengetahui pengertian bintang dan bulan dalam Al-Qur’an.
3. Mengetahui akhir alam semesta

1.6 Manfaat Penulisan Makalah

Dengan adanya penulisan makalah ini adalah salah satu bentuk dari penambahan dan
pengetahuan serta wawasan mengenai penciptaan dan perkembangan alam semesta
dalam islam.

1.7 Metode Penulisan Makalah

Penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara riset kepustakaan


5
(library research), yaitu mencari dan mengumpulkan literatur yang relevan.

1.8 Sistematika Penulisan Makalah

Untuk mempermudah membahas penulisan yang lebih sistematis, penulisa


menyusun ke dalam tiga bab yang masing-masing terdiri dari sub- sub bab, yaitu:
Bab I, yaitu pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan makalah, dan sistematika
penulisan makalah.
Bab II, yaitu pembahasan, terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama mengenai
perkembangan ilmu kesehatan dalam perspektif islam, sub bab kedua adalah
perkembangan ilmu kedokteran dalam islam, dan terakhir mengenai penelitian mutakhir
tentang kesehatan dan obat-obatan
Bab III, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Awal Penciptaan Alam Semesta


a) Teori-Teori Penciptaan Alam

Sejak dahulu, alam semesta yang begitu besar dan luas hingga tak terbatas
penglihatan manusia ini selalu menjadi objek beragam pertanyaan yang sulit dijawab.
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi polemik di kalangan filsuf muslim, sedangkan para
atheis mengklaim bahwa alam semesta tidak memerlukan pencipta, sebab materi alam
semesta menurut mereka bersifat azali, yaitu yang sudah ada sejak dulu tanpa ada
permulaan.3

Seiring dengan berkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi hingga saat ini,
ada banyak teori-teori tentang penciptaan alam itu sendiri, di antaranya:

1. Teori Kabut (Nebula)

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swendenborg pada tahun 1793,
kemudian disempurnakan oleh Immanuel Kant pada tahun1775 dan teori serupa juga
dikembangkan oleh Peirre Simon de Laplace secara independen pada tahun 1796, dalam
teori ini dijelaskan bahwa alam smemesta ini berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin
dalam jagat raya, karena pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bulat seperti bola
yang besar, semakin kecil bola itu semakin cepat putarannya.4 Akibatnya bentuk bola itu
memadat pada kutubnya dan melebar di bagian ekuatornya bahkan sebagian masa dari
kabut gas menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang di sekeliling
bagian utama kabut, gelang-gelang tersebut kemudian membentuk guumpalan padat yang
disebut planet, sedangkan bagian yang berpijar tetap berbentuk gas pijar yang sekarang
disebut matahari.5

2. Teori Bintang Kembar

3
Yusuf Ahmad, Mawsu`ah al-I`jaz al-I`lmi fi al-Qur`an al-Karim wa Sunnah Mutahharah, Terj. Kamran Arsyad
Irsyadi, (Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2006), hlm. 62
4
Maskufa, Ilmu Falak, Cet. I, (Jakarta: Gaung Persada Press), hlm. 30
5
Maskufa, Ilmu Falak, ... hlm. 30

7
Teori Bintang Kembar ini dikemukakan oleh Fred Hoyle pada tahun 1956. Menurut
teori ini, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang kembar), salah satu
bintang tersebut meledak dan berkeping-keping akibat pengaruh gravitasi dari bintang
kedua (matahari yang sekarang), maka keping-keping ini bergerak mengelilingi bintang
tersebut dan berubah menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah
matahari.6

3. Teori Pasang Surut atau Tidal

Teori pasang surut ini pertama kali dikemukakan oleh Sir James H Jeans dan
Haarold Jeffers pada tahun 1919.7 Menurut teori ini bahwa sebuah bintang besar mendekati
matahari dalam jarak pendek, sehingga pasang surutnya air laut di bumi dan kemudian
bintang tersebut menghilang. Kemudian pada saat itu sebagian massa matahari itu tertarik
dan lepas sehingga membentuk seperti cerutu yang menjorok ke arah matahari yang satunya
dan mengakibatkan cerutu itu terputus-putus membentuk gumpalan gas di sekitar matahai
dengan ukuran yang berbeda-beda, gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk
planet-planet.8

4. Teori Planetesimal

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Thomas Chamberlin dan Forest Moulton
pada tahun 1900. Pada teori ini dijelaskan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya
bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan
matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan tejadinya tonjolan pada permukaan matahari,
dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari.

5. Teori Kondensasi (Protoplanet)

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh G.P. Kuiper pada tahun 1950. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Gumpalan
awan itu mengalami pemampatan, pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu
tertarik ke bagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin dan
kemudian membentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan tipis di bagian tepinya.

6
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, ..., hlm. 118
7
9 Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, ..., hlm. 115
8
Maskufa, IlmuFalak, Cet. I, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 31

8
Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu saling menekan dan menimbulkan panas dan
berpijar, bagian ini lah yang kemudian menjadi matahari. Sementara bagian yang luar
berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi gumpalan yang lebih kecil,
gumpalan kecil ini berpilin pula dan membeku kemudian menjadi planet-planet.9

6. Dentuman Besar/Ledakan Besar (Big Bang)

Teori in pada awalnya dicetuskanoleh ahli Fisika Rusia Alexandra Friedman pada
tahun 1922, pada ketika itu ia menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur
alam semesta secaraa keseluruhan mengambang atau mengerut, menurut teori Relativitas
Einstein. Kemudian pada tahun 1927 adalah George Lemaitre orang pertama yang
menyadari apa arti dari perhitungan Friedman. Berdasrkan perhitungan ini, Astronomer
Belgia Lemaitre, menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan, dan bahwa ia
mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang telah memicunya.10

b) Proses Tahapan Penciptaan Alam


untuk mengungkapkan proses tahapan penciptaan alam semesta, penulis mengambil
pendapat beberapa mufassir tentang konsep dan proses tahapan penciptaan alam, di
antaranya Ahmad Mustafa al-Maraghi dan Quraish Shihab.

Ahmad Mustafa al-Maraghi menjelaskan dalam kitabnya Tafsir al-Maraghi tentang proses
tahapan penciptaan alam semesta, menurutnya proses tahapan penciptaan alam terbagi ke
dalam sembilan poin,11yaitu:

1. Bahwa penciptaan langit dan bumi adalah asap atau seperti asap.

2. Bahwa materi asap ini asalanya menjadi satu, kemudian Allah Swt memisahkan
kepaduannya, pertautannya dengan memisahkan sebagian yang lain, lalu diciptakan dari
padanya bumi ini, dan tujuh lapis langit.

3. Bahwa penciptaan bumi berlangsung dua hari, dan bagian yang kering, gunung-gunung
yang terpancang, dan bermacam tumbuhan, serta binatang, berlangsung selama dua hari
yang lain sehingga lengkap semuanya menjadi empat hari.

9
13http://www.kompasiana.com/jucky/teori-terbentuknya-alam-semesta-tata-surya-dan
bumi_550097b5a33311376f5118bd diakses pada tanggal 8 Januari 2016
10
Harun, The Creation of The Universe, Terj. Ari Nilandari, (Bandung: Dzikra, 2003) hlm. 9
11
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 7, (Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974), hlm. 170

9
4. Bahwa semua makhluk hidup,baik itu tumbuhan atau binatang diciptakan dari air.

5. Bahwa hari-hari yang pertama, dari hari-hari penciptaan bumi adalah merupakan masa
bumi itu seperti asap ketika dipisahkan dari gugusan materi keseluruhan (menyeluruh),
yang dari padanya diciptakan segala sesuatu, baik itu dengan perantara atau tanpa perantara.

6. Bahwa hari yang kedua ialah masa ketika bumi berupa air, setelah tadinya berupa uap
dan asap.

7. Bahwa hari yang ketiga ialah, masa terbentuknya bagian yang kering dan munculnya
gunung-gunung, yang dengan demikian bagian yang kering itu saling bertautan.

8. Bahwa hari yang keempat ialah masa munculnya jenis-jenis makhluk hidup dari air, yaiti
tumbuh-tumbuhan dan binatang.

9. Bahwa langit (alam tinggi bagi penduduk bumi) disempurnakan benda-bendanya dari
materi asap dalam dua hari yang lain. Yakni dua masa yang sama dengan dua masa
penciptaan bumi.

Ahmad Mustafa al-Maraghi menguraikan beberapa proses tahapan penciptaan alam


tersebut berdasarkan penafsirannya terhadap surah Fussilat 4:9-12 dan surah al-Anbiya`
21:30. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa apa yang disimpulkan dari ayat-ayat ini sesuai
dengan apa yang diakui oleh para ahli astronomi dewasa ini. Mereka mengatakan bahwa
bahan penciptaan benda-benda langit dan penciptaan bumi adalah kabut yang terpadu
menjadi satu, kemudian terpisah sebagiannya dari bagian yang lain. Kabut itu terdiri dari
partikel-partikel lembut yang bergerak, sebagian berhimpun dengan bagian yang lainnya
sebagai akibat dari hukum gravitasi, dari partikel-partikel itulah terbentuk bola raksasa yang
berputar pada sumbunya dan menyala karena kecepatan geraknya, sehingga bercahayadan
bersinar disrtai panas yang hebat. Bola raksasa inilah yang pada alam kita disebut matahari
dan planet-planet yang mengikutinya.12

Kemudian dari bumi berubah dari tahap gas bernyala, beralih kepada tahap air
dengan aturan tertentu pada masa-masa yang panjang. Oksigen dan Hidrogen sebgai
unsur pembentukan air membubung di angkasa karena ringannya, lalu mendidih menjadi

12
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, ...,hlm. 171

10
uap, lalu menjadi air, dan keadaannya masih tetap begitu higga datanglah padanya
tahap air.13

Kemudian terbentuklah bagian yang kering pada air tersebut karena partikel-
partikel materi air itu, dan terhimpunnya sebagaian dengan sebagian yang lainnya menurut
perbandingan dan ukuran yang berbeda-beda. Kemudian lahirlah pada bagian yang kering
itu bahan mineral dengan berbagai macam ragamnya. Lalu kulit luar dari bagian yang
kering itu menjadi dingin dan semakin kering, sedikit demi sedikit, hingga akhirnya bisa
ditumbuhi tumbuh-tumbuhan dan didiami binatang. Maka terdpatlah padanya makhluk
hidup berupa tumbuh-tumbuhan yang kemudian disusul dengan jenis binatang.

Tahapan kedua, bahwa bumi dan langit pada dasarnya tergabung secara koheren
sehingga tampak seolah satu masa. Hal ini sesuai dengan penemuan mutakhir
megenai teori terjadinya alam raya. Menurut penemuan tersebut, sebelum terbentuk seperti
sekarang ini, bumi merupakan kumpulan sejumlah besar kekuatan atom-atom yang saling
berkaitan dan di bawah tekanan yang sangat kuat yang hampir tidak dapat
dibayangkan oleh akal. Selain itu penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa
semua benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata
surya dan bumi, sebelumnya terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola yang jari-jarinya
tidak lebih dari 3.000.000 mil. Cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang
mengakibatkan tersebarnya benda- benda alam raya ke seluruh penjuru, yang berakhir
dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.14

c) Pandangan Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam


Tafsir QS. Al-Anbiya’ : 30

13
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, ...,hlm. 172
14
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah, ..., hlm. 444

11
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala mereka tidak juga beriman? (QS. Al-Anbiya’: 30)

Menurut Ibnu Katsir bahwa Allah itu ada sebelum adanya sesuatu dan, arsy-Nya itu
di atas air yang mana tiap-tiap sesuatu itu telah disebutkan di lauh mahfudz.15 Maksudnya,
bahwa Allahlah yang menciptakan langit dan bumi, terang dan gelap begitu juga siang dan
malam. Adapun bumi pada awalnya itu dari kegelapan kemudian Allah menciptakan air
untuk menyelimutinya, dan dari air tersebut lalu terciptanya langit di atas kegelapan itu
yang kemudian menjadi siang dan malam.

Adapun air itu tetap ada di bawah langit yang kemudian berkumpul alam satu
tempat yaitu alam semesta. Kemudian bumi yang tetap itu menjadi basah lalu tumbuhlah
sayur mayur dan pepohonan, lalu Allah menciptakan di langit bulan, bintang dan matahari
dan benda-benda angkasa lainnya. Sedangkan di air Allah menciptakan hewan melata yang
memiliki nyawa, menciptakan burung-burung dan manusia yang kesemuanya itu saling
berpasangan antara laki-laki dan perempuan dan semua ini telah di sebutkan dalam al-
Qur‟an yang sudah tercatat di lauh mahfudz.16

Sedangkan menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, sebagaimana Dia berfirman


dalam surat al-Anbiya’ ayat 30 di atas : bahwa langit dan bumi, dulu merupakan satu materi
yang masih bergandengan, tidak terpisah dann tidak tercerai. Dan materi itulah yang disebut
kabut dalam al-Qur’an disebut asap (dukhan). Kemudian, mereka Kami pisahkan dengan
menceraikan yang satu dari yang lain. Sehingga di antaranya ada yang menjadi langit dan
yang lain menjadi bumi, dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.17

M. Quraish Shihab memahami ayat ini sebagai salah satu mukjizat al-Qur’an yang
mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang mengemukakan
bukti-bukti yang kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu
gumpalan atau di istilahkan oleh ayat ini dengan ( ‫ ( رتقا‬ratqan, lalu gumpalan itu terpisah
sehingga terjadilah pemisahan antara langit dan bumi. Dia mengemukakan dua diantara
sekian banyak teori, yaitu ;
15
Ibnu katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Adzim, (Beirut: Nur Ilmiah, hlm. t.th), 418-
16
Ibid
17
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. K. Anshoi Umar Sitanggal dkk, (Semarang: Toha Putra,
1974), jilid, 12, hlm. 5-6.

12
Teori pertama, berkaitan dengan terciptanya tata surya. Di sini disebutkan bahwa
kabut di sekitar matahari menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil
gas yang membentuk kabut bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat
cepat. Atom itu kemudian mengumpul, akibat terjadinya benturan dan akumulasi, dengan
membawa kandungan sejumlah gas berat hingga membentuk planet- planet, bulan dan bumi
dengan jarak yang sesuai, penumpukan itu sendiri, mengakibatkan bertambah kuatnya
tekanan yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi. Dan pada saat kulit
bumi mengkristal karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi
setelah itu, bumi memperoleh sejumlah besar uap air dan karbondioksida akibat tata surplus
larva yang mengalir. Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar di
udara setelah itu adalah aktivitas dan interaksi sinar matahari melalui similasi sinar bersama
tumbuhan generasai awal dan rumput-rumputan.18

Teori kedua, yang dapat dipahami dari firman Allah di atas menyatakan bahwa bumi
dan langit pada dasarnya tergabung secara koheren sehingga tampak seolah satu massa. Hal
ini sesuai dengan penemuan mutakhir mengenai teori terjadinya alam semesta. Menurut
penemuan itu, sebelum terbentuk seperti sekarang ini juga menyebutkan bahwa semua
benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk didalamnya tata surya
dan bumi, sebelumnya terakimulasi sangat kuat dalam bentuk bola yang jari-jarinya tidak
lebih dari 3.000.000 mil. Lanjutan firman Allah yang berbunyi “....fa fataqnahuma”
merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan
dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru, yang
berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan
bumi.19

2.2 Akhir Alam Semesta


a) Pengertian Hari Kiamat
Secara etimologi hari kiamat terdiri dari dua kata yaitu hari dan kiamat. Hari adalah
waktu dari pagi sampai pagi lagi (yaitu satu putaran bumi pada sumbunya, 24 jam), waktu
selama matahari menerangi tempat kita (dari matahari terbit sampai matahari terbenam)
yang terjadi dalam waktu 24 jam. Sedangkan kata kiamat berarti dunia seisinya rusak,

18
Ibid, vol 8, hlm. 444.
19
Ibid

13
binasa, lenyap, dan terjadi bencana besar.20 Adapun pengertian hari kiamat secara
terminologi ada beberapa pendapat, diantaranya:
1. Binasa atau hancurnya alam semesta merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia
menuju kehidupan kekal di akhirat.21
2. Waktu berakhirnya kehidupan dunia dengan ditiupnya sangkakala sebagai
permulaan dari hari kebangkitan dan perhitungan amal.22
Peristiwa hancurnya alam semesta beserta isinya yang membunuh semua makhluk di
dalamnya tanpa terkecuali tercantum dalam QS. Al-Zumar/39:68. Peristiwa tersebut
ditandai dengan bunyi terompet atau sangkakala oleh Malaikat Israfil atas perintah dari
Allah swt. Setelah semua makhuk yang hidup mati maka Allah swt. akan memerintahkan
malaikat Israfil untuk meniup terompet untuk yang kedua kali guna membangunkan orang
semua yang telah mati untuk bangkit kembali mulai dari manusia pertama zaman Nabi
Adam hingga manusia yang terakhir saat kiamat tiba untuk melaksanakan hari pembalasan.
Seluruh makhluk termasuk manusia yang pernah hidup di muka bumi akan dimatikan,
kemudian hidup dan dibangkitkan kembali untuk mendapatkan perhitungan dan pembalasan
atas segala amal yang pernah dilakukannya selama hidup di dunia. Berakhirnya kehidupan
seluruh manusia dan makhluk hidup di dunia harus diyakini kebenaran adanya yang
menjadi jembatan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi.
Iman kepada hari kiamat adalah rukum iman yang kelima.
Iman kepada hari kiamat dinyatakan dalam Q.S. Gafir/40 :59.

ِ َّ‫ب ف ِۡيهَا َو ٰلـ ِكنَّ ا َ ۡكث َ َر الن‬


َ‫اس ََل يُ ۡؤمِ نُ ۡون‬ َ ‫ساعَةَ َ َٰلتِيَةٌ ََّل َر ۡي‬
َّ ‫اِنَّ ال‬

Artinya: “Sesungguhnya hari kiamat benar-benar akan datang tidak ada keraguan di
dalamnya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman”.23

b) Pembagian Hari Kiamat

20
Rukmanasari, Skripsi : “Hari Kiamat dalam Perspektif Al-Quran : Studi Terhadap Q.S. Al-Qariah”
(Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin, 2013), hlm. 30.
21
A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam I : Akidah dan Ibadah (Bandung : Pustaka Setia, 1999),
hlm. 299.
22
Mansur al-Hakim, Kiamat : Tanda-tandanya Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi (Jakarta : Gema Insani,
2006), hlm. 19.
23
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hlm. 474.

14
• Kiamat kecil (kiamat sugra)
Kiamat Sugra adalah kiamat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan manusia
yaitu kematian. Kiamat Sugra yaitu berupa kejadian atau musibah yang terjadi di alam
ini, seperti kematian, banjir bandang, angin beliung, gunung meletus, gempa bumi,
peperangan, kecelakaan kendaraan, kekeringan yang kepanjangan, hama tanaman yang
merajalela. Keseluruhan rangkaian kejadian tersebut di atas ditinjau dari segi aqidah
merupakan peringatan dari Allah. Bagi umat yang beriman hal ini merupakan
peringatan dan ujian. Sedangkan bagi umat yang ingkar/kafir merupakan siksaan atau
azab Allah swt..

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 155-156 :


Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’un””.24

• Kiamat besar (kiamat kubra)


Kiamat kubra adalah kiamat yang mengakhiri kehidupan di dunia ini karena
hancurnya alam semesta beserta isinya. Setelah kiamat besar maka manusia akan
menjalani alam setelah alam barzah/ alam kubur.25 Kiamat kubra akan terjadi satu kali
dan itu belum pernah terjadi dengan kejadian yang benar-benar luar biasa di luar
bayangan manusia dengan tanda-tanda yang jelas dan pada saat itu segala amal
perbuatan tidak akan diterima karena telah tertutup rapat. Kiamat Kubra adalah masa
kehancuran seluruh alam semesta secara masal dan berakhirnya kehidupan alam dunia
serta hari mulai dibangkitkannya semua manusia yang sudah mati sejak zaman Nabi
Adam sampai manusia terakhir, untuk menjalankan proses kehidupan berikutnya.

c) Tanda-Tanda Kiamat

24
Ibid., hlm. 67.
25
Rosihan Anwar, Ulum Al-Quran (Bandung : Pustaka Setia: 2017) hlm. 180.

15
Kiamat mempunyai tanda-tanda dan petunjuk-petunjuk yang telah dijelaskan oleh Allah
dan RasulNya dalam banyak ayat dan hadis. Tanda tersebut terjadi secara berurutan hampir
tidak dipisahkan oleh waktu seperti mutiara yang dirangkai pada seutas tali. Setelah satu
tanda muncul, maka akan diikuti oleh tanda-tanda lainnya, begitulah seterusnya sehingga
waktu kiamat sebenar akan muncul.26

“Diceritakan kepada kami Abu Khaithamah Zuhair ibn Harb dan Ishaq ibn Ibrahim dan
ibn Abi Umar al-Makki dan lafaz bagi al-Zuhair berkata Ishaq dan memberi kabar kepada
kami, dan berkata yang lain, menceritakan kepada kami Sofyan ibn ‘Uyaynah dari Qazzāz
dari Abi al-Ṭufail dari Huzaifah ibnu Asīd al-Ghifari, ia berkata, “Suatu saat, Rasulullah
Saw pernah muncul kepada kami, ketika kami sedang berbicara. Maka Rasulullah Saw
bertanya, ‘Apa yang kalian sedang bicarakan?’ Mereka menjawab, ‘Kami sedang
membicarakan hari kiamat’. Rasulullah Saw bersabda”: “Hari kiamat tidak akan bangkit
sampai kalian melihat sepuluh tanda. Baginda(Rasulullah) menyebutkan, ‘Keluarnya asap,
Dajjal, binatang melata, terbit matahari dari arah ia terbenam, turunnya ‘Isa putra Maryam,
muncul Ya’juj dan Ma’juj, tiga buah peristiwa terbelahnya bumi, yaitu terbelah bumi di
Masyriq, terbelah bumi di Maghrib, terbelah bumi di Jazirah Arab, yang terakhir adalah
keluar api dari Yaman yang akan menggiring manusia ke tempat pengumpulan (maḥsyar)
mereka,”(HR. Muslim).

d) Proses Terjadinya Kiamat

Peristiwa kiamat adalah suatu peristiwa yang benar-benar akan terjadi, dan keyakinan
mengenai akan terjadinya hari kiamat adalah sebuah keharusan bagi siapapun. Peristiwa
hari kiamat banyak digambarkan sebagai peristiwa yang sangat menakutkan sehingga
membuat orang-orang sangat ketakutan, alam semesta pun akan hancur dan berhamburan.
Dalam konteks ilmiah, Agus Mustofa menggambarkan bahwa bumi kita diperkirakan akan
mengalami kehancuran setidaknya dengan 2 mekanisme, yang pertama adalah matahari
yang padam dan yang kedua adalah terjadinya tumbukan dahsyat antara bumi dengan batu-
batuan angkasa.27
Pada beberapa ayat Al-quran juga digambarkan betapa dahsyatnya peristiwa hari kiamat
nantinya, salah satunya terdapat pada QS. Al-Infithar: 1-3
26
Mahir Ahmad al-Sufi, Tanda-tanda Kiamat Kecil dan Besar, dari judul asli Asyratu al-Sa’ah al Hasyru wa
Qiyamu al-Sa’ah, terj. Arif Mahmudi, dkk (Jakarta : Ummul Qura, 2012) hlm. 221.
27
Agus Mustofa, Ternyata Akhirat Tidak Kekal (Surabaya: Padma Press, 2004), hlm. 136.

16
Artinya : 1. Apabila langit terbelah, 2. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, 3. dan
apabila lautan menjadikan meluap.28

Bahkan pada QS. Al-Qari’ah: 4-5, dijelaskan bahwa miliaran manusia akan terlontar
berhamburan ke angkasa seperti gerombolan kupu-kupu yang beterbangan, hal itu terjadi
karena manusia berada pada planet bumi yang sedang bergerak dengan kecepatan 107.000
km per jam mengelilingi matahari. Sehingga ketika bumi akan bertabrakan dengan batu
angkasa yang sangat besar, karena mendadak dihentikan oleh tabrakan komet berukuran
raksasa, maka seluruh benda dipermukaan bumi akan terhambur di angkasa, baik manusia,
binatang, tumbuhan, mobil, rumah dan berbagai benda lainnya.29
Disebutkan dalam QS. Al-Mulk: 16, bahwa setelah hujan badai berbatu itu terjadi, maka
bumi akan dijungkir balikkan oleh-Nya. Sehingga, tidak heran jika Rasulullah mengatakan
bahwa kelak matahari akan terbit dari Barat. Agus menjelaskan, bumi merupakan sebuah
benda langit yang tergantung di awangawang, tidak ada yang mengikatnya kecuali gaya-
gaya gravitasi. Ketika bumi bertabrakan dengan benda langit lainnya, maka bumi akan
bergoyang-goyang, semakin kuat tabrakan yang terjadi, maka semakin goyang bumi
dibuatnya, dan jika terlalu besar maka bumi dapat terjungkir dibuatnya, dapat juga terlepas
dari garis orbitnya.30
2.3 Bintang dan bulan dalam islam
a) Bintang
Bintang dalam bahasa al-Qur’an disebut “Najm” jamaknya “nujum”, sedang dalam
bahasa Inggris disebut ”star” (singular), stars (plural). Bintang terlihat di langit pada waktu
malam seperti suatu titik kecil yang bercahaya sendirian.
Bintang sebenarnya adalah benda raksasa yang sangat panas sekali beribu-ribu
derajat celcius. Panas itu timbul dari hasil pertautan antara atom-atom hidrogen. Jadi
bintang-bintang itu mempunyai cahaya sendiri bukan cahaya pantulan dari benda lain,
berbeda halnya dengan planet dan satelit yang kelihatan bercahaya itu sebenarnya cahaya
pantulan dari sinar matahari (bintang). Untuk memberi gambaran yang tepat tentang benda
samawi yang bernama bintang itu. QS. At-Tariq: 1-3 menyebutkan, ”Demi langit dan yang
datang pada waktu malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?

28
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Kudus :
Menara Kudus, 2006) hlm. 587.
29
Agus Mustofa, Ternyata Akhirat..., 158.
30
Ibid., 159

17
Yaitu bintang yang cahayanya menembus.” Menurut ayat ini, bintang mempunyai cahaya
sendiri yang menembus ruang angkasa, sehingga cahaya sampai di bumi dan dapat dilihat
mata diwaktu malam.
Bintang-bintang itu pun berotasi akibat gaya tarik-gaya tarik yang dimilikinya,
sehingga mereka terjaga dari jatuh ke pusat galaksi. Mustafa Ks.menulis tentang perputaran
bintang ini sebagai berikut: “Menurut para ahli, rotasi bintang-bintang itu disebabkan
ditarik oleh gaya tarik centripetal (gaya tarik kedalam) dari galaksinya masingmasing.
Untuk mengimbangi agar mereka (bintang-bintang) tersebut tidak jatuh pada pusat
galaksi, maka mereka berputar dengan gaya tarik centrifugalnya (gaya tarik keluar)”.31
Adapun besarnya bintang-bintang di langit ada yang lebih besar dari matahari dan ada
pula yang lebih kecil. Bintang yang lebih besar daripada matahari kita diperkirakan para
ahli ada 25% dari jumlah 100 milyard bintang dalam galaksi kabut susu ini.
b) Bulan
Bulan yang dapat kita lihat dengan mata kepala itu adalah merupakan satelit bumi,
di mana saja bumi pergi ia selalu mengikutinya. Bulan sebenarnya bukan hanya satu karena
selain planet bumi juga memiliki bulan. Sembilan planet dalam tata surya ini saja sudah
diketahui memiliki 32 bulan, termasuk bulan bumi. Dengan demikian mestinya banyak
bulan di luar tata surya kita baik dalam galaksi kabut susu atau galaksi lainnya, yang tak
terhitung jumlahnya yang mengiringi setiap planet di angkasa ini.
Bulan atau satelit planet bumi ini besarnya sekitar seperempat besar bumi,
diameternya 3.476 kilo meter, sedang diameter bumi 12.742 kilo meter, massa bulan adalah
1/81,5: 1 massa bumi. Since the moon’s massa is1/81,5of earth’s mass.32 Bulan sebenarnya
tidak mempunyai cahaya sendiri, tetapi hanya memantulkan cahaya matahari ke bumi
sehingga kelihatan dari bumi bercahaya. Karena posisi bulan berlain-lainan terhadap bumi
dan matahari, maka bentuknya pun kelihatan berubah-rubah dari bumi.
Al-Qur’an menyebutkan, bahwa bulan itu bercahaya, sedang matahari bersinar(QS.
an-Nur: 16). Menurut analisaisMaurice Bucaile, matahari itu bersinar karena diumpamakan
sebagai lampu yang sangat terang, sedang bulan itu bercahaya adalah merupakan cahaya
yang diterima dari sinar matahari. Bulan atau satelit sebenarnya juga beredar mengelilingi
matahari terbawa oleh bumi yang mengorbitnya dan juga berotasi pada sumbunya. Di

31
Dikutip dari Musthofa Ks, Al-Qur’an dalam menyoroti Proses Kejadian Manusia, hlm. 9.
32
Philliph D Stern, Our Space Invironment, hlm. 71.

18
samping ia berotasi, juga mengitari bumi selama 29 hari, 12 jam, 44 menit, 03 detik.
Dengan demikian, sehari ia bisa melewati jarak kira-kira 74.000 kilo meter.33
Peredaran bulandijelaskan dalam QS.ar-Rahman: 5 dan QS. Yasin: 39 yang
menunjukkan bahwa bulan beredar sesuai dengan perhitungan. Pada awal perhitungan
berupa sabit terkecil, tetapi karena ia selalu beredar maka membuat posisi bulan antara
bumi dan matahari berubah pula, sehingga cahayanya dari malam ke malam berubah-rubah
semakin besar sampai pada batas terakhir, di mana seluruh bulatannya bercahaya, kemudian
berangsur-angsur mengecil lagi sampai batas terkecil bagaikan tandan yang tua.

33
Mustafa Ks., Al-Qur’an dalam Menyoroti Proses Kejadian Manusia, hlm.91

19
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan
Demikianlah proses tahapan penciptaan alam semesta menurut pandangan islam,
yang mana pendapat mereka bukanlah pada pemikiran spekulatif semata, tetapi
berdasarkan pada metode berfikir empiris eksperimental yang dapat dikaji ulang dan
diperiksa kembali, dengan demikian ketepatan informasi yang dilahirkan al-Quran dan
sains tentang alam semesta tidak berlawanan, akan tetapi mengantarkan manusia
kedalam suatu kepastian keyakinan bahwa Allah Swt yang menciptakan dan mengatur
sekalian alam. Hal ini sesuai denga misi al-Quran sebagai kitab petunjuk yang dapat
membawa jiwa manusia dekat kepada Tuhannya, sebagai pencipta tunggal alam semesta
dan juga sebagai bukti dan indikasi tentang keajaiban al-Quran bahwa semua isinya
tidak mungkin bertentangan dengan temuan sains, bahkan sains dapat dijadikan sebagai
saksi atas kebenaran-kebenaran informasi al-Quran.
3.2 Saran
Penulis sadar bahwa apa yang sudah penulis paparkan dalam tuliasn ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi ilmu, pemahaman dan tulisan, penulis merasa masih
banyak yang perlu diteliti dan dikaji. Kesempurnaan hanya milik Allah yang telah
mengutus para Nabi dan Rasul sebagai penyampai risalah yang lebih mengetahui segala
perbuatan dan ucapan para hamba-hamba-Nya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustafa al-Maraghi. (1974). Tafsir al-Maraghi. Kairo: Mustafa al-Halabi.


Al-Hakim, Mansur. (2006). Kiamat : Tanda-tandanya Menurut Islam, Kristen dan Yahudi. Jakarta
: Gema Insani.
Ali, Munziri. (2012). Penciptaan Semesta Menurut Al-Qur’an : Analisis Terhadap QS. Al-Anbiya :
30 dan Relevansinya dengan Teori Ilmu Pengetahuan. Riau : Jurnal Madania
Anwar, Rosihan. (2017). Ulum Al-Quran. Bandung : Pustaka Setia.
Hadi, Teuku Hairul. (2017). Masa Penciptaan Alam Semesta Dalam Al-Quran. Banda Aceh :
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Indonesia, Departemen Agama Republik. (2006). Al-Qur’an al-Karim dan Terjemah Bahasa
Indonesia. Kudus: Menara Kudus.
Mahir Ahmad al-Sufi. (2012). Tanda-tanda Kiamat Kecil dan Besar, dari judul asli Asyrāṭu al-
Sā‘ah al-Hasyru wa Qiyāmu al-Sā‘ah, penerjemah Arif Mahmudi, Agus Suwandi, Fahmi
Irfanuddin, Editor Muhtadawan Bahri, Yahya Muhammad, cetakan 1. Jakarta : Ummul
Quran.
Maskoeri Jasin. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maskufa. (2009). Ilmu Falak. Jakarta: Gaung Persada Press.
Muhammad Quraish Shihab. (1996). Menemukan Al-Qur`an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.
Muhammad Quraish Shihab.2002.Tafsir al-Misbah. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur`an.
Jakarta: Lentera Hati.
Mustofa, Agus. (2004). Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Surabaya: Padma Press.
Musthofa Ks. (1983). Al-Qur’an dalam menyoroti Proses Kejadian Manusia. Bandung: PT Al-
Ma’arif.
Rukmanasari. (2013). Hari Kiamat dalam Perspektif Al-Quran : Studi Terhadap Q.S. Al-Qariah.
Skripsi. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.
Stern, Philliph D. (1965). Our Space Invironment. New York: Renehart and Winston, Inc.
Yusuf Ahmad. (2006). Mawsu`ah al-`Ijaz al-`Ilmi fi al-Qur`an al-Karim wa Sunnah Mutahharah.
Diterjemahkan oleh Kamran Arsyad Irsyadi. Jakarta Selatan:Grafindo Khazanah Ilmu.
Zainuddin dan Muhammad Jamhari. (1999). Al-Islam 1: Akidah dan Ibadah. Bandung : Pustaka
Setia.

21

Anda mungkin juga menyukai