Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1

“MENGENAL ALAM SEMESTA”


Dosen Pengampu : Isnen Munandar,M.Ag

Disusun Oleh:
Alfarizi Sidiq 222611001
Daud Yusuf Yanuar 222611002
Eneng Susilawati 222611003

MA’SOEM UNIVERISTY 2023


KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang bertajuk "Mengenal Alam Semesta"
dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 1 yang diampu oleh Dosen
Isnen Munandar,M.Ag
Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan banyak terima
kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan
dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda
baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis secara terbuka menerima
segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk mahasiswa/i, umumnya, dan untuk saya sendiri
khususnya.

Bandung, 7 Pebruari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................3
1. Kisah Penciptaan Semesta dalam Alquran dan Sains..........3
A. Pengertian Alam semesta........................................................3
B. Penciptaan Alam Semesta.......................................................3
 Awal Mula............................................................................4
 Asap......................................................................................5
 Garis edar............................................................................5
 Kehidupan...........................................................................6
 Banyak dunia.......................................................................7
 Waktu penciptaan...............................................................8
 Perluasan..............................................................................8
C. Alam Semesta sebaagai tanda kekuasaan Allah SWT.........10
D. Pelestarian Alam Semesta.......................................................11
 Respect For Nature.............................................................11
 Moral Responsibility For Nature......................................12
 Cosmic Solidarity................................................................12
 Caring For Nature..............................................................12
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam membahas falsafat, salah satu yang menarik untuk di
kaji adalah tentang penciptaan alam. Di mana para failasuf, ilmuwan,
bahkan sufi, mempunyai ketertarikan dalam mengetahui asal-usul
mengenai alam ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pembahasan tentang alam
yang paling populer adalah ketika puncaknya ilmu falsafat
berkembang di Yunani dan Arab (Timur Tengah), ketika
penerjemahan ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab dilakukan, pada masa khalifah Al-Ma`mun. Kegiatan
penerjemahan tersebut, melahirkan failasuf-failasuf yang dapat
memberikan pengaruh besar dalam mengisi khazanah intelektual
Islam seperti, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-Ghazali, al-Razi dan
lain-lain. Sebelumnya alam didalam kamus-kamus falsafat ataupun
kamus umum lainnya memiliki nama lain yaitu Kosmos. Kosmos
adalah alam semesta dengan segala isinya, semisal bumi, tata surya,
galaksi, dan seterusnya. Sedangkan didalam kamus Falsafat, Kosmos
dikenal dengan falsafat yang mengenal alam raya, serta meneliti
hakikat alam. Secara umum kosmologi dianggap sebagai cabang
metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai
asal dan susunan alam raya, penciptaan dan kekekalannya, vitalisme
atau mekanisme, kodrat hukum, waktu, ruang, dan kausalitas.
Analisis kosmologi mencoba mencari apa yang berlaku bagi dunia
ini. Adapun Aristoteles (384 – 322 SM) salah satu filosof Yunani
memberikan pengartian, bahwa alam adalah jagat raya yang
diketahui, seperti bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Tuhan,
sedangkan apa yang diciptakan manusia adalah mesin (Techne).
Sedangkan Newton dalam rangkuman bukunya yang berejudul The
Mathematical Principles of Natural Philosophy, sebagaimana yang
dicantumkan dalam kamus Filsafat Lorens Bagus, bahwa Newton
menerangkan alam adalah merupakan sebuah mesin yang berjalan
sesuai dengan hukum-hukum gerakan dan segenap proses yang
didalamnya di tentukan oleh massa, posisi, dan kecepatan yang
dipunyai oleh partikelpartikel materi yang terdapat di dalamnya.
Dengan demikian alam merupakan sebuah mesin yang tetap akan

1
2

berjalan tanpa henti-hentinya sampai pada akhiPada dasarnya,


kosmologi itu mengaji tentang penyelidikan jagat raya yang fisikal,
yang terdiri dari dua bagian. Pertama, penyelidikan falsafah tentang
istilah-istilah pokok yang terdapat dalam fisika, seperti ruang, waktu
dan sebagainya. Kedua, peranggapan-peranggapan yang terdapat
dalam fisika sebagai ilmu tentang jagad raya. Singkatnya, kosmologi
ingin mengetahui hakikat asal, hakikat susunan, hakikat perubahan,
dan hakikat tujuan akhir dari jagat raya ini. Misalnya, bagaimana
sesungguhnya hakikat asal dari jagat raya ini, dari mana asalnya,
bagaimana cara terjadinya, bagaimana evolusinya, bagaimana akhir
adanya, dan bagaimana susunan yang sesungguhnya. Untuk
mengetahui semua itu, perlulah keyakinan akan adanya alam,
terlebih keyakinan kepada Sang pencipta alam. Sebab apabila
seseorang tidak meyakini akan eksistensi Allah dalam kehidupannya,
maka ia akan melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam
hidupnya.
BAB II
Kisah Penciptaan Semesta dalam Alquran dan Sains

A. Pengertian Alam semesta


Alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan
biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat
diungkapkan maupun tidak. Jagad raya ini adalah sebuah massa atau
susunan unsur-unsur itu berada dalam perbentangan. Sehingga alam
semesta dalam persfektif Al-Quran dapat dipahami sebagai perbentangan
unsur-unsur yang saling mempunyai keterkaitan. Pada hakikatnya, alam
semesta haruslah dipahami sebagai wujud dari keberadaan Allah SWT,
sebab alam semesta dan seluruh isinya serta hukum-hukumnya tidak ada
tanpa keberadaan Allah Yang Maha Esa. Segala sesuatu termasuk langit
dan bumi merupakan ciptaan Allah Yang Maha Kuasa (Ibrahim,14:11).
Allah adalah pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasa alam semesta
serta pemeliharanya Yang Maha Pengasih (Al-Baqarah, 1: 1-3) sebagai
ciptaannya, alam semesta ini menyerah kepada kehendak Allah (Ali Imran,
3: 83) dan memuji Allah (Al-Hadid, 57: 1), (Al-Hasyr, 59:1), (As-Saff,
61:1), lihat pula ayat (Al-Isra, 17:44), (An-Nur24: 41). Antara alam
semesta (makhluk) dan Allah mempunyai keterikatan erat, dan bahkan
meskipun mempunyai hukumnya sendiri, ciptaan amat bergantung pada
pencipta yang tak terhingga dan mutlak.

B. Penciptaan Alam Semesta


Jika kita mencari proses penciptaan alam semesta di dalam Al-Quran
terdapat salah satu ayat yang menjelaskan prosesnya seperti di surah (As-
Sajdah, 32:4 yang Berfirman “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan
bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari,
kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua tidak memiliki
seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah
kamu tidak memperhatikannya?”. Dari salah satu ayat tersebut Allah SWT
menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa (sittati
ayyaamin) selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan ayat ini,
bahwa yang disebut dengan (sittati ayyaamin) adalah enam tahapan atau
proses bukan enam hari sebagaimana mengartikan kata Ayyamin.

3
4

Semua sistem kepercayaan di dunia bisa dibilang memiliki kisah


penciptaannya masing-masing. Bangsa Yunani kuno percaya akan
keberadaan Khaos alias ketakberaturan sebelum dewa-dewi menciptakan
dunia, misalnya. Bangsa Sumeria dan Mesopotamia meyakini keterlibatan
makhluk luar angkasa dalam penciptaan manusia. Suku-suku di Mappi,
Papua, meyakini keberadaan Saifafu yang membentuk dunia dari
pikirannya, dan lain sebagainya.
Nah, bagaimana kisah asal-muasal ini dalam Islam? Walaupun tak
disampaikan dalam satu ayat atau surah secara kronologis, sebenarnya
Alquran punya konsep yang unik soal penciptaan. Dalam artian, ia bukan
sekadar kelanjutan dari mitologi Judeo-Kristiani dalam Taurat dan Injil. Ia
juga cerita yang ajaib sebenarnya.
 Awal Mula
‫ض رْتقًا ْ ا وج َع‬ ‫م وا ْْلَر‬² ‫ر الَّذ رْ˜وا اَ ن ال‬ ‫اَ َولَم‬
‫ْلَنا‬ ‫ف ق‬ ‫كان َت ا‬ ‫ت‬ ‫و‬² ‫ك‬ ‫ْين‬
‫ن ه‬² ‫س‬
‫ت م‬
‫من ا م ء شي ح َ ل م ُن ْون‬
‫ي ُيؤ‬ ٍ ’ ‫كل ء‬ ‫ْل‬
‫اَف‬ ‫˜ا‬
“Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya” (QS. Al Anbiya:
30).
Konsep pertama ini jelas. Penciptaan alam semesta dimulai dari pemisahan
zat tunggal yang nantinya jadi alam semesta. Sejumlah terjemahan Inggris
menggunakan “unweaving” dan “unravel” untuk kata “memisahkan”.
Berfirman, ia seperti benang yang diurai dari satu kain.
Ilmu astronomi modern belakangan mengonfirmasi proses ini dengan teori
Ledakan Besar alias Big Bang. Bahwa alam semesta bermula dari ledakan
satu noktah kecil dengan massa yang luar biasa besar sekitar 15 miliar
tahun lalu.
 Asap
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
‫‪5‬‬

‫دخا َقا ل ِ َ َل ض ائ‬ ‫ثُم استَ ِالَى السم˜اء وهي‬


‫ا‬ ‫لَها ل ر‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫‪²‬و‬
‫و‬
‫اَ َت ْي نَ ا ط عين‬ ‫طوعا اَ و كر‬
‫قَالَت̃ا ˜اى‬ ‫ها‬
‫‪(QS. Al Fushilat: 11).‬‬
6

"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau


terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Alquran menyampaikan setelah mula penciptaan ada kalanya langit
masih berupa asap yang kemudian dikumpulkan oleh Allah jadi benda-
benda langit seperti sekarang.
Astronomi modern meyakini pada bentuk awal alam semesta, sekitar
100 ribu tahun setelah ledakan pertama, proton dan neutron yang tercipta
kemudian membentuk atom-atom yang kemudian membentuk semacam
awan gas. Awan gas tersebut kemudian terkonsolidasi menjadi bintang-
bintang serta galaksi-galaksi dan kemudian planet-planet serta benda-benda
langit lainnya.
 Garis edar
Setelah bumi dan benda-benda langit tercipta, Allah kemudian
menetapkan gugusan bintang dan orbit masing-masing benda langit:

‫رج و م م ِن ْيرا‬² ‫ل ِف‬


َ ‫ ى ˜ا ء ْو‬b‫ك َ ل ِف‬ bَ‫ت‬
‫ال س ب جا ع ْيها ا س ق را‬ ‫بر اَلّذي ع‬²
‫ر وج‬ ‫م‬
‫ج‬
(QS. Al Furqan: 61).
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan
Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”

‫فَلَ ك َ ح ْون‬ ‫وهو الَّذي خ ق اَل وال ها والشم وا ْلقَ َر‬


‫ي َّي ب‬ ‫س كل م‬ ‫ل ْيل نَ ر‬

‫س‬
(Al Anbiya, 33).
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya,”

‫ و ِق جو ِم‬² ‫َف ال سم‬


َ

‫أ ْق ب ِع ٱلنُّ م‬
(QS. Al Waqiah: 75-76).
7
" Allah bersumpah dengan bintang-bintang dan tempat beredarnya, yaitu
tempat jatuhnya di tempat-tempat terbenamnya dan apa yang Allah adakan
di waktu-waktu tersebut berupa kejadian-kejadian yang menunjukkan
keagungan, kebesaran, dan keesaanNYa."
Astronomi modern juga menyimpulkan bahwa benda-benda langit
sedianya tak ada yang berdiri diam. Matahari yang sempat dikira diam,
8

ternyata memiliki orbit mengelilingi pusat Bima Sakti. Matahari bergerak


di orbitnya dengan kecepatan sekira 250 kilometer per detik dan
membutuhkan waktu sekitar 225 juta sampai 250 juta tahun untuk
menyelesaikan satu putaran. Demikian juga Bima Sakti yang mengorbit di
klaster galaksinya.
 Kehidupan
Selepas pemisahan dan pembentukan itu, kembali lagi ke Al Anbiya
ayat 30,
‫ض رْتقًا ْ ا وج َع‬ ‫م وا ْْلَر‬² ‫ر الَّذ رْ˜وا اَ ن ال‬ ‫اَ َولَم‬
‫ْل نَ ا‬ ‫ف ق‬ ‫كان َت ا‬ ‫ت‬ ‫و‬² ‫ك‬ ‫ْين‬
‫ن ه‬² ‫س‬
‫ت م‬
‫من ا م ء شي ح َ ل م ُن ْون‬
‫ي ُيؤ‬ ٍ ’ ‫كل ء‬ ‫ْل‬
‫اَف‬ ‫˜ا‬
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka
mengapa mereka tidak beriman?”. Makhluk-makhluk hidup tersebut
kemudian disebarkan ke langit dan bumi.
‫لى‬² ‫من وه ع‬ ‫ِ ه‬ ‫ض‬ ‫م وا ْْلَر‬² ‫ه ْ ق‬, ‫ومن‬
‫اَبّة و‬b˜bَ‫ف ما د‬ ‫وما‬ ‫ت‬ ‫و‬² ‫ا ل ال‬
‫ْي‬ ‫س‬ ²
‫ث‬
‫ي خ‬
‫ِت‬
‫َ د ْير‬ ‫جمع هم‬
‫ِاذَا ق‬
‫ش‬
‫˜اء‬
(QS. Asy Syuura: 29).
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan
bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada
9
keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila Dia
kehendaki”
Prof Quraish Shihab menjelaskan sekali waktu, makhluk hidup tersebut
yang dalam Alquran disebut “dabbah”, bukan jin dan malaikat yang telah
diciptakan sebelumnya. Ia spesifik mengacu pada makhluk organik dari
jasad renik sampai binatang-binatang megafauna. Sejumlah tafsir terdahulu
bahkan menyebutkan binatang yang “berbicara” maupun tak berbicara.
Pada 2014 lalu, para peneliti dari Jet Propulsion Laboratory milik
NASA di Pasadena, Kalifornia menyimpulkan bahwa cikal-bakal berbagai
makhluk hidup di Bumi sedianya memang terbentuk di dasar laut melalui
proses energi elektrik. Sementara teori sebelumnya memperkirakan bahwa
awal kehidupan di Bumi bermula dari semacam kolam kimiawi.
1

 Banyak dunia
Yang perlu dicatat, konsep penciptaan dalam Alquran juga secara
harfiah mengisyaratkan langit dan bumi dalam bentuk jamak.

‫م ومن ا ْْلَر ض ه َتنَزل ا ْلَمر ْيَنه‬² ‫ل ُه الَّذي خلَق س‬


‫ن‬ ‫مثْل َّن‬ ‫و‬² ‫ْبع‬
‫ت‬
‫س‬
‫شيء قَد ْير واَ َّ ا حاط ك شي ع‬ ‫َّ ع‬ ‫لت ع اَن م‬
‫ء ْلما‬ ‫’ل‬ ‫ۙە ن لال د‬ ’ ‫لى‬² ‫لال‬ ‫ل ْ˜وا‬
‫ل‬ َ

‫ك‬
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu” (QS. At Talaq: 12).
Hal ini juga sebenarnya sedari mula disebutkan dalam Alquran melalui
ayat dua surat pembuka. “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin” yang arti
sebenarnya lebih mendekati “Segala puji bagi Tuhan semua dunia-dunia”
alih-alih seperti dalam terjemahan Indonesia “Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.”
Sejak teori fisika kuantum ditemukan pada 1970-an, teori “dunia yang
banyak” ini alias “multiverse” kian mendapat tempat di kalangan ilmuwan.
Teleskop Kepler milik Amerika Serikat juga telah mengkonfirmasi
keberadaan ribuan planet di luar Tata Surya, sebagian diantaranya disebut
memiliki kondisi mirip Bumi yang mungkin bisa menopang kehidupan.
 Waktu penciptaan
Dalam Alquran juga dinyatakan bahwa proses penciptaan tersebut
berlangsung dalam enam hari. Meski begitu, sejumlah ayat lain dalam
Alquran menunjukkan bahwa lamanya hari tersebut tak sama dengan sehari
semalam di Bumi.
˜
‫ل ىكةُ والر ْوح لَ ْيه ِفي َي ْو ٍم كان م ْقدار ˚ه خمس ْين َا‬² ‫َتعرج ا ْلم‬
‫ْلف س َن ٍة‬
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam
‫‪1‬‬
‫;)‪sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”. (Alma’arij, 4‬‬

‫كا‬ ‫ا اب ول ن خ ّ وعد ˚ و َي ع ر‬ ‫و ست ِ‬
‫ْلف‬ ‫ه ِا ْوما ْند ِب’‬ ‫ُّي ِلف ل‬ ‫ْ‬ ‫َي ع جل‬
‫ُا‬ ‫ك‬
‫ن‬ ‫ل‬ ‫َس ’ ْو َن‬
‫ْو َ‬ ‫م‬
‫ما‬
‫دن‬ ‫َتع‬
‫ة‬
1

dan “Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun


menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47).
 Perluasan
Yang juga berbeda dengan Perjanjian Lama, Allah tak beristirahat
selepas penciptaan alam semesta. Ia hanya disebutkan bertahta di ‘Arsy
yang kebesarannya melampaui langit dan bumi

‫وى عل‬² ‫ست ة اَ َيّا ُثم ا‬ ‫ت ض ْي ه‬ ‫م‬² ‫َالَّذي خَلق ال‬


‫سَت ى‬ ‫ي ٍم‬ ‫و ْالَر وما َن ما‬ ‫و‬²
‫س‬
‫ه خ ِب ْيرا‬, ‫ا ر “ش َف ل‬
‫ سـ‬² ‫اَلر ح‬ ‫ْل‬
‫من‬
(QS. Al Furqan: 59).
“yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy,
(Dialah) Yang Maha Pengasih, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada
orang yang lebih mengetahui (Muhammad).”
Selain itu, penciptaan alam semesta juga tak berhenti selepas keseluruhan
langit dan bumi tercipta. “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan
(Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz
Dzariyat: 47).
Sudah jamak diyakini para ilmuwan, terciptanya alam semesta memang
bukan proses yang sudah berhenti. Galaksi dan bintang-bintang masih terus
bergerak “meluas”. Sementara Bumi juga sudah beberapa kali mengalami
pembaruan melalui “kiamat-kiamat” yang merujuk para ilmuwan
sedikitnya lima kali telah terjadi.

‫ِلِل ا ا ْل هار‬
ْ ‫م ت و‬² ‫غ ر ْالَر ض‬ ‫ل‬ ‫َي م ت‬
‫ْلوا حد‬ ‫َبر وا‬ ‫و‬² ‫وال‬ ‫ْي‬ ‫ْالَر‬ ‫ْو َبد‬
‫ز‬ ‫س‬ ‫ض‬
(QS. Ibrahim: 48)
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan
(demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar)
berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa.”
1
Dalam perkembangannya, filosof dan ulama Muslim sepanjang zaman
tak merasa cukup dengan kisah itu. Ibn Sina membayangkan proses
penciptaan tersebut terjadi secara emanasi alias memancar dari Tuhan
sebagai sumber utama, membayangkan bahwa meski alam semesta abadi
1

secara waktu namun ia azali secara materi. Ada juga Al Ghazali yang
mengesampingkan sebab akibat dalam penciptaan tersebut, hingga Ibn
Taymiyyah yang meyakini penciptaan sebagai proses kreatif yang terus
menerus. Ada Ibn Arabi yang konsepnya terlalu rumit untuk dijelaskan
dalam satu kalimat.
Bagaimanapun, membayangkan dan mengagumi proses penciptaan
tersebut semata memenuhi perintah Allah dalam Alquran yang berulang
kali memerintahkan umat manusia “merenungkan penciptaan langit dan
bumi”.

C. Alam Semesta sebaagai tanda kekuasaan Allah SWT


Alquran menjelaskan, penciptaan alam semesta, yakni langit dan bumi
bukan untuk hal yang sia-sia atau main-main. Penciptaan alam semesta
untuk tujuan yang benar, salah satunya agar manusia menyembah dan
mengenal Allah melalui ciptaan-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-
Anbiya Ayat 16 dan tafsirnya.
‫ل ِ ع ِ ب ْي ن‬
َ َ ‫و‬ ‫خَل ْقَنا ˜اء َْْل‬ ‫و َما‬
‫َما ن م‬ ‫ال س ْر وا‬
‫ض ْي ا‬ ‫َم‬
‫ه‬
“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala apa yang ada di
antara keduanya dengan main-main” (QS Al-Anbiya: 16)
Dalam Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menjelaskan bahwa Allah
tidak menciptakan langit dan bumi serta semua yang terdapat di antara
keduanya dengan maksud yang sia-sia atau main-main. Allah menciptakan
itu semua dengan tujuan yang benar, yang sesuai dengan hikmah dan sifat-
sifat-Nya yang sempurna.
ernyataan ini merupakan jawaban terhadap sikap dan perbuatan kaum
kafir yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad SAW, serta
kemukjizatan Alquran. Karena tuduhan-tuduhan yang dilemparkan
kepadanya yaitu, bahwa Alquran adalah buatan Nabi Muhammad SAW,
bukan wahyu dan mukjizat yang diturunkan Allah kepadanya.
Sikap ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui ciptaan Allah,
seakan-akan Allah menciptakan sesuatu hanya untuk main-main, tidak
mempunyai tujuan yang benar dan luhur. Padahal Allah menciptakan
langit, bumi dan seisinya, dan yang ada di antara keduanya, adalah agar
1

manusia menyembah-Nya dan berusaha untuk mengenal-Nya melalui


ciptaan-Nya itu.
Maksud tersebut baru dapat tercapai dengan sempurna apabila
penciptaan alam itu diikuti dengan penurunan Kitab yang berisi petunjuk
dan dengan mengutus para Rasul untuk membimbing manusia. Alquran
selain menjadi petunjuk bagi manusia, juga berfungsi sebagai mukjizat
terbesar bagi Nabi Muhammad SAW, untuk membuktikan kebenaran
kerasulannya.
Oleh sebab itu, orang-orang yang mengingkari kerasulan Nabi
Muhammad SAW adalah juga orang-orang yang menganggap bahwa Allah
menciptakan alam ini dengan sia-sia, tanpa adanya tujuan dan hikmat yang
luhur, tanpa ada manfaat dan kegunaannya.
Apabila manusia mau memperhatikan semua yang ada di bumi ini, baik
yang tampak di permukaannya, maupun yang tersimpan dalam perut bumi
itu, niscaya ia akan menemukan banyak keajaiban yang menunjukkan
kekuasaan Allah.
Jika ia yakin bahwa kesemuanya itu diciptakan Allah untuk
kemaslahatan dan kemajuan hidup manusia sendiri, maka ia akan merasa
bersyukur kepada Allah, dan meyakini bahwa semuanya itu diciptakan
Allah berdasarkan tujuan yang luhur karena semuanya memberikan faedah
yang tidak terhitung banyaknya.
Bila manusia sampai kepada keyakinan semacam itu, sudah pasti ia
tidak akan mengingkari Alquran dan tidak akan menolak kerasulan Nabi
Muhammad SAW. Senada dengan isi ayat ini, Allah telah berfirman dalam
ayat-ayat yang lain.

‫ظن ذ ْين ر ْوا‬ ۗ ‫هما‬ ‫وما َب ْ َين وا‬ ‫وما خَل ْقنَا ˜اء‬
‫الَ ك‬ ‫ذ‬² ‫َباطل‬ ‫َْْلرض‬ ‫ال سم‬
‫ِلك‬
‫ر‬bِ ‫َنّا‬b ‫ر من ال‬ ‫فَو ْي ل ِّ لَّذ‬
‫ْوا‬ ‫ْين‬
‫ك‬
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah
orang-orang yang kafir karena mereka akan masuk neraka." (QS Sad: 27)

‫لَ ع م ْون‬ ‫م ه‬ ‫ر كث ل‬ ‫نا‬


‫‪1‬‬

‫و ‪²‬لك‬ ‫ِق ح‬ ‫ْق ‪²‬ن ما خل ا ه ا ل ْ‬


‫˜ م ل ا‬
‫‪(QS Ad-Dukhan: 39).‬‬
1

"Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi


kebanyakan mereka tidak mengetahui."
A. Pelestarian Alam Semesta
Kita sebagai umat manusia yang bertugas untuk melestarikan Alam
Semesta harus mempunyai prinsip dalam melestarikan alam semesta, yaitu:
 Respect For Nature
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya 107, Allah SWT berfirman:

‫ك رحم ْ ع م ْين‬ ‫وما َار‬


˜
َ‫ًة ل ل‬ ‫ ِاْل‬²
‫ن‬
‫ل‬ ‫س‬

‫ْل‬
Berfirman: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”.
Rahmatan lil alamin bukanlah sekedar motto Islam, tapi merupakan tujuan
dari Islam itu sendiri. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah
sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan alam dan
lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut.
 Moral Responsibility For Nature
Sesuai dengan firman Allah dalam surah al Baqarah: 30
‫الُْ˜وا اَ تَج ل ِف‬ ً‫ل ىكة ا ِن’ي جاعل ِفى ا ْلَرض خ ِل ْي ة‬²˜‫ال رُبّك ل ْلم‬
‫ْيها واِذ‬
‫ُّي ْفسد ِف ْيها و َيس ِفك ال ’دم˜ا “ َء و نَ حن نُس ِب’ح ِبحمدك ونُ ’دس لَك‬
‫ال ِن’ ْي من‬
‫َاعل َم ما ْل َتعلَم ْون‬
Berfirman: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui.
1
 Cosmic Solidarity
Sama halnya dengan kedua prinsip diatas, prinsip solidaritas muncul
dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta.
Selain itu dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai kedudukan
sederajat dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini
1

membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan


sepenanggungan dengan alam makhluk hidup lain.
 Caring For Nature
Kasih sayang dan kepedulian muncul dari kenyataan bahwa sebagai
sesama anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak
untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat. Sebagaimana
dimuat dalam sebuah Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Shakhihain:
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Tidak seorang pun muslim yang menanam tumbuhan atau
bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan oleh burung atau manusia
atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah
untuknya.”
Mengingat karena semua kerusakan atau pencemaran lingkungan di
dunia ini di sebabkan karena tangan ulah tangan manusia, maka dalam hal
pelestarian ini haruslah diingat hal-hal yang berhubungan dengan
kerusakan lingkungan hidup, diantaranya adalah:
1. Penebangan pohon di hutan secara liar
2. Membuang sampah sembarangan
3. Polusi udara menyebabkan menyebarnya penyakit bagi makhluk hidup
Hal-hal yang harus diketahui dalam melestarikan lingkungan hidup seperti
air, udara, tanah diantaranya adalah:
1. Air :Melakukan penyuluhan mengenai penghematan air yang dilakukan
sedini mungkin
2. Tanah : Memberikan penyuluhan mengenai tidak membuang sampah
sembarangan dan mendaur ulang sampah
3. Udara : Melakukan penanaman kembali atau Reboisasi.
2

PERTANYAAN DAN JAWABAN:


1. Fawzy dari kelompok Ar-Rahman
Disebutkan dalam surat At Talaq:12 bahwasanya Langit dicptakan
berlapis-lapis,apa itu arti secara harfiah atau tersirat atau ada hubungannya
dengan teori modern yang menyebutkan tentang lam semesta seperti
multiverse kalau dalam ilm2?
Jawab:
Tujuh langit berlapis-lapis (sab’a samawât) atau bertingkat-tingkat pada
ayat ini bukanlah bermakna lapisanlapisan langit. Tujuh langit bermakna
jumlah yang sangat banyak, tak terhingga, benda-benda langit di jagat raya.
Berlapis-lapis atau bertingkattingkat bermakna jaraknya yang berbeda-
beda, ada yang dekat (masih di lingkungan bumi dan tata surya, termasuk
atmosfer bumi) dan ada yang jauh. (Kementrian Agama RI, 2012: 6).
Semua nampak sederhana, namun Allah menunjukkan kekuasaannya yang
luar biasa. Kemudian pada ayat “wa min al- `ar’i milahunna”, Quraish
Shihab (Vol.14, 2002: 308) memahaminya bahwa bilangan bumi seperti
bilangan langit yang tujuh. Yakni sebagaimana Allah yang telah
menciptakan langit yang tujuh itu, seperti itu juga Allah yang menciptakan
bumi ini, yakni dalam tujuh bilangan. Sebagaimana pemahaman tujuh
langit dengan makna langit yang banyak di atas, maka bisa jadi, bilangan
tujuh bumi di atas menyiratkan makna akan adanya “banyak” bumi yang
terdapat di semesta ini. Ayat diatas, menyiratkan akan adanya multiverse,
multisemesta, atau banyaknya alam semesta. Tiap-tiap langit dan bumi,
memiliki seperangkat hukum alam dan aturan-aturan yang telah diciptakan
oleh Allah. Dalam beberapa kasus, bisa jadi perangkat hukum dan aturan di
tiap langit dan bumi (universe) tersebut berbeda. Jika menilik dari sudut
pandang terminologi, bahwa istilah alam semesta dalam Al-Qur`an terekam
dalam kata as-samâ` wa al-`ar atau as-samawât wa al-`ar. Dengan
demikian, penyebutan sab’a samawât yang kemudian diikuti dengan wa
min al-`ar’i milahunna, dapat bermakna sebagai banyaknya alam semesta.
Multisemesta merupakan konsekuensi dari adanya penemuanpenemuan
baru para peneliti di bidang kosmologi, seperti adanya big bang, inflasi
alam semesta, hingga keberadaan supernova, memungkinkan adanya jagat
raya–jagat raya lain selain jagat raya kita, dan tidak menutup kemungkinan
akan adanya kehidupan di alam semesta lain. Akan tetapi, adanya
multisemesta terlebih kehidupan di alam semesta lain, memiliki syarat-
2

syarat tersendiri yang memungkinkan eksisnya kehidupan di alam semesta


lain tersebut.
‫وهلال أعل ُم با لﺼواﺏ‬
2. Ahmad dari kelompok Al Kahfi
Disebutkandalam Al-Quran bahwa penciptaan alam semesta terjadi selama
6 hari,apakah itu kiasan atau makna sebenarnya?
Jawab:
َّ َّ ‫أ‬ َ َ ُ
‫ِ ت أ يا‬ ‫َ ما وا‬ ‫خلق‬ ‫و ه وا‬
َ ‫ال‬
‫م‬ · ‫َوات ْل أر‬
‫يف ِة‬
‫ض س‬ ‫س‬ ّ
‫ل ِذي‬
"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari," (QS
Hud: 7). Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Dalam ayat
ini disebutkan "sittati ayyam", artinya "enam hari", akan tetapi pengertian
hari di sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang
perhitungan Allah.
Ulama ilmu falak telah menetapkan bahwa hari-hari yang ada
hubungannya dengan peredaran bintang-bintang tidak sama dengan kadar
hari yang berlaku di bumi ini.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan
langit dan bumi, berada di atas air. Arasy atau singgasana Allah itu
termasuk alam gaib, yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan
tidak mungkin pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya,
apalagi caranya Tuhan bersemayam di atas singgasana itu. Ayat-ayat yang
menerangkan hal ini termasuk ayat yang mutasyabihat, yang wajib kita
imani kebenarannya dengan menyerahkan pengertiannya kepada Allah.
Ummu Salamah, Rabi'ah dan Malik meriwayatkan bahwa para sahabat
dalam menafsirkan ayat mutasyabihat seperti itu selalu berkata, "Istiwa
(bersemayam-Nya) sudah diketahui akan tetapi caranya tidak diketahui."
Ayat ini menunjukkan bahwa yang berada di bawah Arasy Allah itu ialah
air yang oleh Allah dijadikan unsur pokok dalam menciptakan makhluk
yang hidup sebagaimana firman-Nya:
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka
mengapa mereka tidak beriman? (al-Anbiya'/21: 30)
Kemudian Allah menerangkan bahwa tujuan penciptaan langit dan bumi
2

dalam enam masa, dan adanya 'Arasy di atas air, yang jadi unsur pokok
dari semua makhluk yang hidup adalah untuk menguji siapa di antara
manusia yang lebih baik perbuatannya. Allah telah menyediakan semua
yang berada di bumi ini untuk dimanfaatkan manusia, sebagaimana
firman-Nya:
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu.
(al-Baqarah/2: 29)
Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi diperintahkan
supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya, untuk
mengambil manfaat isi alam, untuk menggali manfaat alam semesta ini,
yang ada di bumi, di lautan dan di udara seperti barang tambang yang
terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya, supaya digali
manfaatnya semaksimal mungkin, untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat
manusia, sebagai anugerah dari Allah Rabbul 'alamin.
Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ujian bagi manusia siapakah di
antara mereka yang paling kuat imannya dan paling baik amalannya, yang
paling berjasa untuk kemanusiaan, siapa yang paling menonjol
keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya, siapa yang
paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya. Tentulah Allah
tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan pula hasil
ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya. Balasan
Allah itu diberikan setelah hari Kiamat. Akan tetapi, jika Nabi Muhammad
berkata kepada kaum musyrikin di kota Mekah bahwa mereka akan
dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal
perbuatannya ketika di dunia, maka mereka akan menjawab, "Apa yang
kamu kemukakan dari Al-Qur'an itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan
kami dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia."

3. Harun dari kelompok Al Insan


Apakah dari awal penciptaan alam semesta sudah diciptakan adanya hari
dan apa nama hari pawa awalannya?
Jawab:
Sistem penanggalan Islam atau kalender Hijriah ditetapkan pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab dengan mengacu pada peristiwa hijrah
2

umat Muslim dari Makkah ke Madinah pada 622 M


Penetapan kalender hijriah ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin
Khattab,17 tahun setelah hijrahnya Rasulullah SAW. Saat itu, Umar bin
Khatab sebagai amirul mukminin atau pemimpin umat Islam kedatangan
utusan yang membawa surat tanpa disertai tahun.
Hal itu kemudian membuat Umar mengumpulkan para sahabat dan
pembesar untuk melakukan ijma atau musyawarah menentukan tahun
kalender Islam.
Berikut ini urutan 12 bulan dalam Hijriah:
1. Muharram
2. Safar
3. Robi'ul Awal
4. Robi'ul Akhir
5. Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir
7. Rajab
8. Sya'ban
9. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulqa'dah
12. Dzulhijjah.
Sedangkan nama hari diambil dari urutan angka dalam Bahasa Arab
9
:Minggu ‫( ا د‬Ahad)
َ
‫أل ح‬
َ ْ
Senin:  ‫ي‬bْ‫) اإل ث ن ْ ن‬Isnaini(
َ َ ُّ
Selasa:  ‫ء‬9 ‫) ال ث َل ثا‬Tsulaatsaai(
9 ْ
‫رِب َعا ء‬ ‫( ا‬Arbi'aai)
‫ أل‬Rabu: 

 Kamis: ‫( ال ِ م‬Khomiis)
‫س‬ ْ
‫ي‬
‫خ‬
9 َ
‫ع ة‬  ‫( ال‬Jumu'ati)

‫م‬9 ‫ ج‬:Jumat
 Sabtu:
2
ْ (Sabtu)
‫بس‬ ‫ال‬
Dan permulaan hari yaitu Ahad di ambil dari kata ahad yaitu satu.
BAB 3
KESIMPULAN
Menurut Islam pandangan terhadap alam semesta bukan hanya
berdasarkan akal semata. Alam semesta difungsikan untuk menggerakkan
emosi dan prasaan manusia terhadap keagungan al-Khaliq, kekerdilan
manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukan kepada-Nya.
Berfirman, alam semesta dipandang sebagai dalil qath’i yang menunjukkan
keesaan dan ketuhanan Allah.Alam semesta diciptakan untuk satu tujuan.
Alam semesta ini tidak diciptakan berdasarkan permainan atau senda
gurau. Firman Allah:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (ad-
Dukhaan: 38-39)
“Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya melainkan dengan [tujuan] yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan.” (al-Ahqaf: 3) Kepada manusia disajikan berbagai pertanyaan
dan anjuran untuk beribadah kepada Allah sekaligus mengesakan-Nya
setelah manusia merenungkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya,
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. dan
orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka Itulah orang-
orang yang merugi. Katakanlah: “Maka Apakah kamu menyuruh aku
menyembah selain Allah, Hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari
kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan
dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (az-Zumar: 62-
64, dan 67).

17
DAFTAR PUSTAKA
https://iqra.republika.co.id/berita/rfba7h313/alquran-alam-semesta-
diciptakan-untuk-tujuan-yang-benar
https://rihlah.republika.co.id/posts/135631/kisah-penciptaan-semesta-
dalam-alquran-dan-sains
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/alam-semesta-menurut-
pandangan-islam-2/
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/tasyri/article/view/3
292

18

Anda mungkin juga menyukai