Disusun Oleh:
Alfarizi Sidiq 222611001
Daud Yusuf Yanuar 222611002
Eneng Susilawati 222611003
Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang bertajuk "Mengenal Alam Semesta"
dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 1 yang diampu oleh Dosen
Isnen Munandar,M.Ag
Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan banyak terima
kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan
dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda
baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis secara terbuka menerima
segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk mahasiswa/i, umumnya, dan untuk saya sendiri
khususnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................3
1. Kisah Penciptaan Semesta dalam Alquran dan Sains..........3
A. Pengertian Alam semesta........................................................3
B. Penciptaan Alam Semesta.......................................................3
Awal Mula............................................................................4
Asap......................................................................................5
Garis edar............................................................................5
Kehidupan...........................................................................6
Banyak dunia.......................................................................7
Waktu penciptaan...............................................................8
Perluasan..............................................................................8
C. Alam Semesta sebaagai tanda kekuasaan Allah SWT.........10
D. Pelestarian Alam Semesta.......................................................11
Respect For Nature.............................................................11
Moral Responsibility For Nature......................................12
Cosmic Solidarity................................................................12
Caring For Nature..............................................................12
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam membahas falsafat, salah satu yang menarik untuk di
kaji adalah tentang penciptaan alam. Di mana para failasuf, ilmuwan,
bahkan sufi, mempunyai ketertarikan dalam mengetahui asal-usul
mengenai alam ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pembahasan tentang alam
yang paling populer adalah ketika puncaknya ilmu falsafat
berkembang di Yunani dan Arab (Timur Tengah), ketika
penerjemahan ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab dilakukan, pada masa khalifah Al-Ma`mun. Kegiatan
penerjemahan tersebut, melahirkan failasuf-failasuf yang dapat
memberikan pengaruh besar dalam mengisi khazanah intelektual
Islam seperti, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-Ghazali, al-Razi dan
lain-lain. Sebelumnya alam didalam kamus-kamus falsafat ataupun
kamus umum lainnya memiliki nama lain yaitu Kosmos. Kosmos
adalah alam semesta dengan segala isinya, semisal bumi, tata surya,
galaksi, dan seterusnya. Sedangkan didalam kamus Falsafat, Kosmos
dikenal dengan falsafat yang mengenal alam raya, serta meneliti
hakikat alam. Secara umum kosmologi dianggap sebagai cabang
metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai
asal dan susunan alam raya, penciptaan dan kekekalannya, vitalisme
atau mekanisme, kodrat hukum, waktu, ruang, dan kausalitas.
Analisis kosmologi mencoba mencari apa yang berlaku bagi dunia
ini. Adapun Aristoteles (384 – 322 SM) salah satu filosof Yunani
memberikan pengartian, bahwa alam adalah jagat raya yang
diketahui, seperti bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Tuhan,
sedangkan apa yang diciptakan manusia adalah mesin (Techne).
Sedangkan Newton dalam rangkuman bukunya yang berejudul The
Mathematical Principles of Natural Philosophy, sebagaimana yang
dicantumkan dalam kamus Filsafat Lorens Bagus, bahwa Newton
menerangkan alam adalah merupakan sebuah mesin yang berjalan
sesuai dengan hukum-hukum gerakan dan segenap proses yang
didalamnya di tentukan oleh massa, posisi, dan kecepatan yang
dipunyai oleh partikelpartikel materi yang terdapat di dalamnya.
Dengan demikian alam merupakan sebuah mesin yang tetap akan
1
2
3
4
س
(Al Anbiya, 33).
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya,”
Banyak dunia
Yang perlu dicatat, konsep penciptaan dalam Alquran juga secara
harfiah mengisyaratkan langit dan bumi dalam bentuk jamak.
ك
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu” (QS. At Talaq: 12).
Hal ini juga sebenarnya sedari mula disebutkan dalam Alquran melalui
ayat dua surat pembuka. “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin” yang arti
sebenarnya lebih mendekati “Segala puji bagi Tuhan semua dunia-dunia”
alih-alih seperti dalam terjemahan Indonesia “Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.”
Sejak teori fisika kuantum ditemukan pada 1970-an, teori “dunia yang
banyak” ini alias “multiverse” kian mendapat tempat di kalangan ilmuwan.
Teleskop Kepler milik Amerika Serikat juga telah mengkonfirmasi
keberadaan ribuan planet di luar Tata Surya, sebagian diantaranya disebut
memiliki kondisi mirip Bumi yang mungkin bisa menopang kehidupan.
Waktu penciptaan
Dalam Alquran juga dinyatakan bahwa proses penciptaan tersebut
berlangsung dalam enam hari. Meski begitu, sejumlah ayat lain dalam
Alquran menunjukkan bahwa lamanya hari tersebut tak sama dengan sehari
semalam di Bumi.
˜
ل ىكةُ والر ْوح لَ ْيه ِفي َي ْو ٍم كان م ْقدار ˚ه خمس ْين َا² َتعرج ا ْلم
ْلف س َن ٍة
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam
1
;)sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”. (Alma’arij, 4
كا ا اب ول ن خ ّ وعد ˚ و َي ع ر و ست ِ
ْلف ه ِا ْوما ْند ِب’ ُّي ِلف ل ْ َي ع جل
ُا ك
ن ل َس ’ ْو َن
ْو َ م
ما
دن َتع
ة
1
ِلِل ا ا ْل هار
ْ م ت و² غ ر ْالَر ض ل َي م ت
ْلوا حد َبر وا و² وال ْي ْالَر ْو َبد
ز س ض
(QS. Ibrahim: 48)
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan
(demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar)
berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa.”
1
Dalam perkembangannya, filosof dan ulama Muslim sepanjang zaman
tak merasa cukup dengan kisah itu. Ibn Sina membayangkan proses
penciptaan tersebut terjadi secara emanasi alias memancar dari Tuhan
sebagai sumber utama, membayangkan bahwa meski alam semesta abadi
1
secara waktu namun ia azali secara materi. Ada juga Al Ghazali yang
mengesampingkan sebab akibat dalam penciptaan tersebut, hingga Ibn
Taymiyyah yang meyakini penciptaan sebagai proses kreatif yang terus
menerus. Ada Ibn Arabi yang konsepnya terlalu rumit untuk dijelaskan
dalam satu kalimat.
Bagaimanapun, membayangkan dan mengagumi proses penciptaan
tersebut semata memenuhi perintah Allah dalam Alquran yang berulang
kali memerintahkan umat manusia “merenungkan penciptaan langit dan
bumi”.
ظن ذ ْين ر ْوا ۗ هما وما َب ْ َين وا وما خَل ْقنَا ˜اء
الَ ك ذ² َباطل َْْلرض ال سم
ِلك
رbِ َنّاb ر من ال فَو ْي ل ِّ لَّذ
ْوا ْين
ك
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah
orang-orang yang kafir karena mereka akan masuk neraka." (QS Sad: 27)
dalam enam masa, dan adanya 'Arasy di atas air, yang jadi unsur pokok
dari semua makhluk yang hidup adalah untuk menguji siapa di antara
manusia yang lebih baik perbuatannya. Allah telah menyediakan semua
yang berada di bumi ini untuk dimanfaatkan manusia, sebagaimana
firman-Nya:
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu.
(al-Baqarah/2: 29)
Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi diperintahkan
supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya, untuk
mengambil manfaat isi alam, untuk menggali manfaat alam semesta ini,
yang ada di bumi, di lautan dan di udara seperti barang tambang yang
terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya, supaya digali
manfaatnya semaksimal mungkin, untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat
manusia, sebagai anugerah dari Allah Rabbul 'alamin.
Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ujian bagi manusia siapakah di
antara mereka yang paling kuat imannya dan paling baik amalannya, yang
paling berjasa untuk kemanusiaan, siapa yang paling menonjol
keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya, siapa yang
paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya. Tentulah Allah
tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan pula hasil
ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya. Balasan
Allah itu diberikan setelah hari Kiamat. Akan tetapi, jika Nabi Muhammad
berkata kepada kaum musyrikin di kota Mekah bahwa mereka akan
dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal
perbuatannya ketika di dunia, maka mereka akan menjawab, "Apa yang
kamu kemukakan dari Al-Qur'an itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan
kami dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia."
Kamis: ( ال ِ مKhomiis)
س ْ
ي
خ
9 َ
ع ة ( الJumu'ati)
م9 ج:Jumat
Sabtu:
2
ْ (Sabtu)
بس ال
Dan permulaan hari yaitu Ahad di ambil dari kata ahad yaitu satu.
BAB 3
KESIMPULAN
Menurut Islam pandangan terhadap alam semesta bukan hanya
berdasarkan akal semata. Alam semesta difungsikan untuk menggerakkan
emosi dan prasaan manusia terhadap keagungan al-Khaliq, kekerdilan
manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukan kepada-Nya.
Berfirman, alam semesta dipandang sebagai dalil qath’i yang menunjukkan
keesaan dan ketuhanan Allah.Alam semesta diciptakan untuk satu tujuan.
Alam semesta ini tidak diciptakan berdasarkan permainan atau senda
gurau. Firman Allah:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (ad-
Dukhaan: 38-39)
“Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya melainkan dengan [tujuan] yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan.” (al-Ahqaf: 3) Kepada manusia disajikan berbagai pertanyaan
dan anjuran untuk beribadah kepada Allah sekaligus mengesakan-Nya
setelah manusia merenungkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya,
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. dan
orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka Itulah orang-
orang yang merugi. Katakanlah: “Maka Apakah kamu menyuruh aku
menyembah selain Allah, Hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari
kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan
dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (az-Zumar: 62-
64, dan 67).
17
DAFTAR PUSTAKA
https://iqra.republika.co.id/berita/rfba7h313/alquran-alam-semesta-
diciptakan-untuk-tujuan-yang-benar
https://rihlah.republika.co.id/posts/135631/kisah-penciptaan-semesta-
dalam-alquran-dan-sains
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/alam-semesta-menurut-
pandangan-islam-2/
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/tasyri/article/view/3
292
18