Anda di halaman 1dari 14

KELEMAHAN ILMU PENGETAHUAN BARAT

Disusun
Oleh:

NAMA : ISAFUDDIN
NIM : 2919540710
FAKULTAS : HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI


IAIN
LHOKSEUMAWE
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul: “Kelemahan Ilmu Pengetahuan Barat”.
Shalawat dan salam kita panjatkan kehadirpat Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Dosen Pembimbing, atas bimbingan kepada penulis sehingga
tersusunnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagai semua pihak.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa akan datang.

Lhok Seumawe, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Modern.............................................................2
B. Kelemaham Ilmu Pengetahuan Barat..............................................................4
BAB III.....................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan sains menunjukkan bahwa sains berasal dari

penggabungan dua tradisi tua, yaitu tradisi pemikiran filsafat yang dimulai oleh

bangsa Yunani kuno serta tradisi keahlian atau ketrampilan tangan yang

berkembang di awal peradaban manusia yang telah ada jauh sebelum tradisi

pertama lahir. Filsafat memberikan sumbangan berbagai konsep dan ide terhadap

sains sedangkan keahlian tangan memberinya berbagai alat untuk pengamatan alam.

Selanjutnya, sains modern bisa dikatakan lahir dari perumusan metode ilmiah yang

disumbangkan Rene Descartes yang menyodorkan logika rasional dan deduksi serta

oleh Francis Bacon yang menekankan pentingnya eksperimen dan observasi.

Filsafat Merupakan satu ilmu yang mencakup seluruh lapangan ilmu

pengetahuan, baik yang teoritis maupun yang praktis. bukti ini dapat disajikan

dalam temuan - temuan yang dihasikan oleh filosof - filosof islam sendiri, seperti

al-Kindi yang ahli dalam ilmu pasti dan ilmu falak, ibnu Sina yang tersohor dalam

ilmu kedokteran dengan menyusun kitab al-Qonun yang sampai detik hari ini

menjadi rujukan dibelahan barat maupun timur. Ibnu rusyd ulama dalam bidang

hukum, imu hisab (arithmatic), kedokteran dan ahli filsafat.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah pengertian Pengetahuan Modern?

2. Bagaimanakah kelemahan ilmu pengetahuan barat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan (Sains) Modern

Sains dalam perspektif modern. Kata sains adalah adaptasi dari kata Inggris,

science, yang sering juga secara kurang tepat diartikan sebagi ilmu pengetahuan.

Secara etimologis, kata "science" berasal dari kata Latin "scire" yang arti harfiahnya

mengetahui--dan derifatnya pengetahauan. Tetapi secara istilahi/terminologis, kata

ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan dan harus disadari oleh setiap

pelajar sains. Sampai abad pertengahan sains dipahami sebagai "any organized

knowledge," artinya ilmu apapun yang terorganaisir, sehingga pada masa itu,

theology disebut juga sains' sehingga muncullah istilah theological science,

mathematical science bahkam metaphysical science, disamping tentu saja physical

science.

Tetapi pada penghujung abad sembilan belas dan awal abad kedua puluh,

sains mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan pada ranah filosofis, yang

dramatisa, di mana sains kemudian--atas pengaruh Positivisme--hanya difokuskan

pada objek-objek empiris (inderawi dan fisik) saja, sehingga pengertian sains

kemudian berubah menjadi "pengetahuan yang sistematik tentang dunia fisik" (a

systematic knowledge of the physical world), dengan konsekuensi mengeluarkan

segala jenis pengetahuan yang tidak empiris, seperti teologi, metafisik, eskatologi

dan bahkan matematik. Semua bidang yang non-empiris dikategorikan sebagi tidak

ilmiah, atau quasi dan psudo-ilmiah.

2
Secara sederhana sains dapat berarti sebagai tubuh pengetahuan (body of

knowledge) yang muncul dari pengelompokkan secara sistematis dari berbagai

penemuan ilmiah sejak jaman dahulu, atau biasa disebut sains sebagai produk.

Produk yang dimaksud adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip, model-model, hukum-

hukum alam, dan berbagai teori yang membentuk semesta pengetahuan ilmiah yang

biasa diibaratkan sebagai bangunan dimana berbagai hasil kegiatan sains tersusun

dari berbagai penemuan sebelumnya. Sains juga bisa berarti suatu metode khusus

untuk memecahkan masalah, atau biasa disebut sains sebagai proses. Metode ilmiah

merupakan hal yang sangat menentukan, sains sebagai proses ini sudah terbukti

ampuh memecahkan masalah ilmiah yang juga membuat sains terus berkembang

dan merevisi berbagai pengetahuan yang sudah ada.

          Selain itu sains juga bisa berarti suatu penemuan baru atau hal baru yang

dapat digunakan setelah kita menyelesaikan permasalahan teknisnya, yang tidak

lain biasa disebut sebagai teknologi. Teknologi merupakan suatu sifat nyata dari

aplikasi sains, suatu konsekwensi logis dari sains yang mempunyai kekuatan untuk

melakukan sesuatu. Sehingga biasanya salah satu definisi populer tentang sains

termasuk juga teknologi di dalamnya. Aspek-aspek lain dari sains dari

kemungkinan lainnya pada jawaban pertanyaan di atas adalah: dampak sains

melalui teknologi terhadap masyarakat, sifat sains yang terus berkembang, tujuan

akhir dari sains, karakteristik seorang ilmuwan dan lainnya.

Sesungguhnya, sains itu sendiri sudah ada sejak awal sejarah manusia ada,

demikian juga sejak manusia lahir. Tetapi dalam prosesnya, manusia tidak langsung

cepat membaca, memahamai dan menguasainya. Salah satu penyebab utama,

3
mengapa terjadi kelambanan dan keterlambatan penguasaan sains, adalah faktor

manusia nya sendiri. Yang di dalam benaknya sudah dipenuhi dengan beragam

doktrin, persepsi, keyakinan. mitos yang berlangsung antar generasi terhadap suatu

dan kejadian di diri kita dan sekitar kita.

Sebagai gambaran, saat ini kita berkeyakinan dan membuktikan secara sains

, bahwa bumi mengelilingi matahari. Namun dulu pernah berabad-abad, manusia

berkeyakinan bahwa bumi ini diam dan mataharilah yang mengelilingi bumi. Dan

masih banyak lagi keyakinan lama dan mitos-mitos yang berubah karena sains.

Mitos dan keyakinan salah di sekitar kita harus diubah persepsinya, bahwa segala

kejadian ini sudah sangat teratur melalui hukum-hukum yang pasti yang bisa

rasakan, amati, buktikan dan kembangkan. Sains terdiri dari 3 aspek:

1.      Sains adalah alat untuk menguasai alam dan memberikan sumbangan kepada

kesejahteraan manusia.

2.      Sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh , merupakan

hasil dari berbagai peristiwa.

3.      Sains sebagai metode untuk mendapatkan aturan, hukum-hukum atau teori-

teori dari obyek yang diamati

B. Kelemaham Ilmu Pengetahuan Barat

1. Kepercayaan mutlak pada akal (rasional) sebagai panduan dalam kehidupan

Dunia Barat telah dibutakan oleh rasional, padahal kita tahu bahwa

kemampuan manusia dlam berpikir itu terbatas. Olah pikir manusia yang satu

dengan yang lainnya berbeda, sehingga salah sulit untuk menutukan sebuah

4
kebenaran mutlak hanya dengan rasional. Dan juga di dunia ini banyak sekali

kejadian yang tidak mampu dipikirkan oleh manusia, satunya tentang adanya ruh

(roh), yang tidak terlihat namun ia ada.

Barat menjadikan realitas dan kebenaran ditentukan sepenuhnya oleh akal

rasional dan empiris. Dengan demikian mereka telah menolak bimbingan agama

yang benar.

Dalam hal ini kita kenal rational science sebagai isu penting dalam filsafat

modern, yang merupakan hasil dari spekulasi. Rational science adalah kebenaran

yang bersumber kepada rasio (akal). Benar tidaknya sesuatu diukur oleh

signifikansi hubungan antara sebab dan akibat. Apabila terjadi hubungan sebab dan

akibat yang jelas, maka itu dikatakan logis, rasional dan dianggap benar. Tetapi jika

hubungan antara sebab dan akibat itu tidak nampak jelas maka dinilai tidak rasional

dan salah. Di luar rational science adalah kepercayaan (belief) semata-mata dan

bukan ilmu. Jadi berita tentang bangkit dari kubur, jin, malaikat, termasuk cerita

tentang mukjizat, dinyatakan bukan ilmu melainkan sekadar kepercayaan karena

persoalan tersebut tak dapat dibuktikan dengan indera maupun dengan rasio.

Syed Muhammad Naquib al-Attas menyatakan westernisasi ilmu dengan

kecenderungan rasionlaismenya adalah hasil dari kebingungan dan skeptisisme

orang Barat itu sendiri. Rasionalisme dan westernisasi ilmu telah mengangkat

keraguan dan dugaan ke tahap metodologi ilmiah. Bukan hanya itu, westernisasi

ilmu juga telah menjadikan keraguan sebagai alat epistemologi yang sah dalam ilmu

pengetahuan. Menurutnya, melalui metode keraguan inilah kaum rasionalis dan

sekuleris percaya bahwa mereka akan mencapai kebenaran. Tetapi tidak ada bukti

5
bahwa keraguan, dan bukan sesuatu yang lainnya, mengantarkan mereka pada

kebenaran.

2. Berpandangan Hidup Duniawi (Sekuler)

Pemahaman sekuler bermula dari pandangan epistemologi Barat yang

mengatakan bahwa tak ada satu pun alat di dunia ini yang dapat digunakan untuk

meyakini suatu kebenaran. Dengan dalih pemikiran selalu menyandang berbagai

kelemahan, mereka lantas mengatakan bahwa kebenaran harus diukur dengan

kriteria sejauh manakah ia mempunyai manfaat praktis dalam kehidupan manusia.

Dengan kata lain, pandangan ini bersifat pragmatis yaitu concern pada hasil,

ketimbang nilai kebenaran tersebut.

Menurut epistemologi sekuler, sains dan agama tak dapat dikonfrontasi,

karena keduanya berbeda daerahnya. Sains dan agama memiliki otonomi sendiri-

sendiri. Seorang ilmuwan tak dibenarkan ―mengintervensi‖ teritori agama, dan

begitu pula sebaliknya. Ketika melakukan penjelajahan ilmu, seorang ilmuwan

harus tahu batas di mana mereka harus berhenti, dan di mana agamawan harus

memulai. Sebaliknya, seorang agamawan harus tahu di mana mereka harus

berhenti, yaitu di batas wilayah milik para ilmuwan

Menurut al-Attas pandangan alam sekular telah menjadikan alam empiris ini

qadim (qadim bermakna tidak bermula dan tidak berakhir). Selanjutnya berlakulah

pemisahan antara wahyu (revelation) dan akal (reason) dan antara tradisi dengan

modernitas. Dari pemisahan ini maka manusia sekular yang telah mengagungkan

ilmu sains dan membatasi hakikat pada alam empiris, akan cenderung memilih akal

daripada wahyu, benda daripada ruh, dunia daripada akhirat, modernitas daripada

6
tradisi. Maka dengan tepat al-Attas menyimpulkan bahwa peradaban Barat telah

berpegang sepenuhnya kepada akal rasional manusia dalam menguraikan segala

persoalan. Hal ini menurutnya adalah satu bentuk pendewaan manusia (deification

of human being).

Tentunya manusia yang diagungkan di sini adalah manusia sekular dan

manusia sekular yang tulen semestinya adalah manusia Barat.

3. Berfifat Kapitalis

Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan,

industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan

memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Dalam sistem kapitalis ini yang

memiliki uang lah yang berkuasa, sehingga terjadi kesenjangan ekonomi yang

sangat mencolok. Orang yang tidak memiki uang dan modal akan diperlakukan

semena-mena dan diperbudak, hal ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam

dimana di dalam Islam menganjurkan untuk bersedekah sehingga terjadinya

pemerataan ekonomi.

4. Humanisme dan Eksistensialisme sebagai Nilai Tertinggi

Humanisme berarti pandangan yang menganggap kesejahteraan dan

kebahagiaan manusia dalam kehidupan sebagai hal yang utama. Kesejahteraan dan

kebahagiaan dengan demikian menjadi tujuan utama dalam paham humanisme ini.

Pada periode setelah jaman kegelapan di dunia Barat, humanisme ini berarti

revolusi renaissance terhadap pembatasan-pembatasan dalam bidang pengetahuan

oleh agama, yaitu dengan mempelajari hal-hal yang klasik dan menekankan pada

kesenangan manusia atas keberadaannya sampai yang sedalam-dalamnya.

7
Kemudian humanisme berkembang dalam bidang filsafat abad ke-20 yang bernama

humanisme naturalistik.

Filsafat ini menolak semua kepercayaan dalam semua bentuk yang

bercirikan adikodrati dan menganggap kebaikan yang lebih besar dari seluruh

manusia di bumi sebagai tujuan etis tertinggi. Filsafat ini mendasarkan pada akal,

ilmu dan demokrasi untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia.

Positivisme dari August Comte dan utilitarianisme Inggris adalah penerus paham

humanisme naturalistik yang pada umumnya dekat dengan naturalisme dan

materialisme. Dengan demikian, humanisme mempunyai arti: a) Menganggap

individu rasional sebagai nilai paling tinggi; b) menganggap individu sebagai

sumber nilai terakhir; c) mengabdi pada perkembangan kreatif dan perkembangan

moral individu secara rasional dan berarti tanpa acuan pada konsep-konsep yang

bersifat adi kodrati.

Dalam perkembangan sejarah, humanisme kemudian menjadi pendororng

bagi munculnya berbagai ideologi. Ideologi-ideologi di bawah ini adalah ajaran-

ajaran yang terbentuk berdasarkan paham humanisme:

1) Komunisme, karena di dalam ideologi ini humanisme bisa menghapus

keterasingan manusia dari dirinya akibat kepemilikan swasta dan sistem

masyarakat kapitalisme.

2) Pragmatisme, karena pandangan yang menjadikan manusia sebagai orientasi,

sebagaimana pandangan Protagoras, telah menjadikan manusia sebagai

kriteria segala sesuatu.

8
Eksistensialisme yang telah memberikan argumentasi bahwa tidak ada

satupun alam yang sebanding dengan alam subyektivitas manusia.

5. Pandangan dualistik terhadap realitas dan kebenaran

Kerusakan pada ilmu bermula dari dualisme. Menurut al-Attas dualisme

menjadi karakter world view dan sistem nilai peradaban Barat. Dualisme berlaku

apabila dua perkara dilihat bertentangan, terpisah dan tidak dapat disatukan secara

harmonis. Dalam filsafat, Pythagoras adalah seorang dualis. Segala sesuatu

diciptakan saling berlawanan: satu dan banyak, terbatas dan tak terbatas, berhenti

dan bergerak, baik dan buruk, dan sebagainya. Empedocles setuju dengan

Pythagoras, baginya dunia ini dikuasai oleh dua hal, cinta dan kebencian. Plato

dalam dialog-dialognya memisahkan jiwa dari raga, inteligible dari sensible.. Bibit-

bibit pemisahan berlaku juga dalam agama Kristian apabila memisahkan antara

yang suci (sacred) dan yang tidak suci (profane). Kemudian dalam sekularisme

berlaku pemisahan antara ruh (spirit) dan benda (matter).

Dualisme epistemologi Barat modern berangkat dari praduga atau prasangka

serta dilatarbelakangi oleh usaha-usaha skeptis tanpa didasarkan pada wahyu. 54 Jika

epistemologi dari peradaban Barat yang telah menjadi cara pemikiran dan

penyelidikan (mode of thought and inquiry) dominan dewasa ini kemudian

dijadikan rujukan untuk digunakan memahami Islam, maka hasilnya akan

mengalami kerancuan (confusion).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sains dalam perspektif modern. Kata sains adalah adaptasi dari kata Inggris,

science, yang sering juga secara kurang tepat diartikan sebagi ilmu pengetahuan.

Secara etimologis, kata "science" berasal dari kata Latin "scire" yang arti harfiahnya

mengetahui--dan derifatnya pengetahauan.

Kelemaham Ilmu Pengetahuan Barat

1. Kepercayaan mutlak pada akal (rasional) sebagai panduan dalam kehidupan

2. Berpandangan Hidup Duniawi (Sekuler)

3. Berfifat Kapitalis

4. Humanisme dan Eksistensialisme sebagai Nilai Tertinggi

5. Pandangan dualistik terhadap realitas dan kebenaran

B. Saran

Melalui makalah yang singkat ini penulis menyarankan kepada segenap

pembaca agar merujuk kepada sumber-sumber lain yang relevan untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ravertz, Jerome R. 2007. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan.

Banda Aceh: Pustaka Pelajar UNSYIAH.

The Liang Gie. 1998. Lintasan Sejarah Ilmu. Yogyakarta: PUBIB.

11

Anda mungkin juga menyukai