Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANTARIKSA DAN FENOMENA KEHIDUPAN

RUANG ANGKASA

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar)


Dosen Pengampu : M. Sulaiman Nur, S.Sos.I.,M.Pd.

Disusun oleh Siti Muniroh Alawiyah

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL – MASHTHURIYAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Antariksa dan Fenomena Kehidupan Ruang Angkasa” tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana asal mula dan bentuk dari antariksa
beserta fenomenanya, yang diharapkan nantinya akan sangat menunjang
pembelajaran mata kuliah ini bagi para mahasiswa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak M. Sulaiman Nur selaku dosen
mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 15 Desember 2021


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Alam semesta dan pembentukannya


B. Fenomena yang terjadi pada matahari, bumi dan bulan
C. Hikmah antariksa dan fenomena alam semesta
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta memang penuh misteri. Asal-usul, luas, bentuk, objek di
dalamnya, dan banyak hal tentang alam semesta masih menjadi teka-teki
yang hingga kini belum terungkap kebenarannya. Kejadian-kejadian di
luar nalar manusia kerap terjadi di ruang tanpa batas, yang juga sering
disebut jagat raya, antariksa, atau ruang angkasa ini. Para ilmuwan masih
getol mencoba menguak beragam hal tentang alam semesta untuk
memenuhi rasa keingintahuan mereka.
Beragam definisi alam semesta disampaikan oleh para ilmuwan. Hingga
saat ini alam semesta diyakini sebagai sebuah ruangan luas tak terhingga
dan belum diketahui batas-batasnya. Alam semesta memiliki banyak hal
yang tidak dapat dilihat. Bintang-bintang planet meteor dan benda-benda
yang saat ini terdeteksi hanya 4% bagian dari alam semesta. Selebihnya,
96% merupakan hal-hal yang tidak terlihat. Beragam benda langit berlalu-
lalang di ruangan ini.
Penjelajahan alam semesta pun kemudian dilakukan untuk menguak
misteri alam semesta. Era penjelajahan ruang semesta ditandai dengan
peluncuran satelit buatan pertama, Sputnik I, buatan Rusia pada tanggal 4
Oktober 1957 titik sejak saat itu teknologi ruang angkasa maju pesat titik
sedikit demi sedikit misteri alam semesta pun mulai terkuak.1

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana proses pembentukan alam semesta?


2. Fenomena apa saja yang terjadi pada matahari, bumi dan bulan?
3. Hikmah apa saja yang dapat diambil dari antariksa dan fenomena
alam semesta?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui proses pembentukan alam semesta.


2. Untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada matahari, bumi dan
bulan .
3. Untuk mengetahui hikmah dari adanya antariksa beserta
fenomenanya.

1
Eka Susi Sulistyowati, Ensiklopedia Geografi Bumi dan Antariksa (Klaten: PT.
Cempaka Putih, 2014) , hlm 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alam semesta dan pembentukannya


Teori ilmiah modern telah membuktikan bahwa alam semesta ini pada
mulanya adalah gas yang panas dan berenergi tinggi di angkasa luas.
Lambat laun dengan mendinginnya jagat raya, partikel-partikel
elementer ini mulai membeku/memadat dan saling memisah
membentuk kumpulan-kumpulan cosmos. Bumi merupakan sebagian
dari partikel-partikel elementer panas tersebut, seperti diketahui bahwa
di perut bumi masih ada benda-benda berapi yaitu vulkano vulkano
yang sewaktu-waktu bumi memuntahkan lahar atau benda vulkano
berapi melalui letusan gunung berapi (vulkanik). Kemudian bagian
luar bumi mendingin yang selanjutnya menjadi tempat yang patut
dihuni oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Teori ilmiah ini
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Alquran surat Al anbiya ayat 30
:

َ ْ‫ت َواَأْلر‬
‫ا‬AAً‫ا َر ْتق‬AAَ‫ض َكانَت‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫رُوا َأ َّن‬Aَ‫ين َكف‬
َ ‫ َم‬A‫الس‬ َ ‫َأ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذ‬
َ ُ‫فَفَتَ ْقنَاهُ َما ۖ َو َج َع ْلنَا ِم َن ْال َما ِء ُك َّل َش ْي ٍء َح ٍّي ۖ َأفَاَل يُْؤ ِمن‬
‫ون‬

Artinya :“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa


langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian
Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah
mereka beriman?”2
2
Azhar Amsal M.Pd, Ilmu Alamiah Dasar (Banda Aceh: PeNa Banda Aceh, 2017), hlm 23
Kata “ratq” yakni suatu yang padu, digunakan untuk merujuk pada dua
zat yang berbeda yang membentuk satu kesatuan. Ungkapan “fataqa”
yakni kami pisahkan antara keduanya, bermakna sesuatu muncul
menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari
“ratq”. Pada ayat tersebut, langit dan bumi adalah subjek dari kata sifat
“fataqa”, lalu dipisahkan sehingga membentuk bangunan dan tatanan
keseluruhan alam semesta. Teori astrofisika muthakir pun mengamini
peristiwa tersebut dengan sebutan “Teori Big Bang” (dentuman
besar).3

Tauhid Nur Azhar mengatakan bahwa Allah adalah “The One”, sang
sumber dari suatu keterpaduan dimampatkan untuk membekam energi
yang mahadasyat, lalu diluncurkan sebagai sebuah simfoni kreasionis
sampai akhirnya terciptalah alam semesta, bumi dan manusia di
dalamnya.4

Agus Purwanto mengatakan tidak terlalu jelas apa sebenarnya yang


meledak dan seberapa lama ledakan berlangsung karena pada saat itu
yang ada adalah singularitas, ketakberhinggaan. Sebelum adanya Big
Bang tidak ada apapun, termasuk materi, ruang dan waktu. Setelah Big
Bang, terhampar ruang, mengalir waktu dan tersebar materi dan
radiasi.5

Harun Yahya mengatakan, ledakan dahsyat terjadi dengan ledakan dari


titik yang berisikan semua zat dan energi dari alam semesta dan
tersebar di ruang angkasa ke segala arah dengan kecepatan yang luar
biasa. Lepas dari zat dan energi ini, terjadi keseimbangan luar biasa
yang berisikan galaksi, bintang, matahari, bumi dan semua benda
langit lainnya. Semua ini menunjukkkan bahwa tata aturan yang
3
Warsiman dkk, Sains dan Islam (Malang: UB Press,2017), hlm 25
4
Tauhid Nur Azhar, Mengenal Allah, Alam, Sains dan Teknologi (Solo: Tinta Media,2012), hlm 51
5
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta “Menjadikan AlQuran Sebagai Basis Kontruksi Ilmu
Pengetahuan (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2021), hlm 220
sempurna muncul setelah terjadinya ledakan dahsyat. Akan tetapi,
yang menakjubkan adalah ledakan biasanya tidak menghasilkan
tatanan. Semua ledakan yang bisa diamati cenderung berbahaya,
menceraiberaikan dan merusak apa yang sudah ada. Contohnya,
ledakan atom dan hidrogen, ledakan dinamit, ledakan gunung berapi,
ledakan gas alam, ledakan matahari, semua ledakan ini memiliki
pengaruh yang merusak.6

Jika kita mengetahui tatanan yang terperinci setelah terjadinya suatu


ledakan contohnya, jika ledakan di bawah tanah memunculkan karya
seni yang sempurna, istana yang megah, atau rumah yang
mengesankan maka kita bisa berkesimpulan bahwa ada campur tangan
“supranatural” di belakang ledakan ini dan bahwa semua bagian-
bagian yang tersebar karena ledakan itu bergerak dengan cara yang
sangat terkontrol.

Allah juga berfirman, tentang proses awal penciptaan alam semesta


dalam Q.S.As-Sajdah ayat 4 dan Q.S Fushshilat ayat 9-12

َ ْ‫ت َواَأْلر‬
‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما فِي ِستَّ ِة‬ ِ ‫اوا‬ َ َ‫هَّللا ُ الَّ ِذي َخل‬
َ ‫ق ال َّس َم‬
ِ ْ‫َأي ٍَّام ثُ َّم ا ْستَ َو ٰى َعلَى ْال َعر‬
‫ش ۖ َما لَ ُك ْم ِم ْن ُدونِ ِه ِم ْن‬
َ ‫يع ۚ َأفَاَل تَتَ َذ َّكر‬
‫ُون‬ ٍ ِ‫َولِ ٍّي َواَل َشف‬
Artinya : “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa.
Kemudian, Dia bersemayam di atas 'Arsy, tidak ada bagi
kamu selain dari padanya seorang penolong pun dan tidak
(pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?” (QS. As-Sajdah_[32]:4).

6
Harun Yahya, Allah is Known Through Reason, diterjemahkan Shobrie Hardhi “Mengenal Allah
Lewat Akal” 2009
َ ْ‫ق اَأْلر‬
‫ض فِي يَ ْو َمي ِْن‬ َ ‫قُلْ َأِئنَّ ُك ْم لَتَ ْكفُر‬
َ َ‫ُون بِالَّ ِذي َخل‬
َ ‫ك َربُّ ْال َعالَ ِم‬
‫ين‬ َ ِ‫ون لَهُ َأ ْن َدادًا ۚ ٰ َذل‬
َ ُ‫َوتَجْ َعل‬
‫ك فِيهَا َوقَ َّد َر فِيهَا‬
َ ‫ار‬َ َ‫اس َي ِم ْن فَ ْوقِهَا َوب‬ ِ ‫َو َج َع َل فِيهَا َر َو‬
َ ِ‫َأ ْق َواتَهَا فِي َأرْ بَ َع ِة َأي ٍَّام َس َوا ًء لِلسَّاِئل‬
‫ين‬

ِ ْ‫ال لَهَا َولَِأْلر‬


‫ض‬ َ َ‫ان فَق‬ٌ ‫ثُ َّم ا ْستَ َو ٰى ِإلَى ال َّس َما ِء َو ِه َي ُد َخ‬
َ ‫ط ْوعًا َأ ْو َكرْ هًا قَالَتَا َأتَ ْينَا طاِئ ِع‬
‫ين‬ َ ‫اْئتِيَا‬
‫ت فِي يَ ْو َمي ِْن َوَأ ْو َح ٰى فِي ُك ِّل َس َما ٍء‬ ٍ ‫اوا‬ َ ‫ضاهُ َّن َس ْب َع َس َم‬ َ َ‫فَق‬
َ ِ‫يح َو ِح ْفظًا ۚ ٰ َذل‬
‫ك تَ ْق ِدي ُر‬ َ ‫َأ ْم َرهَا ۚ َو َزيَّنَّا ال َّس َما َء ال ُّد ْنيَا بِ َم‬
َ ِ‫صاب‬
‫يز ْال َعلِ ِيم‬
ِ ‫ْال َع ِز‬

Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada


yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam". Dan dia menciptakan bumi itu
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban bagi orang-orang yang
bertanya). Kemudian, Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa." keduanya menjawab: "Kami datang dengan
suka hati." Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam
dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikian ketentuan yang
Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui” (QS.
Fushshilat_[41]:9-12).

Ayat tersebut memberikan penjelasan tentang penciptaan alam


semesta, sebagai berikut:
1. Adanya enam periode untuk penciptaan pada umumnya.
2. Adanya jaringan yang berkaitan antara tahap-tahap penciptaan
langit dan tahap-tahap penciptaan bumi.
3. Penciptaan alam semesta mula-mula dari kumpulan yang unik yang
merupakan kesatuan dan lalu terpecah.
4. Terdapat banyak langit dan banyak bumi.
5. Terdapatnya benda-benda ciptaan Allah antara langit dan bumi.

Rasulullah bersabda:

‫ ِه‬A ‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬A ‫ص‬َ ِ‫و ُل هللا‬A ‫ َذ َر ُس‬A‫ َأ َخ‬:‫ال‬A َ Aَ‫ ق‬،َ‫ َرة‬A ‫َع ْن َأبِي هُ َر ْي‬
،‫ت‬ِ ‫ق هللاُ َع َّز َو َج َّل التُّرْ بَةَ يَ ْو َم ال َّس ْب‬ َ :‫َو َسلَّ َم بِيَ ِدي فَقَا َل‬
َ َ‫«خل‬
،‫و َم ااِل ْثنَ ْي ِن‬A َ َ‫ َو َخل‬،‫ال يَ ْو َم اَأْل َح ِد‬
ْ Aَ‫ق ال َّش َج َر ي‬ َ َ‫ق فِيهَا ْال ِجب‬َ َ‫َو َخل‬
،‫ا ِء‬AA‫و َم اَأْلرْ بِ َع‬A َ ُّ‫ق الن‬
ْ Aَ‫ور ي‬ َ َ‫ َو َخل‬،‫ق ْال َم ْكرُوهَ يَ ْو َم الثُّاَل ثَا ِء‬َ َ‫َو َخل‬
َّ ‫ ِه‬A ‫ق آ َد َم َعلَ ْي‬
‫اَل ُم‬A ‫الس‬ ِ ‫ث فِيهَا ال َّد َوابَّ يَ ْو َم ْال َخ ِم‬
َ A َ‫ َو َخل‬،‫يس‬ َّ َ‫َوب‬
‫ ِر‬A‫آخ‬
ِ ‫ فِي‬،‫ق‬A ِ A‫ ِر ْال َخ ْل‬A‫آخ‬
ِ ‫ فِي‬،‫ ِة‬A‫و ِم ْال ُج ُم َع‬Aْ Aَ‫بَ ْع َد ْال َعصْ ِر ِم ْن ي‬
ْ ‫ا بَي َْن ْال َع‬AA‫ فِي َم‬،‫ت ْال ُج ُم َع ِة‬
»‫ ِل‬A‫ ِر ِإلَى اللَّ ْي‬A‫ص‬ ِ ‫َسا َع ٍة ِم ْن َسا َعا‬
‫رواه مسلم و غيره‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah memegang
tangannya lalu bersabda: Allah menciptakan tanah pada
hari Sabtu, menciptakan gunung pada hari Ahad,
menciptakan pohon pada hari Senin, menciptakan bahan-
bahan mineral pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada
hari Rabu, menciptakan/menebar binatang pada hari
Kamis, dan menjadikan Adam sesudah Ashar pada hari
Jumat. Selesailah tercipta seluruh makhluk pada hari
terakhir di hari Jumat antara Ashar dan malam” (HR.
Muslim no. 2789 dan yang lainnya).7

B. Fenomena yang terjadi pada matahari, bumi dan bulan


1. Matahari dan bulan
Allah berfirman dalam Q.S.Yūnus ayat 5 :

ِ َ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر نُورًا َوقَ َّد َرهُ َمن‬


‫از َل‬ ِ ‫س‬ َ ‫هُ َو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
‫ق‬ َ ِ‫ق هَّللا ُ ٰ َذل‬
ِّ ‫ك ِإاَّل بِ ْال َح‬ َ ‫ين َو ْال ِح َس‬
َ َ‫اب ۚ َما َخل‬ َ ِ‫لِتَ ْعلَ ُموا َع َد َد ال ِّسن‬
ِ ‫ۚ يُفَصِّ ُل اآْل يَا‬
َ ‫ت لِقَ ْو ٍم يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬
Artinya :” Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya.343) Dialah pula yang menetapkan tempat-
tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu).344) Allah tidak menciptakan
demikian itu kecuali dengan benar. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang
mengetahui.”

Dari ayat diatas terdapat perbedaan sebutan untuk matahari bersinar


dan bulan bercahaya. Matahari merupakan sumber energi utama di
alam ini titik matahari memancarkan energi setiap saat yang kemudian
diteruskan ke benda-benda langit lain dari sejumlah anggota tata surya,
termasuk bulan dan bumi. Pemantulan sinar matahari oleh bulan yang
berupa sinar tampak (cahaya) dijadikan sebagai data observasi dalam
penentuan navigasi, pasang surut air laut dan perhitungan waktu
7
Warsiman dkk, Sains dan Islam (Malang: UB Press,2017), hlm 28-32
berdasarkan posisi bulan, seperti bulan sabit, bulan gibbous, bulan
purnama dan seterusnya.
Sedangkan sinar matahari tidak hanya memancarkan sinar tampak
(cahaya) tetapi juga memancarkan sinar ultraviolet (UV), sinar
inframerah (IR), dan lain-lain sebagai hasil reaksi nuklir (inti hidrogen
menjadi helium) secara terus-menerus di matahari. Dipermukaan
matahari suhu sekitar 6000 derajat Celcius sedangkan pada pusatnya
suhu mencapai 25-35 juta derajat Celcius, setelah mencapai jarak
tempuh lebih kurang 149.597.892 KM, barulah sinar matahari sampai
ke bumi.

Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi, sehingga mampu
mengkoordinasi gerak-gerak planet. Pada permukaan matahari tampak
ada bercak hitam, dengan adanya bercak hitam inilah para ahli dapat
menghitung kecepatan rotasi matahari, yaitu 27 hari. Lapisan matahari
bagian dalam disebut fotosfer, tebalnya kira-kira 352 KM. Lapisan luar
dari fotosfer disebut kromosfer, berwarna kemerah-merahan yang
berasal dari hidrogen pijar. Lapisan luar dari kromosfer adalah korona.
Korona akan tampak jelas pada saat terjadi gerhana matahari.
Diperkirakan umur matahari sampai sekarang sudah mencapai kira-
kira 5 miliar tahun, Dan suatu saat nanti jika bahan bakar hidrogen di
matahari akan habis akibatnya matahari akan berakhir pula.

Proses revolusi bulan mengelilingi bumi dijadikan pedoman untuk


perhitungan tahun hijriah, sedangkan proses revolusi bumi
mengelilingi matahari dijadikan patokan untuk perhitungan tahun
masehi. Jadi satu tahun dalam perhitungan tahun Hijriyah yaitu
sebanyak 12 kali bulan mengelilingi bumi, sedangkan 1 tahun dalam
perhitungan tahun Masehi yaitu satu kali bumi mengelilingi matahari.8

8
Azhar Amsal M.Pd, Ilmu Alamiah Dasar (Banda Aceh: PeNa Banda Aceh, 2017), hlm 27-30
2. Garis Edar
Tatkala merujuk kepada matahari, bumi dan bulan di dalam Alquran
ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar
tertentu. Allah berfirman:

ٍ َ‫س َو ْالقَ َم َر ۖ ُكلٌّ فِي فَل‬


‫ك‬ َ َ‫ق اللَّي َْل َوالنَّه‬
َ ‫ار َوال َّش ْم‬ َ َ‫َوهُ َو الَّ ِذي َخل‬
َ ‫يَ ْسبَح‬
‫ُون‬
Artinya : “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan masing-masing dari keduanya itu
beredar dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiya’_[21]:33).

Juga disebutkan dalam surat Yasin ayat:38-39

‫يز ْال َعلِ ِيم‬ َ ِ‫َوال َّش ْمسُ تَجْ ِري لِ ُم ْستَقَرٍّ لَهَا ۚ ٰ َذل‬
ِ ‫ك تَ ْق ِدي ُر ْال َع ِز‬
‫ُون ْالقَ ِد ِيم‬
ِ ‫از َل َحتَّ ٰى َعا َد َك ْالعُرْ ج‬ ِ َ‫و ْالقَ َم َر قَ َّدرْ نَاهُ َمن‬,
َ
Artinya : “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan yang Mahaperkasa lagi Maha
Mengetahui. Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-
manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang
terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua.”(QS. Yasin_[36]:38-39)

Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa matahari dan bulan


berjalan pada garis edarnya masing-masing. Bahkan, Imam Ibnu Katsir
tatkala memberi penjelasan tentang manzilah-manzilah bulan yakni
Allah menjadikan bulan berjalan dengan suatu cara yang dapat
dijadikan petunjuk bulan-bulan yang telah berlalu (tarikh bulan atau
kalender qamariyah), sebagaimana perjalanan matahari digunakan
untuk mengetahui siang dan malam (hakekat sebenarnya karena
perputaran bumi pada porosnya), serta tarikh matahari atau kalender
matahari.9

Kemudian, apakah tidak mungkin gerakan pada garis edar akan


berakibat keaadaan di bumi diliputi kegelapan, yang berarti malam
terus menerus atau sebaliknya di bumi hanya mengalami siang yang
terang benderang tanpa diselingi gelap sedikit pun. Hal ini wajar untuk
diungkapkan, karena Allah di dalam Alquran mengisyaratkan keadaan
demikian. Allah berfirman:

‫قُلْ َأ َرَأ ْيتُ ْم ِإ ْن َج َع َل هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم اللَّي َْل َسرْ َمدًا ِإلَ ٰى يَ ْو ِم ْالقِيَا َم ِة‬
َ ‫ضيَا ٍء ۖ َأفَاَل تَ ْس َمع‬
‫ُون‬ ِ ِ‫َم ْن ِإ ٰلَهٌ َغ ْي ُر هَّللا ِ يَْأتِي ُك ْم ب‬
‫ يَ ْو ِم‬,‫ار َسرْ َمدًا ِإلَ ٰى‬ َ َ‫قُلْ َأ َرَأ ْيتُ ْم ِإ ْن َج َع َل هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم النَّه‬
َ ُ‫ْالقِيَا َم ِة َم ْن ِإ ٰلَهٌ َغ ْي ُر هَّللا ِ يَْأتِي ُك ْم بِلَي ٍْل تَ ْس ُكن‬
‫ون فِي ِه ۖ َأفَاَل‬
‫ُون‬ ِ ‫تُب‬
َ ‫ْصر‬
Artinya : “Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah
menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari
kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah
kamu tidak mendengar?" Katakanlah: "Terangkanlah
kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus
menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah
yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu
beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?" (QS. Al-Qashash_[28]:71-72).

9
Warsiman dkk, Sains dan Islam (Malang: UB Press,2017), hlm 32-34
Artinya, perputaran bumi pada porosnya tidak menimbulkan keadaan
siang dan malam. Meskipun bumi berotasi, tetapi bumi hanya akan
terus mengalami malam atau siang saja. Sekali lagi, Allah telah
menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi kaum yang berakal.

Bumi dapat saja selalu dalam keadaan malam tanpa siang. Bumi selalu
dalam keadaan malam dan gelap, jika posisi bumi cukup jauh dari
matahari. Artinya, jarak bumi dan matahari yang dalam kajian sains
sekitar 150 juta kilometer adalah jarak ideal yang telah ditetapkan oleh
Allah. Jika bumi menempati posisi saturnus, yang jaraknya terhadap
matahari sekitar sepuluh kali jarak bumi-matahari, apalagi menempati
posisi neptunus yang jaraknya tiga puluh kali jarak bumi-matahari,
maka intensitas cahaya matahari tidak cukup besar menjadikan
permukaan bumi terang benderang meskipun permukaan bumi tersebut
menghadap matahari. Ini berarti, pada permukaan yang menghadap
dan membelakangi matahari tidak mempunyai perbedaan intensitas
sinar yang berarti. Akibatnya, permukaan yang menghadap dan
membelakangi matahari akan selalu gelap dan senantiasa malam.
Begitu pula, dapat saja bumi selalu dalam keaadaan siang dan selalu
terang benderang yakni ketika bumi menempati posisi venus apalagi
merkurius. Jika bumi menepati posisi venus, maka intensitas panas
berlipat dua kali, sedangkan jika bumi menempati posisi merkurius,
intensitas panas berlipat enam kali. Akibatnya, suhu di bumi akan
meningkat tajam, menghadap atau membelakangi matahari akan terasa
terang benderang.10

C. Hikmah antariksa dan fenomena alam semesta


1. Hikmah dibalik penciptaan matahari
Ketahuilah, bahwa Allah telah menciptakan matahari dengan maksud-
maksud tertentu yang tidak bisa terkuak sempurna kecuali oleh Allah

10
Warsiman dkk, Sains dan Islam (Malang: UB Press,2017), hlm 41-43
sendiri. Hikmah yang tampak di sini adalah bahwa Allah memang
sengaja merekayasa gerak matahari sedemikian rupa untuk mengatur
siklus siang dan malam di setiap penjuru bumi . Andai saja siklus ini
tidak ada, niscaya urusan agama akan kolaps. Bagaimana manusia bisa
hidup dan beraktivitas jika dunia gelap gulita? Bagaimana mereka akan
bisa menikmati hidup tanpa pesona sinar dengan segala fungsi dan
manfaatnya? Tanpa bias cahaya, mata tidak akan bisa berfungsi dan
semarak warna pun juga tidak akan tampak.11
Begitupun dengan pergantian siang dan malam. Jika hari terus-
menerus siang, maka bagaimana makhluk hidup untuk beristirahat
memperoleh ketenangan? Begitupun jika hari terus-menerus malam,
maka bagaimana makhluk hidup melakukan aktivitas untuk memenuhi
kelangsungan hidupnya?. Matahari didedikasikan demi kepentingan
dan kemanfaatan seluruh penduduk bumi dengan kontraksi terang dan
gelapnya yang saling bekerjasama demi kebaikan dan eksistensi alam.
tentang masalah ini Allah mensinyalir nya dalam firman Q.S Al-Qaṣaṣ
ayat 72 :

‫ار َسرْ َمدًا ِإلَ ٰى يَ ْو ِم‬َ َ‫قُلْ َأ َرَأ ْيتُ ْم ِإ ْن َج َع َل هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم النَّه‬
َ ُ‫ْالقِيَا َم ِة َم ْن ِإ ٰلَهٌ َغ ْي ُر هَّللا ِ يَْأتِي ُك ْم بِلَي ٍْل تَ ْس ُكن‬
‫ون فِي ِه ۖ َأفَاَل‬
‫ُون‬ ِ ‫تُب‬
َ ‫ْصر‬
Artinya : “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bagaimana
pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu siang itu
terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain
Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai
waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak
memperhatikan?”(Q.S Al-Qashas[28]:72)

11
Imam Al-Ghazali, Hikmah Penciptaan Alam Semesta (Bandung: Marja Bandung,2019), hlm 13
2. Hikmah di balik penciptaan bulan dan bintang
Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam Q.S Al-Furqon ayat 61 :

‫ك الَّ ِذي َج َع َل فِي ال َّس َما ِء بُرُوجًا َو َج َع َل فِيهَا ِس َراجًا‬ َ َ‫تَب‬


َ ‫ار‬
‫َوقَ َمرًا ُمنِيرًا‬
Artinya : “ Maha memberkahi (Allah) yang menjadikan gugusan
bintang di langit serta padanya pelita (matahari) dan
bulan yang bercahaya.”12

Ketahuilah bahwasanya diciptakannya bulan dan bintang tak sekedar


hanya hiasan langit belaka. Melainkan banyak hikmah dan
kemanfaatan yang tersirat di dalamnya. Bulan dan bintang bertugas
menerangi indahnya malam yang tenang. Namun tak sampai di situ
saja nilai kemanfaatannya, salah satunya yaitu gravitasi bulan yang
menimbulkan pasang surut air laut sebagai sumber mata pencaharian
nelayan dan pabrik garam, bahkan juga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pembangkit listrik. Selain itu, dari mempelajari bulan maka
ditemukan-lah pertanggalan kalender Masehi dan patokan waktu.
Sedangkan manfaat bintang-pun tak kalah banyak dengan kemanfaatan
bulan. Salah satunya yakni, bintang juga berperan sebagai petunjuk
nahkoda di laut lepas dengan rasi bintangnya.

12
Al Qur’an Tikrar surat Al Furqon ayat 61 (Bandung: Sygma,2014), hlm 359
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antariksa dan fenomena alam semesta menyiratkan betapa besarnya
kekuasaan Allah SWT, . Tak dapat dipungkiri para ilmuwan pun hanya
mampu menjamah Empat persen saja dari alam semesta ini. Hal ini
membuktikan betapa pentingnya Ilmu Alamiah Dasar untuk dikaji, karena tak
cukup dan tak akan mampu para ilmuwan meneliti hamya dengan konteks
realitanya saja, melainkan harus disertai penyelarasan dengan konteks tekstual
dari pedoman umat islam Al Qur’anul Karim yang telah mencakup berbagai
PAN ilmu dan aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar Amsal M.Pd, 2017, Ilmu Alamiah Dasar, Banda Aceh, PeNa Banda Aceh

Warsiman dkk, 2017, Sains dan Islam , Malang, UB Press.

Imam Al-Ghazali, 2019, Hikmah Penciptaan Alam Semesta, Bandung, Marja


Bandung.

Sukistyowati Eka, 2014, Ensiklopedia Geografi, Bumi, dan Antariksa, Klaten, PT.
Cempaka Putih.

Tauhid Nur Azhar, 2012, Mengenal Allah, Alam, Sains dan Teknologi, Solo, Tinta
Media.

Agus Purwanto, 2021, Ayat-Ayat Semesta “Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Basis


Kontruksi Ilmu Pengetahuan”, Bandung, PT Mizan Pustaka

Harun Yahya, 2009, Allah is Known Through Reason, diterjemahkan Shobrie


Hardhi, “Mengenal Allah Lewat Akal”

Anda mungkin juga menyukai