Disusun oleh :
NIM: C1G123016
Kelas(B)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan
tak lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila
Adapun makalah Pancasila Sebagai Etika ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Peranan Pancasila Sebagai Etika di Indonesia, khususnya
bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................3
BAB I......................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................6
C. Tujuan..............................................................................6
BAB II.....................................................................................7
PANCASILA SEBAGAI ETIKA...........................................7
A. Pengertian Etika...............................................................7
B. NORMA ETIK BERSUMBERKAN PANCASILA......10
C. Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara............................................................................13
BAB III..................................................................................17
PENUTUP.............................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................17
B. Saran..............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam
hubungannya dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang
saling melengkapi sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem nilai
yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran
filsafat adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-
norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
Norma moral : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
baik dan buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila
Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan
waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman
yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-
nilai etika yang merupakan sumber norma.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas, muncul beberapa
rumusan masalah yang menarik untuk dikaji
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika.
2. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai dengan Sila
dalam Pancasila.
3. Untuk Menjelaskan Pancasila Sebagai Dasar Etika Dalam Berbangsa dan Bernegara
5
BAB II
PANCASILA SEBAGAI ETIKA
A. Pengertian Etika
Kata etika yang secara etimologis dari kata yunani ethos secara harfifah berarti adat
kebiasaan. Watak atau kelakuan manusia. Dalam KBBI, etika di artikan sebagai ilmu
tantang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Pengertian etika bias bias beragam menurut para ahli, namun dapat di klasifikasikan ke
dalam 3 makna (sudarminta, 1997); makna etika yang pertama adalah sebagai sistem
nilai. Kata etika di sini berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangaan hidup atau sebagai pedoman penilaian baik buruknya prilaku manusia, baik
secara individu maupun social dalam suatu masyarakat. Makna ini misalnya di gunakan
dalam etik jawa, etik protestan, dan sebagainya. Makna yang kedua adalah kode etik,
yang mana merupakan kumpulan norma dan nilai moral yang wajib di perhatikan oleh
pemegang profesi tertentu.
Meurut bertens (2000), kata etika dapat di artikan sebanyak 3 jenis yang pertama
1. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok yan mengatur tingka lakunya. Hal ini biasa di artikan
sebagai sistem nilai yang befungsi dalam hidup manusia perorangan maupun staf
social.
2. Etika di artikan sebagai kumpulan asas dan moral yaitu kode etik.
3. Etika berate ilmu tentang yang baik atau buruk.
Selain etika, di kenal juga dengan istilah etiket, yang berasal dari bahasa prancis,
etiquette, eika berarti moral namun etiket adalah sopan santun,dinyatakan bahwa
1. Etiket menyangkut cara sesuatu perbuatan yang harus di lakukan manusia, sedangkan
etika tidak terbatas pada cara di lakukannya sesuat perbuatan, etika member norma
pada perbuatan itu sendiri .
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tidak bergantung pada hadir
tidaknya orang lain.
3. Etiket bersifat relative, sedangkan etika bersifat absolute.
4. Etiket berarti memandang manusia hanya dari segi lahiriahnya, sedangkan etika
menyangkutkan manusia dari segi dalam.
1. Macam-macam etika atau filsafat moral
Etika sebagai filsafat moral adalah salah satu cabang ilmu yang secara filsafat
yang secara khusus mengkaji prilaku manusia dari segi baik buruknya atau benar
salahnya. Secara umum dapat di bedakan dua cabang besar etika:
Etika umum adalah etika yang menyajkan beberapa pengertian dasar dan pengaji
beberapa permasalahan pokok dalam filsafat moral.
6
Etika khusus adalah etika yang membahas beberapa permasalahan moral dalam bidang
bidang khusus.
a. Etika deskriptif
Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan
suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari moralitas
yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini dijalankan
oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris,
bukan filsafat.
b. Etika normatif
Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif:
memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa
sesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum
yang memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan
prinsip-prinsip etis ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah
kedokteran, penelitian. Etika khusus disebut juga etika terapan.
c. Metaetika
Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara
langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak
pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.
7
b. Etika deontology
Etika deontology adalah teori yang membicarakan kewajiban moral sebagai hal
yang benar dan bukan membicarakan tujuan atau akibat dari etika deontology dalam
member tekanan dan focus perhatiannya pada prinsip-prinsip yang mendasari
tindakan, dan mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut
selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan untuknya
Kata deon berasal dari yunani yang artinya berkewajiban yang merupakan inti
dari teori ini dan mengasumsi bahwa orang orang bertindak secara moral bila
mengikuti aturan yang benar atau baik imperatif kategoris merupakan perintah yang tidak
bersyarat dan mutlak dimana di simbolkan dengan perkataan „‟bertindak secara
moral‟‟ dimana perkataan itu tidak mengandung perintah(command) tetapi
secara moral yang dating dari diri sendiri, tidak bersyarat, bersifat mutlak, dan
merupakan realisasi dari rasio (budi) praksis (zubaidi).
c. Etika teleology
Etika teleology adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tintakan. Etika teleology menganggap
nilai moral dari suatu tindakan di nilai berdasarkan pada jauh mana tindakan
tersebut mencapai tujuannya. Etika ini juga menganggap bahwa kebenaran dan
kesalahan suatu tindakan di nilai dari tujuan akhir yang di inginkan. Aliran-aliran
ini meliputi eudaemonisme, hedonism, dan utilitarianisme.
8
B. NORMA ETIK BERSUMBERKAN PANCASILA
Sunoto (1982) memberikan pengertian etika pancasila sebagai filsafat moral atau
filsafat kesusilaan yang berdasar atas kepribadian, ideologi, jiwa dan pandangan hidup
berbangsa Indonesia. Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
pancasila untuk mengatur prilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Di dalam etika pancasila mengandung nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk prilaku manusia di
Indonesia dalam semua aspek pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan
atau etika kebajikan, meskipun corak keduanya mainstream yang lain. Namun menurut
notonagono, etika keutamaan lebih dominan karena etika pancasila cerminan dalam
empat tabit saleh atau kebajikan, yaitu kebijakan, kesederhanaan, keteguhan, dan
keadilan. Pancasila sebagai dassar filsafat tercantum dalam undang 1945 di dalam
pembukaan memiliki implikasi etis, yakni sebagai sumber norma etik, yang bersumber
dari pemikiran mendalam terhadap nilai dasar pancasila.
Nilai nilai yang tertuang dalam pancasila menjadi inspirasi sekaligus pegangan
hidup dlam mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa. Namun demikian, nilai tidak
bersifat opersional dan belum konkret. Agar dapat bersifal operasional dan menjad
9
pedoman hidup, nilai di wujudkan ke dalam norma. Norma atau kaidah itulah yang
bersifat operasional dan menjadi pegangan atau panduan hidup dalam bersikap dan
berperilaku.
Nilai dasar yang tertuang dalam sila pertama pancasila adalah nilai ketuhanan.
Dimana yang menyangkut pada keyakinan dan kepercayaan yan di miliki oleh
bangsa ini. Agama merupakan salah satu sumber moralitas (sudaryanto 20017)
aspek etis yang tercermikan dari sila pertama pancasila adalah jaminan bagi setiap
penduduk untuk mengidentifikasi dirinya berdasarkan keyakian atau agama
tertentu. Setiap individuberhak menyatakan dirinya berdasar keyakinan yang ia
percayai.
Didalam sila ini menunjukan bahwa kedudukan manusia yang sederajat dan
bermartabat. Manusia di tempatkan di dalam kedudukan yang terhormat.
Kemanusiaan menyakut segala unsure yang melekat pada diri manusia sebagai
mahluk monopluralis (notonagono1980). Dan didalam nya melekat atribut adil
dan beradab yang mempertegas orientasi kemanusiaan berdasar pancasila. Dalam
hal ini pemerintah harus menjamin setiap usaha mamanusiaakan manusia dalam
kerangka mewujudkan sosok manusia yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia
10
Sila kelima ini memuat nilai keadilan social yang ditujukan bagi seluruh
bangsa indonesia. Keadilan sosial menjamin pemerataan.
Dalam kedudukan sebagai dasar filsafat negara, maka nilai nilai Pancasila harus
dijabarkan kedalam norma yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat. Ada dua norma dalam hidup bernegara, yakni norma
hukum dan norma moral atau etik (Kaelan, 2013). Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa
nilai pancasila perlu diderivasikan kedalam norma hukum dan norma etik bernegara.
Pancasila menjadi sumber norma hukum adalah implikasi yuridis dari pancasila dasar
filsafat negara. Pancasila menjadi sumber norma etik adalah implikasi etis dari pancasila
dasar filsafat negara.
Dalam kaitannya dengan etika, maka nilai pancasila menjadi sumber norma etik
bernegara. Nilai pancasila terjabarkan kedalam norma etik bernegara. Nilai pancasila
terjabarkan kedalam norma etik bernegara. Dalam pengalaman sejarah bernegara
diindonesia, ketetapan MPR No. II/MPR/1978 Tentang penghayatan dan pengalaman
pancasila atau ekaprasetya pancakarsa dapat dipandang sebagai contoh norma etik
bernegara. Pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila berisis butir butir pengalaman
dari sila sila pancasila yang dimaksudkan sebagai pedoman untuk dijadikan penuntun atau
pegangan terhadap sikap dan tingkah lakubagi setiap manusia indoensia dalam kehidupan
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan pula bahwa
P4 bukan merupakan tafsir pancasila dasar negara. Tafsir pancasila dasar negara adalah
sebagaimana termuat dalam UUD 1945 yang berisikan norma hukum. Oleh karena itu,
dapat dinyatakan bahwa butir butir P4 merupakan norma etik dari pada sila sila pancasila..
11
C. Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Seperti yang sudah diketahui bahwa Pancasila merupakan bentukan dari dua kata
yang berasal daru Bahasa Sansekerta, yakni Panca dan Sila. Panca memiliki arti lima dan
sila berarti dasar. Sehingga jika digabungkan Pancasila adalah lima dasar. Dasar yang
dimaksud yakni Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang berjumlah lima.
Hal ini sejalan dengan arti terminology menurut Sukarno pada sidang BPUPKI pada
tanggal 1 Juni 1945. Pancasila juga merupakan hasil pemikiran secara mendalam para
tokoh pendiri bangsa yang kemudian sepakat menjadikan lima butir Pancasila sebagai
landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Mubarok, 2017). Pancasila dinilai
sudah ada sejak zaman dahulu dan tidak dibentuk dengan begitu saja. Pancasila dibentuk
oleh sejarah dan kebiasaan adat istiadat masyarakat Indonesia, seperti gotong royong,
kebersamaan, serta nilai ketuhanan walaupun kepercayaan yang dianut berbeda dengan
masyarakat Indonesia pada zaman sekarang. Pada saat itu, pembentukan Pancasila
sebagai dasar negara bertujuan agar selalu dihormati, dihargai, dijaga, serta
diimplementasikan oleh setiap individu masyarakat tanpa adanya keraguan (Habibullah,
2019). Etika Etika dalam bahasa Yunani adalah Ethos yang merupakan istilah untuk
perasaan, kebiasaan, adat istiadat, watak, serta cara berpikir untuk melakukan suatu
perbuatan atau tindakan yang baik atau buruk, sedangkan dalam pengertian etimologisnya
etika merupakan ilmu yang membahas tentang segala kebiasaan atau adat istiadat.
Sementara itu, dalam bahasa prancis yakni Etiquete yang memiliki arti sebuah peraturan
yang mengatur dan menetapkan segala tingkah laku dalam kehidupan sosial atau
kehidupan dengan orang lain (Hudiarini, 2017). Masyarakat Indonesia lebih mengenal
etika sebagai tatakrama yang mengacu kepada sebuah kajian mengenai segala perilaku
yang sifatnya baik dan bersifat dapat diterima oleh masyarakat. Masyarakat umumnya
bependapat bahwa prinsip-prinsip etika diantaranya: 1. Kejujuran 2. Integritas 3.
Komitmen 4. Adil 5. Peduli 6. Bertanggung jawab 7. Menaati apa yang telah disepakati
Etika
Etika dalam bahasa Yunani adalah Ethos yang merupakan istilah untuk perasaan,
kebiasaan, adat istiadat, watak, serta cara berpikir untuk melakukan suatu perbuatan atau
tindakan yang baik atau buruk, sedangkan dalam pengertian etimologisnya etika
merupakan ilmu yang membahas tentang segala kebiasaan atau adat istiadat. Sementara itu,
dalam bahasa prancis yakni Etiquete yang memiliki arti sebuah peraturan yang mengatur
dan menetapkan segala tingkah laku dalam kehidupan sosial atau kehidupan dengan orang
lain (Hudiarini, 2017). Masyarakat Indonesia lebih mengenal etika sebagai tatakrama yang
mengacu kepada sebuah kajian mengenai segala perilaku yang sifatnya baik dan bersifat
dapat diterima oleh masyarakat. Masyarakat umumnya bependapat bahwa prinsip-prinsip
etika diantaranya:
1. Kejujuran
2. Integritas
3. Komitmen
4. Adil
12
5. Peduli
6. Bertanggung jawab
7. Menaati apa yang telah disepakati
Sistem
Sistem berasal dari kata systema dalam bahasa latin dan sustema dalam bahasa
Yunani yang memiliki arti beberapa elemen yang bersatu dan dihubungkan untuk
mempermudah mengalirnya informasi atau energi (M. Putri, 2005). Sementara itu, Murdik
berpendapat bahwa sistem adalah kegiatan yang dibentuk oleh elemen-elemen dengan
melewati suatu prosedur tertentu sehingga dapat menghasilkan informasi, energi, atau
barang (Kadir, 2003). Maka dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan sebuah satu
kesatuan dari beberapa elemen atau komponen yang saling berinteraksi dengan fungsi
mencapai tujuan tertentu. Dalam sistem, setiap elemen memiliki fungsi dan perannya
masing-masing. Namun, setiap elemen tersebut tidak akan berbenturan sebab semua
elemen dalam sistem tersebut saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain.
Karakteristik sistem diantaranya (1) memiliki komponen terntentu; (2) memiliki batas; (3)
terdapat dalam suatu lingkungan tertentu; (4) memiliki hubungan dengan komponen lain;
(5) memiliki input, proses, dan output; (6) memiliki sasaran serta tujuan; dan (7) terdapat
feedback (Rachman, 2018).
Nilai-nilai setiap sila Pancasila terintegrasi menjadi suatu kaidah bagi generasi
muda yang menuntun mereka untuk selalu memperluas jiwa kepandaiannya. Namun, kini
banyak permasalahan yang sedari dulu sudah mengakar di Indonesia, seperti (1) aksi
terorisme yang masih meresahkan masyarakat dengan mengatasnamakan agama sehingga
membuat lunturnya toleransi antar umat beragama; (2) merebaknya kasus pelanggaran hak
asasi manusia; (3) kesenjangan sosial yang membuat masyarakat kaya menjadi semakin
kaya dan masyarakat miskin menjadi semakin miskin; dan (4) hukum yang tajam kebawah
dan tumpul keatas (F. S. Putri & Dewi, 2021). Hal tersebut menjadi bukti pentingnya etika
Pancasila dalam mengarahkan atau sebagai prinsip utama dalam kehidupan masyarakat
yang sesuai dengan Pancasila. Sehingga etika Pancasila sangat diharapkan sebagai
tuntunan moral atau tatakrama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ancaman dalam Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika (F. S. Putri & Dewi, 2021)
1. Sistem tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang mulai berubah,
2. Wibawa kepemerintahan yang luntur sebagai pemimpin dalam bangsa,
3. Ekonomi liberal dan kapitalisme yang membuat masyarakat terkecoh,
4. Ketidakadilan dalam menegakkan hukum, dan
5. Perkembangan IPTEK yang tidak digunakan dengan baik.
14
2. Faktor eksternal: globalisasi, pengaruh kekuatan negara-negara kuat dalam
mempengaruhi negara lain.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendukung dari Pancasila sebagai etika adalah Pancasila memegang peranan dalam
perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana saja
kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti yang
tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu Kemanusian yang adil dan beradab
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir
Pancasila masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat
maupun bangsa dan negara.
B. Saran
1. Etika (nilai, norma dan moral) harus senantiasa di terapkan dalam bersikap dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku yang
sesuai dengan adat, budaya dan karakter bangsa Indonesia.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
18