Dosen Pembimbing:
Oleh :
Kelompok II
Segala puji dan syukur, kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat sehat dan kesempatan serta beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin
ya robal alamin.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.
Rahmat dan hidayahnya yang senantiasa tercurahkan kepada kita yang tak
terhingga ini. Sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya.
Penulis
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Apakah yang dimaksud dengan etika pemerintahan?
3. Apa saja fungsi etika pemerintahan ?
4. Apa nilai nilai etika pemerintahan ?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dalam Penulisan Makalah ini adalah.
1. Untuk Mengetahui Pengertian etika politik.
2. Untuk Mengetahui Pengertian etika pemerintahan.
3. Untuk Mengetahui Fungsi etika pemerintahan.
4. Untuk Mengetahui Nilai etika pemerintahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Menurut H. A. Mustafa etika adalah ilmu yang menyelidiki, yang baik dan yang
buruk untuk mengamati tindakan manusia sejauh bisa diketahui oleh pikiran.
b. Menurut Maryani dan Ludigdo etika seperangkat aturan atau norma atau pedoman
yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
prifesi.
c. Menurut Aristoteles di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia,
Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu, Terminius Technicus yang artinya etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia. dan yang kedua yaitu, Manner dan Custom yang artinya
membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat
dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian
“baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Etika Politik Secara subtantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subyek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan
bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral
senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subyek etika. Maka kewajiban moral
dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainya, karena yang dimaksud adalah
kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun dalam hubunganya dengan masyarakat
bangsa maupun negara, Etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai
3
manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa
didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan beretika.
1. Asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang
berlaku.
2. Disah-kan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis).
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan
dengannya (legitimasi moral).
Etika politik ini harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
kongkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara.
Etika pemerintahan merupakan ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai
dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat manusia. Sumaryadi
4
(2010) menyatakan bahwa etika pemerintahan mengacu pada kode etik profesional khusus
bagi mereka yang bekerja dan untuk pemerintahan. Etika pemerintahan melibatkan aturan
dan pedoman tentang panduan bersikap dan berperilaku untuk sejumlah kelompok yang
berbeda dalam lembaga pemerintahan, termasuk para pemimpin terpilih (seperti presiden
dan kabinet menteri), DPR (seperti anggota parlemen), staf politik dan pelayan publik.
Etika pemerintahan merupakan etika terapan yang berperan dalam urusan pengaturan
tata kelola pemerintah. Etika pemerintahan merupakan bagian dari yurisprudensi praktis
(practical jurisprudence) atau filosofi hukum (philosophy of law) yang mengatur urusan
pemerintah dalam hubungannya dengan orang-orang yang mengatur dan mengelola
lembaga pemerintahan. Etika pemerintahan mencakup isu-isu kejujuran dan transparansi
dalam pemerintahan, yang pada gilirannya berurusan dengan hal-hal seperti; penyuapan
(bribery); korupsi politik (political corruption); korupsi polisi (police corruption); etika
legislatif (legislatif ethics); etika peraturan (regulatory ethics); konflik kepentingan
(conflict of interest); pemerintahan yang terbuka (open of government); etika hukum (legal
ethics).
Dalam etika pemerintahan, terdapat asumsi yang berlaku bahwa melalui penghayatan
yang etis yang baik, seorang aparatur akan dapat membangun komitmen untuk menjadikan
dirinya sebagai teladan tentang kebaikan dan menjaga moralitas pemerintahan.Aparatur
pemerintahan yang baik dan bermoral tinggi, akan senantiasa menjaga dirinya agar dapat
terhindar dari perbuatan tercela, karena ia terpanggil untuk menjaga amanah yang
diberikan, melalui pencitraan perilaku hidup sehari- hari. Dalam lingkup profesi
pemerintahan misalnya, ada nilai- nilai tertentu yang harus tetap ditegakkan- demi menjaga
5
citra pemerintah dan yang dapat menjadikan pemerintah, mampu menjalankan tugas dan
fungsinya. Diantara nilai nilai tersebut, ada yang tetap menjadi bagian dari etika dan
adapula yang telah ditranspormasikan ke dalam hukum positif. Contohnya, tindakan kolusi
dengan kelompok tertentu, lebih tepat dipandang sebagai pelanggaran etika daripada
pelanggaran hukum dikarenakan hukum belum secara rinci mengatur tentang bentuk
pelanggaran yang umumnya berlangsung secara diam- diam dan tersembunyi. Oleh karena
itu, seorang aparatur pemerintah yang ketahuan melakukan tindakan kolusi, sekalipun tidak
dapat selalu dituduh melanggar hukum berarti ia dinilai telah melanggar etika, sehingga
secara profesional dan moral, tetap dapat dikenakan sanksi. Kolusi merupakan sikap tidak
jujur dengan cara membuat kesepakatan tersembunyi dalam melakukan kesepakatan
perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar
segala urusannya menjadi lancar. Etika pemerintahan mengamanatkan agar pejabat
memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur
apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai atau pun dianggap tidak
mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa dan negara. Etika ini dimaksud untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien dan efektif serta menumbuhkan suasana
politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap
akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk
menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per-orang ataupun kelompok
orang, serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
6
2.3 Fungsi Etika Politik dan Pemerintahan
Fungsi dari etika politik adalah sebagai salah satu pengatur keseimbangan di
dalam pemisahaan kekuasaan antara lembaga legislatif dan eksekutif. Etika politik
dikatakan mengambil peran dalam budaya politik jika memiliki kemampuan untuk
mengendalikan lembaga-lembaga dan mekanisme politik. Fungsi etika bagi
kehidupan Kenegaraan adalah alat untuk mengatur tertib hidup kenegaraan,
memberikan pedoman yang merupakan batas gerak hak dan wewenang
kenegaraan,menampakkan kesadaran kemanusiaan dalam bermasyarakat dan
bernegara, mempelajari danmenjadikan objek tingkah laku manusia dalam hidup
kenegaraan, memberi landasan fleksibilitas bergerak yang bersumber dari
pengalaman.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat - alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan Legitimasi Politik secara
bertanggungjawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan
secara rasional objektif dan argumentative.Etika Politik tidak langsung
mencampuri politik praktis. Tugas Etika Politik membantu agar pembahasan
masalah - masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif
7
liberties: kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan
mengeluarkan pendapat, dan sebagainya. Dalam konteks ini pembicaraan
mengenai ingatan sosial erat kaitannya dengan etika politik. Apalagi, berbagai
kasus kekerasan dan pembunuhan massal selalu terulang di Indonesia. Dari
pengalaman ini orang mulai curiga jangan- jangan tiadanya proses hukum terhadap
kekerasan dan pembunuhan yang terjadi merupakan upaya sistematik untuk
mengubur ingatan sosial. Kesimpulannya Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap
yang jujur, bertatakrama dalam perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura,
tidak arogan, jauh dari sifat munafik serta tidak melakukan kebohongan publik,
tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.
8
atau penyelewengan tidak dapat dibenarkan. Para pegawai bertanggung
jawab untuk melaporkan jika ada tindak penyimpangan
5. Sistem penilaian kecakapan, kesempatan yang sama, dan asasasas itikad
baik akan didukung, dijalankan, dan dikembangkan
6. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat adalah sangat penting. Konflik
kepentingan, penyuapan, hadiah, atau favoritisme yang merendahkan
jabatan publik untuk keuntungan pribadi tidak dapat diterima
7. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus dengan ciri-ciri
keadilan, keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi, dan kasih
sayang. Kita menghargai sifat-sifat seperti ini dan secara aktif
mengembangkannya
8. Hati nurani memegang peranan penting dalam memilih arah tindakan. Ini
memerlukan kesadaran akan makna ganda moral dan kehidupan, dan
pengkajian tentang prioritas nilai; tujuan yang baik tidak pernah
membenarkan cara yang tidak bermoral (good ends never justify immoral
means)
9. Para administrator negara tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang
salah, tetapi juga untuk mengusahakan hal yang benar melalui pelaksanaan
tanggung jawab dengan penuh semangat dan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, maka untuk menjadi aparatur pemerintahan yang baik syarat
utamanya adalah menunaikan tugas dan tanggungjawabnya dengan
memegang teguh kode etik yang ada di dalam organisasi pemerintahan,
karena kewajiban merupakan ukuran utama dari etika pemerintahan
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa etika politik tidak
dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Fungsi etika
politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk
mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab.
Prinsip dasar etika politik kontemporer terdiri atas pluralisme, ham, solidaritas
bangsa, demokrasi, kead ilan social. Manfaat etika politik bagi pelaksanaan system
politik di Indonesia antara lain.
10
DAFTAR PUSTAKA
Awaliah, Neneng Nur. (2012). Etika Politik: Pemikiran Komarudin Hidayat. Jakarta.
Budiardjo, Miriam. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
http://news.okezone.com/read/2013/10/15/339/881681/redirect. 1
http://repository.lppm.unila.ac.id/33011/1/ETIKA%20POLITIK%20%26%20PEMERIN
TAHAN. Pdf
Shubhi, Ahmad Mahmud. (1992). Filsafat Etika. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
11