Anda di halaman 1dari 14

ETIKA POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Makalah ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pancasila

Dosen Pembimbing:

Dhimas Nurpratama, M.P.

Oleh :

Kelompok II

Iswani Ananta Afsya 12270522316


Elsa Amanda 12270525228
Ganda Pramuja 12270511574
Gustiardo 12270513119
Tufia 12270520438

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat sehat dan kesempatan serta beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin
ya robal alamin.

Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen, yang telah membimbing


dalam pembuatan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya makalah ini
dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.

Rahmat dan hidayahnya yang senantiasa tercurahkan kepada kita yang tak
terhingga ini. Sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya.

Pekanbaru, 15 September 2022

Penulis

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Langkah –langkah Evaluasi Program Pendidikan............ Error! Bookmark not
defined.
2.2 Persiapan Evaluasi Program Pendidikan............Error! Bookmark not defined.
2.3 Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan .......Error! Bookmark not defined.
2.4 Monitoring Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan .. Error! Bookmark not
defined.
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsepsi etika, sebenarnya sudah lama diterima sebagai suatu sistem nilai yang
tumbuh dan berkembang pada peradaban manusia, sehingga dengan demikian pada
dasarnya etika yaitu serangkaian upaya yang menjadikan moralitas sebagai
landasan bertindak dalam tatanan kehidupan yang kolektif. Etika memungkinkan
berjalannya kehidupan sosial yang harmonis dan damai. Penerapkan etika dalam
hidup akan membuat manusia dapat berkembang lebih baik.
Dalam menjalankan suatu pemerintahan, etika juga sangat perlu diterapkan.
Hal ini guna memastikan agar jalannya pemerintahan tetap berorientasi pada
tercapainya tujuan dan kepentingan bersama. Hal ini akan berimbas pula pada
meningkatnya rasa solidaritas dan persatuan yang tinggi dalam masyarakat
sehingga akan berimbas pada perkembangan ekonomi yang lebih baik.
Dalam praktik pemerintahan masa sekarang ini banyak terjadi penyimpangan
dan pelanggaran etika. Praktik pelanggaran etika ini dilakukan oleh individu atau
kelompok tertentu yang hanya ingin memenuhi kepentingannya sendiri dengan
tidak mengindahkan kepentingan bersama. Hal tersebut amat sangat merugikan
masyarakat dan menimbulkan ketimpangan, serta ketidakharmonisan sosial yang
berimbas pada munculnya rasa ketidakpuasan pada pemerintah. Praktik-praktik
pelanggaran etika tersebut diantaranya adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) yang belakangan semakin marak dan seakan telah menjadi budaya dalam
masyarakat. Pelanggaran etika tersebut dilakukan tidak hanya oleh kalangan
pejabat tingkat negara saja, tapi juga tingkat daerah, dan bahkan para bawahannya
pula. Hal ini mengakibatkan pemerintahan menjadi tidak sehat dan masyarakatlah
yang akan menanggung kerugiannya kelak. Pada kesempatan ini, pemakalah akan
membahas tentang etika politik dan pemerintahan .
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Penulisan Makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan etika politik?

1
2. Apakah yang dimaksud dengan etika pemerintahan?
3. Apa saja fungsi etika pemerintahan ?
4. Apa nilai nilai etika pemerintahan ?

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dalam Penulisan Makalah ini adalah.
1. Untuk Mengetahui Pengertian etika politik.
2. Untuk Mengetahui Pengertian etika pemerintahan.
3. Untuk Mengetahui Fungsi etika pemerintahan.
4. Untuk Mengetahui Nilai etika pemerintahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Politik


Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan,
sikap, cara berpikir. Jadi, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika tidak
sama dengan etiket, “Etika” berarti “moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”. Etika
berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Menurut KBBI Etika ialah nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Adapun pengertian etika menurut para ahli

a. Menurut H. A. Mustafa etika adalah ilmu yang menyelidiki, yang baik dan yang
buruk untuk mengamati tindakan manusia sejauh bisa diketahui oleh pikiran.
b. Menurut Maryani dan Ludigdo etika seperangkat aturan atau norma atau pedoman
yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
prifesi.
c. Menurut Aristoteles di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia,
Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu, Terminius Technicus yang artinya etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia. dan yang kedua yaitu, Manner dan Custom yang artinya
membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat
dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian
“baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Etika Politik Secara subtantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subyek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan
bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral
senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subyek etika. Maka kewajiban moral
dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainya, karena yang dimaksud adalah
kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun dalam hubunganya dengan masyarakat
bangsa maupun negara, Etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai

3
manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa
didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan beretika.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar


kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan :

1. Asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang
berlaku.
2. Disah-kan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis).
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan
dengannya (legitimasi moral).

Etika politik ini harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
kongkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara.

2.2 Etika Pemerintahan


Secara etimologis, istilah pemerintahan berasal dari kata dasar “perintah” yang berarti
menyuruh melakukan sesuatu, aba-aba, atau komando. Pemerintahan dalam bahasa Inggris
disebut government yang berasal dari bahasa Latin: gobernare, greek kybernan yang berarti
mengemudikan atau mengendalikan. Secara umum pemerintah merupakan organisasi,
badan, lembaga yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta
undang-undang di wilayah tertentu. Menurut C.F Strong dalam bukunya Modern Political
Constitutions menyebutkan bahwa “Government is therefore that organization in which is
vested the rights to exercise sovereign powers”. Pemerintahan adalah organisasi dalam
mana diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi. Jadi
pemerintah diartikan sebagai organisasi atau lembaga. Sumaryadi (2010) mengemukakan
bahwa pemerintahan merupakan organisasi yang memiliki:

1. Otoritas memerintah dari sebuah unit politik.


2. Kekuasaan yang memerintah suatu masyarakat politik (political society).
3. Aparatus yang merupakan badan pemerintahan yang berfungsi dan
menjalankan kekuasaan.
4. Kekuasaan untuk membuat peraturan perundang-undangan, untuk
menangani perselisihan dan membicarakan putusan administrasi dan dengan
monopoli atas kekuasaan yang sah.

Etika pemerintahan merupakan ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai
dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat manusia. Sumaryadi

4
(2010) menyatakan bahwa etika pemerintahan mengacu pada kode etik profesional khusus
bagi mereka yang bekerja dan untuk pemerintahan. Etika pemerintahan melibatkan aturan
dan pedoman tentang panduan bersikap dan berperilaku untuk sejumlah kelompok yang
berbeda dalam lembaga pemerintahan, termasuk para pemimpin terpilih (seperti presiden
dan kabinet menteri), DPR (seperti anggota parlemen), staf politik dan pelayan publik.

Etika pemerintahan merupakan etika terapan yang berperan dalam urusan pengaturan
tata kelola pemerintah. Etika pemerintahan merupakan bagian dari yurisprudensi praktis
(practical jurisprudence) atau filosofi hukum (philosophy of law) yang mengatur urusan
pemerintah dalam hubungannya dengan orang-orang yang mengatur dan mengelola
lembaga pemerintahan. Etika pemerintahan mencakup isu-isu kejujuran dan transparansi
dalam pemerintahan, yang pada gilirannya berurusan dengan hal-hal seperti; penyuapan
(bribery); korupsi politik (political corruption); korupsi polisi (police corruption); etika
legislatif (legislatif ethics); etika peraturan (regulatory ethics); konflik kepentingan
(conflict of interest); pemerintahan yang terbuka (open of government); etika hukum (legal
ethics).

Etika pemerintahan berhubungan dengan keutamaan yang harus dilaksanakan oleh


para elit pejabat publik dan staf pegawai pemerintahan. Wujud etika pemerintahan adalah
aturan-aturan ideal yang dinyatakan dalam UUD baik yang dikatakan oleh dasar negara
(Pancasila) maupun dasar-dasar perjuangan negara (Teks Proklamasi). Dalam hal ini, etika
pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat elit politik untuk bersikap jujur,
amanah, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati dan siap untuk
mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral
kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. ). Etika dan moral
sangat penting dalam pemerintahan, dalam hal ini dengan adanya etika dalam pemerintahan
maka pemerintahan akan berjalan dengan lebih baik. Para aparatur pemerintahan memiliki
kesadaran moral yang tinggi pada politisi, pemerintah dalam mengemban tugas dan
tanggung jawabnya, sehingga kejujuran, kebenaran dan keadilan dapat diwujudkan.

Dalam etika pemerintahan, terdapat asumsi yang berlaku bahwa melalui penghayatan
yang etis yang baik, seorang aparatur akan dapat membangun komitmen untuk menjadikan
dirinya sebagai teladan tentang kebaikan dan menjaga moralitas pemerintahan.Aparatur
pemerintahan yang baik dan bermoral tinggi, akan senantiasa menjaga dirinya agar dapat
terhindar dari perbuatan tercela, karena ia terpanggil untuk menjaga amanah yang
diberikan, melalui pencitraan perilaku hidup sehari- hari. Dalam lingkup profesi
pemerintahan misalnya, ada nilai- nilai tertentu yang harus tetap ditegakkan- demi menjaga

5
citra pemerintah dan yang dapat menjadikan pemerintah, mampu menjalankan tugas dan
fungsinya. Diantara nilai nilai tersebut, ada yang tetap menjadi bagian dari etika dan
adapula yang telah ditranspormasikan ke dalam hukum positif. Contohnya, tindakan kolusi
dengan kelompok tertentu, lebih tepat dipandang sebagai pelanggaran etika daripada
pelanggaran hukum dikarenakan hukum belum secara rinci mengatur tentang bentuk
pelanggaran yang umumnya berlangsung secara diam- diam dan tersembunyi. Oleh karena
itu, seorang aparatur pemerintah yang ketahuan melakukan tindakan kolusi, sekalipun tidak
dapat selalu dituduh melanggar hukum berarti ia dinilai telah melanggar etika, sehingga
secara profesional dan moral, tetap dapat dikenakan sanksi. Kolusi merupakan sikap tidak
jujur dengan cara membuat kesepakatan tersembunyi dalam melakukan kesepakatan
perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar
segala urusannya menjadi lancar. Etika pemerintahan mengamanatkan agar pejabat
memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur
apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai atau pun dianggap tidak
mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa dan negara. Etika ini dimaksud untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien dan efektif serta menumbuhkan suasana
politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap
akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk
menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per-orang ataupun kelompok
orang, serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Etika pemerintahan selalu berkaitan dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan


dengan hak-hak dasar warga negara dalam selaku manusia sosial. Nilai-nilai keutamaan
yang dikembangkan dalam etika kepemerintahan adalah:

1. Penghormatan terhadap hidup manusia dan hak asasi manusia lainnya.


2. Kejujuran (honesty) baik terhadap diri sendiri maupun terhadap manusia lainnya.
3. Keadilan (justice) dan kepantasan, merupakan sikap yang terutama harus
diperlakukan terhadap orang lain.
4. Fortitude, yaitu kekuatan moral, ketabahan serta berani karena benar terhadap
godaan dan nasib.
5. Temperance, yaitu kesederhanaan dan pengendalian diri.
6. Nilai-nilai adama dan sosial budaya termasuk nilai agama agar umat manusia harus
bertindak secara profesional dan bekerja keras.

6
2.3 Fungsi Etika Politik dan Pemerintahan
Fungsi dari etika politik adalah sebagai salah satu pengatur keseimbangan di
dalam pemisahaan kekuasaan antara lembaga legislatif dan eksekutif. Etika politik
dikatakan mengambil peran dalam budaya politik jika memiliki kemampuan untuk
mengendalikan lembaga-lembaga dan mekanisme politik. Fungsi etika bagi
kehidupan Kenegaraan adalah alat untuk mengatur tertib hidup kenegaraan,
memberikan pedoman yang merupakan batas gerak hak dan wewenang
kenegaraan,menampakkan kesadaran kemanusiaan dalam bermasyarakat dan
bernegara, mempelajari danmenjadikan objek tingkah laku manusia dalam hidup
kenegaraan, memberi landasan fleksibilitas bergerak yang bersumber dari
pengalaman.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat - alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan Legitimasi Politik secara
bertanggungjawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan
secara rasional objektif dan argumentative.Etika Politik tidak langsung
mencampuri politik praktis. Tugas Etika Politik membantu agar pembahasan
masalah - masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif

2.4 Tujuan Etika Politik


Tujuan etika politik adalah mengarahkan ke hidup yang baik, bersama dan
untuk orang lain, dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan membangun
institusi institusi yang adil. Definisi etika politik membantu menganalisis korelasi
antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur-struktur yang ada.
Dalam perspektif ini, pengertian etika politik mengandung tiga tuntutan: (1) upaya
hidup baik bersama dan untuk orang lain; (2) upaya memperluas lingkup
kebebasan; dan (3) membangun institusi-institusi yang adil. Tiga tuntutan tersebut
saling terkait. "Hidup bersama dan untuk orang lain" tidak mungkin terwujud
kecuali bila menerima pluralitas dan dalam kerangka institusi-institusi yang adil.
Institusi-institusi yang adil memungkinkan perwujudan kebebasan yang mencegah
warga negara atau kelompok-kelompok dari perbuatan yang saling merugikan.
Kebebasan warga negara mendorong inisiatif dan sikap kritis terhadap institusi-
institusi yang tidak adil. Pengertian kebebasan dimaksudkan sebagai syarat fisik,
sosial, dan politik yang perlu demi pelaksanaan konkret kebebasan atau democratic

7
liberties: kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan
mengeluarkan pendapat, dan sebagainya. Dalam konteks ini pembicaraan
mengenai ingatan sosial erat kaitannya dengan etika politik. Apalagi, berbagai
kasus kekerasan dan pembunuhan massal selalu terulang di Indonesia. Dari
pengalaman ini orang mulai curiga jangan- jangan tiadanya proses hukum terhadap
kekerasan dan pembunuhan yang terjadi merupakan upaya sistematik untuk
mengubur ingatan sosial. Kesimpulannya Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap
yang jujur, bertatakrama dalam perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura,
tidak arogan, jauh dari sifat munafik serta tidak melakukan kebohongan publik,
tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.

Secara umum fungsi etika pemerintahan dalam praktek penyelenggaraan


pemerintahan ada dua: 1. Sebagai suatu pedoman, referensi, acuan, penuntun,
dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan 2. Sebagai acuan untuk menilai
apakah keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan itu baik atau buruk,
terpuji atau tercela. Pemerintah sebagai alat kelengkapan sebuah organisasi
modern yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk dapat merealisasikan
cita-cita negara harus memiliki keinginan yang kuat dan menanamkan nilai etis
dalam diri aparatur agar cita-cita negara dapat terwujud. Kaitan etika
pemerintahan, disajikan ada sembilan asas yang diterima oleh American Society
for Publik Administration (ASPA) sebagai kaidah etis (dalam
Kumorotomo,1992:413-414) sebagai berikut :

1. Pelayanan kepada masyarakat adalah pelayanan di atas pelayanan kepada


diri sendiri
2. Rakyat adalah berdaulat dan mereka yang bekerja dalam instansi
pemerintah pada akhirnya bertanggung jawab kepada rakyat
3. Hukum mengatur semua tindakan dari instansi pemerintah. Apabila
hukum atau peraturan dirasa bermakna ganda, tidak bijaksana, atau perlu
perubahan, kita akan mengacu kepada sebesar-besarnya kepentingan
rakyat sebagai patokan
4. Manajemen yang efektif dan efisien adalah dasar bagi administrasi negara.
Subversi melalui penyalahgunaan pengaruh, penggelapan, pemborosan

8
atau penyelewengan tidak dapat dibenarkan. Para pegawai bertanggung
jawab untuk melaporkan jika ada tindak penyimpangan
5. Sistem penilaian kecakapan, kesempatan yang sama, dan asasasas itikad
baik akan didukung, dijalankan, dan dikembangkan
6. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat adalah sangat penting. Konflik
kepentingan, penyuapan, hadiah, atau favoritisme yang merendahkan
jabatan publik untuk keuntungan pribadi tidak dapat diterima
7. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus dengan ciri-ciri
keadilan, keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi, dan kasih
sayang. Kita menghargai sifat-sifat seperti ini dan secara aktif
mengembangkannya
8. Hati nurani memegang peranan penting dalam memilih arah tindakan. Ini
memerlukan kesadaran akan makna ganda moral dan kehidupan, dan
pengkajian tentang prioritas nilai; tujuan yang baik tidak pernah
membenarkan cara yang tidak bermoral (good ends never justify immoral
means)
9. Para administrator negara tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang
salah, tetapi juga untuk mengusahakan hal yang benar melalui pelaksanaan
tanggung jawab dengan penuh semangat dan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, maka untuk menjadi aparatur pemerintahan yang baik syarat
utamanya adalah menunaikan tugas dan tanggungjawabnya dengan
memegang teguh kode etik yang ada di dalam organisasi pemerintahan,
karena kewajiban merupakan ukuran utama dari etika pemerintahan

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa etika politik tidak
dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Fungsi etika
politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk
mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab.
Prinsip dasar etika politik kontemporer terdiri atas pluralisme, ham, solidaritas
bangsa, demokrasi, kead ilan social. Manfaat etika politik bagi pelaksanaan system
politik di Indonesia antara lain.

a. Etika diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politik dan


kekuasaan. Karena kekuasaan cenderungdisal ahgunakan maka etika
sebagai prinsip normatif/etika normatif (bukanmetaeti ka) sangat
diperlukan. Etika di sini ada sebagai sebuah keharusan
ontologis.Dengan memahami etika politik, para pejabat tidak akan
menyalah gunakankekuasaannya.
b. Etika politik bertujuan untuk memberdayakan mekanisme kontrol
masyarakat terhadap pengambilan kebijakan para pejabat agar tidak
menyalahi etika. Masyarakat sebagai yang memiliki negara tidak bisa
melepaskandiri dalam mengurus negara.
c. Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang jujur, bertatakrama
dalam perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan,
jauh dari sifat munafik serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak
manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya

10
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Anggriani. (2012). Etika Politik. Makasar: Alauddin University Press.

Awaliah, Neneng Nur. (2012). Etika Politik: Pemikiran Komarudin Hidayat. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

http://news.okezone.com/read/2013/10/15/339/881681/redirect. 1

http://repository.lppm.unila.ac.id/33011/1/ETIKA%20POLITIK%20%26%20PEMERIN
TAHAN. Pdf

Shubhi, Ahmad Mahmud. (1992). Filsafat Etika. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

11

Anda mungkin juga menyukai