System
Koordiavaskuler,Respirasi,Hem
Disusun Oleh
Nur Azlin
Putri Andrini
Ritho Harisky
Ardo Armando
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji syukur
marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Emboli Paru” Dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Sist CV.Resp,Hem.
Akhirnya Tugas ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan dari dosen
pembimbing yang memberikan bahan materi, dan penyusun mengucapkan terima kasih kepada k
Dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu. Apabila dalam tugas terdapat
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun teknik penulisannya, untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak pembaca untuk perbaikan masa yang akan
datang demi kesempurnaan tugas.
Semoga tugas ini bermanfaat, berguna dan menambah wawasan bagi kita semua pada
umumnya bagi pembaca didalam dunia IlmuKesehatan. Amin amin yarabbal „alamin.
KELOMPOK III
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
B. Faktor Predisposisi...............................................................................4
D. PatoFisiolgi........................................................................................5
E. Diagnosis...........................................................................................6
F. Gambaran Klinis................................................................................6
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
1. Trauma lokal pada dinding pembuluh darah, sehingga terjadi kerusakan endotel
vaskular. Biasanya disebabkan oleh thromboflebitis sebelumnya, pada trauma,
ataupun tindakan pembedahan.
2. Keadaan hiperkoagulobilitas darah yang disebabkan oleh berbagai pengobatan,
seperti: kontrasepsi oral, terapi hormon, terapi steroid, keganasan, sindrom nefrotik,
thrombositopenia akibat penggunaan obat heparin, defisiensi protein C, protein S,
antithrombin III, dan keadaan DIC.
3. Keadaan stasis vena, biasanya disebabkan karena immobilisasi atau tirah baring yang
berkepanjangan, katup vena yang tidak kompeten akibat proses thromboemboli
sebelumnya, efek samping anestesi, gagal jantung kongestif, dan cor pulmonale.
E. Diagnosis Emboli Paru
Diagnosis emboli paru ternyata lebih sulit dibandingkan dengan pengobatan dan
pencegahannya, untuk menegakkan diagnosis emboli paru, perlu ditunjang dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan imaging. Pemeriksaan
laboratorium rutin tidak dapat menegakkan diagnosis emboli paru, tetapi dapat
dipergunakan untuk menilai kemajuan terapi dan menilai kemungkinan diagnosis lainnya.
Adapun diagnosis banding adalah pneumonia, bronkitis, asma bronkial, penyakit paru
obstruksi kronik eksaserbasi akut, infark miokard, edema paru, anxietas, diseksi aorta,
tamponade perikardial, kanker paru, hipertensi pulmonal primer, fraktur kosta,
pneumothoraks, kostokondritis, dan nyeri muskuloskeletal.
DIAGNOSIS BANDING
Emboli paru dapat didiferensial diagnosis dengan :
1. Pneumonia atau bronchitis
2. Asthma bronchiale
3. Penyakit Paru Obstruksi Menahun eksaserbasi
4. Miokard infark
5. Edema Paru
6. Anxietas
7. Diseksi Aorta
8. Pericardial Tamponade
9. Kanker Paru
6
10. Hipertensi Pulmonal Primer
11. Fraktur Costae
12. Pneumothoraks
13. Costochondritis
14. Nyeri Muskuloskletal
F. . Gambaran Klinis Emboli Paru
Ada enam sindroma klinis emboli paru akut dengan gambaran sebagai berikut :
1. Emboli Paru massif Presentasi klinis: Sesak nafas, sinkop dan sianosis dengan
hipotensi arteri sistemik persisten; khas > 50 persen obstruksi pada vaskulatur paru.
Disfungsi ventrikel kanan dapat dijumpai.
2. Emboli Paru sedang sampai besar (submassif) Presentasi klinis: Tekanan darah
sistemik masih normal, gambaran khas > 30 persen defek pada perfusi scan paru
dengan tanda-tanda disfungsi ventrikel kanan
3. Emboli Paru Kecil sampai Sedang Presentasi klinis: Tekanan darah arteri sistemik
yang normal tanpa disertai tanda-tanda disfungsi ventrikel kanan
4. Infark Paru (Pulmonary Infarction) Presentasi klinis: Nyeri pleuritik, hemoptisis,
pleural rub, atau bukti adanya konsolidasi paru; khasnya berupa emboli perifer yang
kecil, jarang disertai disfungsi ventrikel kanan.
5. Emboli Paru Paradoksikal (Paradoxical Embolism) Presentasi klinis: Kejadian emboli
sistemik yang tiba-tiba seperti stroke, jarang disertai disfungsi ventrikel kanan.
6. Emboli Nontrombus (Nonthrombotic embolism) Penyebab yang tersering berupa
udara, lemak, fragmen tumor, atau cairan amnion. Disfungsi ventrikel kanan jarang
menyertai keadaan ini.
7
1. Foto Toraks Pembesaran arteri pulmonal yang semakin bertambah pada serial foto
toraks adalah tanda spesifik emboli paru. Foto toraks juga dapat menunjukkan
kelainan lain seperti efusi pleura atau atelektasis yang sering bersamaan
insidensinya dengan penyakit ini.. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk
menyingkirkan keadaan lain khususnya pneumothorax..
2. Analisa Gas Darah Gambaran khas berupa menurunnya kadar pO2 yang
dikarenakan shunting akibat ventilasi yang berkurang. Secara simultan pCO2
dapat normal atau sedikit menurun disebabkan oleh keadaan hiperventilasi.
Bagaimanapun juga sensitivitas dan spesifisitas analisa gas darah untuk
penunjang diagnostik emboli paru relatif rendah.
3. D-dimer Plasma D-dimer merupakan hasil degradasi produk yang dihasilkan oleh
proses fibrinolisis endogen yang dilepas dalam sirkulasi saat adanya bekuan.
Pemeriksaan ini merupakan skrining yang bermanfaat dengan sensitivitas yang
tinggi (94%) namun kurang spesifisitas (45%). D-dimer dapat meningkat pada
beberapa keadaan seperti recent MCI . Spesifisitas D-dimer secara ELISA untuk
memprediksi emboli paru meningkat bila ratio D-dimer / fibrinogen > 1000.
Plasma D-dimer yang normal dapat menyingkirkan diagnosis emboli paru.
4. Elektrokardiogram (EKG) Perubahan EKG tidak dapat dipercaya dalam diagnosis
emboli paru terutama pada kasus yang ringan sampai sedang. Pada keadaan
emboli paru massif dapat terjadi perubahan EKG antara lain : - Pola S1 Q3 T3 ,
gelombang Q yang sempit diikuti T inverted di lead III, disertai gelombang S di
lead I menandakan perubahan posisi jantung yang dikarenakan dilatasi atrium dan
ventrikel kanan. - P Pulmonal - Right bundle branch block yang baru - Right
ventricular strain dengan T inverted di lead V1 sampai V4
5. 5. Scanning Ventilasi-Perfusi Pemeriksaan ini sudah menjadi uji diagnosis non
invasive yang penting untuk sangkaan emboli paru selama bertahun-tahun.
Keterbatasan alat ini pada kasus alergi kontras, insufisiensi ginjal, atau kehamilan
6. Spiral Pulmonary Computed Tomography scanning Test ini sangat sensitive dan
spesifik dalam mendiagnosis emboli paru dan dapat dilakukan pada penderita
yang tidak dapat menjalani pemeriksaan scanning ventilasi-perfusi. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan memberikan injeksi kontras medium melalui vena perifer
8
dan dapat mencapai arteri pulmonalis yang selanjutnya memberikan visualisasi
arteri pulmonal sampai ke cabang segmentalnya.
7. Pulmonary Scintigraphy Dengan menggunakan radioaktif technetium, ini
merupakan suatu tekhnik yang cukup sensitive untuk mendeteksi gangguan
perfusi. Defisit perfusi dapat dikarenakan oleh ketidakseimbangan aliran darah ke
bagian paru atau disebabkan masalah paru seperti efusi atau kollaps paru. Untuk
menambah spesifisitasnya, tekhnik ini selalu dikombinasi dengan ventilation scan
dengan menggunakan radioaktif gas xenon. Gambaran yang menunjukkan
nonperfusi tapi adanya zona ventilasi menunjukkan emboli paru. Bagaimanapun
juga pada penderita dengan penyakit paru sebelumnya, nilai diagnostik
pemeriksaan ini menjadi menurun.
8. Angiografi paru Pemeriksaan ini merupakan baku emas (gold standard) dalam
diagnostik emboli paru. Namun tekhnik ini merupakan penyelidikan invasif yang
cukup berisiko terutama pada penderita yang sudah kritis. Karenanya saat ini
peran angiografi paru sudah digantikan oleh spiral CT scan yang memiliki akurasi
yang sama. Berikut ini satu tampilan hasil pemeriksaan pulmonary angiography
terhadap seorang pasien perempuan usia 77 tahun dengan gagal jantung kanan
yang sudah mendapat heparinisasi 3 hari. Pasien ini menjalani kateterisasi jantung
kanan dan didapatkan emboli paru yang cukup besar pada bagian tengah kanan
dan bagian atas kanan (right middle and right upper lobe) . Dikarenakan adanya
kontraindikasi trombolitik, beliau menjalani kombinasi suction cathether
embolectomy dan cathether directed thrombolysis dengan bolus spray tissue
plasminogen activator dilanjutkan dengan infus satu malam 1 mg/ jam.
9. Magnetic Resonance Angiografi (MRA) Alat ini memiliki sensitifitas dan
spesifisitas yang sama dengan CT angiografi, bahkan dapat digunakan tanpa
kontras sehingga aman untuk pasien dengan gangguan ginjal. Namun alat ini tidak
dianjurkan pada pasien gawat karena adanya bahan metal seperti infus peralatan
bantu nafas, dll.
10. Duplex Ultrasound Ekstremitas Merupakan pencitraan non invasif pada kasus
dengan sangkaan trombosis vena dalam yang simptomatik pada tungkai maupun
lengan yang relatif mudah dan akurat. Ultrasound bermanfaat pada sangkaan
9
emboli paru yang kuat dengan skor Wells > 7. 11. Ekokardiografi Ekokardiografi
transtorakal muncul sebagai alat diagnostik non invasif yang berperan dalam
menilai suatu pressure overload dari ventrikel kanan yang dapat diakibatkan oleh
emboli paru massif. Penderita emboli paru akut menunjukkan pergerakan dinding
segmental abnormal yang spesifik yang sering disebut sebagai tanda McConnell,
hipokinesis dinding disertai pergerakan apeks ventrikel kanan yang masih normal.
Dilatasi ventrikel kanan merupakan tanda tidak langsung dari beban ventrikel
kanan yang berlebihan.
11. Biomarker jantung Troponin T (Trop T) adalah marker jantung yang sangat
sensitif dan spesifik untuk suatu nekrosis sel miokard. Pada pasien emboli paru
terjadi sedikit peningkatan kadar Trop T dibandingkan dengan peningkatan yang
cukup tinggi pada kasus sindroma koroner akut (nilai abnormal terendah 0,03-0,1
ng/ml). Kadar Trop T berkorelasi dengan disfungsi ventrikel kanan, dimana
iskemi miokard terjadi akibat gangguan keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dari ventrikel kanan sehingga terjadi pelepasan Trop T ke
dalam sirkulasi tanpa adanya penyakit jantung koroner.
1
1
KESIMPULAN
1
DAFTAR PUSTAKA
Myerson SG, dkk: Pulmonary embolism. Dalam: Saul GM, Robin PC,Andrew RJ,
penyunting. Emergencies in cardiology. Edisi ke-1. Oxford University
press,2006.h.190-194
Heit JA, O’Fallon WM, Petterson TM, Lohse CM, Silverstein MD, Mohr DN, et al.
Relative impact of risk factors for deep vein thrombosis and pulmonary embolism:
a population-based study. Arch Intern Med. 2002;162:1245