Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA EMBOLI PARU


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kritis semester 7)

Fasilitator: Nur Hidayati, S. Kep, Ns, M. Kep

Kelas: 7C Keperawatan
Disusun oleh Kelompok 9:
Nanda Rifqi Tri Pamungkas 1702012465
Qofsa Rohmatun 1702012473
Wahyu Nikmaturrohmania 1702012481

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Emboli Paru”. Penulisan makalah ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Kritisa pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. H. Budi Utom,o S.Kep., Ns., M. Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Lamongan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
2. Suratmi, S.Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua Program Studi Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan yang telah
bersedia memberi arahan, perhatian, memberikan fasilitas dan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Nur Hidayati, S.Kep., Ns., M. Kep, selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Kritis yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan
penguatan dalam mengerjakan makalah ini.
4. Isni Lailatul Maghfiroh, S.Kep., Ns., M. Kep, selaku Dosen Fasilitator yang senantiasa
memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam mengerjakan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Besar harapan penulis semoga
makalah ini dapat membawa manfaat.

Lamongan, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I KONSEP TEORI
1.1 Konsep Medis………………………………………………………………….
A. Pengertian………………………………………………………………….
B. Manifestasi Klinis…………………………………………………………
C. Klasifikasi…………………………………………………………………
D. Patofisiologi……………………………………………………………….
E. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian……………………………………………………………………..
2.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI) ……………………………………………….
2.3 Intervensi (SLKI / SIKI) ………………………………………………………
2.4 Implementasi…………………………………………………………………..
2.5 Evaluasi………………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
KONSEP TEORI

1.1 Konsep Medis


A. Pengertian
Emboli paru-paru merupakan oklusi atau penyumbatan bagian pembuluh
darah paru-paru oleh embolus. Embolus ialah suatu benda asing yang tersangkut pada
suatu tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran darah yang
berasal dari suatu tempat lain dalam sirkulasi darah. Proses timbulnya embolus disebut
embolisme. Hampir 99% emboli berasal dari trombus. Bahan lainnya adalah tumor,
gas, lemak, sumsum tulang, cairan amnion, dan trombus septik (Somantri, 2017).
Emboli paru dikenal sebagai obstruksi sebagian atau seluruh dari satu atau kedua
cabang pulmonal. elemen obstruktif dapat berupa bekuan darah, udara atau globulus
lemak (Engram, 2010).
Emboli paru merupakan kondisi infark jaringan paru akibat tersumbatnya
pembuluh darah arteri utama maupun cabangnya oleh substansi baik thrombus, tumor,
udara, atau lemak yang berasal dari manapun diseluruh tubuh melalui aliran darah.

B. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis emboli paru bervariasi tergantung pada beratnya obstruksi
pembuluh darah, jumlah darah, jumlah emboli paru, ukurannya, lokasi emboli, dan
penyakit kardiopulmonal yang ada. Emboli yang kecil mungkin tidak menimbulkan
gejala, tetapi sering menyebabkan sesak nafas.
Gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan area dari arteri
pulmonal yang tersumbat oleh thrombus. Gejala yang paling umum adalah nyeri dada
biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik. Dyspnea merupakan
gejala umum kedua yang diikuti dengan takipnea, takikardi, gugup, batuk, diaphoresis,
hemoptysis, dan sinkop (Brunner dan Suddarth, 2011).
Tanda-tanda yang muncul pada pasien dengan emboli paru:
1. Dispnea
2. Nyeri dada pleuritik
3. Kecemasan
4. Batuk
5. Hemoptysis
Gelaja yang muncul pada pasien dengan emboli paru:
1. Takipnea
2. Crakles
3. Takikardia
4. Keringat berlebih
5. Demam

C. Klasifikasi
1. Embolus besar
- Tersangkut di arteri pulmonalis besar atau dari percabangan arteri pulmonali.
- Dapat menyebabkan kematian seketika dan kolaps kardiovaskuler dan
gangguan hemodinamik.
2. Embolus kecil
- Tidak menimbulkan gejala klinis pada penderita tanpa kelemahan
kardiovaskuler
- Dapat menyebabkan nyeri dada sepintas dan kadang-kadang hemoptisi karena
perdarahan paru
- Pada penderita dengan kelemahan sirkulasi pulmoner dapat menyebebkan
infark

D. Patofisiologi
Bekuan darah merupakan kumpulan platelet untuk memperbaiki kerusakan
pembuluh darah yang membentuk jaringan sel darah merah dan fibrin. Pada keadaan
normal bekuan darah terbentuk untuk menghentikan perdarahan akibat luka, namun
kadang bekuan timbul tanpa ada luka. Bekuan darah yang terbentuk dalam vena
disebut trombus, sedangkan bekuan darah yang lepas dan berpindah kebagian tubuh
yang yang lain menimbulkan emboli. selaij itu, benda asing lain seperti tumor, lemak,
udara dapat masuk ke aliran darah yang lepas dan berpindah ke bagian tubuh lain
menimbulkan emboli yang menyumbat arteri. Kebanyakan bekuan darah berasal dari
lutut hingga ke tungkai atas, dan pelvis. Bekuan dari vena dalam dapat bermigrasi
melalui aliran darah menuju jantung kanan, kemudian masuk ke dalam arteri paru
(Lesmana, 2010). Menurut Virchow, terdapat 3 faktor penting yang menyebabkan
timbulnya thrombus yaitu statis vena, kerusakan pembuluh darah, dan
hiperkoaguabilitas.
Kebanyakan emboli paru terjadi akibat lepasnya trombus yang berasal dari
pembuluh vena di ekstremitas inferior. Trombus terbentuk dari beberapa elemen sel
dan fibrin-fibrin yang berisi protein plasma seperti plasminogen. Trombus dapat
berasal dari pembuluh arteri dan pembuluh vena. Trombus arteri terjadi karena
rusaknya dinding pembuluh arteri (lapisan bagian dalam), sedangkan thrombus vena
terjadi karena perlambatan aliran darah dalam vena tanpa adanya kerusakan dinding
pembuluh darah (Muttaqin, 2008).
Trombus vena dapat berasal dari pecahan trombus besar yang kemudian terbawa
oleh aliran vena. Biasanya thrombus vena ini berisi partikel-partikel sepeti fibrin
(terbanyak), eritrosit, dan trombosit. Ukurannya dari beberapa millimeter saja sampai
sebesar lumen vena. Biasanya thrombus semakin bertambah oleh tumpukan
trombuslain yang kecil-kecil. Adanya perlambatan (statis) aliran darah vena semakin
mempercepat terbentuknya thrombus yang lebih besar, sedangkan adanya kerusakan
dinding pembuluh vena (misalnya pada operasi rekonstruksi vena femoralis) jarang
menimbulkan trombus vena (Muttaqin, 2008).

E. Penatalaksanaan Medis
1. Tirah baring
2. Terapi oksigen
Terapi oksigen sangat pentung untuk pasien dengan embilo paru. Pada keadaan
hipoksemia berat dilakukan pemberian ventilator mekanis dengan pemeriksaan
analisis gas darah secara ketat. Pulse oximetry dapat diperlukan dalam memonitor
saturasi oksigen arteri, yang mana dapat menunjukkan tingkat dari hipoksemia.
3. Analgesic
4. Farmakoterapi
a) Agen trombolitik seperti streptokinase (Kabikinase, Steptase), alteptase
(Activase t-PA), atau urokinase (Abbokinase).
b) Anti koagulan seperti heparin dikumoral atau warfarin natrium.
5. Pembedahan
Embolektomi paru diindikasikan dalam kondisi jika pasien mengalami hipotensi
persisten, syok, dan gawat nafas, jika tekanan arteri pulmonal sangat tinggi, dan
jika angiogram menunjukkan obstruksi bagian besar pembuluh darah paru.
Embolektomi pulmonal membutuhkan toraktomi dengan teknik bypass jantung
paru (Muttaqin, 2008).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1. Riwayat adanya faktor resiko yang mengarah pada:
a) Hiperkoagulabilitas darah, seperti: polisitemia, dehidrasi, kanker, penggunaan
kontrasepsi oral dan anemia
b) Cedera pada endothelium veba, seperti: fraktur tulang panjang, penyalah gunaan
obat IV, bedah ortopedik, fungsi vena kaki, pemasangan CVP atau kateter
intraatrial (kateter ini merupakan sumber primer terjadinya emboli udara) dan
operasi yang baru dilakukan
c) Aliran vena statis, seperti: imobilisasi, luka bakar luas, varises vena,
tromboplebitis vena dalam gagal jantung, fibrilasi atrium, dan kegemukan
2. Pemeriksaan fisik berfokus pada pengkajian system pernafasan (Appendiks A) dan
kardiovaskuler (Appendiks G) dapat menunjukkan:
a) Nyeri dada yang berat pada saat inspirasi, kulit yang lembab hangat atau lembab
dingin tergantung pada hipoksemia
b) Terjadi sesak nafas yang tiba-tiba disertai dengan takipnea
c) Takikardi (frekuensi nadi lebih dari 100x/menit)
d) Demam ringan
e) Tekanan darah menurun lebih dari batas normal
f) Rales, ronki ada kasus emboli paru yang luas
g) Batuk produktif disertai bercak darah atau sputum kemerahan atau batuk tidak
produktif
h) Sianosis (jika terjadi penyumbatan tital pada arteri pulmonal)
i) Distensi vena jugularis pada posisi duduk
j) Petekie di dada, aksila atau di konjungtiva (akibat emboli lemak)
k) Selain itu, pasien tampak pucat, diaphoresis, ketakutan, gelisah, dan kekacauan
mental
3. Pemeriksaan diagnistik
a) JDL (Jumlah Darah Lengkap) menunjukkan lekositosis
b) AGD (Analisa Gas Darah) menunjukkan hipoksemia (PaO2 kurang dari 80 mmHg)
dan alkalosis respiratori (PaO2 kurang dari 35 mmHg dan pH lebih tinggi dari
7,45). Alkalosis respiratori dapat disebabkan oleh hiperventilasi.
c) Waktu protombin (PT) dan waktu tromboplastin parsial (PTT) mungkin rendah
jika terjadi pembekuan darah dan mungkin normal jika disebabkan oleh emboli
udara atau emboli lemak.
d) Enzim-enzim jantung (CPK, LDH, AST) harus dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya infark miokard.
e) Skaning paru (skaning ventilasi dan perfusi) untuk mengetahui area yang
mengalami hipoperfusi
f) Angiogram paru memberikan gambaran yang paling tajam dari kejadian emboli
paru. Angiogram pulmonal dapat dilaksanakan jika pemeriksaan radiologi lainnya
tidak dapat membuktikan suatu kesimpulan dan bila direncanakan suatu tindakan
vena kava. Tindakan ini dilakukan sama seperti melakukan kateter jantung kanan.
4. Kaji respons emosional terhadap kondisi tersebut

2.2 Diangnosa Keperawatan (SDKI)


1. Pola nafas tidak efektif b.d hambata upaya nafas
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri atau vena

2.3 Intervensi (SLKI / SIKI)


No SLKI SIKI
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
keperawatan … x 24 jam usaha nafas)
diharapkan pola nafas 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
membaik. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
Kriteria hasil: 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Dyspnea menurun 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
2. Penggunaan otot bantu head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
nafas menurun trauma servikal)
3. Pemanjangan fase 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
ekspirasi menurun 6. Berikan oksigen, jika perlu
4. Frekuensi nafas membaik 7. Anjurkan asukan cairan 2000 ml/hari, jika
5. Kedalaman nafas tidak ada kontraindikasi
membaik 8. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan


2 Setelah dilakukan tindakan upaya nafas
keperawatan … x 24 jam 2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
diharapkan pertukaran gas takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
membaik. stokes, biot, atastik)
Kriteria hasil: 3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
1. Dyspnea menurun 4. Monitor saturasi oksigen
2. Gelisah menurun 5. Monitor nilai AGD
3. Takikardia membaik 6. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
4. pH arteri membaik kondisi pasien
5. Sianosis membaik 7. Dokumentasi hasil pemantauan
6. Pola nafas membaik 8. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
9. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,


3 Setelah dilakukan tindakan edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
keperawatan … x 24 jam anklebrachial index)
diharapkan perfusi perifer 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
meningkat. (mis. diabetes, perokok, orang tua, hipertensi,
Kriteria hasil: dan kadar kolestrol tinggi)
1. Denyut nadi perifer 3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
meningkat darah di area keterbatasan perfusi
2. Warna kulit pucat 4. Hindari pengukuran tekanan darah pada
menurun ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Pengisian kapiler cukup 5. Anjurkan berhenti merokok
membaik 6. Anjurkan berolahraga rutin
4. Akral cukup membaik 7. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
5. Turgor kulit cukup sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak
membaik ikan omega 3)
6. Tekanan arteri rata-rata 8. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
cukup membaik harus dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
2.4 Implementasi
No Dx Implementasi Paraf
1 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Memonitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi kering)
3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
5. Memposisikan semi-fowler atau fowler
6. Memberikan oksigen, jika perlu
7. Menganjurkan asukan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
9. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

2 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas


2. Memonitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, atastik)
3. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Memonitor nilai AGD
6. Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
7. Mendokumentasi hasil pemantauan
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
9. Menginformasikan hasil pemantauan, jika perlu

3 1. Memeriksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian


kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi)
3. Menghindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
4. Menghindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
5. Menganjurkan berhenti merokok
6. Menganjurkan berolahraga rutin
7. Mengajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
8. Menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
2.5 Evaluasi
No Dx Evaluasi Paraf
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Emboli paru merupakan kondisi infark jaringan paru akibat tersumbatnya pembuluh
darah arteri utama maupun cabangnya oleh substansi baik thrombus, tumor, udara, atau
lemak yang berasal dari manapun diseluruh tubuh melalui aliran darah.
Gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan area dari arteri
pulmonal yang tersumbat oleh thrombus. Gejala yang paling umum adalah nyeri dada
biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik. Dyspnea merupakan gejala
umum kedua yang diikuti dengan takipnea, takikardi, gugup, batuk, diaphoresis,
hemoptysis, dan sinkop (Brunner dan Suddarth, 2011).

3.2 Saran
1. Untuk mahasiwa keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait
konsep dasar pada pasien dengan emboli paru.
2. Untuk perawat diharapkan dapat meningatkan pengetahuan dan mengembangkan
pelayanan pelayanan asuhan keperawatan pasien dengan emboli paru.
3. Untuk masyarakat dalam mencegah terjadinya emboli paru diharapkan tetap menjaga
pola hidup sehat, perbanyak aktivitas, berolahraga teratur, dan berhenti merokok.
Sebaiknya kebiasaan yang kurang aktivitas dan sering duduk dalam waktu yang lama
untuk diminimalisir atau dihindari agar tidak terjadi penyumbatan pada arteri paru
sehingga menyebabkan timbulnya emboli paru.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Lesmana, Vivi Putri. 2010. Emboli Paru. Bagian Penyakit Dalam RS Mitra Kemayoran
Jakarta. CKD edisi 180 September-Oktober 2010.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Soemantri, Irman. 2017. Asuhan Keperawatan pada Paien Dengan Gangguan Sistwm
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai