Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENANGANAN LUKA BAKAR

PEMBIMBING AKADEMIK :
Trijati Puspita Lestari, S. Kep., Ns., M. Kep
PEMBIMBING KLINIK :
Maksum, S.Kep., Ns
DISUSUN OLEH :
Kelompok Puskesmas Mantup
1. Arsita Dewi Kartika
2. Asyifa Aulia Zahro
3. Annastasya Pratiwi
4. Diah Karunia Rohmatul Zul’aidha
5. Nisa’atin Aisyiyah
6. Santi Dwi Cahyani

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENANGANAN LUKA BAKAR

TANGGAL SARAN PEMBIMBING TANDA TANGAN

Lamongan, 09 Maret 2021


Telah direvisi dan disetujui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik

Trijati Puspita L, S.Kep., Ns., M. Kep Maksum, S. Kep., Ners


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang luka bakar (combustio)


Hari/ Tanggal : Selasa, 09 Maret 2021
Waktu : 30 Menit
Sasaran : klien dan keluarga yang ada di ruang tunggu poli PKM
Mantup.
Tempat : Di Ruang Tunggu Poli PKM Mantup
Disampaikan oleh : Nisaatin Aisyiyah

Tujuan
1. Tujuan Instruksi umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang luka bakar (combustio) pasien dan
keluarga mengerti tentang luka bakar dan mampu merawat klien dengan luka
bakar dengan baik dan benar.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang luka bakar (combustio)
selama 30 menit klien dan keluarga mampu:
a. Menjelaskan pengertian tentang luka bakar
b. Menyebutkan etiologi luka bakar
c. Menjelaskan fase luka bakar
d. Menjelaskan klasifikasi luka bakar
e. Menjelaskan luas luka bakar
f. Menjelaskan berat ringanya luka bakar
3. Materi terlampir
a. Menjelaskan pengertian tentang luka bakar
b. Menyebutkan etiologi luka bakar
c. Menjelaskan fase luka bakar
d. Menjelaskan perubahan fisiologi luka bakar
e. Menjelaskan klasifikasi luka bakar
f. Menjelaskan luas luka bakar
g. Menjelaskan berat ringanya luka bakar

4. Metode pembelajaran
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

5. Media pembelajaran
a. Leaflet
b. Lembar Balik

6. Setting Tempat

:Moderator

:Penyaji

:Fasilitator

:Observer

:Peserta

C. Pengorganisasian
1. Pembawa Acara : Arsita Dewi Kartika
2. Pemateri : Nisaatin Aisyiyah
3. Fasilitator : Fadzlillah I, Santi D.C. dan Annastasya P.
4. Observer : Diah K.R.Z dan Asyifa A.Z
7. Kegiatan Inti
N Wakt
Uraian Penyampai Materi Klien dan keluarga
o u
1. 5 Pembukaan
Menit 1. Salam 1. Menjawab salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan 2. Memperkenalkan
diri dan dosen nama dan dosen
pembimbing
kepada klien dan
keluarga 2. Menjawab
3. Menjelaskan tujuan 3. Menjelaskan pertanyaan yang
penyuluhan tentang materi yang diajukan oleh
akan di sampaikan, penyampai materi
menanyakan
apakah klien
pernah
mendapatkan
penyuluhan
sebelumnya

2. 20 1. Menjelaskan Memberikan materi Memperhatikan


Menit tentang defenisi penyuluhan dengan secara seksama
luka bakar menggunakan alat
2. Menjelaskan bantu seperti: clipchart
tentang etiologi
luka bakar
3. Menjelaskan
tentang fase luka
bakar
4. Menjelaskan
tentang
penatalaksanaan
luka bakar
3. 5 Penutup
Menit 1. Menyimpulkan - Membuat - Klien
materi penyuluhan kesimpulan tentang memperhatikan
materi penyuluhan materi yang dengan seksama
yang diberikan disampaikan
dengan
menggunakan
bahasa yang mudah
dimengerti
2. Evaluasi - Meminta klien dan
keluarga untuk - Klien menjawab
menjawab pertanyaan yang
pertanyaan yang diberikan oleh
diberikan oleh penyaji
penyaji - Menjawab salam
3. Salam - Menutup
pertemuan dan
mengucapkan
salam

8. Evaluasi
a. Menjelaskan tentang defenisi luka bakar
b. Menjelaskan etiologi luka bakar
c. Menjelasakan tentang penatalaksanaan luka bakar
MATERI PENYULUHAN

1 Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi (Mansjoer, A.
Dkk, 2000).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka Bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan
kimia maupun arus listrik.

2 Etiologi
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal burn)
Misalnya: api, air panas
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical burn)
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical burn)
4. Luka bakar radiasi (Radiasi injury)
(Sjamsuhidajat & Wim de jong, 2004)

3. Fase Luka Bakar


A. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan
jalan nafas tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
B. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ–organ
fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur (Sjamsuhidajat &
Wim de jong, 2004).

4. Klasifikasi Luka Bakar


A. Kedalaman luka bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan  Jilatan api  Kering tidak ada Bertambah Nyeri
partial  sinar ultra violet gelembung. merah.
superfisial (terbakar oleh  Oedem minimal atau
(tingkat I) matahari). tidak ada.
 Pucat bila ditekan
dengan ujung jari, berisi
kembali bila tekanan
dilepas.

Lebih dalam  Kontak dengan  Blister besar dan lembab Berbintik- Sangat nyeri
dari ketebalan bahan cair atau yang ukurannya bintik yang
partial bahan padat. bertambah besar. kurang jelas,
(tingkat II)  Jilatan api  Pucat bila ditekan putih, coklat,
Superfisial kepada pakaian. dengan ujung jari, bila pink, daerah
Dalam  Jilatan langsung tekanan dilepas berisi merah coklat.
kimiawi. kembali.
 Sinar ultra
violet.

Ketebalan  Kontak dengan  Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,
sepenuhnya bahan cair atau mengelupas. hitam, coklat sedikit sakit.
(tingkat III) padat.  Pembuluh darah seperti tua. Rambut
 Nyala api. arang terlihat dibawah Hitam. mudah lepas
 Kimia. kulit yang mengelupas. Merah. bila dicabut.
 Kontak dengan  Gelembung jarang,
arus listrik. dindingnya sangat tipis,
tidak membesar.
 Tidak pucat bila
ditekan.

(Mansjoer, A. Dkk, 2000).

B. Luas luka bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
(Schwartz & Seymour, 2000).
C. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa
faktor antara lain :
1) Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
2) Kedalaman luka bakar
3) Anatomi lokasi luka bakar
4) Umur
5) Trauma yang menyertai atau bersamaan
American college of surgeon membagi dalam:
A. Parah–critical:
 Tingkat II : 30% atau lebih.
 Tingkat III : 10% atau lebih.
 Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
 Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue
yang luas.
B. Sedang–moderate:
 Tingkat II : 10– 30% pada dewasa
 Tingkat II : 10– 30% pada anak-anak
 Tingkat III : 1 – 10%
C. Ringan – minor:
 Tingkat II : < 15% pada dewasa
 Tingkat II : < 10% pada anak-anak
 Tingkat III : < 2%
(Mancini, M, 1994).

4. Penatalaksanaan
Adapun penanganan awal di lapangan pada kasus luka bakar adalah sebagai
berikut:

1. Tindakan yang harus dilakukan ketika terpapar api yaitu menghentikan proses
pembakaran dengan cara:

a. Stop: Tetap diam di tempat dan hentikan gerakan yang tidak perlu seperti
berlari karena akan semakin menyulut api. Biasanya orang yang terbakar akan
panik sehingga membuat gerakan yang justru akan menambah kobaran api.

b. Drop: Jatuhkan diri ke lantai.

c. Roll and cover: Gulingkan badan ke kiri dan ke kanan hingga api padam dan
usahakan untuk melindungi wajah dan mulut dengan menggunakan tangan.
2. Irigasi dengan air yang mengalir

Irigasi dengan air dingin yang mengalir selama 20 menit adalah waktu yang
terbaik, paling lambat irigasi adalah 1-3 jam setelah kejadian. Tujuan irigasi yaitu
mendinginkan luka bakar, mengurangi nyeri dan mengurangi edema, dan
improvisasi di re-epitelisasi jaringan setelah 2 minggu luka bakar dan kurangnya
jaringan skar dalam 6 minggu post-luka bakar.

Cara mendinginkan Luka Bakar (Minor) :

1. Irigasi dengan air dingin yang mengalir (air keran suhu 2-15 derajat celcius)
selama 20 menit adalah waktu terbaik, 10 menit - 1 jam masih dapat diterima,
paling lambat irigasi adalah 1 - 3 jam setelah kejadian.

2. Melepaskan semua perhiasan, jam tangan, pakaian yang menempel di badan


dan tutup dengan kain yang bersih (Sedang-Berat). contoh: Handuk/Sprei Bersih.

3. Segera bawa ke Rumah Sakit terdekat untuk tindakan selanjutnya. Jangan


pernah memberikan pertolongan pertama dengan metode lain seperti batu es,
pemberian pasta gigi/kecap, sabun colek, mentega, tidak pada tempatnya

Analgesia : pendinginan dan penutupan luka (paling baik dengan plastic film yg
transparan agar mudah menilai ulang) akan menurunkan rasa nyeri atau dapat
dengan medikasi yaitu paracetamol, antiinflamasi ibuprofen dan opioid.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2001). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
volume 3. Jakarta: EGC
Doenges, M. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Mancini, M. (1994). Pedoman praktis prosedur keperawatan darurat. Jakarta:
EGC
Mansjoer, A. dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Jakarta:
Media Aeskulapius FKUI
Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: Konsep dan praktek.
Jakarta: Salemba Medika
Schwartz & Seymour. (2000). Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah edisi 6. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidajat & Wim de jong. (2004). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai