KELOMPOK I
ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
: 12031001
: 12031002
: 12031003
: 12031004
: 12031005
: 12031010
: 12031040
: 12031036
: 12031034
: 12031007
: 12031008
: 12031009
: 12031006
: 12031011
: 12031035
: 12031037
: 12031038
: 12031041
Puji syukur penyusun sampaikan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas Rahmat dan
KaruniaNya penyusun telah dapat menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini merupakan
tugas kelompok dalam mata kuliah Peningkatan Keamanan & Keperawatan Kritis ini membahas
tentang Adult Respiratory Distress Syndrome
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun mengalami banyak permasalahan. Namun
berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penyusun dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seperjuangan khususnya
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) nantinya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) awalnya digambarkan pada tahun 1967
sebagai penyakit akut dimanifestasikan oleh dypsnea, takipnea dan penurunan komplians
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan
pada kehidupan (RS Jantung Harapan Kita, 2001).
Gagal nafas akut/ARDS terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon
dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50
mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).
Adult Respirator Distress Syndrome
mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya.
Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesisnya belum jelas dan terdapat
banyak factor predisposisi seperti syok karena perdarahan, sepsis, rudakpaksa / trauma pada
paru atau bagian tubuh lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi
heroin, atau metadon. (Arif Muttaqin, 2009).
Sindrom distress pernapasan dewasa (adult respiratory distress syndrome, ARDS)
adalah suatu penyakit yang ditandai oleh kerusakan luas alveolus dan/atau membrane kapiler
paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru, kardiovaskular,
atau tubuh secara luar (Corwin, 2009).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ARDS (Gagal nafas Akut) merupakan
ketidakmampuan atau kegagalan sitem pernapasan oksigen dalam darah sehingga pertukaran
oksigen terhadap karbondioksida dalam paru - paru tidak dapat memelihara laju konsumsi
oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam selsel tubuh.sehingga tegangan oksigen
berkurang dan akan peningkatan karbondioksida akan menjadi lebih besar.
2.2 Etiologi
ARDS dapat terjadi akibat cedera langsung pada kapiler paru atau alveolus. Namun, karena
kapiler dan alveolus berhubungan sangat erat, maka destruksi yang luas pada salah satunya
biasanya menyebabkan distruksi yang lain. Hal ini terjadi akibat pengeluaran enzim-enzim
litik oleh sel-sel yang mati,sertabreaksi peradangan ysng terjadi setelah cedera dari kematian
sel. Contoh-contoh kondisi yang mempengaruhi kapiler dari alveolus disajikan di bawah ini
(Corwin, 2009).
DESTRUKSI KAPILER apabila kerusakan berawal di membran kapiler ,maka akan
terjadi pergerakan plasma dan sel darah merah ke ruang interstisium . Hal yang
meningkatkan jarak yang harus di tempuh oleh oksigen dan karbon dioksida untuk
berdifusi,sehingga kecepatan gas menurun Sehingga kecepatan pertuksran gas menurun.
Cairan yang menumpuk di ruang intrerstisium bergerak ke dalam alveolus ,mengencerkan
surfaktan dan meningkatkan tegangan permukaan . gaya yang diperlukan untuk
mengembangkan alveolus menjadi sangat meningkat . peningkatan tegangan permukaan di
tambahdi tambah oleh edema dan pembengkakan ruang interstisium dapat menyebabkan
atelektasis komprensi yang luas ,sehingga complienci paru berkurang . hal ini krmudian
menyebababkan penurunan ventilasi dan hipoksia . penyrbab kerusakan kapimer paru antara
lain adalah septikemia ,pankreatid,bisa ,danurenia. Pnrmonis,inhalasi asapa,trauma ,dan
tenggelam juga dapat merusak kapiler (Corwin, 2009).
DISTRUKSI ALVEOLUS
apabila
alveolus
adalah
tempat
awal
terjadinya
kerusakan ,maka luas permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang sehingga
kecepatan pertukaran gas juga menurun.penyebab kerusakan alveoulus antara lain adalah
pneomunia,aspirasi,dan inhalasi asap. Toksisitas oksigen ,yang timbul setelah 24-36 jam
terali oksigen tinggi , juga dapat menjadi penyebab kerusakan membran alveolus melalui
pembentukan radikal - radikal bebas oksigen (Corwin, 2009).
Tanpa oksigen, jaringan vaskural dan paru mengalami hipoksia sehingga semakin
menyebabkan cedera dan kematian sel. Apabila alveolus an kapiler telah rusak, maka reaksi
peradangan akan terpacu yang menyebabkan tetjadinya idema dan pembengkan ruang
intertsisium serta kerusakan kapiler dan alveolus disekuitarnya. Dalam 24 jam setelas awitan
ARDS,terbentuk membran hialin di dalam alveolus. Membran ini adalah pengendapan
vinbrin putih yang bertambah secara progresif dan semakin mengurangi pertukaran gas.
Akhirnya terjadi vibrosis menyebabkan alveolus lenyap. Ventilasi,respirasi,dan perfusi
semuanya terganggu. Angka kematian akibat ARDS adalah sekitar 50% (Corwin, 2009).
Penyebab dari ARDS antara lain :
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf
spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan
medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi
pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan ARDS yang pertama-tama adalah pencegahan, karena ARDS tidak merupakan
penyakit primer tetapi timbul setelah penyakit lain yang parah. Apabila ARDS tetap timbul,
maka pengobatannya adalah:
a. Diuretic untuk mengurangi beban cairan, dan obat-obat perangsang jantung untuk
meningkatkan kontraktilitas jantung dan volume sekuncup agar penimbunan cairan di
paru berkurang. Penatalaksanaan cairan dan obat-obatan digunakan untuk mengurangi
kemungkinan gagal jantung kanan.
b. Terapi oksigen dan ventilasi mekanis sering diberikan.
c. Kadang-kadang digunakan obat-obat anti-inflamasi untuk mengurangi efek merusak dari
proses peradangan, walaupun efektivitasnya masih dipertanyakan.
(Corwin, 2009).
Penatalaksaan yang dapat dilakukan pada pasien ARDS antara lain :
a. Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
b. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau positive end
expiratory pressure (PEEP)
c. Inhalasi nebulizer
d. Fisioterapi dada
e. Pemantauan hemodinamik/jantung
f. Pengobatan Brokodilator Steroid
g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan fungsi ventilasi
a) Frekuensi pernafasan per menit
b) Volume tidal
c) Ventilasi semenit
d) Kapasitas vital paksa
e) Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
f) Daya inspirasi maksimum
2.7 Komplikasi
a. kegagalan pernapasan dapat timbul seiring dengan perkembangan penyakit dan individu
harus bekerja lebih keras untuk mengatasi penurunan compliance paru. Akhirnya individu
kelelahan dan ventilasi melambat. Hal ini menimbulkan asidosis respiratorik karena
terjadi penimbunan karbon dioksida di dalam darah. Melambatnya pernapasan dan
menurunnya pH arteri adalah indikasi akan datangnya kegagalan pernapasan dan
mungkin kematian.
b. Pneumonia dapat timbul setelah ARDS, karena adanya penimbunan cairan di paru dan
kurangnya ekspansi paru.
c. Akibat hipoksia dapat terjadi gagal ginjal dan tukak saluran cerna karena stress (stress
ulcers).
d. Dapat timbul koagulasi intravascular diseminata akibat banyaknya jaringan yang rusak
pada ARDS.
(Corwin, 2009).
2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian
1. Survey Primer
a. Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
1) Distress pernapasan: pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
4) Papiledema
5) Penurunan haluaran urine
2. Survey Sekunder
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk batuk, adanya selang endotrakeal, sekret yang kental, kelelahan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,
peningkatan sekresi, penurunan kemampuan untuk oksigenasi dengan
adekuat.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada
permukaan alveoli.
2.8.3
Intervensi
Diagnosa NANDA
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif :
Nanda-NIC-NOC 2010
Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas
NOC
NIC
Kriteria Hasil :
Airway suctio
Pastikan keb
suctioning
Auskultasi su
dan sesudah su
Informasikan
keluarga tenta
Minta klien n
suction dilaku
Berikan O2 d
nasal untuk m
nasotrakeal
Gunakan ala
melakukan tin
Anjurkan pas
dan napas dala
dikeluarkan da
Monitor statu
Ajarkan kelu
melakukan suk
Hentikan suk
oksigen apabil
menunjukkan
peningkatan sa
Terapi Oksige
Batasan karakteristik :
Nasal flaring
Dyspnea
Airway Manag
Buka jalan n
chin lift atau j
Posisikan pa
memaksimalk
Identifikasi p
pemasangan a
Pasang mayo
Lakukan fisi
Keluarkan se
atau suction
Auskultasi su
adanya suara t
Lakukan suc
Berikan bron
Berikan pele
basah NaCl Le
Atur intake u
mengoptimalk
Monitor resp
Kriteria Hasil :
Bersih
dan sec
Pertaha
yang p
Atur p
Monito
Pertaha
Onserv
tanda h
Monito
Orthopnea
Nafas pendek
Pernafasan pursed-lip
pasien
Vital sign Mo
Monito
RR
Catat a
tekana
Monito
berbari
berdiri
Ausku
lengan
Monito
sebelum
setelah
Hiperventilasi
Deformitas tulang
Monito
Penurunan energi/kelelahan
Monito
pernap
Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
Monito
Obesitas
Posisi tubuh
Monito
abnorm
Monito
kelemb
Hipoventilasi sindrom
Monito
Nyeri
Kecemasan
Monito
triad (t
meleba
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Imaturitas Neurologis
pening
Identif
peruba
manajemen ja
Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Batasan karakteristik
identif
pasien
jalan
potens
auskul
tandai
hilangn
adanya
pantau
dan
kebutu
Subjektif
Dispnea
Gangguan penglihatan
Status
pernapasan:
ventilasi;
pergerakan udara yang masuk dan
keluar ke dan dari paru
Objektif
kedalaman pernapasan
konfusi
sianosis
karbondioksida menurun
diaphoresis
hiperkapnia
hiperkarbia
hipoksia
hipoksemia
iritabilitas
gelisah
somnolen
takikardi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adult Respirator Distress Syndrome
mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya.
Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesisnya belum jelas dan terdapat
banyak factor predisposisi seperti syok karena perdarahan, sepsis, trauma pada paru atau
bagian tubuh lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau
metadon. (Arif Muttaqin, 2009).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ARDS
(Gagal nafas Akut) merupakan ketidakmampuan atau kegagalan sitem pernapasan oksigen
dalam darah sehingga pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru - paru tidak
dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam selsel
tubuh, sehingga tegangan oksigen berkurang dan peningkatan karbondioksida akan menjadi
lebih besar.
Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti,banyak faktor penyebab yang dapat
berperan padagangguan ini menyebabkan ARDS tidak disebutsebagai penyakit tetapi
sebagai sindrom.
Perubahan patofisiologi yang terjadi pada ARDSadalah edema paru interstistial dan
penurunankapasitas residu fungsional (KRF) karena atelektasiskongestif difus.Pendekatan
dalam penggunaan model ventilasi mekanis pada pasien ARDS masih kontroversial.
American European Concencus Conference Committee (AECC) merekomendasikan
pembatasan volume tidal, positive end expiratory pressure (PEEP) dan hiperkapne.
3.2 Saran
Kelompok menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kelompok mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
kelompok dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kelompok khususnya pembaca pada umumnya. Dan diharapkan kepada
tenaga kesehatan khususnya perawat untuk lebih maksimal dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan
memberikan penanganan kepada pasien sesuai dengan Evidance Based.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Miracle, Vickie A. Springhouse Review for Critical Care Nursing Certification: An Indispensable
Study Guide for the C.C.R.N Exam. Third Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Muttaqin, Arif & Nurachman, Elly. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Segel, Barbara. 1998. Critical Care Nursing Care Plans. America: Delmar.