Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Penyakit dekompresi adalah suatu kecelakaan yang timbul akibat penurunan tekanan
lingkungan yang mendadak. (Simanungkalit, Susan H. Perpustakaan UI)
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan
dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan-
jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. (Tjahjadi. 1995 dalam Analisis Kesehatan
Dan Keselamatan Lingkungan Kerja Penyelam Tradisional (Safety Health Environment
Analysis For Traditional Divers)

2.2 PREVALENSI
Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional,
hasil penelitian Depkes RI tahun 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan
57,5% nelayan penyelam menderita nyeri persendian, 11,3% menderita gangguan
pendengaran ringan sampai ketulian. Di Kepulauan Seribu ditemukan 41,37% nelayan
penyelam menderita barotrauma atau perdarahan akibat tubuh mendapat tekanan yang
berubah secara tiba-tiba pada beberapa organ/jaringan serta 6,91% penyelam menderita
kelainan dekompresi yang di sebabkan tidak tercukupinya gas nitrogen akibat penurunan
tekanan yang mendadak, sehingga menimbulkan gejala sakit pada persendian, susunan
syaraf, saluran pencernaan, jantung, paru-paru dan kulit. (Sukbar, La Dupai, Sabril
Munandar. 2016)

2.3 FAKTOR RISIKO


Faktor predisposisi DCS dalam penelitian Pulley (2012) itu dikategorikan sesuai dengan
pengaruh berikut; Pengaruh sifat fisiologis dan pengaruh lingkungan.
 Pengaruh sifat fisiologis meliputi:
o Umur
o Dehidrasi
o Kekurangan peredaran darah
o Obesitas / lemak tubuh
o Kelelahan
o Buruk kondisi fisik
o cedera muskuloskeletal sebelumnya

 Faktor lingkungan meliputi;


o Air dingin
o Setelan selam yang dipanaskan
o Kondisi laut yang kasar
o Pekerjaan berat
(Pulley. 2012 dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness)

Pada presentasi klinis Medscape, mereka menyertakan kesalahan penyelam sebagai


salah satu faktor penyebab penyakit dekompresi. Berikut adalah daftar kesalahan biasa
penyelam (Leo, 2013). Beberapa penyelaman harian tidak mengikuti tabel menyelam “Breath
holding Travelling” ke dataran tinggi dalam waktu 24 jam setelah menyelam dapat
menyebabkan penyakit dekompresi. (Leo. 2013 dalam Christina L. Javier. Decompression of
Sickness)

2.4 ETIOLOGI
Decompression sickness mungkin juga disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya,
adalah pembentukan gelembung dalam darah atau jaringan sepanjang atau setelah penurunan
tekanan lingkungan. Bekerja di daerah udara tekan juga bisa menyebabkan penyakit
dekompresi. Menurut Naval Safety Center yang ditulis oleh Ibu Kelsey Leo, waktu
menyelam seperti menyelam terlalu lama dan menyelam terlalu cepat bisa memicu penyakit
ini. Salah satu alasan utama pendakian cepat adalah
Mungkin karena panik Pendakian terkendali tidak boleh lebih dari 10 meter per menit untuk
menghindari DCS. Saat permukaan terlalu cepat, bisa menyebabkan tekanan tinggi kemudian
gelembung nitrogen terbentuk dalam darah. Setelah pembentukan gelembung nitrogen dari
darah akan meluas dan terkumpul ke dalam sendi, jaringan dan bagian tubuh lainnya.
Gelembung bisa menghalangi sirkulasi darah yang akan menyebabkan kematian. (Bulmann
1984 dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness).

2.5 KLASIFIKASI
Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi berdasarkan beratringannya gejala
dan untuk pengobatan :
1. Tipe I, (pain only beds) yang melibatkan otot, kulit, dan limfatik, yang
lebih ringan dan tidak biasanya mengancam nyawa.
2. Tipe II (serious), kadang-kadang mengancam kehidupan, dan
mempengaruhi berbagai sistem organ. The sumsum tulang belakang
terutama rentan, daerahrawan lainnya termasuk otak, sistem pernapasan
(misalnya, emboli paru), dansistem peredaran darah (misalnya, gagal
jantung, syok kardiogenik). Mengacu pada sendi lokal atau nyeri otot
akibat penyakit dekompresi tetapi seringdigunakan sebagai sinonim untuk
setiap komponen dari gangguan. (Bennett, Mike. 2004. Azhari bahar. 2009)

2.6 PATOFISIOLOGI
Selama menyelam, udara dihirup pada tekanan yang lebih besar dari biasanya,
menyebabkan peningkatan jumlah nitrogen yang terlarut dalam jaringan tubuh. Semakin lama
dan dalam menyelam, semakin besar jumlah nitrogen yang akan dilarutkan sampai semua
jaringan jenuh. Selama pendakian, nitrogen harus dihilangkan saat tekanan ambien menurun.
Idealnya, selama pendakian yang direncanakan dengan pengurangan tekanan ambien yang
terkendali, nitrogen berdifusi ke gradien tekanan dari jaringan ke darah vena dan masuk ke
alveoli untuk dihembuskan. Namun, jika laju pendakian terlalu besar, gas bisa keluar dari
larutan dan membentuk gelembung dalam jaringan. Gelembung dapat menyebabkan
kerusakan melalui distorsi jaringan, penyumbatan vaskular atau stimulasi mekanisme
kekebalan yang menyebabkan edema jaringan, hemokonsentrasi dan hipoksia. (Bennet,
michael, Dr. Decompression illness. 2006)

2.7 MANIFESTASI KLINIS


Decompression sickness Tipe 1 :
1. Sakit ringan yang sembuh dalam waktu 10 menit onset (niggles)
2. Pruritus (kulit membungkuk)
3. Ruam kulit (bintik-bintik atau maling pada kulit atau ruam papular atau
plaquelike)
4. Kulit kulit jeruk (jarang)
5. Pitting edema
6. Anoreksia, mual
7. Kelelahan berlebihan
8. Kusam, dalam, berdenyut, sakit gigi jenis sakit di sendi, tendon, atau tisuue
(tikungan)
9. Gerakan ekstremitas terbatas dengan suara berderak saat sendi bergerak

Decompression sickness Tipe 2 :


1. Gejala menirukan trauma tulang belakang (nyeri punggung bawah, paresis,
kelumpuhan, parestesia, kehilangan kontrol sfingter)
2. Sakit kepala atau gangguan penglihatan
3. Pusing
4. Penglihatan terowongan
5. Perubahan status mental
6. Mual, muntah, fertigo, nistagmus, tinnitus, dan anusa parsial
7. Ketidaknyamanan substernal pada inspirasi, perbekalan tidak produktif yang
bisa menjadi paroksismal, dan mengurangi gangguan pernapasan.
8. Emfisema subkutan
9. Tanda dan gejala syok hipovolemik atau embolisasi gas arterial
10. Tergantung dimana perjalanan emboli gas, kemungkinan tanda dan gejala
infark miokard, stroke dan kejang.
(Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters Kluwer)

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang pada penyakit dekompresi (Caisson’s Disease)

1. Laboratorium
Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai
dengan perubahan status mental, maka hal-hal yang pelu dievaluasi adalah kadar
glukosa darah, darah lengkap, kadar natrium, magnesium, kalsium, dan fosfor,
saturasi oksigen, kadar etanol dan skrining obat-obatan lainnya, level
karboksihemoglobin.
Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai
dengan syok, maka hal-hal yang perlu dievaluasi adalah kadar glukosa darah, darah
lengkap, elektrolit dan ureum kreatinin, asam laktat, PT/aPTT/INR, level
karboksihemoglobin
2. Radiologi
a. Foto toraks, untuk mencari bukti adanya pneumotoraks, pneumomediastinum,
emfisema subkutis, pneumoperikardium, perdarahan alveolar, dan
menurunnya aliran darah pulmoner yang disebabkan oleh emboli pulmoner
nirogen.
b. CT Scan kepala, jika status mental tidak membaik dengan menggunakan terapi
hiperbarik, pertimbangkan etiologi lain.
c. MRI, untuk melihat ada tidaknya lesi fokal medulla spinalis, atau kerusakan
jaringan otak akibat embolisasi gas arterial
3. Pemeriksaan penunjang lainnya, meliputi EKG dan/atau evaluasi saturasi oksigen
(http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
Penyakit-Dekompresi.pdf)

2.9 KOMPLIKASI
Dapat berupa paralisis residual, nekrosis miokardial, dan beberapa komplikasi lainnya
akibat iskemik. (http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
Penyakit-Dekompresi.pdf)

2.10 PENATALAKSANAAN MEDIS


Penatalaksanaan pada pasien Caisson Disease, pertama-tama yang harus dilakukan
adalah mempertahankan jalan napas dengan menjamin ventilasi dan mencapai sirkulasi.
Pasien harus ditempatkan dalam posisi terlentang. Langkah-langkah penatalaksanaan lainnya
meliputi :
a) Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker reservoir.
Namun perlu diperhatikan pemberian oksigen 100% hanya dapat ditoleransi
hingga 12 jam karena dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.
b) Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang baik. Cairan yang
diberikan lebih dari 0.5ml/kg/hari. Hemokonsentrasi yang terkait dengan Caisson
Disease adalah hasil dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang
dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral atau
diberikan secara intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid untuk
mengatasi dehidrasi yang mungkin timbul setelah penyelaman (diuresis
perendaman menyebabkan penyelam kehilangan 250-500 cc cairan per jam) atau
pergeseran cairan yang dihasilkan dari DCS.
c) Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara intravena, kemudian
dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam.
d) Diazepam ( 5-10 mg ) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan
gangguan visual terkait dengan kerusakan labirin (vestibular) pada telinga bagian
dalam.
e) Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500 mg
pertama dan kemudian 100 mg setiap 30 menit setelahnya untuk memantau
konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari 25
mcg / mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg sebagai anti-
platelet.
f) DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga
antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu
pengecualian untuk aturan ini adalah kasus kelemahan ekstremitas bawah.
Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien
dengan ketidakmampuan berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ekstremitas
bawah yang disebabkan oleh DCS neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara
diberikan secara subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai sesegera mungkin
setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT) dan emboli
paru pada pasien lumpuh.
g) Terapi in-air recompression dalam ruang hiperbarik merupakan terapi di mana
penderita harus ada disuatu ruangan bertekanan tinggi dan bernafas dengan
oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada udara atmosfer
normal.
(Rijadi, R.M. Kesehatan Kelautan TNI AL. P: 89-103)

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 ILUSTRASI KASUS
Pasien datang ke rumah sakit di antar oleh rekannya dalam keadaan tidak sadar. Rekan pasien
yang mengantar mengatakan 30 menit yang lalu pasien menyelam di pantai dan setelah
dipermukaan tidak lama kemudian pasien pingsan. Setelah sadar pasien mengeluh mengalami
kelemahan ekstremitas bawah setelah menyelam, sesak, nyeri pada persendian, dan nyeri
kepala, dan mati rasa pada ekstremitas bawah. Hasil tanda-tanda vital didapatkan, TD :
90/80mmHg, RR: 24x/mnt, N: 100x/mnt, S : 35,50C. Hasil lab didapatkan, Leukosit 8.200/ul,
Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb: 16%, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa test: 111mg/Dl. Tampak
parapharese inferior, aktivitas pasien selalu dibantu keluarga, napas cepat. Hasil radiologi,
foto thorax terdapat emboli pada paru-paru. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik metafisis
dan diafisis sum-sum tulang. Kekuatan otot :

5555 5555
1111 1111

3.2 DATA FOKUS


DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Rekan pasien yang mengantar 1. Hasil tanda-tanda vital didapatkan,
mengatakan 30 menit yang lalu TD : 90/80mmHg, RR: 24x/mnt, N:
pasien menyelam di pantai 100x/mnt, S : 35,50C
2. dan setelah dipermukaan tidak lama 2. Tampak parapharese inferior,
kemudian pasien pingsan aktivitas pasien selalu dibantu
3. pasien mengeluh mengalami keluarga, napas cepat. Hasil radiologi,
kelemahan ekstremitas bawah setelah foto thorax terdapat emboli pada
menyelam, paru-paru,
4. sesak, 3. Hasil radiologi, foto thorax terdapat
5. nyeri pada persendian, emboli pada paru-paru.
6. dan nyeri kepala, 4. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik
7. dan mati rasa pada ekstremitas metafisis dan diafisis sum-sum tulang
bawah. 5. Hasil lab didapatkan, Leukosit
8.2000/ul, Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb:
16%, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa
test: 111mg/Dl
6. Kekuatan otot : 5555 5555
1111 1111

3.3 ANALISA DATA


DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
DATA SUBJEKTIF Hambatan mobilitas fisik Gangguan neuromuskular
1. Rekan pasien yang (00085)
mengantar
mengatakan 30 menit
yang lalu pasien
menyelam di pantai
2. Setelah dipermukaan
tidak lama kemudian
pasien pingsan
3. Setelah sadar pasien
mengeluh mengalami
kelemahan
ekstremitas bawah
setelah menyelam
4. Klien mengeluh nyeri
pada persendian
5. Klien mengeluh nyeri
kepala
6. Klien mengeluh mati
rasa pada ekstremitas
bawah
DATA OBJEKTIF
1. Hasil TTV : TD :
90/80mmHg, N:
100x/mnt, S : 35,50C
2. Hasil lab didapatkan,
Leukosit 8.2000/ul,
Eritrosit: 5,10 juta/ul,
Hb: 16%, Trombosit:
198.000/ul, Glukosa
test: 111mg/Dl.
3. Tampak parapharese
inferior
4. Aktivitas pasien
selalu dibantu
keluarga,
5. Hasil MRI, terdapat
nekrosis iskemik
metafisis dan diafisis
sum-sum tulang
6. Kekuatan otot :
5555 5555
1111 1111

DATA SUBJEKTIF Ketidakefektifan pola napas Gangguan neuromuskular


1. Rekan pasien yang (00032)
mengantar
mengatakan 30 menit
yang lalu pasien
menyelam di pantai
2. Setelah dipermukaan
tidak lama kemudian
pasien pingsan
3. Setelah sadar pasien
mengeluh sesak
DATA OBJEKTIF
1. Hasil TTV: RR:
24x/mnt
2. Napas klien tampak
cepat.
3. Hasil radiologi, foto
thorax terdapat
emboli pada paru-
paru

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular (00085)
2. Ketidaefektifan pola napas b.d gangguan neuromuskular (00032)

3.5 RENCANA KEPERAWATAN


Hari, DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI
Tanggal / KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Jam
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Peningkatan mekanika tubuh
fisik b.d gangguan tindakan keperawatan (0140)
neuromuskular selama 7x24 jam. 1. Kaji komitmen pasien
(00085) Masalah hambatan untuk belajar dan
mobilitas fisik teratasi. menggunakan postur
Dengan kriteria hasil: tubuh yang benar
1. Dapat 2. Kaji pemahaman pasien
menggerakkan tentang mekanika tubuh
ekstremitas yang benar
bawah 3. Bantu untuk
2. Nyeri sendi menghindari duduk
berkurang atau dengan posisi yang
hilang sama dalam jangka
3. Hasil MRI tidak waktu yang lama
terdapat Terapi latihan: ambulasi
nekrosis (0221)
iskemik 1. Sediakan tempat tidur
4. Kekuatan otot : berketinggian rendah

5555 5555 2. Bantu pasien untuk

5555 5555 perpindahan

5. Mati rasa pada Kolaborasi


ekstremitas 1. Dengan dokter dan
berkurang atau fisioterpi untuk terapi
hilang hyperbaric
Ketidaefektifan pola Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (3140)
napas b.d gangguan tindakan keperawatan 1. Posisikan pasien untuk
neuromuskular selama 3x24 jam. memaksimalkan
(00032) Masalah ventilasi
ketidakefektifan pola 2. Auskultasi suara napas
napas teratasi. Dengan 3. Monitor status
kriteria hasil: pernapasan dan
1. Keluhan sesak oksigenasi
berkurang Monitor pernapasan (3350)
2. Hasil TTV 1. Monitor kecepatan,
dalam batas irama, kedalaman dan
normal, RR: 16- kesulitan bernafas
24x/mnt 2. Catat pergerakan dada,
3. Hasil foto ketidaksimetrisan,
thorax, emboli penggunaan otot-otot
tidak ada atau bantu nafas
berkurang 3. Monitor pola nafas
4. Tidak ada 4. Monitor saturas oksigen
penggunaan
otot-otot bantu Kolaborasi
nafas 1. Dengan dokter dalam
5. Tidak ada pemberian terapi
pengunaan nafas oksigen
cuping hidung

DAFTAR PUSTAKA

Alias, syakirah. 2014. (available from:


https://www.scribd.com/document/236010132/Decompression-Sickness , diakses
pada : 25 Mei 2017)

Bahar,Azhari. Penyakit Dekompresi. Slide Kuliah: Sisten Neuropsikiatri.2009.

Bennet, michael, Dr. Decompression illness. 2006 (available from:

https://powcs.med.unsw.edu.au/sites/default/files/powcs/group/2006DivingMedicine.
pdf , diakses pada 25 Mei 2017)

Bennett, Mike. Handbook of diving and Hyperbaric Medicine, The Prince of Wales Hospital

Oktober 2004.2.

Bullechek, Gloria M. Howard K. Butcher, Joanne M.Dchterman, Cheryl M. Wagner. 2016.

Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Bahasa Indonesia keenam. Elsevier

Christina L. Javier. Decompression of Sickness. B.S Biology

Kusuma, Ratih. Caisson Disease. 2012. (Available from:


http://www.scribd.com/doc/92963588/Caisson-Disease, diakses pada : 25 Mei 2017)

Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters Kluwer (available
from:
https://books.google.co.id/books?id=bzJzBhfvWIEC&pg=PA442&dq=complication+
of+decompression+of+sickness&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiWifexwIrUAhUERI8
KHdudBn4Q6AEIJjAA#v=onepage&q=%20decompression%20of%20sickness&f=fa
lse )
Moorhead, Sue, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2016. Nursing

Outcome Classification (NOC). Edisi Bahasa Indonesia Kelima. Elsevier

Rijadi, R.M. Penyakit Dekompresi. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Lembaga

Kesehatan Kelautan TNI AL. P: 89-103.

https://books.google.co.id/books?id=trFI0pzT-
DIC&pg=PA443&lpg=PA443&dq=laboratory+evaluation+decompression+sickness&source
=bl&ots=6kR0htxyI4&sig=K73DavFVzEcP7ZFw912Q9XO3fYw&hl=id&sa=X&redir_esc=
y#v=onepage&q=laboratory%20evaluation%20decompression%20sickness&f=false

2015. Diagnosis Keperawatan "Definisi dan Klasifikasi 2015 -2017". Edisi 10. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai