DECOMPENSASI CORDIS
1.1 Pengertian
cordis (DC) atau gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala) yang ditandai dengan sesak nafas dan fatik saat istirahat atau saat
aktivitas yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi pada jantung
(Nurarif dan Kusuma, 2013). Decompensasi cordis (DC) adalah suatu keadaan
1.2 Etiologi
b. Kontraksi kardiak
Meliputi :
ventricular.
kongesti pulmonal).
musculoskeletal)
kelainan serebal).
1.3 Klasifikasi
dan gagal jantung kiri (Tambayong, 2011), berdasarkan bagian jantung yang
mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari
dari batas normal pada atrium kiri (normal 10-12 mmHg) dan diikuti pula
dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan hodrostatik dalam
effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada
takikakrdia,
ventrikel.
perifer) (long, 2008). Kegagalan ini akibat jantung kanan tidak dapat
kegiatan sehari-hari.
hanya sedikit, akan tetapi jika ada kegaiatn berlebih akan menimbulkan
1.4 Patofisiologi
curah jantung normal, bila curah jantung berkurang system saraf simpatis akan
adalah kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung dan volume sekuncup itu
dipengaruhi tiga factor yaitu preload, kontraktilitas dan afterload ,jika salah
satu dari ketiga factor tersebut terganggu maka curah jantungnya akan
terjadi akibat peningkatan tekanan arteri atau vena kongesti paru terjadi karena
ventrikel kiri gagal memompa darah dari paru. Peningkatan tekanan dalam
dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi, bunyi jantung S3, kecemasan dan
kegelisahan.
awalnya hal ini hanya timbul saat aktivitas berat atau olah raga dan tekanan
vena juga mulai meningkat dan terjadilah vasokontriksi luas, hal ini kemudian
paru menurun ada akhirnya curah jantung menurun. Tekanan dan volume
vena kava maka aliran vena hepatikum, vena dari lien terbendung akhirnya
Adapun tanda dan gejala decompensasi cordis menurut Chung (2010) adalah
sebagai berikut:
a. Kelelahan/ kelemahan.
b. Dispnea.
c. Ortopne.
e. Batuk.
f. Nokturia.
g. Anoreksia.
i. Takikardia.
j. Pernapasan cheyne-stokes.
k. Sianosis.
l. Ronkhi basah
n. Hepatosplenomegali.
o. Asites.
p. Edema perifer
d. Mudah lelah
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik blood urea nitrogen dan kreatin
infeksi lain..
1.8 Penatalaksanaan
hanya untuk menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada
1) Non medikamentosa.
hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan
gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan
2) Medikamentosa
dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil
diberikan.
pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-
penelitian lanjut.
3) Operatif
c. Aneurismektomi.
d. Kardiomioplasti.
i. Ultrafiltrasi, hemodialisis
1.9 Komplikasi
sebagai berikut :
1. Syok kardigenik
2. aritmia
3. ruptur miokard
4. Episode tromboemboli.
6. Kematian
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2. Sirkulasi
lupus eritema tosus, anemia, syok septik, bengkak pada telapak kaki,
abdomen.
(gagal jantung kanan ringan atau kronis) atau tinggi (kelebihan beban
jugularis.
3. Integritas Ego
atau penyakit.
pakaian atau sepatu terasa sesak, diet tinggi garam atau makanan yang
5. Hygiene
perawatan diri.
6. Neurosensori
tersinggung.
a. Gejala : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
8. Pernafasan
atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa sputum. Bunyi
sianosis.
9. Keamanan
10. Interaksi
dilakukan.
11. Pengajaran
No Tanggal Diagnosa Keperawatan NOC dan Indikator Serta Skor Awal Uraian Aktivitas Rencana Nama & TTD
Ditegakkan / Kode dan Skor Target Tindakan (NIC) Perawat
Diagnosa Keperawatan
1 Intoleransi Aktivitas b.d Tujuan : Tingkat Aktivitas Sukmana
Imobilisasi Fristiananda.s.kep
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji respon,sosial dan
selama 3 kali 24 jam intoleransi aktivitas spritual terhadap aktivitas
teratasi pasien
Kriteria Hasil: 2. Tentukan penyebab
1. Mengidentifikasikan aktivitas/situasi keletihan
yang menimbulkan kecemasan 3. Pantau pola istirahat klien
2. Mengungkapkan secara verbal dan lamanya waktu tidur
pemahaman tentang, pengobatan dan 4. Kaloborasikan dengan ahli
perawatan yang dapat meningkatkan okupasi,fisik atau untuk
aktivitas merencenakan dan
3. Melakukan aktivitas kehidupan sehari memantau aktivitas, sesuai
– hari tanpa bantuan dengan kebutuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
: MediaAction