Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HF (Heart Failure)


RUANG TERATAI RUMAH SAKIT DR. H. KOESNADI
BONDOWOSO

oleh
Sri Rahyuning Muthmainnah
NIM 162310101109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1. KONSEP PENYAKIT..............................................................................1
1.1 Anatomi fisiologi....................................................................................1
1.2 Definisi....................................................................................................3
1.3 Epidemiologi...........................................................................................4
1.4 Etiologi....................................................................................................4
1.5 Klasifikasi...............................................................................................5
1.6 Patofisiologi............................................................................................8
1.7 Manifestasi klinis...................................................................................8
1.8 Pemeriksaan penunjang........................................................................9
1.9 Penatalaksanaan..................................................................................11
1.10 Pathway..............................................................................................15

BAB 2. PROSES KEPERAWATAN..................................................................16


2.1 Asessment/pengkajian.........................................................................16
2.2 Diagnosa...............................................................................................19
2.3 Intervensi..............................................................................................21
2.4 Evaluasi.................................................................................................26

BAB 3. DISCHARGE PLANNING....................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................29

ii
BAB 1. KONSEP PENYAKIT
1.1 Anatomi Fisiologi

Jantung merupakan organ muskular berongga yang menyerupai jantung pisang


dan merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh yang terletak dalam rongga
thoraks pada bagian mediastinum. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi
paru, dan pembuluh balik paru. Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot
yaitu otot atrium, ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsanagan.
a. Letak Jantung
Posisi jantung diantara kedua paru dan berada ditengah-tengah dada, bertumpu
pada diafragma thorakis dan kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus. Pada tepi
kanan cranial berada pada tepi kranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum Tepi kiri cranial jantung
berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum,
tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea
medioclavicularis.
b. Ukuran Jantung
Jantung dibentuk oleh organ-organ muskular, apex dan basis cordis, atrium
kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12

1
cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200
sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan.
c. Lapisan-Lapisan Jantung
1) Perikardium
Epikardium merupkan lapisan paling luar jantung dan sebagai kantong
pembungkus jantung yang terdiri dari perikardium fibrosum (viseral) dan serosum
(parietal). Diantar dua lapisan ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga
agar pergesekan antar perikardium tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung.
2) Miokardium
Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung dan merupakan lapisan yang
menerima darah dari arteri koronaria. Susunan miokardium terdiri dari susunan
otot atria, otot ventricular, dan otot atrioventikular.
3) Endokardium
Endokardium merupakan lapisan paling dalam jantung yang terdiri dari
jaringan endotel atau selaput lender endokardium.
d. Ruang-ruang Jantung
1) Atrium
a) Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah yang rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Pada atrium kanan terdapat beberapa muara antara
lain, vena cava superior, vena cava inferior, sinus koronarius, dan osteum
atrioventikular dekstra.
b) Atrium kiri berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen dari
kedua paru melalu 4 buah vena pulmonalis. Muara pada atrium kiri
antara lain aadalah vena pulmonalis.
2) Ventikel
a) Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan
dipompa ke paru melalui arteri pulmonalis. Pada ventrikel kanan terdapat
vulvula triskuspidalis dan pulmonalis.
b) Ventrikel kiri berfungsi menerima darah dari atrium kiri dan dipompa
keseluruh tubuh melalui aorta

2
e. Peredaran Darah Jantung
1) Arteri Koronaria Kanan berfungsi memasok darah ke ventrikel kanan,
memberi nutrisi pada atrium kanan, ventrikel kanan, SA Node 55%, AV
Node 90%, dan dinding sebela dalam ventrikel kiri.
2) Arteri Koronaria Kiri. Dari sinus posterior aorta sinistra berjalan ke depan
antara trunkus pulmonalis dan aurikula kiri masuk ke sulkus
atrioventikularis menuju apkes jantung memberikan darah untuk ventrikel
kanan dan seputum interventrikularis.
3) Aliran Vena Jantung, dimana sebagaian darah dari dinding jantung mengalir
ke atrium kanan melalui sinus koronarius (Syaifudin, 2011).

1.2 Definisi
Menurut Dewi, 2012, gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung
tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,
meskipun tekanan pengisian darah pada vena normal. Sedangkan menurut
Damayanti, 2013, gagal jantung penyakit yang terjadi akibat gagalnya fungsi
sistolik dan diatolik, dimana fungsi sistolik yang gagal menyebabkan jantung
tidak mampu berkontraksi dan memompa darah ke jaringan secara adekuat,
sedangkan kegagalan fungsi diastolik mengakibatkan ketidakmampuan jantung
utuk relaksasi dan mengisi sejumlah darah secara cukup untuk berkontraksi.

3
1.3 Epidemiologi
Usniah, dkk tahun 2016 menjelaskan dalam karya ilmiahnya bahwa sekitar
4,7 juta orang menderita gagal jantung di Amerika (1,5-2% dari total
populasi), dengan tingkat insiden 550.000 kasus per tahun, dari sejumlah
pasien tersebut, hanya 0,4-2% saja yang mengeluhkan timbulnya gejala.
Sedangkan di Eropa, kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan meningkat
pada usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun.
Prognosis dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak
dapat diperbaiki. Seperdua dari pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4
tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat lebih
dari 50% akan meninggal dalam tahun pertama. Di Inggris, sekitar 100.000
pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk gagal jantung,
merepresentasikan 5% dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih
dari 1% dana perawatan kesehatan nasional di negara tersebut (Gray,
Dawkins, et.al, 2005 dalam Usniah, dkk, 2016).
Usniah, dkk, 2016 juga mengutip dari data World Health Organization
(WHO) bahwa penyakit kardiovaskular akan menjadi penyebab terbanyak
kasus kematian di seluruh dunia. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun (2013), provinsi dengan prevalensi penyakit jantung pada
umur ≥ 15 tahun menurut diagnosis dokter ialah Provinsi Nusa Tenggara
Timur (4,4%). Kemudian disusul oleh Sulawesi Tengah (3,8%) dan Sulawesi
Selatan (2,9%). Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau
(0,3%), Lampung (0,4%), Jambi (0,5%), dan Banten.
1.4 Etiologi
Gagal jantung disebabkan oleh keadaan atau hal-hal yang dapat melemahkan
atau merusak miokardium. Keadaaan atau hal-hal tersebut dapat berasal dari
dalam jantung itu sendiri, atau disebut faktor intrinsik, dan faktor luar yang
mempengaruhi kerja jantung, atau disebut dengan faktor ekstrinsik. Kondisi yang
paling sering menyebabkan gagal jantung adalah kelainan struktur dan fungsi

4
jantung yang mengakibatkan kegagalan fungsi sistolik ventrikel kiri. Berikut
adalah faktor penyebab penyakit gagal jantung:
1. Faktor intrinsik
Penyebab utama dari gagal jantung adalah penyakit arteri koroner. Penyakit
arteri koroner ini menyebabkan berkurangnya aliran darah ke arteri koroner
sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Berkurangnya
oksigen dan nutrisi menyebabkan kerusakan atau bahkan kematian otot jantung
sehingga otot jantung tidak dapat berkontraksi dengan baik (AHA, 2012).
Kematian otot jantung atau disebut infark miokard merupakan penyebab tersering
lain yang menyebabkan gagal jantung (Black & Hawks, 2009). Keadaan infark
miokard tersebut akan melemahkan kemampuan jantung dalam memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Penyebab intrinsik lain
dari gagal jantung kelainan katup, cardiomyopathy, dan aritmia jantung (Black &
Hawks, 2009).
2. Faktor Ekstrinsik
Beberapa faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan gagal jantung meliputi
kondisi yang dapat meningkatkan afterload (seperti hipertensi), peningkatan
stroke volume akibat kelebihan volume atau peningkatan preload, dan
peningkatan kebutuhan (seperti tirotoksikosis, kehamilan). Kelemahan pada
ventrikel kiri tidak mampu menoleransi perubahan yang masuk ke ventrikel kiri.
Kondisi ini termasuk volume abnormal yang masuk ke ventrikel kiri, otot jantung
ventrikel kiri yang abnormal, dan masalah yang menyebabkan penurunan
kontraktilitas otot jantung (Black & Hawks, 2009)

1.5 Klasifikasi
Gagal jantung mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Pada gagal jantung kiri, ventrikel kiri secara mekanis mengalami
kelebihan beban atau melemah, mengalami dispnea (sesak) dan ortopnea
(sesak nafas saat istirahat) akibat dari kongesti paru. Ada dua gagal jantung kiri
yaitu:

5
a) Gagal jantung dengan fraktur ejeksi yang berkurang (HFrEF), juga disebut
kegagalan sistolik: Ventrikel kiri kehilangan kemampuannya berkontraksi
secara normal. Jantung tidak dapat memompa dengan kekuatan yang cukup.
b) Gagal jantung dengan fraktur ejeksi yang normal (HFpEF), juga disebut
disfungsi diastolik: Ventrikel kiri kehilangan kemampuannya untuk
relaksasi secara normal (karena otot menjadi kaku). Jantung tidak bisa
mengisi darah selama periode istirahat
2. Gagal jantung kanan
Biasanya terjadi akibat kegagalan sisi kiri. Ketika ventrikel kiri gagal,
tekanan fluida meningkat, kemudian ditransfer kembali melalui paru-paru dan
akhirnya merusak sisi kanan jantung. Ketika sisi kanan kehilangan daya
pemompaan, darah terkumpul di pembuluh darah tubuh. Hal ini biasanya
menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki dan pembengkakan di
dalam perut seperti saluran GI (Gastrointestinal) dan hati (menyebabkan
acites/penumpukan cairan).
Menurut New York Heart Association dalam American Heart Association,
2017, gagal jantung dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas berdasarkan
kapasitas fungsional jantung yaitu sebagai berikut:
Kelas Gejala

Tidak ada batasan dalam aktivitas fisik. Akivitas biasa


I
tidak mengakibatkan kelelahan, palpitasi, dan dispneu

Aktivias fisik sedikit terbatas. Akivitas biasa


II mengakibatkan kelelahan, palpitasi, dan dispneu tetapi
akan terasa berkurang/nyaman bila beristirahat

Adanya batasan dalam melakukan aktivitas. Ketika


III melakukan aktivitas yang sangat ringan dapat
menimbulkan lelah, palpitasi, sesak nafas.

IV Tidak dapat melakukan aktivitas dikarenakan


ketidaknyamanaan. Terdapat keluhan seperti gejala
isufisiensi (kebocoran) jantung atau sesak nafas sudah

6
timbul pada waktu pasien beristirahat. Keluhan akan
semakin berat pada saat melakukan aktivitas ringan.

Klasifikasi berdasarkan kelainan pada struktural jantung, antara lain sebagai


berikut:

Kelas Penilaian Tujuan

Tidak ada bukti obyektif tentang penyakit kardiovaskular.


A Tidak ada gejala dan tidak ada batasan dalam aktivitas
fisik biasa.

Terdapat sedikit bukti obyektif penyakit kardiovaskular.


B Gejala ringan dan sedikit keterbatasan selama aktivitas
normal dan akan nyaman saat beristirahat.

Bukti obyektif penyakit kardiovaskular cukup parah.


Keterbatasan ditandai dalam aktivitas karena gejala,
C
bahkan selama aktivitas yang kurang biasa. Nyaman
hanya saat istirahat.

Bukti obyektif penyakit kardiovaskular berat.


D Keterbatasan yang parah. Mengalami gejala bahkan saat
istirahat.

Contoh pengklasifikasian penyakit:


1) Pasien dengan gejala minimal atau tidak ada tapi gradien tekanan besar di
katup aorta atau penyumbatan parah arteri koroner utama kiri
diklasifikasikan: Fungsi Kapasitas I, Penilaian Tujuan D
2) Seorang pasien dengan sindrom anginal berat tapi secara angiografi arteri
koroner normal diklasifikasikan: Kapasitas Fungsional IV, Penilaian
Tujuan A

1.6 Patofisiologi

7
Gagal jantung disebbakan kerena menurunnya tugas dari jantung tersebut.
Kegagalan jantung dapat disebabkan karena aterosklerosis (penyempitan dan
penebalan arteri) koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif
lainnya. Penyakit ini menyebabkan terganggunya aliran darah ke jantung.
Kejadian ini meningkatkan beban kerja otot jantung untuk memompa
sehingga memperbesar serabut otot pada jantung. Kegagalan ventrikel kiri
dengan ventrikel kanan dapat terjadi secara terpisah. Biasanya didahului oleh
kegagalan ventrikel kiri terjadi karena edema paru. Ventrikel kiri yang
memompa dengan tidak adekuat menyebabkan darah kembali ke atrium lalu
kedalam sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan. Sehingga
menyebabkan gagal jantung ventrikel kanan.

1.7 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala dari gagal jantung adalah sebagai berikut:
Tanda dan Gejala
Gagal jantung kiri Gagal jantung kanan
1. Dispnea (sesak): karena 1. Edema akstremitas bawah yang
terganggunya pertukaran biasanya merupakan pitting edema
oksigen dan karbondioksida 2. Berat badan bertambah
dalam alveoli yang berisi 3. Hepatomegali distensi vena leher
cairan 4. Asites (penumpukan cairan)
2. Ortopnea (sulit bernafas 5. Anoreksia dan mual
saat berbaring) 6. Lemah
3. Batuk: gejala ini sering 7. Efusi pleura: karena peningkatan
menyertai penyakit gagal tekanan kapiler
jantung kiri, biasanya 8. Takikardi
terdapat sputum yang
berbuih dan tercampur
dengan sedikit darah, yang
disebabkan oleh kongesti
cairan yang mengadakan

8
rangsangan pada bronkhi.
4. Mudah lelah: disebabkan
karena otot tidak cukup
menerima oksigen
5. Takikardi dengan bunyi
jantung S3
6. Kecemasan dan kegelisahan
7. Anoreksia (enggan makan)
8. Keringat dingin
9. Paroxysmal nocturnal
dyspnea
10. Ronki basah paru dibagian
basal

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mengindikasikan CHF, antara lain adalah:
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dilakukan pada semua pasien yang
diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung
yaitu memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis penyakit. Jika EKG
normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil
(< 10%)

9
b. Foto Toraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung. Rontgen toraks
dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan dapat mendeteksi
penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas.
Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah
perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju
filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan
tambahan lain dipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis
atau elektrolit yang bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan
sampai sedang yang belum diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia,
hiperkalemia dan penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama pada pasien
dengan terapi menggunakan diuretik dan/atau ACEI (Angiotensin Converting
Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis
aldosterone.

10
d. Pemeriksaan Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran
klinisnya disertai dengan dugaan sindroma koroner akut. Peningkatan ringan
kadar troponin kardiak sering ditemukan pada gagal jantung berat atau selama
episode dekompensasi gagal jantung pada penderita tanpa iskemia miokard.

1.9 Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Studi penelitian tentang gagal jantung telah menunjukkan bahwa beberapa
kelas obat (obat-obatan) telah terbukti terbaik untuk pengobatan gagal
jantung. Pasien gagal jantung mungkin memerlukan banyak obat. Masing-masing
memperlakukan gejala yang berbeda atau faktor penyebabnya.  Berikut adalah
obat-obatan yang dapat digunakan untuk pasien dengan gagal jantung:
1. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors Biasanya diresepkan
meliputi:
a) Captopril (Capoten)
b) Enalapril (Vasotec)
c) Lisinopril (Prinivil, Zestril)
d) Perindopril (Aceon)
e) Ramipril (Altace)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)

Captopril 6,25 (3x/hari) 50-100 (3x/hari)


Enalapril 2,5 (2x/hari) 10-20 (2x/hari)

Lisinopril 2,5- 5 (1x/hari) 20-40 (1x/hari)

Ramipiril 2,5 (1x/hari) 5 (2x/hari)

Perindopril 2 (1x/hari) 8 (1x/hari)

2. Angiotensin II Receptor Blockers (or Inhibitors)  (atau Inhibitor) 


(Juga dikenal sebagai antagonis reseptor ARB atau Angiotensin-2) 
Biasanya diresepkan meliputi:

11
a) Candesartan (Atacand)
b) Valsartan (Diovan)

Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)

Candesartan 4/8 (1x/hari) 32 (1x/hari)


Valsartan 40 (2x/hari) 160 (2x/hari)

3. Beta Blockers (Juga dikenal sebagai Beta-Adrenergic Blocking Agents).


Biasanya diresepkan meliputi:
a) Bisoprolol (Zebeta)
b) Metoprolol
c) Carvedilol (Coreg)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)

bisoprolol 1,25 (1x/hari) 10 (1x/hari)

Carvedilol 3,125 (2x/hari) 20-50 (2x/hari)

Metoprolol 12,5/25 (1x/hari) 200 (1x/hari)

4. Antagonis alergenosteron. Biasanya diresepkan meliputi:


a) Spironolakton (Aldactone)
b) Eplerenone (Inspra)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)

Eplerenon 25 (1x/hari) 50 (1x/hari)


Spironolakton 25 (1x/hari) 25-50 (1x/hari)
Metoprolol 12,5/25 (1x/hari) 200 (1x/hari)

5. Hydralazine dan isosorbide dinitrate. Biasanya diresepkan:


Hydralazine dan isosorbide dinitrate (obat kombinasi) - (Bidil)

12
Dosis awal: hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2 - 3 x/hari dan jika toleransi
baik, dosis dititrasi naik sampai dosis target (hydralazine 50 mg dan ISDN 20 mg,
3-4 x/hari)
6. Diuretik (Juga dikenal sebagai Pills Air). Biasanya diresepkan meliputi:
a) Furosemide (Lasix)
b) Bumetanide (Bumex)
c) Torsemide (Demadex)
d) Hydrochlorothiazide atau HCTZ (Esidrix, Hydrodiuril)
e) Indapamide (Lozol)
f) Metolazone (Zaroxolyn)

7. Obat lain yang mungkin digunakan:


Digoxin: Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat
digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain
(seperti penyekat beta) lebih diutamakan. Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada
pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada pasien usia lanjut dan gangguan fungsi
ginjal dosis diturunkan menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1 x/hari.

b. Non farmakaologis
Penatalaksanaan Non farmakaologis untuk penyakit gagal jantung dapat
dilakukan dengan:
1) Transplantasi Jantung

13
2) Penggantian Katup jantung
3) Operasi Bypass artery coroner
CABG merupakan prosedur yang dilakukan pada pasien penyakit arteri
koroner dengan memotong jaringan vena dan arteri.
4) Menjaga berat badan ideal
5) Olahraga yang teratur
6) Perubahan diet: rendah garam, kolestrol, lemak, peningkatan diet serat
rendah kalori
7) Mengganti estrogen pada wanita menopause
8) Pola hidup: berhenti merokok dan menghindari alkohol
9) Istirahat yang cukup

14
1.10 Pathway

15
BAB 2. PROSES KEPERAWATAN
2.1 Assesment/Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : No. RM :
Umur : Pekerjaan :
JenisKelamin : Status Perkawinan :
Agama : Tanggal MRS :
Pendidikan : Tanggal Pengkajian :
Alamat : Sumber Informasi :

b. Riwayat kesehatan
1. Diagnosa Medik: Gagal Jantung
2. Keluhan Utama: keluhan yang paling dirasakan klien hingga klien memerlukan
pertolongan. Keluhan utama pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler secara umum antara lain sesak nafas, nyeri dada, pingsan,
berdebaar-debar, cepat lelah, edema ekstremitas, dan sebagainya
3. Riwayat penyakit sekarang: perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga
klien meminta pertolongan.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami: riwayat penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya. Misalnya hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit jantung
bawaan, IMA, dll.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll): apakah klien memiliki alergi terhadap
obat dan reaksi alergi yang timbul.
c. Kebiasaan/pola hidup/life style: bagaimana klien menjalani hidupnya sehari-
hari yang berkaitan dengan kesehatan
5. Riwayat penyakit keluarga: apakah ada penyakit keturunan yang dialami
anggota keluarga.
c. Pola aktivitas dan istirahat

16
Dinilai untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan
aktivitas. Pada klien dengan gagal jantung sering ditemukan keletihan dan
kelelahan sepanjang hari, nyeri dada dan sesak saat beraktivitas, sesak saat
istirahat.
d. Sirkulasi
Biasanya klien memiliki riwayat hipertensi, infark miokard baru/ akut,
episode GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia,
syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
e. Eliminasi
Untuk kasus gagal jantung perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji
ada kesulitan atau tidak.
f. Nutrisi
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan perubahan berat badan.
g. Kenyamanan
Klien mengeluh nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot.
h. Neuro sensori
Klien menyatakan tubuhnya lemah, suka merasakan pusing, dan terkadang
mengalami pingsan.
i. Respirasi
Klien menyatakan dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuanpernapasan.
j. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.
2. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik lanjutan
a) B1 (breathing)

17
Gejala-gejala kongesti vascular pulmonal adalah dipsnea, ortopnea, dispnea
nocturnal pasroksismal, batuk dan edema pulmonal akut, takipnea. Adanya
sputum mungkin bersemu darah.
b) B2 (Blood)
a. Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik
dan adanya edema ektremitas. Ujung jari kebiruan, bibir pucat abu-abu.
b. Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
c. Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan
apabila gagal jantung adalah kelainan katup. Irama jantung disritmia. Bunyi
jantung S3 (Gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi. S1 dan S2 mungkin
melemah.
d. Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali).
c) B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya composmentis. Sering ditemukan sianosis perifer
apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien meliputi
wajah meringis, menangis, merintihm meregang dan menggeliat.
d) B4 ( Bladder)
Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguruia karena merupakan tanda awal dari
syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan adanya retensi cairan
yang parah. Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia).
e) B5 ( Bowel)
a. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam
pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong masuk ke rongga abdomen,
suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen
ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien dapat mengalami
distress pernapasan.

18
b. Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena
dan stasis vena didalam rongga abdomen.
B. B6 ( Bone)
a. Ektremitas
Pada ujung jari terjadi kebiruan dan pucat. Warna kulit pucat dan sianosis.
b. Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang dapat
dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal ventrikel kanan telah
terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda yang dapat dipercaya bahwa telah terjadi
disfungsi ventrikel.
c. Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi akibat curah
jantung yang berkurang yang dapat menghambat sirkulasi normal dan suplai
oksigen ke jaringan dan menghambat pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga
terjadi akibat meningkatnya energy yang digunakan untuk bernapas dan insomnia
yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk. Perfusi yang kurang pada otot-
otot rangka menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat dipicu
oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.

2.2 Diagnosa
Diagnosa yang mungkin mungkin muncul pada klien dengan gagal jantung
adalah sebagai berikut:
Domain 4.
Aktivitas/istirahat Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
(00032)
Domain 11.
Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
Aktivitas/istirahat
miokardium, perubahan frekuensi, dan irama
(00029)
Domain 9.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
Aktivitas/istirahat
suplai dan kebutuhan oksigen
stres (00092)
Domain 5. Kelebihan volume cairan b.d retensi (penyimpanan)

19
Persepsi/kognisi
natrium dan air
(00126)
Domain 3.
Eliminasi dan
Gangguan pertukaran gas b.d adanya edema di paru
pertukaran
(00030)
Domain 11.
Keamanan/ Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan
perlindungan secret
(00031)
Domain 11.
Keamanan/
Defisit perawatan diri b.d sesak
perlindungan
(00031)
Domain 12.
Kenyamanan Nyeri akut b.d dengan adanya pembesaran di hati
(00132)
Domain 9.
Koping/toleransi Ansietas b.d sesak
stres (00146)
Domain 11.
Keamanan/
Kerusakan integritas kulit b.d pitting edema
perlindungan
(00046)

20
2.3 Intervensi

Hari/ Tgl/
Dx NOC NIC RASIONAL Paraf
Jam
Ketidakef Hari/Tanggal/ Tujuan: Manajemen jalan nafas
ektifan jam dilakukan
pola nafas perencanaan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1. Posisikan klien semi fowler
2. Motivasi klien untuk bernafas
1. Untuk
potensi ventilasi
memaksimalkan
µ
tindakan klien diharapkan pola pelan, dalam, dan batuk 2. Membantu mengatur
nafas klien menjadi 3. Auskultasi suara nafas dan pernafasan
efektif catat adanya suara nafas 3. Memonitor kepatenan jalan
Kriteria Hasil: tambahan nafas
- Pasien tidak 4. Berikan oksigenasi jika 4. Untuk membantu
mengalami sesak diperlukan menambah suplai oksigen dan
- Pola nafas pasien 5. Monitor status pernafasan dan mengurangi sesak nafas
efektif status oksigen yang sesuai 5. Memonitor respirasi dan
- TTV dalam rentang keadekuatan oksigen
normal
Monitor pernafasan

21
1. Monitor kecepatan, irama, 1. Keadekuatan pernapasan
kedalaman, dan kecepatan 2. Mengetahui adanya
bernafas sumbatan pada jalan nafas
2. Monitor suara nafas tambahan 3. Memonitor keadaan
seperti ngorok atau mengi pernapasan klien
3. Monitor pola nafas (bradipneu, 4. Mengilangkan sumbatan
takipneu, hiperventilasi) dan memperlacar jalan nafas
4. Kaji perlunya penyedotan pada 5. Untuk memantau status
jalan nafas dengan auskultasi pernafasan
suara nafas ronki di paru 6. Memonitor keadekuatan
5. Monitor keluhan sesak nafas oksigen
6. Berikan terapi bantu nafas jika
diperlukan (mis. Nebulaier).

Penuruna Hari/Tanggal/ Tujuan: 1. Auskultasi nadi apical dan kaji 1.Memantau terjadinya
n curah
jantung
jam dilakukan
perencanaan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
frekuensi serta irama jantung
2. Catat bunyi jantung
takikardi
mengkompensasi
untuk
penurunan
µ
tindakan klien menunjukkan 3. Palpasi nadi perifer kontraktilitas jantung
tidak adanya 4. Pantau tekanan darah 2.S1 dan S2 lemah karena

22
penurunan curah 5. Pantau keluaran urine menurunnya kerja pompa S3
jantung 6. Kaji perubahan sensori (mis sebagai aliran ke dalam
Kriteria hasil: latergi, bingung, cemas) serambi yaitu distensi. S4
- Frekuensi jantung 7. Posisikan semi fowler menunjukkan inkopetensi atau
meningkat 8. Kolaborasi dengan dokter stenosis katup
- Status untuk terapi oksigen dan obat- 3.Untuk mengetahui fungsi
hemodinamik obatan pompa jantung yang sangat
stabil dipengaruhi oleh CO dan
- Keluaran urine pengisisan jantung
adekuat 4.Dengan menurunnya CO
- Tidak terjadi mempengaruhi suplai darah

dispneu ke ginjal yang juga

- Akral hangat mempengaruhi pengeluaran


hormone aldosteron yang
berfungsi pada proses
pengeluaran urine.
5.Menunjukkan tidak
adekuatnya perfusi serebral
sekunder terhadap penurunan

23
curah jantung.
6.Membantu dalam proses
kimia dalam tubuh

Intolerans Hari/Tanggal/ Tujuan: 1. Pantau kecenderungan jantung 1.Hipotensi dapat terjadi


i aktivitas jam dilakukan
perencanaan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
TD, khususnya hipotensi
2. Observasi perubahan status
akibat kekurangan
disritmia, gagal jantung
cairan,
µ
tindakan diharapkan klien mental/orientasi/gerak tubuh 2.Dapat mengindikasikan
menunjukkan 3. Buatkan jadwal tdur tanpa penurunan aliran darah atau
peningkatan gangguan oksigenasi serebral sebagai
kemampuan dalam 4. Pantau program aktivitas akibat penurunan curah
melakukan aktivitas 5. Evaluasi adanya cemas/emosi jantung
Kriteria hasil: 6. Jelaskan pada pasien tentang 3.Mencegah kelemahan dan
- Klien tahap-tahap aktivitas yang stress kardiovaskuler
menunjukkan boleh dilakukan oleh pasien berlebihan
toleransi pada 4.Latihan teratur merangsang
aktivitas sirkulasi kardiovaskuler
- Menunjukkan berleihan
peningkatan 5.Reaksi emosi berlebihan

24
toleransi aktivitas dapat mempengaruhi TTV
dan tahanan vaskuler sistemik
serta mempengaruhi fungsi
jantung
6.Meningkatkan oksigenasi
maksimal
7.Klien mengetahui aktivitas
yang dapat dan tidak dapat
dilakukan

2.4 Evaluasi

25
Waktu Diagnosa Evaluasi Paraf

Tanggal dan Keseimbangan S : Data subjektif dari pasien melalui wawancara Tanda tangan
waktu saat Nutrisi kurang dari O : Data objektif dari observasi pemeriksa perawat dan nama
melakukan kebutuhan tubuh A : Analisa ulang respon dan objek pasien apakah masalah teratasi , terang.
evaluasi teratasi sebagian atau belum teratasi.
P : Rencana tindakan, apakah intervensi diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan atau selesai.

Tanggal dan Perubahan S : Data subjektif dari pasien melalui wawancara Tanda tangan
waktu saat persepsi sensori O : Data objektif dari observasi pemeriksa perawat dan nama
melakukan A : Analisa ulang respon dan objek pasien apakah masalah teratasi , terang.
evaluasi teratasi sebagian atau belum teratasi.
P : Rencana tindakan, apakah intervensi diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan atau selesai.

Tanggal dan Perawatan diri S : Data subjektif dari pasien melalui wawancara Tanda tangan
waktu saat O : Data objektif dari observasi pemeriksa perawat dan nama
melakukan A : Analisa ulang respon dan objek pasien apakah masalah teratasi , terang.
evaluasi teratasi sebagian atau belum teratasi.
P : Rencana tindakan, apakah intervensi diteruskan, dimodifikasi,

26
dibatalkan atau selesai.

Tanggal dan Hambatan S : Data subjektif dari pasien melalui wawancara Tanda tangan
waktu saat mobilitas fisik O : Data objektif dari observasi pemeriksa perawat dan nama
melakukan A : Analisa ulang respon dan objek pasien apakah masalah teratasi , terang.
evaluasi teratasi sebagian atau belum teratasi.
P : Rencana tindakan, apakah intervensi diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan atau selesai.

Tanggal dan Resiko kerusakan S : Data subjektif dari pasien melalui wawancara Tanda tangan
waktu saat integritas kulit O : Data objektif dari observasi pemeriksa perawat dan nama
melakukan A : Analisa ulang respon dan objek pasien apakah masalah teratasi , terang.
evaluasi teratasi sebagian atau belum teratasi.
P : Rencana tindakan, apakah intervensi diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan atau selesai.

27
28
BAB 3. DICHARGE PLANNING
Program discharge planning bagi klien dengan gagal jantung yang dapat
diberikan adalah:
a. Istirahat cukup
1. Istirahat teratur setiap hari
2. Memperpendek waktu kerja bila memungkinkan
3. Menghindari kecemasan emosional
b. Anjurkan pasien untuk patuh minum obat
c. Pembatasan natrium
d. Melakukan aktivitas yang masih toleran sesuai beban jantung.
e. Menghindari panas dan dingin yang berlebihan yang akan meningkatkan kerja
jantung.

29
DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2017). Classes of heart failure. Diakses melalui


http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/AboutHeartFai
lure/Classes-of-Heart-Failure_UCM_306328_Article.jsp#.WlsyUa6WbIU
pada tanggal 14 Januari 2018.

AHA. (2017). Common Tests of heart failure. Diakses melalui


http://www.heart.org pada tanggal 14 Januari 2018.

AHA. (2017). Treatment Options for Heart Failure. Diakses melalui


http://www.heart.org pada tanggal 14 Januari 2018.

Black, Joice M. & Hawks, Jane H. (2009). Medical surgical nursing: clinical
management for positive outcomes (8 ed). Singapore: Elsevier

Bulechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th Edition.


Missouri: Elseiver.

Bulechek, G. 2013. Nursing Outcame Classification (NIC). 5th Edition. Missouri:


Elseiver.

Damayanti, A. P. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan pada Pasien Gagal Jantung Kongestif atau
Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Rawat Penyakit Dalam, Lantai 7
Zona A, Gedung A, Rsupn Dr Cipto Mangunkusumo Tahun 2013. Depok:
Universitas Indonesia. Diakses melalui https:// lib.ui.ac.id pada tanggal 14
Januari 2018.

Dewi, I. N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Congestive Heart


Failure (CHF) diruang Intensive Coronary Care Unit Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soehadiprijonegoro Sragen. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses melalui https:// eprints.ums.ac.id pada
tanggal 14 Januari 2018.

Ed.Herman T.H and Komitsuru. S. 2015. Nanda Internasional Nursing


Diagnosis, Definition and Clasification 2015-2017. Jakarta: EGC.

Usniah., Anisa Ufara., Elly Purnamasari. 2016. Hubungan Kepatuhan Minum


Obat dengan Kejadian Rawat Inap Ulang pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif di RSU Kabupaten Tangerang. Diakses melalui
https://jurnal.umt.ac.id pada tanggal 14 Januari 2018.

30

Anda mungkin juga menyukai